You are on page 1of 46

I REGULASI TERKAIT PERUSAHAAN EFEK

A. Definisi perusahaan efek


Berdasarkan pasal 1 angka 21 UUPM, Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan
kegiatan usaha sebagai penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manager
Investasi. Kegiatan usaha sebagai perusahaan efek dilakukan perseroan yang telah
memperoleh izin usaha dari Bapepam (OJK), untuk melaksanakan kegiatan sebagai
perusahaan efek diperlukan berbagai persyaratan, diantaranya keahlian dan permodalan yang
cukup.
Perusahaan efek dapat melakukan kegiatan usaha sebagai :
1. Perantara Pedagang Efek (PPE), atau yang sering disebut broker-dealer,
2. Penjamin Emisi Efek (PEE), atau yang sering disebut underwriter,
3. Manajer Investasi (MI), atau yang sering disebut sebagai fund manager/investment
company.
Suatu Perusahaan Efek dapat melakukan salah satu kegiatan usaha dari ke-tiga kegiatan
tersebut, dan dapat juga melakukan ketiga kegiatan usaha tersebut. Hal tersebut tergantung
dari kemampuan permodalan dan kesiapan sumber dayanya.Perusahaan Efek bertanggung
jawab kepada sebagai berikut.
1. “Segala kegiatan yang berkaitan dengan Efek” seperti kegiatan yang dilaksanakan
oleh Perusahaan Efek sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan
Manajer Investasi
2. “Pegawai” yang merupakan seseorang yang bekerja pada Pihak lain, di mana Pihak
lain tersebut mempunyai kewenangan untuk mengendalikan dan mengarahkan orang
dimaksud untuk melakukan pekerjaan dengan memperoleh upah atau gaji secara
berkala.
3. “Pihak lain yang bekerja untuk Perusahaan Efek” adalah Pihak yang ditunjuk
oleh Perusahaan Efek untuk melakukan tugas tertentu meskipun Pihak tersebut bukan
pegawai Perusahaan Efek dimaksud.

B. Jenis Perusahaan Efek Berdasarkan Kepemilikan


B.1 Menurut PP No. 45 Tahun 1995, Perusahaan efek dapat berbentuk Perusahaan Efek
Nasional, yang seluruh sahamnya dimiliki oleh perseorangan WNI, dan atau badan
hukum Indonesia, dan Perusahaan Efek Patungan, yang sahamnya dimiliki oleh orang
perseorangan WNI, badan hokum Indonesia, dan atau badan hokum asing yang
bergerak di bidang keuangan.

1
B.2 Menurut POJK No. 20/POJK.04/2016 sama dengan PP No. 45 Tahun 1995, dimana
persentase Kepemilikan Perusahaan Efek Patungan bisa dimiliki oleh Badan Hukum
Asing yang bergerak dibidang jasa keuangan selain sekuritas paling banyak 85% dari
modal disetor, selain itu bisa juga dimiliki oleh Badan Hukum Asing yang bergerak
dibidang sekuritas yang telah memperoleh negara asalnya paling banyak 99% dari
modal disetor.

C. Syarat Permodalan Perusahaan Efek.


C.1 Syarat Permodalan Perusahaan Efek Menurut PP No. 45 tahun 1995 pasal 33
perusahaan efek wajib memenuhi persyaratan permodalan sebagai berikut :
1. Untuk Perusahaan Efek Nasional:
a. Penjaminan Emisi Efek dan Perantara Perdagangan Efek :
Modal disetor : Rp. 10.000.000.000,00
Modal kerja bersih disesuaikan : Rp. 500.000.000.000,00
b. Perantara Perdagangan Efek
Modal disetor : Rp. 500.000.000,00
Modal kerja bersih disesuaikan : Rp. 200.000.000,00
c. Penjaminan Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan Manajer Investasi
Modal disetor : Rp. 10.500.000.000,00
Modal kerja bersih disesuaikan : Rp. 700.000.000,00
d. Perantara Pedagang Efek dan Manajer Investasi
Modal disetor : Rp. 1.000.000.000,00
Modal kerja bersih disesuaikan : Rp.400.000.000,00
2. Untuk Perusahaan Patungan dengan Pihak Asing.
a. Penjaminan Emisi Efek dan Perantara Perdagangan Efek :
Modal disetor : Rp. 10.000.000.000,00
Modal kerja bersih disesuaikan : Rp. 500.000.000,00
b. Perantara Perdagangan Efek
Modal disetor : Rp. 1.000.000.000,00
Modal kerja bersih disesuaikan : Rp. 200.000.000,00
c. Penjaminan Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan Manajer Investasi
Modal disetor : Rp. 11.000.000.000,00
Modal kerja bersih disesuaikan : Rp. 700.000.000
d. Perantara Pedagang Efek dan Manajer Investasi

2
Modal disetor : Rp. 2.000.000.000,00
Modal kerja bersih disesuaikan : Rp. 400.000.000,00
C.2 Syarat Permodalan Berdasarkan POJK No. 20/POJK.04/2016
Menurut Pasal 8 POJK No. 20/POJK.04/2016 Perusahaan Efek wajib memenuhi persyaratan
permodalan sebagai berikut :
a. Penjamin Emisi Efek
Modal disetor : Rp. 50.000.000.000,00
b. Perantara Pedagang Efek yang Mengadministrasikan Rekening Efek Nasabah
Modal disetor : Rp. 30.000.000.000,00
c. Perantara Pedagang Efek yang tidak Mengadministrasikan Rekening Efek Nasabah
Modal disetor :Rp. 500.000.000,00
d. Penjamin Emisi Efek dan Manajer Investasi
Modal disetor : Rp. 75.000.000.000,00
e. Perantara Pedagang Efek yang Mengadministrasikan Rekening Efek Nasabah dan
Manajer Investasi
Modal disetor : Rp. 55.000.000.000,00

