Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACK
Coronary heart disease (CHD) is a disorder of the coronary arteries that occurs in
the blood vessel wall thickening with luminal narrowing of atherosclerotic coronary arteries
to disrupt blood flow to the heart muscle, causing damage and impaired function of the heart
muscle. The purpose of this study was to identify risk factors for coronary heart disease
events precipitating the elderly in hospital outpatient Langsa 2014.
This research is to study the analysis of the study case-control design, with
cousecutive sampling technique to sample consisted of 74 cases and 74 controls CHD and
non-CHD patients who seek treatment at the hospital Langsa poly disease. Data analysis
consisted of bivariate analiis using the chi-square test and multivariate analysis using
multiple logistic regression.
Results of univariate analysis, most of the characteristics of respondents CHD ≥ 76
years old (68%), men (64%), high school (64%), self-employed (62%), smoking (60%),
physical activity (60%) , DM (64%), hypertension (66%) and obesity (61%). Bivariate
analysis between the incidence of CHD risk facto results suggest that risk factors have a
significant influence on the incidence of CHD is smoking (OR = 2.285, 95% CI 1.18 to 4.42)
diabetes mellitus (OR = 3.041, 95% CI 1, 55 to 5.94), physical activity (OR = 2.163, 95% CI
1.11 to 4.18), hypertension (OR = 3.353, 95%), obesity (OR = 2.734, 95% CI 1.40 to 5 , 34).
With logistic regression is known that the most dominant factor in the incidence of CHD are
hypertension (p = 0.01, Exp (B) = 3.858)
For patients with age at risk and have the risk of CHD is recommended for
prevention efforts by maintaining a healthy lifestyle and blood lipid profile values, one of
which is a regular blood pressure control to prevent complications such as CHD.
PENDAHULUAN
Salah satu penyakit tidak menular Penyakit jantung masih merupakan
(PTM) yang meresahkan masyarakat saat penyebab utama morbiditas dan mortalitas
ini adalah penyakit jantung dan pembuluh pada orang dewasa di Eropa dan Amerika
darah. Berdasarkan laporan WHO tahun Utara. Setiap tahun, di Amerika hampir
2005, dari 58 juta kematian di dunia, 17,5 500.000 orang meninggal karena penyakit
juta (30%) diantaranya disebabkan oleh jantung iskemik. Di Asia dan Afrika, telah
penyakit jantung dan pembuluh darah, terjadi kecenderungan peningkatan kasus
terutama oleh serangan jantung (7,6 juta) PJK dan kematian akibat penyakit jantung
dan strok (5,7 juta). Pada tahun 2015, koroner (PJK). Di Singapura dan Malaysia,
kematian akibat penyakit jantung angka kejadian telah meningkat dari yang
(kardiovaskular) dan pembuluh darah tidak bermakna menjadi penyebab 10 %
diperkirakan akan meningkat menjadi 20 seluruh kematian (Mukhtiaranti, 2012).
juta (Depkes RI, 2009).
1
2
menjadi 77 tahun (dengan persentase jumlah kasus 1.290 kasus (21,7%), tahun
populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%). 2009 ada 2.548 kasus (2,67%), tahun 2010
Begitu pula dengan laporan Badan Pusat terdapat 2.132 kasus (1,45%), tahun 2011
Statistik (BPS) terjadi peningkatan usia ada 3.485 kasus (2,70%), dan tahun 2012
harapan hidup (UHH). Pada tahun 2000 terdapat 3.532 kasus (2,52%),. Sementara
usia harapan hidup (UHH) di Indonesia itu, jumlah kasus pada tahun 2013 terdapat
adalah 64 tahun (dengan persentase 5.336 kasus (2,10%). Hal ini menunjukkan
populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini bahwa jumlah kasus Penyakit Jantung
meningkat menjadi 69 tahun pada tahun Koroner kenaikan yang fluktuatif.
2010 (dengan persentase populasi lansia Dari latar belakang masalah yang
adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 telah dikemukakan maka perlu dilakukan
menjadi 70 tahun (dengan persentase tentang Faktor risiko kejadian penyakit
populasi lansia adalah 7,58%) (Rizky, jantung koroner pada lansia yang berobat
2012). jalan di poli jantung rumah sakit umum
Penelitian yang dilakukan oleh Mira daerah kota Langsa tahun 2014.
