You are on page 1of 9

STUDI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN

RW 07 JOGOYUDAN KELURAHAN GOWONGAN


KECAMATAN JETIS KOTA YOGYAKARTA
TAHUN 2018

Hidayatul Faizah*, Bambang Suwerda**, Heru Subaris Kasjono**

*JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi 3, Banyuraden Gamping Sleman, DIY 55293
email: faizahhidayatul@yahoo.com
**JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Abstrack

Settlements are residential environment consisting of more than one housing unit that has the
infrastructure, facilities, public utilities, and has supporting other functional activities in urban areas
or rural areas. Type of waste is the most of organic waste. It is known that Jogoyudan settlements
have deficiencies in the waste management system. This is influenced by the inadequate volume of
TPSS and the frequency of transportation has not been done properly, so there is a lot of garbage
strewn around TPSS. With this problem, it is better to do garbage management system in
Jogoyudan .. This study to be determine the amount of waste generation, public participation,
garbage collection, garbage collection, garbage transportation, waste reduction in RW 07
Jogoyudan in 2018. This research is a type survey by using descriptive analysis method. The object
of this research is community participation, manpower, management equipment, operational cost,
final waste processing method, garbage collection, waste collection, garbage collection, garbage
transport, waste reduction in RW 07 Jogoyudan Settlement 2018. The results of this study are
waste generation of RW 07 Jogoyudan is 0.78 kg / person / day. The community does not play a
role in waste segregation and waste management, the community only plays a role in terms of
waste payment fees. There is no separation of wet and dry waste, and there is no minimum waste
container available for two. No garbage collection is done routinely every two days. Frequency of
garbage transport is done no more than three days. The number of cleaning garbage collector in
RW 07 Jogoyudan Neighborhood is 6 personnel and has been said to be sufficient. The waste
management equipment used by the residents is sufficient and the equipment used by the garbage
cleaners is still very simple. The division of operational costs used comes from 80% of citizens and
20% of Local Government. The occurrence of final processing of waste that is done in Piyungan
landfill using Sanitary Landfill method. The conclusion of the research is existing waste
management system, there are only four aspects that do not meet the requirements according to
SNI 03-3242-2008. While the other six aspects are sufficient in accordance with SNI 03-3242-2008.

Keywords: settlement, waste management system, waste management process, waste


management aspect
Intisari
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan
perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Jenis sampah terbanyak yaitu
sampah organik. Diketahui bahwa Permukiman Jogoyudan merupakan permukiman dimana
permukiman tersebut memiliki kekurangan dalam sistem pengelolaan sampah. Hal tersebut
dipengaruhi keberadaan volume TPSS yang kurang memadai dan frekuensi pengangkutan belum
terlaksana dengan baik, sehingga banyak sampah berserakan disekitar TPSS. Dengan adanya
permasalahan tersebut, maka sebaiknya dilakukan sistem pengelolaan sampah di Jogoyudan..
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah timbulan sampah, peran serta masyarakat,
pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pengurangan sampah di
Permukiman RW 07 Jogoyudan tahun 2018. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan
menggunakan metode analisis deskriptif. Obyek penelitian ini adalah peran serta masyarakat,
ketenagaan, peralatan pengelolaan, biaya operasional, metode pemrosesan akhir sampah,
penimbulan sampah, pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah,
pengurangan sampah di Permukiman RW 07 Jogoyudan tahun 2018. Hasil penelitian ini adalah
berat timbulan sampah RW 07 Jogoyudan yaitu 0.78 kg/orang/hari. Masyarakat belum berperan
dalam hal pemilahan sampah dan pengolahan sampah, masyarakat hanya berperan dalam hal
retribusi pembayaran sampah. Belum terjadi pemisahan sampah basah dan kering, dan belum
tersedia wadah sampah minimal dua buah. Belum dilakukan pengumpulan sampah secara rutin
setiap 2 hari sekali. Frekuensi pengangkutan sampah dilakukan tidak lebih dari 3 hari. Jumlah
tenaga kebersihan pengumpul sampah di Permukiman RW 07 Jogoyudan berjumlah 6 personil dan
sudah dikatakan mencukupi sesuai dengan SNI yaitu jumlah personil 1/1.000 penduduk yang
dilayani. Peralatan pengelolaan sampah yang digunakan warga sudah mencukupi dan peralatan
yang digunakan oleh petugas kebersihan pengangkutan sampah masih sangat sederhana.
Pembagian biaya operasional yang digunakan berasal dari 80% warga dan 20% dari Pemerintah
Daerah. Terjadinya pemrosesan akhir sampah yang dilakukan di TPA Piyungan dengan
menggunakan metode Sanitary Landfill. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, seluruh sistem
pengelolaan sampah yang ada, hanya terdapat empat aspek yang tidak memenuhi persyaratan
sesuai dengan SNI 03-3242-2008. Sedangkan enam aspek lainnya sudah mencukupi sesuai
dengan SNI 03-3242-2008.