C.3 Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD)


Pengaturan mengenai MKBD diatur dalam Peraturan V.D.5 tentang Pemeliharaan dan
Pelaporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan.
 Definisi
a. Haircut adalah faktor pengurang nilai pasar wajar Efek sesuai dengan risikonya sebesar
persentase tertentu dari nilai pasar wajar efek dimaksud.
b. Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) adalah jumlah asset lancar perusahaan efek
dikurangi dengan seluruh liabilitas Perusahaan Efek dan Ranking Liabilities, ditambah
dengan Utang Sub-Ordinasi, serta dilakukan penyesuaian- penyesuaian lainnya.
c. Peringkat adalah opini yang dikeluarkan oleh Perusahaan Pemeringkat Efek tentang
kemampuan untuk memenuhi kewajiban pembayaran secara tepat waktu oleh suatu
Pihak berkaitan dengan Efek yang diterbitkan oleh Pihak dimaksud yang diperingkat.
d. Ranking Liabilities adalah sejumlah kewajiban kontingen dan kewajiban off balance
sheet yang akan ditambahkan pada liabilitas sebagai faktor risiko dalam penghitungan
MKBD, yang nilainya ditetapkan berdasarkan perhitungan tertentu.

3
 Ketentuan Nilai Minimal MKBD
a. Perusahaan efek yang menjalankan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek wajib
memiliki MKBD paling sedikit sebesar Rp. 25.000.000.000,00 atau 6,25% dari total
liabilitas tanpa utang Sub-Ordinasi dan Utang Dalam Rangka Penawaran
Umum/Penawaran Terbatas ditambah Ranking Liabilities, mana yang lebih tinggi.
b. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek
yang mengadministrasikan rekening efek nasabah wajib memiliki MKBD paling sedikit
Rp.25.000.000.000,00 atau 6,25% dari total liabilitas tanpa Utang Sub-Ordinasi dan
Utang Dalam Rangka Penawaran Umum/Penawaran Terbatas ditambah Ranking
Liabilities, mana yang lebih tinggi.
c. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek
yang tidak mengadministrasikan rekening efek nasabah wajib memiliki MKBD paling
sedikit Rp. 200.000.000,00 atau 6,25% total liabilitas tanpa Utang Sub-Ordinasi dan
Utang Dalam Rangka Penawaran Umum/Penawaran Terbatas ditambah Ranking
Liabilities, mana yang lebih tinggi.
d. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan usaha sebagai Manajer Investaso wajib
memiliki MKBD paling sedikit Rp. 200.000.000,00 ditambah 0,1% dari total dana yang
dikelola. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi
Efek dan Manajer Investasi wajib memiliki MKBD paling sedikit sebesar
Rp25.000.000.000,00 atau 6,25% dari total liabilitas tanpa Utang Sub-Ordinasi dan
Utang Dalam Rangka Penawaran Umum/Penawaran Terbatas ditambah Ranking
Liabilities, mana yang lebih tinggi, ditambah Rp200.000.000,00 dan 0,1% dari total
dana yang dikelola.
e. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek
yang mengadministrasikan rekening Efek Nasabah dan Manajer Investasi wajib
memiliki MKBD paling sedikit sebesar Rp. 25.000.000.000,00 atau 6,25% dari total
liabilitas, tanpa Utang Sub-Ordinasi dan Utang Dalam Rangka Penawaran
Umum/Penawaran Terbatas ditambah Ranking Liabilities, mana yang lebih tinggi,
ditambah Rp.200.000.000,00 dan 0,1% dari total dana yang dikelola.
f. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek
yang tidak mengadministrasikan rekening efek nasabah dan Manajer Investasi wajib
memiliki MKBD paling sedikit sebesar Rp.200.000.000,00 atau 6,25% dari total
liabilitas tanpa Utang Sub-Ordinasi dan Utang Dalam Rangka Penawaran

4
Umum/Penawaran terbatas ditambah Ranking Liabilitas mana yang lebih tinggi
ditambah Rp. 200.000.000,00 dan 0,1% dari total dana yang dikelola.
g. Penghitungan penentuan nilai minimum MKBD di atas, dilakukan sesuai dengan
Formulir Nomor V.D.5-8.
 Ketentuan yang wajib dipenuhi Perusahaan Efek terkait MKBD :
a. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek wajib
memiliki modal kerja bersih disesuaikan paling sedikit sebesar Rp. 25.000.000.000,00.
b. Perusaahn Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening efek nasabah wajib memiliki modal kerja bersih
disesuaikan paling sedikit Rp. 25.000.000.000,00.
c. Perusahan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek yang
tidak mengadministrasikan rekening efek nasabah wajib memiliki modal kerja bersih
disesuaikan paling sedikit Rp. 200.000.000,00.
d. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Manajer Investasi wajib memiliki
modal kerja bersih disesuaikan paling sedikit Rp. 200.000.000,00.
e. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek dan Manajer
Investasi memiliki modal kerja bersih disesuaikan paling sedikit sebesar
Rp.25.200.000.000,00.
f. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening efek nasabah dan manajer investasi wajib memiliki
modal kerja bersih disesuaikan paling sedikit Rp.25.200.000.000,00.
 Kewajiban Perusahaan Efek terkait pengisian laporan MKBD.
Laporan tersebut wajib ditanda tangani direktur perusahaan efek, dan disimpan pada bagian
akuntansi kantor pusat perusahaan efek, dan laporan tersebut wajib disiapkan dalam program
digital dengan lajur dan kolom dan disampaikan dalam bentuk disket atau E-mail yang
rincian teknisnya akan ditentukan oleh Bapepam bagi setiap perusahaan efek.
 Tata cara penghitungan MKBD
1. Penghitungan MKBD dilakukan secara berurutan sebagai berikut.
a) Menentukan nilai modal kerja dengan cara total asset lancar dikurangi dengan total
liabilitas dan ranking liabilitis
b) Menentukan nilai modal kerja bersih dengan cara modal kerja ditambah dengan utang
Sub-Ordinasi
c) Menentukan nilai MKBD dengan cara modal kerja bersih dikurangi dengan total
penyesuaian risiko likuiditas penyesuaian risiko pasar, penyesuaian risiko kredit, dan