Rosmiatin mengenai Analisis Faktor-faktor
risiko terhadap kejadian penyakit jantung PERUMUSAN MASALAH
koroner pada wanita lanjut usia di RSUPN Masalah yang diajukan dalam
Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dengan penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
menggunakan metode analitik dengan studi antara faktor risiko dengan kejadian
cros sectional yang dilakukan pada 136 penyakit jantung koroner (PJK) pada lansia
responden dengan analisa multivariate dan berobat jalan di RSUD Langsa tahun 2014.
didapatkan bahwa faktor risiko yang paling
berhubungan dengan terjadinya penyakit TUJUAN PENELITIAN
jantung koroner (PJK) adalah usia Tujuan Umum
(OR=3,64), dimana usia sebagai faktor Mengetahui faktor risiko
risiko yang bermakna dalam memprediksi pencetus kejadian penyakit jantung koroner
terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) (PJK) pada lansia berobat jalan di RSUD
(p<0,001). Langsa tahun 2014.
Disamping itu penelitian yang
dilakukan oleh Eko Setiawan tahun 2012 Tujuan Khusus
mengenai Faktor risiko kejadian jantung 1. Mengetahui faktor risiko merokok pada
koroner pada lansia di instalasi geriatric dan kejadian penyakit jantung koroner
ruang penyakit dalam RS,Dr Kariadi (PJK) pada lansia berobat jalan di
semarang menunjukkan hasil penelitian RSUD Langsa tahun 2014
bahwa tidak terdapat hubungan yang 2. Mengetahui faktor risiko hipertensi
bermakna antara dislipidimia dengan pada kejadian penyakit jantung koroner
kejadian jantung koroner di Instalasi (PJK) pada lansia berobat jalan di
Geriatri dan Ruang Penyakit Dalam RS. Dr RSUD Langsa tahun 2014
Kariadi Semarang dengan p-value 1.000 3. Mengetahui faktor risiko obesitas pada
dan nilai (odds rasio) OR= 1.00 dengan kejadian penyakit jantung koroner
Convidence Interval (CI=95%). (PJK) pada lansia berobat jalan di
Berdasarkan data Dinas Kesehatan RSUD Langsa tahun 2014
Kota Langsa, angka kematian akibat 4. Mengetahui faktor risiko aktivitas fisik
penyakit tidak menular di Kota Langsa pada kejadian penyakit jantung koroner
selama lima tahun berturut-turut dari tahun (PJK) pada lansia berobat jalan di
2008 sampai dengan 2013 terus mengalami RSUD Langsa tahun 2014.
peningkatan. Penyakit Jantung menempati 5. Mengetahui faktor risiko diabetes
urutan ke delapan baik dalam mortalitas melitus pada kejadian penyakit jantung
maupun morbiditas. Pada tahun 2008,
4
jantung koroner pada lansia di RSUD terdapat pengaruh yang bermakna antara
Langsa obesitas terhadap kejadian PJK (p<0,05).
Dari hasil analisis diperoleh nilai OR =
HASIL DAN PEMBAHASAN 2,734. Hal ini berarti bahwa orang yang
menderita PJK, 2,734 kali perkiraan
1. Pengaruh Faktor Risiko Merokok kemungkinan mengalami obesitas
dengan Kejadian PJK pada Lansia dibandingkan dengan yang tidak menderita
Berdasarkan penelitian di RSUD PJK.
Langsa diketahui bahwa orang yang Hasil penelitian ini sejalan dengan
menderita PJK dan merokok sebanyak 47 penelitian sebelumnya (Mira rosmiatin,
orang (59,5%). Sedangkan orang yang tidak 2012) yang menyatakan bahwa terdpat
menderita PJK tetapi mantan merokok hubungan yang bermakna antara obesitas
sebanyak 32 orang (40,5%). Berdasarkan dengan PJK pada wanita lansia (p<0,05).
analisis pengaruh merokok fisik terhadap Serta sejalan juga dengan teori yang
kejadian PJK, diperoleh nilai p= 0,021 hal menyatakan bahwa obesitas akan
ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh menambah beban kerja jantung dan
yang bermakna antara merokok terhadap terutama adanya penumpukan lemak di
kejadian PJK (p<0,05). Dari hail analisis bagian sentral tubuh akan meningkatkan
diperoleh nilai OR = 2.285. Hal ini berarti risiko PJK (Soegih, 2009).