Kata kunci : permukiman, sistem pengelolaan sampah, proses pengelolaan sampah, aspek
pengelolaan sampah

PENDAHULUAN (34,89%), Kota Yogyakarta dipilih


sebagai lokasi penelitian karena
Manusia adalah makhluk sampah yang dihasilkan di Kota
sosial yang setiap hari melakukan Yogyakarta merupakan sampah
berbagai aktivitas. Sebagian besar terbanyak yang dibuang ke tempat
aktivitas tersebut dilakukan dengan pembuangan akhir (TPA) sampah
memanfaatkan berbagai sumber Piyungan. Kota Yogyakarta
daya alam, namun penggunaan menghasilkan 900 gram per hari per
barang atau bahan oleh manusia orang. Per hari dalam satu keluarga
tidak selalu terpakai habis sehingga dengan lima orang anggota keluarga
menimbulkan bahan buangan yang menghasilkan 4.500 gram sampah
kita kenal sebagai sampah. Sampah dan dalam satu tahun menghasilkan
identik dengan barang yang sudah 1.620 kg per hari. BLH Kota
tidak punya nilai guna dan nilai jual, Yogyakarta telah melakukan
kotor, kumuh serta bau. Jumlah evaluasi bahwa setelah perumahan,
sampah dipengaruhi oleh jumlah transportasi, dan komersial, ternyata
penduduk (Made, 2010). sampah menduduki urutan keempat
Pertambahan jumlah penduduk yang sebagai produsen emisi masyarakat
diikuti semakin bertambahnya dengan kapasitas 158.692 ton
tingkat produksi, konsumsi dan (Mulasari, dkk, 2016).
aktivitas manusia menyebabkan Perkembangan kawasan
semakin bertambah pula jumlah permukiman perkotaan saat ini
sampah yang dihasilkan. mempunyai andil besar dalam
Bertambahnya jumlah penduduk peningkatan jenis dan kualitas
sedangkan ruang untuk hidup tetap, sampah. Salah satu upaya yang
maka semakin hari permasalahan dapat dilakukan yaitu peningkatan
tentang pengelolaan sampah teknik operasional pengelolaan
semakin besar. sampah dengan merencanakan
Profil Badan Lingkungan suatu pengelolaan sampah yang
Hidup (BLH) Kota Yogyakarta Tahun sistematis dan efektif. Kegiatan
2013 menyebutkan bahwa sampah pengelolaan sampah juga harus
yang terangkut ke tempat pem- didukung oleh partisipasi aktif dari
buangan akhir (TPA) sampah paling masyarakat seperti pemilahan,
banyak adalah dari Kota Yogyakarta pemanfaatan kembali, dan daur
ulang. Salah satu tempat yang 3242-2008 tentang Tata Cara
menjadi sumber timbulan sampah Pengelolaan Sampah di
adalah permukiman, karena di Permukiman apakah sesuai atau
permukiman banyak masyarakat tidak sesuai dengan acuan yang
yang tinggal di dalamnya dan telah ditentukan.
melakukan berbagai aktivitas yang
tentunya akan menghasilkan HASIL
sampah.
Permukiman Jogoyudan Komposisi sampah yang ada
Kelurahan Gowongan Kecamatan di Permukiman Jogoyudan yaitu
Jetis Kota Yogyakarta khususnya di sampah berupa organik dan
RW 07 merupakan permukiman anorganik, dimana jumlah sampah
yang memiliki satu buah TPSS yang jenis organik lebih banyak dibading
berada di tengah-tengah dengan sampah jenis anorganik.
permukiman. TPSS tersebut Rata-rata jumlah timbulan sampah
digunakan oleh warga penghuni selama 7 minggu dilakukan
permukiman dan dikhususkan hanya observasi dan 14 hari dilakukan
untuk warga RW 07, tetapi penimbangan diperoleh berat
pembuangan sampah di TPSS tidak sampah sebanyak 0,78
tertata rapi. Hal tersebut dipengaruhi kg/orang/hari yang artinya berat
keberadaan volume TPSS yang tersebut sudah sesuai SNI dengan
