You are on page 1of 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Alumina

Alumina (Al2O3) merupakan material keramik nonsilikat yang paling penting.

Material ini meleleh pada suhu 2051 oC dan mempertahankan kekuatannya bahkan

pada suhu 1500 sampai 1700oC. Alumina mempunyai ketahanan listrik yang tinggi

dan tahan terhadap kejutan termal dan korosi. Alumina (Al2O3) diperoleh dari

pengolahan biji bauksit yang mengandung 50-60% Al2O3 ; 1-20% Fe2O3; 1-10% silika;

sedikit sekali titanium, zirkonium dan oksida logam transisi lain; dan sisanya (20-

30%) adalah air. Pengolahan ini dilakukan dengan menggunakan proses Bayer yang

mengambil manfaat dari fakta bahwa oksida alumina amfoter larut dalam basa kuat

tetapi besi (III) oksida tidak. Proses Bayer terdiri dari tiga tahap reaksi yaitu:

1. Proses Ekstraksi

Bauksit mentah dilarutkan dalam natrium hidroksida

Al 2 O3 ( s ) + 2OH − (aq ) + 3H 2 O(l ) → 2 Al (OH ) −4 (aq )

dan dipisahkan dari besi oksida terhidrasi serta zat asing tak larut lainnya

dengan penyaringan.

Universitas Sumatera Utara


2. Proses Dekomposisi

Aluminium oksida terhidrasi murni mengendap bila larutan didinginkan

sampai lewat jenuh dan dipancing menjadi kristal dari produk:

2 Al (OH ) 4− (aq ) → Al 2 O3 ⋅ 3H 2 O( s ) + 2OH − ( aq )

3. Proses Kalsinasi

Air hidrasi dibuang melalui kalsinasi pada suhu tinggi (1200oC).

Al 2 O3 .3H 2 O + kalor → Al 2 O3 + 3H 2 O

Alumina yang dihasilkan melalui proses Bayer ini, mempunyai kemurnian yang tinggi

dengan konsumsi energi yang relatif rendah (Oxtoby, 2003).

Aluminium oksida (Al2O3) atau yang lebih dikenal dengan alumina adalah

insulator (penghambat) panas dan listrik yang baik. Aluminium oksida (Al2O3)

berperan penting dalam ketahanan logam aluminium terhadap perkaratan dengan

udara. Logam aluminium sebenarnya amat mudah bereaksi dengan oksigen di udara.

Aluminium bereaksi dengan oksigen membentuk aluminium oksida, yang terbentuk

sebagai lapisan tipis yang dengan cepat menutupi permukaan aluminium. Lapisan ini

melindungi logam aluminium dari oksidasi lebih lanjut.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Aluminium_oksida)

PT. INALUM tidak menghasilkan alumina sendiri tetapi diperoleh dari negara

lain terutama dari negara Australia. Spesifikasi alumina yang diperlukan untuk

peleburan aluminium ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Pemasukan alumina itu sendiri ke dalam pot reduksi telah di atur secara

kontinyu oleh komputer. Dimana, dilakukan pemecahan kerak tengah terlebih dahulu

Universitas Sumatera Utara


oleh blade kemudian dilakukan pemasukan alumina dari hopper melalui gate alumina

sebanyak kira-kira 20 kg di bagian tengah pot.

Tabel 2.1 Spesifikasi Alumina

Item Satuan Spesifikasi

Loss on Ignition (300-10000C) % 1,00 maks

SiO2 % 0,03 maks

Fe2O3 % 0,03 maks

TiO2 % 0,005 maks

Na2O % 0,600 maks

CaO % 0,060 maks

Al2O3 % 98,40 min

Spesific Surface Area m2/g 40-80

Particle Size

+ 100 mesh % 12,0 maks

+ 150 mesh % 25 min

- 325 mesh % 12,0 maks

Angle of Refuse deg 30-34

Anoda Karbon

Anoda karbon berfungsi sebagai reduktor dalam proses elektrolisis alumina. Anoda

karbon diproduksi pada pabrik karbon (Carbon Plant). Komposisi karbon terdiri dari

60% kokas minyak, 15% hardpitch, dan 20% butt (puntung anoda).

Universitas Sumatera Utara


Anoda karbon yang digunakan harus mempunyai sifat sebagai berikut:

1. Tahan terhadap perubahan panas (heat shock) sehingga sulit retak pada saat

beroperasi pada temperatur tinggi.

