You are on page 1of 21

 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Menulis
Mudah dan Menyenangkan
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Farid Gaban

Yayasan Zamrud khatulistiwa


2018
 
 
 
Tujuh Elemen Tulisan Bagus, Enam Elemen Tulisan
Memble
Tulisan yang baik tak ubahnya seperti tarian burung camar di
sebuah teluk: ekonomis dalam gerak, tangkas dengan kejutan,
simple dan elok.

Tulisan yang baik adalah hasil ramuan ketrampilan (reporter)


menggali bahan penting di lapangan dan kemampuan (redaktur)
menuliskannya secara hidup.

TUJUH ELEMEN

Apapun temanya, setiap karya jurnalistik yang bagus memiliki


setidaknya tujuh unsur.

Informasi (Apa pesannya)


Adalah informasi, bukan bahasa, yang merupakan batu bata
penyusun sebuah tulisan yang efektif. Untuk bisa menulis
prosa yang efektif, penulis pertama-tama harus
mengumpulkan kepingan informasi serta detil konkret yang
spesifik dan akurat -- bukan kecanggihan retorika atau pernik-
pernik bahasa.

Signifikansi (Apa pentingnya)


Tulisan yang baik memiliki dampak pada pembaca. Dia
mengingatkan pembaca pada sesuatu yang menyentuh jiwa
mereka, mengancam kehidupan mereka, kesehatan,
kemakmuran maupun kesadaran mereka akan nilai-nilai. Dia
memberikan informasi yang ingin dan penting diketahui
pembaca. Serta meletakkan informasi itu dalam sebuah
perspektif yang berdimensi: mengisahkan apa yang telah,
sedang dan akan terjadi.

Fokus (Ringkas dan Padat)


Tulisan yang sukses biasanya justru pendek, terbatasi secara
tegas dan sangat fokus. ''Less is more,'' kata Hemingway.
Umumnya tulisan yang baik hanya mengatakan satu hal.
Mereka mengisahkan seorang serdadu atau seorang korban,
bukan pertempuran. Memperbincangkan seseorang, sebuah
kehidupan, bukan sebuah kelompok masyarakat.
''Don't write about Man, write about a man,'' kata Elwyn
Brooks White, seorang humoris Amerika.

Konteks (Apa kaitan dengan masalah lain)


Tulisan yang efektif mampu meletakkan informasi pada
perspektif yang tepat sehingga pembaca tahu dari mana kisah
berawal dan kemana mengalir, seberapa jauh dampaknya dan
seberapa tipikal. Penulis yang tak terlalu piawai menyajikan
konteks dalam sebuah kapsul besar secara sekaligus, sehingga
sulit dicerna. Penulis yang lebih lihai menggelombangkan
konteks ke seluruh cerita.

Wajah
Manusia suka membaca tulisan tentang manusia lainnya.
Jurnalisme menyajikan gagasan dan peristiwa -- trend sosial,
penemuan ilmiah, opini hukum, perkembangan ekonomi, krisis
internasional, tragedi kemanusiaan -- dengan
memperkenalkan pembaca kepada orang-orang yang
menciptakan gagasan dan menggerakkan peristiwa. Atau
dengan menghadirkan orang-orang yang terpengaruh oleh
gagasan dan peristiwa itu.
Tulisan akan efektif jika penulisnya mampu mengambil jarak
dan membiarkan pembacanya bertemu, berkenalan serta
mendengar sendiri gagasan/informasi/perasaan dari manusia-
manusia di dalamnya.
''Don't say the old lady screamed -- bring her on and let
her scream,'' kata Mark Twain, jurnalis dan novelis
pengarang The Adventure of Tom Sawyer.

Bentuk (Narasi atau mendongeng)


Tulisan yang efektif memiliki sebuah bentuk yang mengandung
dan --sekaligus -- mengungkapkan cerita. Umumnya berbentuk
narasi. Dan sebuah narasi bakal sukses jika memiliki semua
informasi yang dibutuhkan pembacanya dan jika ceritanya bisa
diungkapkan dalam pola kronologis aksi-reaksi. Penulis harus
kreatif untuk menyusun sebuah bentuk yang memungkinkan
pembacanya memiliki kesan komplet yang memuaskan,
perasaan bahwa segala yang ada dalam tulisan mengalir ke
arah konklusi yang tak terhindarkan.