kurang memadai dan frekuensi ketentuan minimal berat sampah
pengangkutan belum terlaksana sebesar 0,7-0,8 kg/orang/hari.
dengan baik, sehingga banyak Peran serta masyarakat
sampah yang berserakan disekitar dalam hal teknis operasional yang
TPSS. masih sangat rendah yaitu tidak
Berdasarkan hal di atas melakukan pemilahan sampah di
mendorong untuk melakukan kajian sumber dan tidak melakukan
tentang Sistem Pengelolaan pengolahan sampah dengan konsep
Sampah mulai dari penimbulan 3R. Peran serta masyarakat dalam
sampah hingga pengurangan hal retribusi pembiayaan yang sudah
sampah dan aspek-aspek yang bagus.
mempengaruhi proses Pengelolaan Sistem pewadahan sampah
Sampah. Apakah hal tersebut sudah yang tidak sesuai dengan yang
sesuai dengan Standar yang ditentukan untuk Permukiman RW
ditentukan oleh SNI 03 – 3242 – 07 Jogoyudan yaitu tidak adanya
2008 tentang Tata Cara Pengelolaan pemisahan antara sampah basah
Sampah di Permukiman. dan sampah kering dan tidak
tersedianya jumlah wadah sampah 2
METODA buah per rumah.
Pola pengumpulan sampah
Jenis penelitian ini yang dilakukan di Permukiman RW
merupakan penelitian survei dengan 07 Jogoyudan dapat dikatakan
menggunakan metode survei belum sesuai dengan ketentuan,
deskriptif dengan pendekatan dimana masyarakat permukiman
observasional (Sugiyono, 2011). hanya melakukan pola pengumpulan
Hasil dari penelitian ini nantinya disaat tempat sampah dalam
akan dibandingkan dengan keadaan sudah penuh mencapai 10
menggunakan acuan berupa L sesuai dengan ukuran keranjang
Standar Nasional Indonesia 03- sampah yang disediakan di rumah
warga dengan dimensi 273x260. dinaikkan di atas mobil pick-up
Sedangkan menurut SNI kurang layak digunakan dan sudah
pengumpulan sampah harus mengalami kerusakan selain itu tidak
dilakukan secara rutin yaitu 2 hari adanya peralatan pengelolaan
sekali agar tidak terjadi penumpukan sampah cadangan yang dibawa oleh
dan tidak menimbulkan bau busuk petugas kebersihan apabila
dan pengumpulan sampah harus sewaktu-waktu mengalami
dilakukan dengan menggunakan kerusakan. Untuk perawatan
kendaraan khusus pengelolaan peralatan pengelolaan sampah
sampah. berupa alat transportasi sudah dapat
Frekuensi pengangkutan dikatakan mencukupi dan sesuai
sampah untuk Permukiman RW 07 dengan SNI yang ditentukan yaitu
Jogoyudan sudah sesuai dengan dilakukannya service secara rutin
jadwal yang dikonfirmasikan oleh untuk menghindari terjadiya
Pengelola Sampah Kota, dimana kerusakan.
pengangkutan sampah harus Pembagian biaya
dilakukan tidak lebih dari 3 hari dan operasional untuk pengelolaan
menggunakan alat transportasi sampah 80% dari masyarakat dan
berupa truck container pengangkut 20% dari Pemerintah yang sudah
sampah. dapat dikatakan memenuhi dan
Tidak adanya proses sesuai dengan SNI yang telah
pengurangan sampah yang ditentukan.
dilaksanakan di Permukiman Metode Pemrosesan Akhir
Jogoyudan dengan sistem 3R Sampah yang digunakan untuk
Jumlah tenaga kebersihan menyelesaikan atau mengatasi
untuk melakukan pengangkutan permasalahan sampah dari tahap
sampah yang berasal dari Dinas awal hingga tahap akhir yang
Lingkungan Hidup berjumlah 6 dilakukan di TPA dengan
personil. Dengan adanya 6 personil menggunakan metode Sanitary
tenaga kebersihan pengangkutan Landfill sudah dianggap sesuai dan
sampah maka dapat dikatakan memenuhi.
