You are on page 1of 5

Anak usia sekolah mengalami tumbuh kembang yang cepat.

Asupan gizi yang


baik dari segi kuantitas maupun kualitas diperlukan agar tumbuh kembang anak dapat
optimal. Pemberian gizi pada usia ini biasanya tidak berjalan secara sempurna, karena
banyak faktor lingkungan sangat mempengaruhi perilaku makanannya (Mahan LK &
Escott-Stump S, 2008).

Pola makan yang tidak sehat dan tinggi kalori pada anak sekolah dapat
mengakibatkan masalah gizi yang serius yaitu obesitas. Pada anak sekolah, kejadian
kegemukan dan obesitas merupakan masalah serius karena akan berlanjut hingga usia
dewasa serta merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit metabolik (Jukes

MCH et al, 2008).

Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi dan lemak lebih tinggi
daripada energi yang dikeluarkan (kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style).
Masalah ini sering dikaitkan dengan pola konsumsi kebiasaan makan dan perilaku baik
dirumah maupun di sekolah. Perilaku makan seperti, konsumsi makanan jajanan dan junk
food yang tinggi lemak dan tinggi kalori, terutama makanan jajanan yang digoreng ini
sering terjadi. Selain itu makanan jajanan juga tidak mengenyangkan. Mungkin hal inilah
yang dapat dikaitkan dengan terjadinya obesitas pada anak-anak sekolah (Judarwanto, W.
2006).

Faktor risiko yang paling berhubungan dengan obesitas pada anak usia 5-15 tahun
adalah tingkat pendidikan anak (Sartika R.A.D, 2011).Untuk itu perlu dilakukan upaya
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko obesitas denganmenanamkan pendidikan
gizi pada anak sejak usia dini. Pendidikan gizi ini dapat diberikan melalui penyuluhan,
pemberian poster, leaflet atau booklet pada anak sekolah (Suhardjo, 2003,Machfoedz I &
Suryani S, 2007)
Pendidikan kesehatan dalam hal ini pendidikan gizi dapat dilaksanakan dua jalur
yaitu secara langsung lewat tatap muka, maupun tidak langsung. Pendidikan gizi yang
bersifat langsung dapat dilaksanakan melalui penyuluhan baik secara individu maupun
kelompok, sedang pendidikan gizi tidak langsung dapat melalui media massa, buku
bacaan, elektroknik, leaflet dan sebagainya. (Nevid, 2005).
Pada dasarnya program pendidikan gizi dan kesehatan anak sekolah merupakan
salah satu cara menerapkan intervensi kesehatan global secara sederhana dan efektif
untuk memperoleh pendidikan yang lebih luas (Nuryanto dkk, 2014). Pendidikan gizi
akan meningkatkan pengetahuan gizi dan membantu merubah kebiasaan dalam memilih
makanan yang menyehatkan (Healty People, 2010).
Media sangat berperan penting dalam peningkatan pengetahuan gizi pada remaja.
Media cetak merupakan media yang paling dekat dengan siswa. Materi cetak juga
menempati posisi penting dalam penelitian kesehatan karena memberikan pesan jelas
yang dapat dibawa kerumah. Materi itu efektif dalam memperkuat informasi yang
disampaikan secara lisan ataupun bila memang digunakan sebagai media untuk
menyampaikan informasi itu sendiri (Bensley, 2009).
Media edukasi gizi yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi
atau pesan pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga
sasaran mau dan mampu untuk merubah pengetahuan sesuai dengan pesan-pesan yang
disampaikan. Media sangat berperan penting dalam peningkatan pengetahuan gizi pada
remaja. Media cetak merupakan media yang paling dekat dengan siswa. Materi cetak juga
menempati posisi penting dalam penelitian kesehatan karena memberikan pesan jelas
yang dapat dibawa kerumah. Materi itu efektif dalam memperkuat informasi yang
disampaikan secara lisan ataupun bila memang digunakan sebagai media untuk
menyampaikan informasi itu sendiri (Bensley, 2009).
Media edukasi gizi yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi
atau pesan pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga
sasaran mau dan mampu untuk merubah pengetahuan sesuai dengan pesan-pesan yang
disampaikan.
Edukasi gizi berbasis edutaintment bermanfaat dalam meningkatkan pengalaman
belajar secara menyeluruh bagi siswa (Singhal et al. 2004). Android dan website
merupakan salah satu media edukasi gizi berbasis teknologi edutaintment yang sudah
banyak diterapkan di luar ne-geri dan berpotensi untuk diterapkan di Indonesia. Indonesia
merupakan negara yang penggunaan internetnya berkembang pesat. Sebanyak 85% dari
total pengguna internet di Indonesia mengakses internet dengan menggunakan mobile
phone sisanya menggunakan laptop dan PC (APJII & PusKaKom UI 2014). Sebanyak
98% anak-anak di Asia Tenggara telah menggunakan smartphone dan secara keseluruhan
digunakan untuk bermain game, menonton video, dan penggunaan education apps (the
Asianparent Insights 2014). Oleh karena itu, android dan website sangatlah efektif jika
digunakan dalam edukasi gizi sehingga dapat memberikan dampak positif dari
penggunaan smartphone dan internet pada anak SD. Pelaksanaan edukasi gizi berbasis
android dan website sebaiknya dilakukan secara bertahap, berkelanjutan, dan terus
menerus untuk mencapai perubahan perilaku yang positif dan mencegah penurunan
perilaku pada sasaran sehingga dapat diterapkan secara berkelanjutan pada kehidupan
sehari-hari anak. Program edukasi gizi ini kedepannya memerlukan keterlibatan dan
dukungan dari berbagai pihak lainnya.

Pengaruh edukasi gizi terhadap perilaku gizi seimbang


Pengetahuan tentang gizi seimbang. Pe-ngetahuan gizi merupakan faktor penting yang
memengaruhi perilaku gizi individu, keluarga, dan masyarakat (Demirozu et al. 2012).
Praktik yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan lama sehingga penting bagi anak
untuk meme-roleh pengetahuan gizi dari berbagai sumber se-perti sekolah, media cetak,
maupun media elek-tronik (Khomsan et al. 2009).

Sikap tentang gizi seimbang. Sikap gizi merupakan kecenderungan seseorang untuk me-
nyetujui atau tidak menyetujui terhadap suatu pernyataan yang diajukan terkait dengan
pangan dan gizi (Khomsan et al. 2009). Edukasi gizi yang diberikan diharapkan dapat
menumbuhkan sikap yang lebih baik terhadap gizi.
Praktik tentang gizi seimbang. Praktik adalah respon seseorang terhadap suatu rang-
sangan. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, kemudian mengadakan
penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia
akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo 2007).
DAFTAR PUSTAKA

Khomsan, A. (2004). Pangan dan gizi untuk kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-
2019. Jakarta.
Nevid, J. S. R . (2005). Psikologi Abnormal. Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilakau . Jakarta: Rineka Cipta.
Nugraheni, R. (2015). Pengaruh Pendidikan Gizi Dengan Media Buku Cerita Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Anemia dan Perubahan Perilaku Makan Pada Remaja
Putri. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

You might also like