Suara (Panjang dan pendek kalimat, alinea)


Kita tak boleh lupa, bahkan dalam abad komunikasi massa
seperti sekarang kegiatan membaca tetap saja bersifat
pribadi: seorang penulis bertutur kepada seorang pembaca.
Tulisan akan mudah diingat jika mampu menciptakan ilusi
bahwa seorang penulis tengah bertutur kepada pembacanya.
Majalah/koran yang baik tak ubahnya seperti pendongeng
yang memukau. Dan penulis yang baik mampu menghadirkan
warna suara yang konsisten ke seluruh cerita, tapi
menganekaragamkan volume dan irama untuk memberi
tekanan pada makna.

Secara ringkas, tulisan yang baik mengandung informasi menarik


dan berjiwa. Menarik karena penting, terfokus dan berdimensi.
Serta berjiwa, karena berwajah, berbentuk dan bersuara.

TULISAN YANG MEMBLE: ENAM KEGAGALAN

• Gagal menekankan segala yang penting -- seringkali karena


gagal meyakinkan bahwa kita memahami informasi yang kita
tulis.
• Gagal menghadirkan fakta-fakta yang mendukung.
• Gagal memerangi kejemuan pembaca. Terlalu banyak klise,
hal-hal yang umum. Tak ada informasi spesifik yang
dibutuhkan pembaca.
• Gagal mengorganisasikan tulisan secara baik -- organisasi
kalimat maupun keseluruhan cerita.
• Gagal mempraktekkan tata bahasa secara baik; salah
membubuhkan tanda baca dan salah menuliskan ejaan.
• Semua kegagalan itu bermuara pada kegagalan untuk
mengkaitkan diri dengan pembaca. Banyak tulisan akan lebih
baik -- dan banyak tulisan yang dianggap sulit akan menjadi
lebih mudah -- jika kita ingat bahwa kita tidak sedang menulis
sebuah novel besar.
Menghindari Kata Sifat

Tulisan yang bagus memaparkan soal yang kongkret


dan spesifik. Salah satu caranya adalah dengan
menghindari kata-kata sifat seperti tinggi, kaya,
cantik, dan kata tak tidak spesifik, cukup besar,
lumayan heboh, keren abis.

''Kata sifat adalah musuh bebuyutan kata benda,'' kata


pujangga Prancis Voltaire.

Contoh:

1. Konser Peterpan itu heboh banget.

Konser Peterpan di Gelanggang Senayan dihadiri oleh


50.000 penonton. Tiket seharga Rp 200.000 sudah
habis ludes sebulan sebelum pertunjukan. Penonton
yang rata-rata siswa SMP dan SMA berdesak-desakan.
Duapuluh orang pingsan, ketika para penonton
berjingkrak mengikuti lagu "Ada Apa Denganmu".

2. Bangunan itu cukup tinggi

Hotel berbintang lima itu terdiri atas 25 lantai, tinggi


totalnya menyamai Menara Monas

3. Ahmad seorang petani miskin.

Ahmad tinggal bersama seorang istri dan anaknya di


gubuk beratap rumbia. Tiap hari mereka hanya bisa
makan sekali, itupun nasi jagung tanpa lauk.

4. Rumah Haji Kalla sangat luas.


Rumah Haji Kalla berarsitektur Jawa dibangun di atas
tanah seluas 0,5 hektar, atau setengah lapangan bola.

5. Mak Eroh marah besar.

"Pemerintah zalim!" kata Mak Eroh, istri seorang


nelayan yang suaminya tak bisa ke laut karena
kanaikan harga solar.*

KUNCINYA: “LUKISKAN, BUKAN KATAKAN”

Pernahkah Anda membaca sebuah tulisan dan sampai


bertahun kemudian mengingat deskripsi dalam tulisan
itu?