2. Angka muai panas yang rendah agar anoda sulit terlepas dari tangkai anoda

pada temperatur tinggi.

3. Konduktivitas panas tinggi agar segera mencapai temperatur tinggi pada

proses pemanasan (baking).

4. Konduktivitas listrik tinggi (0,0036 – 0,0091 ohm.cm) agar aliran listrik

efektif.

5. Kemurnian kimia yang tinggi.

6. Reaktivitas rendah sehingga sulit untuk membentuk karbondioksida (CO2)

dan udara.

7. Homogenitas dan kekuatan mekanikal yang tinggi.

Anoda di dalam pot berjumlah 18 buah, dengan masa pakai tiap anoda rata-

rata 27-28 hari. Agar tegangan pot tetap stabil, penggantian anoda harus diatur, tiap

harinya satu anoda yang boleh diganti. Bila yang diganti anoda pojok, satu hari

berikutnya tidak ada penggantian anoda (dalam kondisi pot normal). Pada saat ini,

penggantian anoda dilakukan dengan bantuan ACC (Anode Changing Crane) (PT.

INALUM, 2009).

Larutan elektrolit (bath)

Komposisi utama dari larutan elektrolit (bath) adalah kriolit (Na3 AlF6). Lelehan

kriolit, yang berdisosiasi sempurna menjadi ion-ion Na+ dan AlF63-, merupakan

Universitas Sumatera Utara


pelarut yang baik untuk aluminium oksida dalam elektrolit. Kriolit meleleh pada suhu

1000oC, tetapi titik lelehnya turun dengan adanya aluminium oksida terlarut, sehingga

suhu operasi sel hanya sekitar 950oC. Dibandingkan dengan titik leleh Al2 O3 murni

(2050oC), suhu tersebut merupakan suhu yang rendah (Oxtoby, 2003).

Kriolit yang digunakan di PT INALUM harus mempunyai sifat-sifat sebagai

berikut:

1. Konduktivitas listrik baik.

2. Memiliki berat jenis yang rendah.

3. Temperatur kristalisasi primer rendah.

4. Stabil dalam keadaan cair.

5. Dapat melarutkan alumina dalam jumlah besar.

Untuk memperbaiki sifat- sifat kriolit tersebut, bath biasanya ditambah dengan

beberapa bahan tambahan seperti fluorida, alkil metal, AlF3 dan CaF2.

Tinggi bath diukur setiap hari setelah pengisapan metal (metal tapping = MT).

Sedangkan temperatur bath diukur 5 kali seminggu, bertujuan untuk mengetahui rata-

rata temperatur pot. Kelebihan kandungan AlF3 di dalam bath dinyatakan dalam %Sa.

Pengukuran parameter ini dilakukan setiap dua kali per minggu.

Aluminium fluorida (AlF3)

Aluminium fluorida berfungsi menjaga temperatur bath dan merupakan bahan yang

dituangkan secara manual jika AlF3 kurang didalam bath. Spesifikasi AlF3 yang

digunakan oleh PT INALUM dapat dilihat pada tabel 2.2.

Universitas Sumatera Utara


AlF3 merupakan aditif yang dimasukkan setiap hari untuk mengimbangi

penguapan gas fluorida dan menjaga kompisi bath tetap stabil. Selain itu, kriolit akan

terbentuk akibat terjadinya reaksi antara AlF3 dengan Na2O.

4 AlF3 + 3 Na 2 O → 2 Na 3 AlF6 + Al 2 O3

Fungsi utama AlF3 adalah menurunkan temperatur liquidus bath, sehingga pot

bisa dioperasikan pada temperatur yang lebih rendah. Bath cair terkadang perlu di

keluarkan dari dalam pot bila tidak sesuai dengan standar tinggi bath, 22 ± 2 cm, dan

apabila terjadi kekurangan, AlF3 akan ditambahkan ke dalam pot. Pemasukan ataupun

pengeluaran dilakukan secara manual.