5
penyesuaian risiko kegiatan usaha, serta ditambah dengan pengembalian Haircut atas
efek yang ditutup dengan lindung nilai.
2. Penyesuaian risiko likuiditas merupakan penyesuaian terhadap risiko atas likuiditas
deposito dengan ketentuan :
a) Untuk deposito yang ditempatkan pada bank umum dan/atau bank perkreditan rakyat
dalam negeri maka deposito pada bank umum yang memiliki jangka waktu sama atau
kurang dari 3 bulan dilakukan penyesuaian sebesar 0%, sedangkan deposito pada bank
umum yang memiliki jangka waktu lebih dari 3 bulan dan dijamin Lembaga
Penjaminan Simpanan, nilai deposito sampai dengan batas penjaminan Lembaga
Penjaminan Simpanan dilakukan penyesuaian sebesar 0%, serta tidak dijamin apabila
jika bank umum sedang dimaksud tidak sedang diajukan pailit, ditanyak pailit, atau
tidak dalam proses likuidasi dilakukan penyesuaian sebesar 5%, Jika bank umum
sedang diajukan pailit, dinyatakan pailit, atau dalam proses likuidasi dilakukan
penyesuaian sebesar 100%, serta penempatan pada bank perkreditan rakyat dilakukan
penyesuaian sebesar 100%, dan
b) Untuk deposito yang ditempatkan pada bank luar negeri dilakukan penyesuaian sebesar
100%.
3. Penyesuaian risiko pasar merupakan penyesuaian terhadap risiko efek milik perusahaan
efek yang dihitung berdasarkan Haircut tertentu dari nilai pasar wajar. Haircut Efek milik
Perusahaan Efek meliputi :
a) Haircut untuk sertifikat Bank Indonesia adalah 5%
b) Haircut untuk surat berharga Negara yang memiliki sisa jangka waktu jatuh tempo 0
sampai dengan 7 tahun adalah 5%, lebih dari 7 tahun hingga 15 tahun adalah 7,5% ,
dan lebih dari 15 tahun adalah 10%
c) Haircut untuk obligasi sukuk korporasi, atau Efek Beragun Aset Arus Kas Tetap yang
tercatat di Bursa Efek di Indonesia yang memiliki Peringkat setara dengan AAA adalah
5%, Peringkat setara dengan AA hingga kurang dari setara dengan AAA adalah 15% ,
Peringkat setara dengan A hingga kurang dari setara dengan AA adalah 25%, Peringkat
setara dengan BBB- hingga kurang dari setara dengan A adalah 35%, dan Peringkat
kurang dari setara dengan BBB- adalah 100% .
d) Haircut untuk Efek Bersifat Ekuitas atau Efek Beragun Aset Arus Kas Tidak Tetap
yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan Reksa Dana yang Unit Penyertaannya
Diperdagangkan di Bursa Efek dikelompokkan berdasarkan besaran Haircut yang
ditetapkan oleh Komite setiap bulan

6
e) Haircut untuk Efek Bersifat Ekuitas yang tidak lagi dicatat di BEI (delist) yang
diterbitkan di Indonesia adalah 100%
f) Haircut untuk efek luar negeri adalah 90%
g) Haircut untuk unit penyertaan Reksa dana yang tidak di perdagangakan di Bursa Efek
yang termasuk dalam kategori Pasar Uang adalah 10%, Terproteksi adalah 10%,
Dengan Penjaminan adalah 10%, Pendapatan Tetap adalah 15%, Campuran atau Saham
adalah 20% , Indeks adalah 20%, dan Penyertaan terbatas adalah 40%.
h) Haircut untuk investasi yang dikelola oleh Perusahaan Efek lain adalah sebesar 100%
i) Haircut untuk Unit Penyertaan Dana Investasi Real Estat adalah sebesar 15% .
j) Haircut untuk Kontrak Opsi atas Efek atau atas Indeks Efek yang diperdagangkan di
Bursa Efek di Indonesia adalah sebesar 10%.
k) Haircut untuk Kontrak Berjangka atas Efek atau atas Indeks Efek yang diperdagangkan
di Bursa Efek di Indonesia adalah sebesar 10% .
l) Haircut untuk Efek lain selain sebagaimana diatur dalam angka 1) sampai dengan
angka 11) adalah 100% kecuali ditentukan lain oleh Ketua Bapepam dan LK (OJK).
 Pemeliharaan dan Tata Cara Pelaporan
1. Perusahaan Efek wajib menyiapkan laporan MKBD dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Laporan tersebut wajib menggunakan: Laporan Neraca Percobaan Harian – Aset,
Laporan Neraca Percobaan Harian - Liabilitas dan Ekuitas, Laporan Ranking
Liabilities, Perhitungan Risiko Terkonsentrasinya Efek Reksa Dana, Perhitungan
Pengembalian Haircut Atas Portofolio Efek yang Ditutup Dengan Lindung Nilai,
Laporan Buku Pembantu Dana, Laporan Buku Pembantu Efek, Perhitungan
Persyaratan Minimal Modal Kerja Bersih Disesuaikan, Laporan Perhitungan Modal
Kerja Bersih Disesuaikan, dan Laporan Data Pendukung Modal Kerja Bersih
Disesuaikan
b) Laporan wajib ditandatangani direktur Perusahaan Efek dan disimpan pada unit kerja
yang menjalankan fungsi pembukuan di kantor pusat Perusahaan Efek; dan
c) Laporan wajib disiapkan dalam format digital dengan lajur dan kolom ini yang rincian
teknisnya akan ditentukan oleh Bapepam dan LK.
2. Perusahaan Efek wajib memelihara MKBD setiap hari kerja dan menyampaikan laporan
MKBD dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Bagi Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang
Efek yang mengadministrasikan rekening Efek nasabah wajib menyampaikan laporan
MKBD kepada Bapepam dan LK, Bursa Efek, dan Lembaga Kliring dan Penjaminan