Kita umumnya terkesan pada sebuah tulisan yang


mampu melukis secara kuat gambaran di dalam otak
kita. Deskripsi yang kuat adalah alat yang digdaya bagi
para penulis, apapun yang kita tulis: esai, artikel,
feature, berita, cerpen, novel atau puisi.

Bagaimana cara belajar membuat deskripsi yang kuat


dan hidup?

Cara terbaik untuk melakukannya adalah menerapkan


konsep "Show Not
Tell" atau "Lukiskan, bukan Katakan". Ubahlah
pernyataan
yang kering dan kabur menjadi paragraf berisi ilustrasi
memukau.

Perhatikan kalimat ini: "Hari itu sangat indah."


Kalimat "telling" itu bisa diubah menjadi paragraf
"showing" seperti ini:

"Ketika membuka jendela pada hari Sabtu pagi


itu, dia merasakan segarnya udara. Daun-daun di
setiap pohon berkilau memantulkann cahaya
matahari. Bunga-bunga mawar warna pelangi
berderet di halaman dan seperti berteriak 'Musim
Semi!' Awan seputih kapas bergumpal di atas
latar langit biru yang cemerlang."

Atau coba perhatikan: "Nasib nenek itu sangat


malang"

Dan bandingkan dengan ini:

Umurnya 60 tahun. Dia hidup sebatang kara. Para


tetangganya, orang-orang papa yang tinggal di
gubuk kardus perkampungan liar-kumuh Kota
Bandung, mengenalnya dengan nama sederhana:
"Emak". Tidak ada yang tahu nama aslinya. Awal
pekan ini, Emak ditemukan meninggal, tiga hari
setelah para tetangganya melihatnya hidup
terakhir kali. "Sejak Jumat pekan lalu, Emak
tidak pernah kelihatan," kata seorang
tetangganya. "Saat gubuknya dilongok, Emak
sudah terbujur kaku di dalam."

Jika kita menggunakan konsep "Show Not Tell", paragraf-


paragraf akan terbentuk secara alami, kuat, hidup dan
mudah dikenang.
Jenis Penuturan
Ketika menulis, kita bisa pula memakai beberapa jenis
teknik penuturan untuk memperkaya tulisan. Ada
beberapa jenis penuturan: Narasi-Deskripsi-Eksposisi-
Persuasi

NARASI:
Mengisahkan peristiwa atau obyek bagian per bagian

Contoh:
Rumah Badu sangat besar. Bergaya arsitektur
Jawa, rumah itu terletak di Jalan Kencana. Di
halaman rumah ada air mancur dengan patung
anak kecil yang tangannya menunjuk pintu besar
ruang tamu rumah utama. Pintunya berukir
Jepara. Di dalam ruang tamu ada lemari buku
besar dan lemari lebih kecil berisi koleksi keris
serta kerajinan lain. Sebuah lukisan besar
memisahkan antara ruang tamu itu dengan ruang
keluarga yang berisi satu set home theater. Dan
seterusnya…

Menjelaskan sesuatu dari asal-muasalnya.

Contoh:

Kopi kini menjadi jenis minuman yang paling


banyak ditenggak di seluruh dunia. Konsumsi kopi
terus meningkat di seluruh dunia. Tahukah Anda
dari mana tanaman ini berasal? Tanaman kopi
berasal dari Jawa. Tanaman ini mulai
dibudidayakan sejak abad ke-18. Kopi yang
ditanam di Jawa kala itu sudah diekspor ke
berbagai belahan dunia termasuk Amerika dan
Eropa.

DESKRIPSI
Melukis dalam benak pembaca, cukup detil sehingga
pembaca bisa merasakan lukisan itu dengan seluruh
inderanya.

Contoh 1:
Desa Adiluhung terletak di tepi air terjun Taman
Nasional Mahakam. Anak-anak desa suka bermain
di bawah air terjun yang jenih itu, demikian
jernih sehinggga ikan-ikan tampak ikut berenang
bersama mereka. Batu-batu di dasar sungai
membentuk seperti mosaik yang kaya warna…

Contoh 2:
Perempuan itu berdiri di bawah rintik hujan,
mengenakan gaun hitam dan bertopi merah.
Tetesan air menimpa wajahnya, mengalir melalui
pipinya menuju dagunya yang berbelah pinang.
Butir air menyerupai embun menempel di
bibirnya yang dipoles lipstik merah delima.