Tabel 2.2 Spesifikasi AlF3

Item Unit Spesifikasi

AlF3 % 93 min

SiO2 % 0,25 max

P2O5 % 0,02 max

Fe2O3 % 0,07 max

Moisture (Water Content) % 0,35 max

Loss on Ignitation 300-1000oC % 0,85 max

Bulk density gram/cc 0,7 min

Particle Size (Tyler Mesh) Typical

+ 150 mesh % 25-60

+ 200 mesh % 50-75

+ 320 mesh % 75 min

Universitas Sumatera Utara


Soda abu (Na2CO3)

Soda abu berfungsi memperkuat struktur katoda dan dinding samping agar sulit

tererosi. Lapisan dinding samping dengan Na2CO3 dilakukan pada tahap transisi untuk

membantu proses pembentukan kerak samping. Selain mencegah erosi oleh bath, soda

abu juga berfungsi sebagai isolasi termal. Berikut adalah tabel spesifikasi soda abu

(Na2CO3) yang digunakan oleh PT. INALUM.

Tabel 2.3 Spesifikasi Soda Abu (Na2CO3)

Komposisi Loss on Fe2O3 NaCl Insoluble Na2CO3 App. Unit

Ignitation water Density

(LOI) (gr/cm3)

Kemurnian 1,0 max 0,01 max 0,5 max 0,2 max 99,0 min 1,0 min %

Diagram Alir Bahan Baku

Bahan-bahan untuk keperluan produksi aluminium pertama sekali didatangkan

melalui pelabuhan. Bahan-bahan tersebut adalah alumina, kokas, hard pitch. Alumina

akan dimasukkan ke silo alumina (alumina silo), kokas kedalam silo kokas (coke silo),

pitch kedalam pitch storage house. Pemasukan bahan-bahan tersebut menggunakan

belt conveyer.

Alumina yang berada didalam silo alumina kemudian kemudian dibawa ke dry

scrubber system untuk direaksikan dengan gas HF yang berasal dari pot. Hasil dari

reaksi ini adalah reacted alumina yang akan dimasukkan kedalam hopper pot dengan

Universitas Sumatera Utara


menggunakan Anode Changing Crane (ACC). Dari hopper pot, reacted alumina akan

dimasukkan kedalam tungku reduksi.

Kokas yang ada dalam silo kokas akan bercampur dengan butt (puntung

anoda) dan mengalami pemanasan. Kemudian dicampur dengan hard pitch yang

berfungsi sebagai perekat (binder). Campuran ketiga bahan ini akan dicetak

menggunakan Shaking Machine di Anode Green Plant dan selanjutnya mengalami

pemanggangan pada baking furnace. Hasilnya adalah blok anoda (anode block) di

Anode Baking Plant.

Blok-blok anoda kemudian akan dipasangi tangkai (anode assembly) di Anode

Baking Plant. Anoda tersebut kemudian akan dikirimkan ke Reduction Plant untuk

keperluan proses elektrolisis alumina menjadi aluminium. Setelah + 28 hari anoda

diganti dan sisa-sisa anoda (butt) dibersihkan. Butt ini kemudian akan dihancurkan

dan dimasukkan ke silo butt. Butt kemudian dipakai kembali (recycle) sebagai bahan

pembuatan anoda bersama kokas dan pitch.

Pada tungku reduksi akan terjadi proses elektrolisis alumina. Proses ini akan

menghasilkan gas HF yang akan dialirkan ke dry scrubber system untuk bereaksi

dengan alumina dan dibersihkan lalu dibuang melalui cerobong gas cleaning system.

Aluminium cair (molten) yang dihasilkan dibawa ke Casting Shop menggunakan

Metal Transport Car (MTC). Di casting shop aluminium cair dimasukkan kedalam

holding furnace, lalu dituang ke casting machine untuk dicetak menjadi ingot

aluminium dengan berat masing-masing ingot seberat 22,7 kg (PT. INALUM, 2009).

Universitas Sumatera Utara


Mekanisme Elektrolisa Hall-Heroult

Produksi aluminium dilakukan dalam sel elektrolisis atau pot. Alumina (Al2O3)

dipisahkan dalam elektrolit cair (bath) pada temperatur 960oC di dalam sel baja

segiempat yang besar yang saling berjajar dengan katoda blok karbon dan dilapisi

bricks. Aliran listrik searah (direct current, DC) dengan arus yang tinggi dan tegangan

yang rendah dilewatkan melalui blok karbon (anoda) yang dicelupkan dalam elektrolit

cair (bath), kemudian melewati lapisan aluminium cair (molten) yang mengumpul

diatas katoda karbon pada bagian bawah sel, lalu selanjutnya menuju ke katoda.