bahwa tenaga kebersihan
pengangkutan sampah di PEMBAHASAN
Permukiman Jogoyudan telah
mencukupi dengan persyaratan yaitu Dari data tersebut dapat
minimal 1 orang per 1.000 penduduk diketahui bahwa komposisi sampah
yang dilayani. terbesar adalah sampah organik.
Penyediaan peralatan Dari temuan di lapangan tersebut
pengelolaan sampah di Permukiman menunjukkan bahwa sampah rumah
Jogoyudan berupa tempat sampah, tangga sebenarnya mengandung
sapu lidi, dan sapu lantai sudah potensi yang sangat besar untuk
mencukupi. Namun masih ditemui dimanfaatkan kembali dan memiliki
tempat sampah yang tidak nilai ekonomis.
mempunyai penutup. Hanya saja Pengamatan yang dilakukan
peralatan pengelolaan yang masih banyak warga Jogoyudan
digunakan petugas kebersihan dari yang hanya mempunyai satu buah
Dinas Lingkungan Hidup belum tempat sampah yang berada di
mencukupi karena peralatan yang setiap rumahnya. Satu buah tempat
digunakan seperti keranjang untuk sampah tersebut digunakan secara
menampung sampah supaya bisa bersamaan untuk pewadahan
sampah sementara sehingga dinilai baik karena waktu
pewadahan sampahnya pelaksanaan
bercampuran dan terkadang pengangkutan/pembersihan
menimbulkan bau yang tidak sedap, dilakukan setiap hari atau
dan masih banyak ditemukan tempat pengangkutan sampah tidak
pewadahan sampah yang tidak dilakukan lebih dari 3 hari. Karena
tertutup. Seperti yang diungkapkan berdasarkan buku Reksosoebrato,
oleh Rusmandi (2017) dalam 1978 kemungkinan penahanan
jurnalnya yaitu Teknik Lingkungan, sampah maksimal 3 hari dalam
bahwasannya bentuk dari wadah tempat pengumpulan sampah
sampah yang dimiliki di rumah- tersebut.
rumah yaitu wadah sampah yang Suatu program pengelolaan
terbuat dari bahan plastik berlubang sampah belum dapat dikatakan
dan hanya dilapisi dengan plastik berhasil keseluruhan dengan baik
hitam pada bagian dalamnya. tanpa menyelesaikan atau
Wadah sampah tersebut pun tidak mengatasi permasalahan hingga
memiliki penutup. Sedangkan sampai tahap pembuangan akhir,
menurut SNI 03-3242-2008 bahwa karena tahap pembuangan atau
Penyediaan sarana pewadahan pemrosesan akhir merupakan aspek
sampah sementara menentukan yang sangat penting dalam
berhasil tidaknya pengelolaan hubungannya dengan
sampah terutama pada sistem perkembangan lalat dan tikus
pewadahan di Kampung Jogoyudan (Indonesia, Depkes 1987, h. 63).
ini. Hambatan dari luar
Alat transportasi masyarakat terutama muncul karena
pengumpulan sampah yang belum adanya kerjasama yang baik
digunakan di Jogoyudan yaitu tidak antara pemerintah dan masyarakat
sama sekali menggunakan alat (Wibisana dalam Syafrudin, 2004).
transportasi, karena pada prinsipnya Jorge dalam Syafrudin, 2004,
temuan di lapangan bahwa pola mengatakan bahwa hambatan
pengumpulan sampah tersebut dalam partisipasi adalah
dilakukan sendiri oleh warga menuju Heterogenitas masyarakat dalam
TPSS kemudian diangkut ke tempat ras, etnik, agama maupun politis
pembuangan sementara / TPS mempengaruhi mereka untuk ikut
sebelum dibuang ke TPA berpartisipasi ataukah tidak.
(Khoirunnisa, 2016). Menurut Birokrasi yang panjang dan rumit
persyaratan yang telah ditentukan menjadi penghambat masyarakat
bahwa alat pengumpulan sampah untuk berpartisipasi.
harus berupa alat transportasi Menurut Didik Sarudji (1982,