EKSPOSISI
Menjelaskan, memperlihatkan atau mengisahkan
kenapa sesuatu terjadi, melalui rangkaian sebab dan
akibat.

Contoh:

Jakarta ibarat lelaki setengah baya yang tambun


dan kebanyakan kolesterol. Metropolitan Jakarta
sekarang berpenduduk 10 juta jiwa dan
bertambah pesat pertumbuhan penduduknya.
Sekitar 100.000 orang setiap tahunnya datang
dari pelosok Indonesia. Daya dukung lingkungan
Jakarta mulai terengah-engah memenuhi hidup
sehari-hari warganya.

PERSUASI
Menulis untuk mengajak pembaca menyetujui sebuah
sudut pandang akan masalah, untuk menggerakkan
emosi mereka, bahkan untuk beraksi seperti
dikehendaki penulisnya.

Contoh:

Pencabutan subsidi BBM akan mempersulit hidup


orang miskin. Jumlah orang miskin bahkan akan
bertambah jutaan akibat naiknya harga barang
dan layanan, termasuk layanan kesehatan dan
pendidikan dasar.

Jumlah subsidi BBM tidaklah besar. Dalam


anggaran kita beberapa tahun terakhir, pos
pembayaran utang selalu paling besar, sekitar
50% dari seluruh pengeluaran pemerintah.
Kenapa pemerintah mencabut subsidi bukannya
menegosiasikan pengurangan utang? Kenapa
pemerintah lebih suka mempersulit hidup
rakyatnya ketimbang membebani diri dengan rasa
malu untuk meminta pemotongan utang dari
kreditor internasional?

Kenaikan harga minyak memang problematis.


Tapi, adalah amoral mengalihkan beban kerja
keras pejabat pemerintah menjadi beban rakyat
kebanyakan yang sudah susah.
Kata Kerja (Aktif): Motor Tulisan
Kata kerja adalah mesin yang mendorong berjalannya
sebuah cerita. Tulisan yang buruk bisa dihidupkan
dengan mengaktifkan kata kerja pasif,
menyederhanakan kata kerja kompleks, dan
memperkuat kata kerja lembek.

Kalimat pasif cenderung menyembunyikan ketimbang


menyampaikan informasi yang penting diketahui
pembaca:

ƒ Keputusan telah dibuat. (siapa yang


memutuskan?)
ƒ Tagihan telpon telah dibayar (siapa membayar?)
ƒ Polisi tergugah oleh kesaksian itu. Setelah
mendengarnya, dia yakin salah satu saksi telah
berbuat kejahatan serius. (Wow. Kalimat kedua
memicu makin banyak pertanyaan tak terjawab)

Revisi terhadap kalimat di atas akan memberikan


informasi yang jelas tentang "siapa melakukan apa":

ƒ Anggota perlemen telah memutuskan.


ƒ Ibunya membayar tagihan telpon pekan lalu.
ƒ Kesaksian itu menggugah polisi. Dia tahu, setelah
mendengarnya, bahwa salah satu saksi telah
berbuat kejahatan serius.
Memilih dan Menulis Kutipan
Kutipan adalah cara yang paling indah untuk
menyajikan cerita dalam kerangka yang manusiawi.
Dan kutipan hanya akan bagus jika:
• Menggambarkan aktivitas secara lebih lebih hidup
atau lebih tepat daripada yang bisa digambarkan
dengan cara lain.
• Menjawab pertanyaan yang mungkin diajukan
oleh pembaca.
• Berusaha memberikan gambaran sekilas tentang
pribadi pembicara.
• Untuk memberikan citarasa kesegaran dan
kredibilitas pada sebuah cerita.