bahwa orang yang menderita PJK 2.285 Obesitas berhubungan dengan
kali perkiraan kemungkinan merokok berbagai faktor risiko terjadinya penyakit
dibandingkan dengan yang tidak menderita kardiovaskular,masih terdapat banyak
PJK pertanyaan yang belum terjawab terkait
Hasil penelitian ini sesuai dengan obesitas. Berbagai studi diatas hanya
penelitian sebelumnya (Wasyanto,1996) memberikan gambaran akan adanya
yang menyatakan bahwa seorang pria yang hubungan protektif obesitas pada pasien
merokok 20 batang per hari dalam waktu gagal jantung, namun belum dapat
lama akan meningkatkan insidens PJK memberikan rekomendasi kepada klinisi
sebesar 3 kali lipat dibandingkan dengan tentang tata laksana terkait berat badan
orang yang tidak merokok. yang optimal pada kasus gagal jantung.
Merokok mengandung nikotin dan Studi lanjutan perlu dilakukan untuk
karbon monoksida yang dapat mengurangi mendeskripsikan secara terperinci
kadar LDL (Low- Density Lipoprotein) hubungan komposisi tubuh dengan
dalam darah, meningkatkan kadar HDL prognosis gagal jantung, mekanisme yang
(Hight Density Lipoprotein) dalam darah, mendasari fenomena paradox obesitas dan
merusak bagian dalam dinding arteri, strategi penentuan berat badan optimal pada
menurunkan jumlah darah yang mencapai pasien gagal jantung.(Alvin Nursalim,2011)
jaringan dan meningkatkan kecenderungan
darah untuk membeku. 3. Pengaruh Faktor Risiko Aktifitas Fisik
2. Pengaruh Faktor Risiko Obesitas dengan Kejadian PJK pada Lansia
dengan Kejadian PJK pada Lansia Berdasarkan penelitian di RSUD
Berdasarkan penelitian di RSUD Langsa diketahui bahwa orang yang
Langsa diketahui bahwa orang yang menderita PJK dan tidak cukup aktifitas
menderita PJK dan mengalami obesitas fisik sebanyak 41 orang (60,3%).
sebanyak 42 orang (57%). Sedangkan orang Sedangkan orang yang tidak menderita PJK
yang tidak menderita PJK dan tetapi dan tidak cukup aktifitas fisik sebanyak 27
mengalami obesitas sebanyak 24 orang orang (39,7%). Berdasarkan analisis
(32%). Hasil analisis pengaruh antara pengaruh antara aktifitas fisik terhadap
obesitas terhadap kejadian PJK, diperoleh kejadian PJK, diperoleh nilai p= 0,032
nila p=0,005, hal ini menunjukkan bahwa dengan OR = 2.163. Hal ini berarti bahwa
7
orang yang menderita PJK 2,163 kali Hasil penelitian ini sejalan dengan
perkiraan kemungkinan tidak cukup data yang didapatkan secara nasional, yang
aktifitasnya dibandingkan dengan yang menyatakan bahwa risiko penyakit jantung
tidak menderita PJK meningkat sejalan dengan peningkatan
Hal ini sesuai dengan hasil tekanan darah, dimana peningkatan tekanan
penelitian sebelumnya (Hermansyah,2009) darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan
Intensitas aktifitas fisik responden penderita diastolic 85-89 mmHg akan meningkatkan
PJK semuanya adalah ringan. Aktifitas fisik risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
dianjurkan terhadap setiap orang untuk sebersar 2 kali dibandingkan dengan
mempertahankan dan meningkatkan tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg
kesegaran tubuh. Aktifitas fisik berguna (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
untuk melancarkan peredaran darah dan dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat
membakar kalori dalam tubuh. Disamping Pengendalian Penyakit Tidak Menular,
itu, usia 60-70 tahun mempunyai aktifitas 2011).