seperti gerobak, motor, atau mobil h. 28) struktur organisasi
terbuka. pengelolaan sampah diperlukan
Frekuensi pengangkutan karena untuk menentukan tugas dan
sampah yang dilakukan di RW 07 tanggungjawab dari setiap individu
Jogoyudan dilakukan dalam waktu yang ada dalam struktur organisasi
satu minggu dua kali pengangkutan tersebut. Dan struktur organisasi
setiap hari Selasa dan Sabtu pukul pengelolaan sampah di Kampung
07.00 WIB. Pengangkutan sampah Jogoyudan ini terlaksanan maka
dilakukan dari TPSS menuju TPS dapat berjalan dengan baik dan
dan selanjutnya diangkut ke TPA. terencana.
Frekuensi pengangkutan tersebut
Aspek peralatan pengelolaan nantinya masyarakat yang
sampah yang terjadi di Permukiman berpergian tidak lagi membuang
Jogoyudan khususnya pada sampah sembarangan, sehingga
peralatan cadangan yang harus terciptanya lingkungan permukiman
digunakan dapat dikatakan tidak yang bersih menjadi bersih.
sesuai dengan SNI yang telah Didapatkan juga data berupa
ditentukan. Menurut SNI 03-3242- produksi sampah warga kota
2008 bahwa tersedianya peralatan Yogyakarta sudsh dalam kondisi
pengelolaan sampah cadangan membahayakan dan berpotensi
harus siap sewaktu-waktu mengganggu kesehatan lingkungan
dibutuhkan atau dalam keadaan hidup, sehingga diperlukan langkah
rusak. Namun pada kenyataannya, preventif untuk menguranginya. Di
temuan di lapangan tidak sesuai sisi lain, selama ini Kota Jogja
dengan apa yang seharusnya menjadi penyumbang terbesar
menurut SNI. Namun pada saat sampah di Tempat Pembuangan
observasi masih dijumpai sampah Akhir (TPA) Piyungan Bantul.
yang berserakan hal tersebut
dimungkinkan dari perilaku KESIMPULAN
masyarakat Permukiman yang
belum membuang sampah pada Berdasarkan hasil penelitian
tempat sampah serta penempatan yang telah dilakukan dapat
tempat sampah yang kurang disimpulkan bahwa dari sistem
menyebar merata. Peralatan pengelolaan sampah yang
kebersihan berupa garu yang disebutkan mulai dari penimbulan
disediakan masih kurang karena sampai metode pembuangan akhir,
hanya berjumlah 2 sedangkan terdapat beberapa sistem
jumlah petugas kebersihan ada 6 pengelolaan yang belum sesuai
personil. dengan SNI yaitu sistem berupa
Aspek Biaya Operasional pewadahan, pengumpulan, dan
yang telah dilakukan sudah sesuai pengurangan sampah. Untuk sistem
dengan SNI 03-3242-2008 yang yang dinyatakan sudah sesuai yaitu
telah ditentukan yaitu sumber biaya sistem timbulan sampah dimana
berasal dari Pembiayaan jumlah timbulan sampah tidak
Pengelolaan Sampah dari sumber melebihi batas yang sudah
sampah di permukiman sampai ditentukan, pengumpulan sampah,
dengan TPS bersumber dari iuran peran serta masyarakat, ketenagaan
warga, Pembiayan pengelolaan dari yang tersedia, peralatan
TPS ke TPA bersumber dari pengelolaan sampah, biaya
retribusi/jasa pelayanan berdasarkan operasional, dan pemrosesan akhir
Peraturan Daeah/Keputusan Kepala yang dilakukan di TPA Piyungan.
Daerah.
Sampah yang dihasilkan dari SARAN
rumah tangga langsung dibuang ke
TPSS tanpa ada pengolahan yang Bagi Warga RW 07
baik. Sehingga banyak sampah yang Jogoyudan Gowongan Jetis
berhamburan di lingkungan sekitar Yogyakarta yaitu upaya untuk
permukiman mengakibatkan menjaga kebersihan lingkungan
lingkungan terlihat kotor dan berbau sekitar sebaiknya lebih diperhatikan,