Untuk menentukan apakah Anda akan mengutip


langsung ataut tidak, inilah pedomannya:
1. Apakah kutipan itu kata-katanya tidak
berantakan, ringkas dan jelas? Bila jawabannya
tidak, Anda harus memakai kalimat tidak
langsung.
2. Apakah kutipan langsung itu akan memperkuat
efek, memperjelas siapa yang bicara, atau
menambah kesan sebagaipendapat dari orang
yang memang layak dikutip? Bila jawabannya ya,
pakailah kalimat kutipan langsung.
3. Apakah cerita yang mengawalinya cenderung
untuk under-quote? Bila jawabannya ya, pakailah
kutipan langsung. Bila over-quote, pakailah
bentuk kutipan tidak langsung.

Kadang-kadang pilihannya malah lebih sulit. Yakni bila


hanya sedikit bagian kutipan yang dapat diangkat,
yakni bagian kecil yang sangat bagus. Bila demikian
halnya, baiklah kita memakai bentuk kutipan tidak
langsung untuk menuliskan sebagian besar ucapan si
subyek, dan baru kita pakai tanda kutipan langsung
pada bagian yang menarik perhatian itu:

Walikota mengutuk Komisi Pelayanan


Masyarakat yang cara kerjanya ''tolol dan
brengsek'' dalam menjalankan petunjuk-
petunjuk DPRD.

Kadang-kadang kutipan yang bagus bisa lemah karena


ditulis terlalu panjang:

''Karena sikap warga yang tidak kooperatif,


selalu mengganggu kami dengan keluhan kecil-
kecil, seperti gong-gongan anjing, radio stereo
yang berisik, anak-anak yang ribut, perkelahian
pribadi, kucing hilang, bau yang tidak enak dari
pabrik, saya mengundurkan diri,'' kata Ketua
RT itu.

Pak Ketua RT itu terlalu berkepanjangan, sehingga


wartawan bisa memilih begini:

''Karena sikap warga yang tidak kooperatif,


yang selalu mengganggu kami dengan keluhan
kecil-kecil... saya mengundurkan diri,'' kata
Ketua RT itu.

Dalam bagian atas sudah kita bicara perlunya alinea


pendek. Tapi kadang-kadang, sebuah kutipan yang
bagus memerlukan tempat panjang. Nah, seorang
penulis yang baik akan membagi kutipan itu menjadi
beberapa alinea.
''Kesulitan kami muncul setelah saya dipecat.
Uang kami habis tiga minggu kemudian,
sehingga kami tidak bisa membayar sewa.
Pemilik rumah mengusir kami, meskipun
sebelumnya kami tidak pernah menunggak
pembayaran. Kami tinggal di bawah jembatan,
semacam gelandangan,'' kata Abdul Gafur.

Kutipan Panjang bisa dipecah


"Kami harapkan pemerintah daerah meninjau
dan menyusun secara benar rencana detail tata
ruang dan tata wilayah masing- masing karena
sangat berpengaruh pada tergusurnya tanah-
tanah persawahan. Pemetaan dan penyusunan
dari pemerintah harus jelas," ujar Badu Duri,
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia.

Menjadi dua kalimat:

"Kami harapkan pemerintah daerah meninjau


dan menyusun secara benar rencana detail tata
ruang dan tata wilayahnya,” ujar Badu Duri,
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia.
“Rencana itu sangat berpengaruh pada
tergusurnya tanah-tanah persawahan.
Pemetaan dan penyusunan dari pemerintah
harus jelas."

Kesesuasian antara isi kutipan dan keterangan si


sumber
“DPRD tidak akan menyetujui usulan
pemerintah,” kata Agung Sedio, seorang anggota
Fraksi PDI Perjuangan.

“DPRD tidak akan menyetujui usulan


pemerintah,” kata Agung Sedio, ayah lima orang
anak.

”Kami sudah menikah tiga puluh tahun,” kata


Prof. Dr. Adi Perdana MM, MBA, SH.

”Gunung Merapi akan segera meletus,” kata Adi


Perdana, gurubesar geologi Universitas Gajah
Mada.

OVER ATAU UNDER QUOTE?