yang tergolong tinggi sedangkan umur >70 Kejadian hipertensi pada usia lajut
tahun cenderung rendah. Salah satu faktor disebabkan oleh karena penurunan kadar
yang sangat berperan dalam rennin akibat menurunnya jumlah nefron
mempertahankan kondisi fisik adalah yang disebabkan proses manua sehingga
olahraga atau melaksanakan kegiatan fisik menyebabkan suatu sirkulus vitiosus :
secara teratur disamping mengkonsumsi hipertensi – glomerulo– sklerosis-hipertensi
makanan yang seimbang yang berlangsung terus menerus selain itu
Tekanan darah meningkatkan risiko pada usia lanjut terjadi penurunan elastisitas
PJK, karena kenaikan tekanan darah pada pembuluh darah perifer yang
menyebabkan meningkatnya tekanan menyebabkan peningkatan resistensi
terhadap dinding arteri, dan mengakibatkan pembuluh darah perifer yang pada akhirnya
kerusakan endotel, yang memicu menyebabkan hipertensi sistolik (Boedhi
aterosklerosis. Juga memungkinkan Darmojo,2011)
perubahan aterosklerotik pada dinding
pembuluh darah menyebabkan kenaikan 5. Pengaruh Faktor Risiko Diabetes
pembuluh darah (Nababan, 2008) Melitus dengan Kejadian PJK pada
Lansia
4. Pengaruh Faktor Risiko Hipertensi Berdasarkan penelitian di RSUD
dengan Kejadian PJK pada Lansia Langsa tahun 2014, diketahui bahwa orang
Berdasarkan penelitian di RSUD yang menderita PJK dan mengalami
Langsa diketahui bahwa orang yang diabetes sebanyak 45 orang (60%).
menderita PJK dan mengalami hipertensi Sedangkan orang yang tidak menderita PJK
sebanyak 57 orang (77%). Sedangkan orang tetapi mengalami diabetes sebanyak 25
yang tidak menderita PJK tetapi mengalami orang (34%). Berdasarkan analisis
hipertensi sebanyak 37 orang (50%). Hasil pengaruh antara diabetes melitus terhadap
analisis pengaruh antara hipertensi terhadap kejadian PJK, diperoleh nilai p= 0,002 hal
kejadian PJK, diperoleh nilai p=0,001, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna terhadap diabetes melitusk
yang bermakna antara hipertensi terhadap dengan kejadian PJK (p<0,05). Dari hasil
kejadian PJK (p<0,05). Dari hasil analisis analisis diperoleh nilai OR = 3,041. Hal ini
diperoleh nilai OR = 3,353. Hal ini berarti berarti bahwa orang yang menderita PJK,
bahwa orang yang menderita PJK, 3,353 3,041 kali perkiraan kemungkinan
kali perkiraan kemungkinan menderita menderita diabetes dibandingkan dengan
hipertensi dibandingkan dengan yang tidak yang tidak menderita PJK.
menderita PJK
8
Hasil penelitian ini sejalan dengan atau baru disadari setelah terjadinya
penelitian sebelumnya (Indra penyakit akut. Oleh sebab itu, upaya
kurniawan,2008) Lansia merupakan diagnosis dini melalui skrining terhadap
populasi yang rentan terhadap gangguan DM pada lansia perlu dilakukan.
metabolisme karbohidrat yang dapat
muncul sebagai DM, tetapi gejala klinis
DM pada lansia seringkali bersifat tidak
spesifik. DM pada lansia seringkali tidak
disadari hingga munculnya penyakit lain
Tabel 1. Pengaruh Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi terhadap Kejadian PJK pada
PJK dan Non PJK di RSUD Langsa Tahun 2014 (n=148)
PJK Non PJK
OR
Variabel (n=74) (n=74) X2 p Value
95% CI
n % n %
Merokok
Mantan 47 59,5 32 40,5 2.285
6,109 0,021
Tidak 27 39,1 42 60,9 (1.181-4.420)
Aktivitas
Fisik
Tidak Cukup 41 60,3 27 39,7 2.163
5,332 0,032
Cukup 33 41,3 47 58,8 (1.119-4,180)
Diabetes
Mellitus
Ya 45 64,3 25 35,7 3,041
9,785 0,002
Tidak 29 37,2 49 62,8 (1,555-5,948)
Hipertensi
Ya 57 60,6 37 39,4 3,353
10,526 0,001
Tidak 17 31,5 37 68,5 (1,652-6,805)
Obesitas
Ada 42 63,6 24 35,4 2,734
7,903 0,005
Tidak 32 39,0 50 61,0 (1,400-5,342)
Berdasarkan hasil uji statistik pada dengan kejadian PJK (p<0,05). Dari hasil
tabel di atas, analisis pengaruh antara analisis faktor risiko diperoleh nilai OR =
merokok dengan kejadian PJK, diperoleh 2,163. Hal ini berarti bahwa orang yang