7
secara harian berdasarkan posisi akhir hari sebelumnya paling lambat pada pukul
08.30 WIB.
b) Bagi Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang
Efek yang mengadministrasikan rekening Efek nasabah yang juga menjalankan
kegiatan usaha sebagai Manajer Investasi, maka penghitungan nilai total dana
kelolaan yang digunakan untuk menghitung persyaratan nilai minimum MKBD
menggunakan nilai pada 2 hari bursa sebelum tanggal pelaporan.
c) Bagi Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang
Efek yang tidak mengadministrasikan rekening Efek nasabah wajib menyampaikan
laporan MKBD kepada Bapepam dan LK secara bulanan berdasarkan posisi akhir hari
kerja terakhir bulan sebelumnya paling lambat pada pukul 08.30 WIB hari kerja bulan
berikutnya.
d) Bagi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek
yang bukan Anggota Bursa Efek, wajib menyampaikan laporan MKBD kepada
Bapepam dan LK setiap melakukan kegiatan penjaminan yang dimulai sejak
Pernyataan Pendaftaran dinyatakan Efektif dari Bapepam dan LK sampai dengan
diselesaikannya pengembalian dana nasabah setelah proses penjatahan.
e) Bagi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Manajer Investasi,
wajib menyampaikan laporan MKBD kepada Bapepam dan LK secara bulanan yang
meliputi rekapitulasi posisi MKBD pada seluruh hari kerja dalam bulan sebelumnya,
paling lambat tanggal 12 bulan berikutnya. Dalam hal tanggal 12 bulan berikutnya
jatuh pada hari libur, maka laporan MKBD tersebut wajib disampingkan pada hari
kerja berikutnya
3. Bursa Efek wajib melarang anggotanya yang tidak melaporkan dan/atau gagal memenuhi
nilai minimum MKBD untuk melakukan Transaksi Bursa
4. Jika Perusahaan Efek Anggota Bursa Efek gagal memenuhi nilai minimu MKBD, maka
Bursa Efek mewajibkan Perusahaan Efek Anggota Bursa Efek tersebut untuk:
a) Menghentikan pembukaan rekening Efek untuk nasabah baru;
b) Menghentikan transaksi Efek yang akan meningkatkan Posisi Long atau Posisi Short
pada portofolio milik Perusahaan Efek kecuali melaksanakan atau menjual Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu;
c) Menghentikan transaksi Efek yang akan meningkatkan Saldo Debit atau Posisi Short
pada rekening Efek nasabah;

8
d) Menghentikan transaksi Efek dalam rekening Efek nasabah dan melaksanakan atau
menjual Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu jika kekurangan MKBD melebihi 20%
dari jumlah MKBD yang disyaratkan; dan
e) Menyampaikan kepada Bursa Efek rencana yang memuat jadwal, tata cara dan
bentuk peningkatan modal, pengurangan kegiatan usaha atau penghentian kegiatan
usaha serta menyampaikan tembusannya kepada Bapepam dan LK
5. Bursa Efek dapat menyetujui, menolak, atau meminta penyempurnaan dari rencana
Perusahaan Efek Anggota Bursa Efek
6. Setiap hari kerja dalam periode Perusahaan Efek Anggota Bursa Efek gagal memenuhi
MKBD, Perusahaan Efek Anggota Bursa Efek tersebut wajib melaporkan secara tertulis
pelaksanaan rencana kepada Bapepam dan LK, Bursa Efek, serta Lembaga Kliring dan
Penjaminan bagi Perusahaan Efek Anggota Bursa Efek yang menjadi anggota Lembaga
Kliring dan Penjaminan
7. Jika Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Manajer Investasi,
Perantara Pedagang Efek yang tidak mengadministrasikan rekening Efek nasabah,
dan/atau Penjamin Emisi Efek yang bukan Anggota Bursa Efek gagal memenuhi nilai
minimum MKBD maka pada hari kerja berikutnya wajib menyampaikan kepada
Bapepam dan LK, rencana yang memuat jadwal, tata cara dan bentuk peningkatan
modal, serta menyampaikan laporan MKBD dan pelaksanaan rencana dimaksud kepada
Bapepam dan LK setiap hari kerja paling lambat pukul 08.30 WIB
8. Dalam jangka waktu paling lambat 30 hari kerja sejak penyampaian rencana perbaikan
MKBD, Perusahaan Efek harus telah memperbaiki nilai MKBD-nya sehingga memenuhi
nilai minimum yang diwajibkan.
9. Bapepam dan LK akan mencabut izin usaha Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan
usaha sebagai Perantara Pedagang Efek yang mengadministrasikan rekening Efek
nasabah dan mewajibkan Perusahaan Efek yang bersangkutan untuk menyampaikan
rencana penyelesaian seluruh kewajiban pada nasabahnya, apabila Perusahaan efek gagal
memenuhi nilai minimum MKBD dalam periode lebih dari 30 hari kerja berturut-turut
atau lebih dari 60 hari kerja dalam periode 12 bulan terakhir terakhir; dan/atau tidak
menyampaikan laporan MKBD kepada Bapepam dan LK sebagaimana disyaratkan dalam
periode lebih dari 3 (tiga) bulan terakhir.
10. Satuan Pemeriksa Bursa Efek wajib melakukan pemeriksaan setempat terhadap Anggota
Bursa Efek yang gagal memenuhi nilai minimum MKBD paling lambat pukul 13.00
WIB pada hari berikutnya atau pada hari Anggota Bursa Efek tersebut tidak