Dalam menulis kutipan, banyak problem teknis yang


dihadapi. Kebanyakan penulis muda cenderung terlalu
banyak mengutip (over-quote) atau terlalu sedikit
mengutip (under-quote).

Dalam over-quoting, penulis hanya sekadar menyusun


kutipan, seraya kadang-kadang menysipkan kata
penyambung.

Cara pengutipan seperti ini sering tidak bisa diterima.


Sedikit orang yang menggunakan kata-kata secara
ringkas dalam percakapan. Sebagai penulis, wartawan
harus mampu menyampaikan pesan itu dengan lebih
jelas dan ringkas dengan cara membuat menjadi
kalimat kutipan tak langsung.
Over-quoting juga menghancurkan salah satu tujuan
baik dalam pengutipan: menghapuskan kejemuan
karena gaya yang sama. Dengan over-quoting, penulis
hanya mengganti gaya monoton dirinya dengan gaya
monoton seorang lain.

Unverquoting juga merusak. Banyak penulis baru yang


tidak yakin akan kemampuannya mengambil kutipan,
sehingga ia selalu membuat kutipan tidak langsung.
Cara ini juga menghilangkan tujuan baik pengutipan.
Menulis Angka
Contoh buruk

Bali pada tahun 2004 memiliki lahan sawah produktif


142.971 hektar, menyusut sekitar 1.306 hektar dari
tahun sebelumnya (2003) yang total arealnya 144.277
hektar. Tahun 2000 areal sawah Bali seluruh seluas
153.228 hektar. Berarti dalam lima tahun hingga tahun
2004 Bali telah kehilangan lahan sawah seluas sekitar
sekitar 10.271 hektar.

Sederhanakan:
Lima tahun terakhir Bali kehilangan lahan sawah
seluas sekitar 10.000 hektar.

Buat Tabel:
Luas Sawah di Bali Terus Meyusut

2000 2003 2004


153.228 hektar 144.277 hektar 142.971 hektar
Buat Infografik
2000

2003
2004
Memasukkan Detil Yang Relevan
Tidak semua detil harus dimasukkan dalam tulisan,
hanya detil yang relevan dengan apa yang paling
penting diketahui pembaca.

Saya tinggal di
Kepada sesama
sebuah gang Jalan
warga Depok
Saya tinggal di sebuah Sudirman.
rumah kontrakan di RT 2 Kepada orang Saya tinggal di
RW 10, Gang Nanas, Bekasi Depok
Jalan Sudirman, Depok, Saya tinggal di
Jawa Barat, Indonesia. Kepada orang Depok, Jawa Barat,
Dekat pasar swalayan Kalimantan di pinggiran
Metro, sebelah dari Jakarta
Gang Pisang, masuk ke Saya tinggal di
kiri Kepada orang
pinggiran kota
di Washington
Jakarta, ibukota
DC
Indonesia

Bis Majujaya jurusan


Jakarta-Surabaya
dengan nomor polisi B
1234 A dan bercat warna
Bis jurusan Jakarta
ungu kehitaman
Surabaya celaka di
mengalami kecelakaan
jalan tol Jagorawi
di jalan tol Bogor-
kemarin. Sebelas
Jakarta km 15, pada
orang tewas.
pukul 9.30 kemarin.
Sebelas orang tewas,
tiga darinya anak-anak
usia sekolah dasar.
Tulisan Bagus: Aturan George Orwell

• Pangkas kata yang mubazir

o Contoh: pakai “membunuh”, bukan “melakukan


pembunuhan”

• Pakai kata yang lebih pendek

o Contoh: pakai “mutu” bukan “kualitas”

• Sebisa mungkin pakai bentuk aktif dan kata kerja aktif,


bukan pasif.

o Contoh: pakai “memutuskan”, bukan “diputuskan”.

• Pakailah kata yang mudah dipahami, bukan kata asing,


istilah ilmiah atau jargon.

o Contoh: pakai “gaji”, bukan “renumerasi”.

• Buatlah kiasan atau metafora yang tidak klise.

o Contoh: coba pakai “sudah jatuh tertimpa buldozer”, bukan


“sudah jatuh tertimpa tangga”.

You might also like