Batang baja dalam blok katoda membawa aliran listrik ke sel selanjutnya melalui

sistem bus-bar aluminium.

Elektrolisis Al2O3 terjadi dalam lapisan elektrolit cair (bath) yaitu lapisan

diantara anoda dan metal cair. Ion aluminium dalam Al2O3 direduksi untuk

membentuk aluminium cair, yang kemudian mengumpul diatas katoda pada bagian

bawah sel. Ion oksida bereaksi dengan anoda karbon dan menghasilkan

karbondioksida. Ini dikenal sebagai proses Hall-Heroult yang ditunjukkan oleh reaksi:

2Al2O3 + 3C → 4Al + 3CO2

Aluminium cair dihisap (tapping) dari sel kedalam “ceret” raksasa dan di bawa ke

pabrik pencetakan (casthouse) dimana, aluminium cair itu akan dibentuk menjadi

ingot untuk diproses lebih lanjut (Hulse, K.L., 2000).

Dalam industri peleburan aluminium, ada terdapat dua jenis tungku reduksi

yang dipergunakan yaitu Prebaked Anode Furnace (PAF) dan Soderberg Anode

Furnace (SAF). Perbedaan kedua tipe tungku tersebut terletak pada cara

pemanggangan anodanya, dalam sistem PAF anoda dipanggang terlebih dahulu

Universitas Sumatera Utara


(prebaked) sebelum dipergunakan. Sedangkan pada sistem SAF tidak dilakukan

pemanggangan pendahuluan, melainkan dimasukkan langsung ke dalam tungku

reduksi. Pabrik peleburan aluminium di Kuala Tanjung menggunakan sistem PAF

yang telah dikembangkan oleh Sumitomo Aluminium Smelting Co.Ltd (Siahaan,B.,

1985).

Tipe pot (tungku reduksi)yang menggunakan tekhnologi Sumitomo (SM-17-

SE = Sumitomo, 170 kA design, Side by side End riser) dengan sistem Centre Work

Pre Baked (CWPB). Arus listrik searah (DC) yang digunakan sebesar 188-200 kA

(sekarang ini kapasitas terpasang di INALUM adalah 190,3 kA), dengan tegangan tiap

pot (tungku reduksi) sekitar 4,2-4,4 volt. Pot satu dengan pot lainnya dihubungkan

secara listrik seri dan diletakkan bersisian (Side by Side). Daya yang digunakan untuk

satu pot kira-kira setara dengan 1600 rumah berdaya listrik 500 watt.

Reaksi keseluruhan pada industri elektrolisis alumina dengan menggunakan

anoda karbon adalah sebagai berikut:

2 Al 2 O3 ( s ) + 3C ( s ) → 4 Al (l ) + 3CO2 ( g )

Mekanisme reaksi yang paling sering terjadi adalah reduksi Al2O3 secara langsung

dengan reaksi:


Al 2 O3 → AlO2 + AlO +

AlO2 → Al 3+ + 2O 2−

Dari reaksi diatas terbukti bahwa Al3+ akan bergerak ke katoda, sedangkan O2- akan

bergerak menuju anoda.

Reaksi pada katoda: Al 3+ + 3e → Al (l )

Reaksi pada anoda: 2O 2− → O2 + 4e

Universitas Sumatera Utara


Lalu selanjutnya O2 akan bereaksi dengan karbon anoda:

C ( s ) + O2 ( g ) → CO2 ( g )

C ( s ) + CO2 ( g ) → 2CO ( g )

Dari proses peleburan aluminium ini, selain menghasilkan gas CO2 dan CO,

dihasilkan pula gas HF yang diketahui sangat berbahaya bagi kesehatan, melalui

reaksi:

2 AlF3 + 3H 2 O → Al 2 O3 + 6 HF , dan

2 Na 3 AlF6 (l ) + 3H 2 O ( g ) → Al 2 O3 ( s ) + 6 NaF ( s ) + HF ( g )

Gas-gas yang dihasilkan selanjutnya akan dihisap oleh main exhaust fan dan masuk ke

dalam DSS (Dry Scrubbing System), dimana sistem ini berfungsi menyaring debu dan

mengadsorbsi gas flourida yang berasal dari pot reduksi (gas HF akan bereaksi dengan

fresh alumina yang berasal dari silo dan menghasilkan reacted alumina). Selanjutnya

gas-gas yang sudah bersih tersebut dibuang ke atmosfer melalui exhaust stack

(PT.INALUM, 2009).