9
menyerahkan laporan MKBD dengan ketentuan sebagai berikut Satuan Pemeriksa Bursa
Efek wajib mengawasi kegiatan Anggota Bursa Efek yang melanggar tersebut untuk
memastikan bahwa Anggota Bursa Efek yang bersangkutan tidak melakukan kegiatan
yang dilarang dalam Peraturan ini; dan melaporkan segera kepada Bapepam dan LK
setiap tindakan yang dilakukan oleh Anggota Bursa Efek yang bertentangan dengan
Peraturan ini serta sanksi yang diberikan oleh Bursa Efek kepada Anggota Bursa Efek
yang bersangkutan.
11. Satuan Pemeriksa Bursa Efek wajib melaporkan kepada Bapepam dan LK paling lambat
pukul 15.00 WIB pada hari berikutnya setelah dimulainya pemeriksaan yang meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a) informasi tentang pemenuhan terhadap Peraturan Nomor V.D.3;
b) perlu tidaknya pembatasan lebih jauh terhadap kegiatan Anggota Bursa Efek
dimaksud dengan tujuan melindungi kepentingan nasabah; dan
c) penilaian atas kelayakan rencana yang disampaikan kepada Bapepam dan LK oleh
Anggota Bursa Efek untuk memastikan bahwa rencana tersebut layak untuk
dilaksanakan.
Contoh Pelanggaran MKBD
a) Tidak melaporkan MKBD sesuai dengan jadwal yang ditentukan Pukul 08.30
b) MKBD disampaikan tepat Waktu namun ketika diverifikasi Bursa Efek ternyata MKBD
kurang dari nilai minimal yang dipersyaratkan
Sanksi: Perdagangan oleh BAPEPAM (yang melaksanakan sanksi Bursa Efek)

D. Kegiatan yang Dilakukan Perusahaan Efek


1) Perusahaan Efek sebagai Perantara Pedagang Efek (Broker-Dealer), Perusahaan
Efek ini melakukan kegiatan usaha jual beli Efek untuk kepentingan sendiri atau pihak
lain seperti investor, reksa dana, perusahaan asuransi, dana pensiun, dll. Jual-beli Efek
seperti saham dan obligasi dapat dilakukan di Bursa Efek. Namun jual-beli dapat
dilakukan secara transaksi di luar Bursa atau sering disebut sebagai transaksi OTC
(Over-the-Counter). Anggota Bursa Efek adalah Perantara Pedagang Efek yang telah
memperoleh izin usaha dari OJK dan mempunyai hak untuk memgunakan sistem atau
sarana Bursa Efek sesuai dengan peraturan Bursa Efek. Masyarakat atau calon investor
melakukan jual dan beli Efek, seperti saham dan obligasi melalui Perusahaan Efek yang
memiliki izin usaha sebagai Perantara Pedagang Efek.

10
2) Penjamin Emisi Efek (Underwriter) adalah Perusahaan Efek yang berlaku sebagai
Penjamin Emisi Efek melakukan kontrak dengan calon Emiten dalam melaksanakan
Penawaran Umum Saham (Initial Public Offering/IPO), dengan atau tanpa kewajiban
untuk membeli sisa Efek yang tidak terjual.
3) Manajer Investasi (Fund Manager, Investment Company) adalah Perusahaan Efek
sebagai Manajer Investasi melakukan kegiatan - kegiatan usaha mengelola portofolio
Efek untuk para nasabah atau mengelola Portofolio Investasi Kolektif untuk sekelompok
nasabah (kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri
kegiatan usahanya). Manajer Investasi dikenal luas oleh masyarakat sebagai pihak yang
mengelola Reksa Dana yang telah banyak dijual melalui Agen Penjual Efek Reksa Dana
(APERD). Sebagian besar Reksa Dana ditawarkan dan dijual melalui Bank Umum yang
terdaftar sebagai APERD.