nilai p =0,021. Hal ini menunjukkan bahwa menderita PJK, memiliki kemungkinan
terdapat pengaruh yang bermakna antara 2,163 kali tidak cukup aktifitasnya
merokok terhadap kejadian PJK. Dari hail dibandingkan dengan yang tidak menderita
faktor risiko analisis diperoleh nilai OR = PJK
2.285. Hal ini berarti bahwa orang yang Berdasarkan analisis pengaruh
menderita PJK memiliki kemungkinan antara diabetes melitus terhadap kejadian
2.285 merokok dibandingkan dengan yang PJK, diperoleh nilai p = 0,002 hal ini
tidak menderita PJK menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
Berdasarkan analisis pengaruh yang bermakna antara diabetes melitus
antara aktifitas fisik terhadap kejadian PJK, dengan kejadian PJK (p<0,05). Dari hasil
diperoleh nilai p = 0,032 hal ini analisis faktor risiko diperoleh nilai OR =
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh 3,041. Hal ini berarti bahwa orang yang
yang bermakna terhadap aktifitas fisik menderita PJK, memiliki kemungkinan
9
95.0% C.I.for
EXP(B)
B S.E Wald Df Sig Exp(B)
Lower Upper
Merokok .891 .408 4.773 1 .029 2.437 1.096 5.419
Aktivitas Fisik .831 .392 4.486 1 .034 2.295 1.064 4.949
DM 1.229 .404 9.240 1 .002 3.417 1.547 7.548
Hipertensi 1.350 .428 9.950 1 .002 3.858 1.667 8.926
Obesitas 1.216 .404 9.067 1 .003 3.375 1.529 7.449
Constan 8.188 1.507 29.517 1 .000 .000
populasi dapat dicegah bila risiko dan satu penyakit yang memiliki risiko
kejadian hipertensi diperbaiki dapat dilihat kematian tinggi.
dari Population Attributable Risk (PAR) 3. Bagi peneliti lain
Melakukan penelitian lanjutan yang
KESIMPULAN lebih sempurna dengan desain cohort
Simpulan yang dapat dikemukakan untuk mengetahui faktor resiko
dari hasil penelitian berdasarkan penyakit jantung koroner dengan
pembahasan sebelumnya,mengenai menggunakan jumlah sampel yang lebih
1. Pengaruh faktor risiko dengan kejadian besar.
PJK adalah sebagai berikut :
a) Terdapat pengaruh yang signifikan DAFTAR PUSTAKA
antara merokok terhadap kejadian Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan
PJK pada lansia berobat jalan. Indonesia.
b) Terdapat pengaruh yang signifikan Hastono, Sutarito Priyo.2007. Analisis Data
antara aktivitas fisik terhadap Kesehatan. FKM UI
kejadian PJK pada lansia berobat Jeini Ester Nelwan,2011. Karakteristik
jalan. individu penderita penyakit
c) Terdapat pengaruh yang signifikan jantung koroner di Sulawesi Utara
antara diabetes melitus terhadap tahun 2011
kejadian PJK pada lansia berobat Mira Rosmiatin,2012 Analisis factor-faktor
jalan. risiko terhadap kejadian penyakit
d) Terdapat pengaruh yang signifikan jantung koroner pada wanita lanjut
antara hipertensi terhadap kejadian usia di RSUPN Dr.Cipto
PJK pada lansia berobat jalan. Mangunkusumo Jakarta.(Tesis)
e) Terdapat pengaruh yang signifikan Mukhtiaranti 2012, Gambaran faktor risiko
antara obesitas terhadap kejadian pada pasien PJK di Rumah Sakit
PJK pada lansia berobat jalan. Hasan Sadikin Bandung periode
2. Faktor yang paling berpengaruh dengan Januari 2011 – Desember 2011
kejadian PJK adalah hipertensi (Skripsi)
Rizki Rahmadani, 2012. Faktor-faktor
SARAN risiko yang berhubungan dengan
1. Bagi Masyarakat kejadian penyakit jantung koroner
Bagi pasien dengan umur yang beresiko pada pasien berobat jalan di poli
dan memiliki risiko PJK dianjurkan jantung rumah sakit umum daerah
untuk segera melakukan upaya kota langsa. (Skripsi)
pencegahan dengan melakukan aktifitas
fisik dan pola hidup sehat serta menjaga
nilai profil lipid dalam darah, salah
satunya adalah secara rutin mengontrol
tekanan darah agar tidak terjadi
komplikasi seperti PJK
2. Bagi RSUD Langsa
Upaya sosialisasi kepada pasien,
pengunjung RSUD Langsa terkait
dengan faktor-faktor risiko PJK
hendaknya dilakukan secara terus-
menerus baik oleh pemerintah maupun
instansi terkait untuk menurunkan
kejadian PJK yang merupakan salah