busuk. Seharusnya, sampah harus menghidupkan/mengaktifkan
ada pengolahan yang baik agar kembali Program Kegiatan Bank
Sampah yang ada di Permukiman Owabong Water Park
guna memecah permasalahan Bojongsari Kabupaten
sampah yang sampai saat ini belum Purbalingga Tahun
juga bisa teratasi dengan baik, 2010.Politeknik Kesehatan
bekerja sama dengan Petugas Kemenkes Semarang.
Kebersihan Pengangkutan Sampah 2. Mulasari, S.A., Sulistyawati,
dari DLH Kota Yogyakarta dengan 2014. Keberadaan TPS
cara sering meghadiri acara Legal dan TPS Ilegal di
sosialisasi atau penyuluhan dan Kecamatan Godean
dapat menerapkan pada program Kabupaten Sleman. Jurnal
Bank Sampah yang bertujuan untuk Kemas. 9 (2) : 122-130.
mengurangi sampah di TPSS 3. Mulasari, Asti, Adi Heru
supaya jumlah sampah yang Husodo, and Noeng
diangkut menjadi lebih sedikit. Muhadjir. 2016. Analisis
Bagi Tenaga Kebersihan Situasi Permasalahan
Pengangkut Sampah di Permukiman Sampah Kota Yogyakarta
RW 07 Jogoyudan, sebaiknya saat Dan Kebijakan
bertugas untuk pengangkutan Penanggulangannya. Jurnal
sampah semua tenaga harus Kesehatan Masyarakat 11
menggunakan APD (Alat Pelindung (2):97.
Diri) yang lengkap seperti masker, http://journal.unnes.ac.id/nju/i
seragam, sepatu boots, topi, dan ndex.php/kemas.
sarung tangan untuk mencegah 4. Badan Standararisasi
terjadinya penyakit dalam jangka Nasional (BSN). 1991.
waktu yang cukup panjang. Standar Nasional Indonesia
Bagi Peneliti Lain Peneliti (SNI) S-04-1991-03 Tentang
diharapkan dapat melanjutkan Spesifikasi Timbulan
penelitian tentang faktor-faktor yang Sampah Untuk Kota Kecil
mempengaruhi sistem pengelolaan Dan Kota Sedang Di
sampah di Permukiman Jogoyudan Indonesia. Jakarta:
yang belum memenuhi persyaratan Departemen Pekerjaan
antara lain yaitu dapat dilihat dari Umum.
sistem pewadahan sampah, 5. Badan Standarisasi Nasional
pengumpulan sampah, dan (BSN). 2002. Standar
pengurangan sampah dengan Nasional Indonesia (SNI)
sistem 3R. 2454- 2002 Tentang Tata
Bagi Petugas Kebersihan Cara Pengelolaan Teknik
Dinas Lingkungan Hidup Lebih Sampah Perkotaan.Jakarta.
sering melakukan dan mengadakan 6. Badan Standarisasi Nasional
kegiatan sosialisasi tentang (BSN). 2008. Standar
pengelolaan sampah kepada warga Nasional Indonesia (SNI)
RW 07 Jogoyudan supaya warga 3242-2008 Tentang Tata
dapat melakukan lebih baik sistem Cara Pengelolaan Sampah
pengelolaan sampah yang baik. Di Permukiman. Jakarta.
7. Sugiyono. 2011. Statistika
DAFTAR PUSTAKA Untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
1. Made, Pramita. 2010. 8. Rumasondi, Joy. 2017.
Tinjauan Pengelolaan Perencanaan Sistem
Sampah Di Objek Wisata Pengelolaan Sampah
Terpadu Studi Kasus RW 1, Jakarta: Akademik Penilik
2, dan 12 Kelurahan Kesehatan Teknologi
Bandarharjo Kecamatan Sanitasi. pp.
Semarang Utara Kota 11. Depkes, Kepusdiknakes.
Semarang. Jurnal Tekenik 1997. Pedoman Bidang Studi
Lingkungan, Vol. 6, No.1 Pembuangan Sampah, APK-
(2017) TS.
9. Khoirunnisa Nida. 2016. 12. Wibisono, hendra. 2011.
Analisis Pengelolaan Studi Pengelolaan Sampah
Sampah (Studi Kasus Di Di Stasiun Daop V
Daerah Perbatasan Purwokerto Kabupaten
Kabupaten Cirebon).Skripsi. Banyumas Tahun 2011.
10. Reksosoebrato, Soebagio., Politeknik Kesehatan
1978. Hygiene dan Sanitasi, Kemenkes Semarang

You might also like