11
E. Perizinan
Perizinan perusahaan efek pada saat ini diatur oleh Peraturan OJK No. 20/POJK.04/2016
tentang Perizinan Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi
Efek (PEE) dan Perantara Pedagang Efek (PPE) (selanjutnya disebut POJK Perizinan),
menggantikan peraturan sebelumnya yaitu Peraturan BAPEPAM No. V.A.1 tentang
Perizinan Perusahaan Efek
E.1 Tata cara Permohonan Perizinan Perusahaan Efek sebagai PEE dan PPE
Permohonan untuk memperoleh izin usaha Perusahaan Efek sebagai PEE dan/atau PPE
diajukan oleh pemohon kepada OJK dalam rangkap 2 (dua) sesuai dengan surat permohonan

12
atau perubahan Izin Usaha Perusahaan Efek sebagai PEE dan/atau PPE dengan melampirkan
dokumen sebagai berikut:
a) Dokumen yang menunjukkan identitas Perseroan yang paling sedikit meliputi nama dan
alamat kantor pusat dan operasional perusahaan, serta logo perusahaan (jika ada
b) Fotokopi Akta Pendirian Perseroan yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang,
berikut perubahan anggaran dasar terakhir yang telah memperoleh persetujuan dari
instansi yang berwenang atau telah diterbitkan surat penerimaan pemberitahuan
perubahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang
c) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perseroan
d) Surat kuasa kepada Pihak yang diberi kuasa untuk mengajukan permohonan perizinan
untuk dan atas nama perseroan (jika ada)
e) Daftar nama dan data anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan pegawai yang
memiliki izin Wakil Perusahaan Efek, yang meliputi persyaratan sesuai pasal 15 ayat
(1) huruf e POJK Perizinan
f) Dokumen yang terkait dengan nama, data, dan informasi pemegang saham, yang
meliputi persyaratan sesuai pasal 15 ayat (1) huruf f POJK Perizinan
g) keterangan mengenai: Pemegang saham hingga penerima manfaat yang sebenarnya,
Pemegang Saham Pengendali Perseroan Terbatas baik langsung maupun tidak langsung
yang paling sedikit memuat nama Pihak pengendali dan bentuk pengendalian,
Perusahaan terelasi, Anak Perusahaan
h) Daftar nama pegawai setingkat di bawah Direksi yang tidak memiliki izin Wakil
Perusahaan Efek dan posisinya dalam struktur organisasi perseroan
i) Laporan keuangan terakhir yang diperiksa Akuntan yang terdaftar di OJK yang jangka
waktu antara tanggal laporan keuangan terakhir tersebut dengan tanggal pemberian izin
usaha Perusahaan Efek tidak lebih dari 180 (seratus delapan puluh) hari
j) Fotokopi perjanjian usaha patungan bagi Perusahaan Efek patungan
k) Rekening koran;
l) Bukti penyetoran modal;
m) MKBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan di sektor Pasar Modal yang
mengatur mengenai Pemeliharaan dan Pelaporan MKBD
n) Surat Pernyataan sebagaimana dimaskud dalam pasal 15 ayat (1) huruf n s/d w dan
huruf ff POJK Perizinan
o) Surat keterangan domisili

13
p) Struktur organisasi sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan
sesuai izin usaha yang dimohonkan
q) Gambaran tentang rencana operasi dan misi perusahaan dan proyeksi keuangan paling
sedikit 5 (lima) tahun ke depan
r) Jawaban atas pernyataan sesuai dengan format daftar pernyataan sesuai dengan
lampiran POJK Perizinan
s) Daftar kantor cabang dan perubahannya
t) Prosedur dan standar operasi sesuai izin usaha
u) Bukti pembayaran biaya perizinan Perusahaan efek
v) Apabila terdapat anggota direksi, komisaris atau pegawai yang merupakan Tenaga
Kerja Asing, pemohon wajib memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi yang mengatur mengenai tata cara penggunaan tenaga kerja asing.
E.2 Persyaratan Permohonan Perizinan Perusahaan Efek sebagai PEE dan PPE
a) Persyaratan Anggaran Dasar, Anggaran dasar PEE dan/atau PPE wajib memuat
kegiatan usaha sesuai izin usaha yang dimohonkan kepada OJK.
b) Persyaratan Identitas, Perusahaan Efek wajib memiliki identitas Perseroan yang
paling sedikit meliputi nama dan alamat perusahaan, mencantumkan secara jelas kata
“Sekuritas” pada penulisan nama perusahaannya, dan mencantumkan logo apabila
Perusahaan efek tersebut menggunakan logo sebagai identitas tambahan
c) Persyaratan Permodalan
d) Persyaratan Operasional, Memiliki struktur organisasi yang dilengkapi dengan
uraian tugas dan nama pegawai pada tiap posisi jabatan termasuk keberadaan unit
kerja, anggota Direksi, atau pejabat setingkat di bawah Direksi yang menjalankan
fungsi dipersyaratkan oleh peraturan perundang- undangan di sektor Pasar Modal
sesuai izin usaha yang dimiliki, memiliki prosedur dan standar operasi sesuai izin
usaha yang dimiliki oleh Perusahaan Efekm, dan memiliki izin mempekerjakan tenaga
kerja asing dari instansi yang berwenang dalam hal mempekerjakan tenaga kerja
asing, Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan sebagai PEE wajib paling sedikit
memiliki 1(satu) orang pegawai yang telah memperoleh izin orang perseorangan
sebagai WPEE, dan Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan sebagai PPE wajib
paling sedikit memiliki 1 (satu) orang pegawai yang telah memperoleh izin orang
perseorangan sebagai WPEE atau WPPE.
e) Persyaratan Integritas dan Kelayakan Keuangan Pemegang Saham dan
Pemegang Saham Pengendai