Aluminium

Aluminium merupakan logam putih keperak-perakan yang memiliki karakteristik

yang diinginkan pada logam. Dibandingkan dengan tembaga, besi, emas dan timbal,

yang telah dikenal sejak zaman kuno, aluminium relatif merupakan pendatang baru.

Aluminium merupakan logam yang paling banyak ditemukan di kerak bumi (8.1%),

tetapi tidak pernah ditemukan secara bebas di alam. Sir Humphry Davy

menemukannya sebagai aloi besi dan membuktikan sifat-sifat logamnya pada tahun

Universitas Sumatera Utara


1809. Materi ini pertama kali dibuat dalam bentuk relatif murni oleh H.C.Oersted

pada tahun 1825, melalui reaksi aluminium klorida dengan amalgam kalium yang

dilarutkan dalam merkurium sesudah itu merkurium dipisahkan dengan penyulingan.

Aluminium masih sekadar menjadi bahan penelitian di laboratium sampai

tahun 1886, ketika Charles Hall di Amerika Serikat (lulusan Oberlin College yang

berusia 21 tahun) dan Paul Héroult (berkebangsaan Perancis, berusia sama) secara

sendiri-sendiri menemukan proses yang efisien untuk memproduksinya. Pada tahun

1990-an produksi aluminium di seluruh dunia yang menggunakan proses Hall-

Héroult mencapai sekitar 1,5 x 107 ton metrik.

Aluminium telah digunakan dalam berbagai hal. Banyak yang memanfaatkan

kerapatan aluminium yang rendah (ringan), suatu keunggulan dibandingkan besi atau

baja seperti untuk industri transportasi, yang menggunakan aluminium untuk

kendaraan (mobil) dan satelit. Konduktivitas listrik aluminium yang tinggi dan

kerapatannya yang rendah sangat berguna untuk digunakan dalam kabel transmisi

listrik. Untuk penggunaannya dalam bangunan dan gedung, ketahanannya terhadap

korosi merupakan sifat yang penting, seperti halnya kenyataan bahwa materi ini

menjadi lebih kuat pada suhu dibawah nol. (Baja dan besi adakalanya menjadi rapuh

pada kondisi tersebut.). Produk rumah tangga yang mengandung aluminium antara

lain foil, kaleng minuman ringan dan perabot dapur (Oxtoby, 2003).

Penggunaan aluminium yang semakin berkembang didukung oleh sifat-sifat

penting yang dimiliki oleh aluminium itu sendiri. Sifat-sifat tersebut adalah :

1. Berat jenisnya ringan (hanya 2,7 gr/cm³, sedangkan besi ± 8,1 gr/ cm³)

Universitas Sumatera Utara


2. Tahan korosi

Sifat tahan korosi dari aluminium diperoleh karena terbentuknya lapisan

aluminium oksida (Al2O3) pada permukaan aluminium. Lapisan ini membuat

Al tahan korosi tetapi sekaligus sukar dilas, karena perbedaan melting point

(titik lebur). Aluminium umumnya melebur pada temperatur ± 600 oC dan

aluminium oksida melebur pada temperatur 2000oC.

3. Penghantar listrik dan panas yang baik

4. Mudah di fabrikasi/di bentuk.

Sifat lain yang menguntungkan dari aluminium adalah sangat mudah

difabrikasi, dapat dituang (dicor) dengan cara penuangan apapun. Dapat

ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat dan diekstrusi menjadi

batangan dengan bermacam-macam penampang.

5. Kekuatan dan kekerasannya tidak begitu tinggi tetapi dengan pemaduan dan

heat treatment, kekuatan dan kekerasannya dapat ditingkatkan.

(http://gabunganteknik.wordpress.com/2008/04/13/aluminium/)

Karena hingga akhir abad kesembilan belas, aluminium masih merupakan

logam yang tidak umum, sehingga metode biasa untuk memisahkan logam tidak

bekerja pada aluminium. Produksi aluminium juga mengkonsumsi sejumlah besar

energi listrik. Oleh karena itu, harga produksinya sangat mahal, tidak hanya dalam

urusan biaya tapi juga dalam hal sumber energi. Karena alasan inilah, daur ulang

aluminium menjadi prioritas utama jika kita ingin meminimalkan penggunaan energi

kita (Brady, 1938).

Universitas Sumatera Utara

You might also like