14
 Persyaratan Integritas meliputi: cakap melakukan perbuatan hokum, Tidak pernah
melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan menyampaikan paling sedikit
Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dimana jangka waktu tanggal
diterbitkannya sampai dengan diajukan ke OJK tidak lebih dari 6 (enam) bulan
atau sesuai dengan masa berlaku yang diberikan dari Kepolisian jika kurang dari 6
(enam) bulan, dan tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana di sektor
keuangan dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir, melakukan tindak
pidana khusus dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir, melakukan
tindak pidana kejahatan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir Sampai
dengan ditetapkannya hasil uji kemampuan dan kepatutan pemegang saham dan
Pemegang Saham Pengendali oleh OJK. Memiliki akhlak dan moral yang baik;
Memiliki komitmen yang tinggi untuk mematuhi peraturan perundang-undangan;
dan Memiliki komitmen yang tinggi untuk mendukung pengembangan operasional
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai PEE atau PPE yang sehat
dan Pasar Modal Indonesia serta kebijakan OJK.
 Persyaratan Keuangan meliputi kemampuan keuangan bagi pemegang saham atau
pemegang saham pengendali berupa orang perseorangan, serta tidak pernah
dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris
yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perusahaan dinyatakan pailit
berdasarkan putusan pengadilan, dan tidak memiliki kredit dan/atau pembiayaan
macet.
f) Persyaratan Integritas dan Kompetensi Anggota Direksi atau Anggota Dewan
Komisaris
 Persyaratan Integritas meliputi: Cakap melakukan perbuatan hokum, Tidak pernah
melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan menyampaikan paling sedikit
Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dimana jangka waktu tanggal
diterbitkannya sampai dengan diajukan ke OJK tidak lebih dari 6 (enam) bulan
atau sesuai dengan masa berlaku yang diberikan dari Kepolisian jika kurang dari 6
(enam) bulan, Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana di sektor
keuangan dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir, melakukan tindak
pidana khusus dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir, melakukan
tindak pidana kejahatan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir, sampai
dengan ditetapkannya hasil uji kemampuan dan kepatutan pemegang saham dan

15
Pemegang Saham Pengendali oleh OJK. Memiliki akhlak dan moral yang baik;
Memiliki komitmen yang tinggi untuk mematuhi peraturan perundang-undangan;
dan Memiliki komitmen yang tinggi untuk mendukung pengembangan operasional
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai PEE atau PPE yang sehat
dan Pasar Modal Indonesia serta kebijakan OJK.
 Persyaratan Reputasi Keuangan meliputi: Tidak pernah dinyatakan pailit, Tidak
memiliki kredit dan/atau pembiayaan macet, Tidak pernah menjadi anggota Direksi
atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu
perusahaan dinyatakan pailit.
 Persyaratan kompetensi dan keahlian di bidang Pasar Modal, yang terdiri dari
direksi, dan komisaris. Adapun direksi harus memiliki pengetahuan di bidang Pasar
Modal yang memadai dan relevan dengan jabatannya serta paling rendah
berpendidikan akademi setingkat diploma, memiliki pengalaman dan keahlian di
bidang Pasar Modal dan/atau bidang keuangan paling sedikit 2 (dua) tahun pada
jabatan manajerial di perusahaan yang bergerak di sektor Pasar Modal dan/atau
jasa keuangan, dan Komisaris harus memiliki keahlian di bidang Pasar Modal yang
memadai dan relevan dengan jabatannya; dan/atau memiliki pengalaman minimal
2 (dua) tahun pada perusahaan yang bergerak di sektor Pasar Modal dan/atau jasa
keuangan.

F. Larangan Bagi Perusahaan Efek


F.1 Larangan terkait Perizinan, Perseroan yang memperoleh izin usaha Perusahaan Efek
sebagai Penjamin Emisi Efek dilarang melakukan kegiatan usaha selain kegiatan
usaha sesuai izin usaha yang dimiliki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4)
dan ayat (5) POJK Perizinan.
F.2 Larangan terkait Kepemilikan, Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai PEE atau PPE dilarang mengeluarkan saham baik untuk dimiliki sendiri
maupun dimiliki oleh perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak
langsung telah dimiliki oleh Perusahaan Efek dimaksud. Namun hal ini tidak berlaku
apabila perusahaan efek dimaksud dilakukan dalam kedudukannya sebagai emiten
kepada:
1) Perusahaan Efek lain, yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah
dimiliki oleh Perusahaan Efek dimaksud, yang melaksanakan kewajiban

16
pembelian saham dalam penjaminan emisi Efek atas Penawaran Umum Efek
bersifat ekuitasnya.
2) Perseroan lain, yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki
oleh Perusahaan Efek dimaksud, yang melaksanakan hal-hal sebagaimana diatur
dalam Pasal 22 ayat (2) huruf b POJK Perizinan.
Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan saham Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan usaha sebagai PEE atau PPE dilarang berasal dari
pinjaman atau utang dalam bentuk apapun dari pihak manapun; dan/atau dari dan
untuk tujuan pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme.
F.3 Larangan terkait Pengendalian, Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai PEE atau PPE yang menjadi pemegang saham Bursa Efek dan afiliasinya
baik sendiri maupun bersama dilarang mempunyai hubungan dengan Perusahaan
Efek lain yang melakukan kegiatan usaha sebagai PEE atau PPE yang juga menjadi
pemegang saham Bursa Efek yang sama melalui Kepemilikan, baik langsung
maupun tidak langsung, 20% (dua puluh persen) atau lebih saham Perusahaan Efek
lain dimaksud yang mempunyai hak suara; atau Pengendalian di bidang pengelolaan
dan/atau kebijakan Perusahaan Efek lain dimaksud, baik langsung maupun tidak
langsung.
F.4 Larangan terkait Anggota Direksi & Komisaris, Direksi: Dilarang Bekerja pada
perusahaan atau institusi lain dalam jabatan apapun kecuali sebagai anggota Dewan
Komisaris Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian. Komisaris: Dilarang bekerja dalam jabatan apapun
pada Perusahaan Efek lain yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi
Efek, Perantara Pedagang Efek, atau Manajer Investasi

G. Pengendalian dan Perlindungan Efek yang Disimpan Oleh Perusahaan Efek


G.1 Kewajiban Perusahaan Efek untuk menempatkan Efek Nasabah Dalam
Pengendalian Langsung Perusahaan Efek:
1) Perusahaan Efek wajib untuk mengambil tindakan yang cepat dan efektif untuk
menjaga agar Efek yang ada dalam Posisi Long rekening Efek nasabah berada
dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek.
2) Efek Bebas yang bukan Efek dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek
sesudah periode 5 (lima) hari kerja harus diganti dengan Efek yang dibeli oleh
Perusahaan Efek.

17
3) Perusahaan Efek dimungkinkan untuk memperpanjang waktu 5 (lima) hari kerja
untuk membeli Efek, dengan ketentuan bahwa: Perusahaan Efek telah
menyisihkan uang sejumlah nilai pasar wajar Efek yang belum berada dalam
pengendalian langsung Perusahaan Efek tersebut dan ada dalam rekening khusus
di bank atas nama Perusahaan Efek untuk kepentingan (qq) pemegang rekening
untuk menjamin Efek Bebas yang bukan Efek dalam pengendalian langsung
Perusahaan Efek; dan Perusahaan Efek telah secara aktif dan terus menerus
melakukan tindakan terbaik dan benar untuk memastikan Efek dimaksud dalam
pengendalian langsung Perusahaan Efek.
G.2 Perlindungan Efek Nasabah:
1) Perusahaan Efek tidak dapat menggunakan Efek nasabah untuk jaminan
penyelesaian kewajiban Perusahaan Efek kepada Lembaga Kliring dan
Penjaminan kecuali apabila disetujui oleh nasabah yang bersangkutan dengan
perjanjian khusus yang jelas dan terpisah dari perjanjian lainnya.
2) Perjanjian khusus diatas wajib mengikuti ketentuan dalam angka 7 huruf b butir
4) Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.3 tentang Pengendalian Internal
Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Perantara Pedagang
Efek.
3) Dalam hal nasabah menyetujui penggunaan Efek nasabah sebagai Efek Jaminan
maka Perusahaan Efek wajib membuka Sub Rekening Efek Jaminan atas nama
nasabah dimaksud dan menempatkan Efek Jaminan tersebut dalam Sub Rekening
Efek Jaminan pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
4) Apabila terdapat nasabah umum yang mendapatkan penjatahan Efek pada
Penawaran Umum, dan belum memiliki rekening Efek, maka nasabah dimaksud
wajib membuka rekening Efek sehingga menjadi nasabah pemilik rekening, dan
Perusahaan Efek wajib
5) Membuka Sub Rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian atas
nama nasabah dimaksud; dan
6) Memindahbukukan Efek milik nasabah dimaksud ke dalam Sub Rekening Efek
nasabah sesuai dengan tanggal distribusi yang ditentukan Emiten.
7) Perusahaan Efek wajib memberikan akses informasi kepada nasabahnya yang
memungkinkan nasabahnya dapat secara langsung memonitor mutasi dan/atau
saldo Efek dan/atau dana yang disimpan pada Sub Rekening Efek atas nama
nasabah tersebut pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.

18
H. Pengendalian Internal Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai
Perantara Pedagang Efek.
H.1 Fungsi-Fungsi sebagai Perantara Pedagang Efek yaitu PPE wajib mempunyai dan
melaksanakan paling kurang 6 (enam) fungsi ini seperti fungsi pemasaran, fungsi
manajemen risiko, fungsi pembukuan, fungsi Kustodian, fungsi teknologi informasi,
dan fungsi kepatuhan. Apabila PPE ingin memiliki fungsi riset maka fungsi tersebut
wajib dipisahkan dari keenam fungsi ini.
H.2 Ketentuan Pemisahan Fungsi yaitu pegawai dilarang merangkap fungsi apabila
Perusahaan Efek (PE) memiliki izin Penjamin Emisi Efek (PEE) atau Manajer
Investasi (MI) selain PPE maka SOP fungsi-fungsi kegiatan usaha lain tersebut wajib
terpisah dari SOP fungsi PPE Pelaksanaan masing-masing fungsi manajemen risiko,
pembukuan, IT, kepatuhan, dan/atau riset dapat dilakukan oleh satu unit kerja yang
melaksanakan fungsi tersebut.
H.3 Outsourcing Fungsi PPE
1) PPE dapat melakukan outsourcing fungsi pemasaran, pembukuan, kustodian, dan
fungsi IT
2) Outsourcing fungsi pemasaran dilakukan dengan mengacu Peraturan BAPEPAM
V.D.9 ttg Pedoman Perjanjian Agen Perusahaan Efek Anggota Bursa efek.
3) Outsourcing fungsi kustodian hanya dapat dilakukan kepada penyedia jasa yang
merupakan PPE yang mengadministrasikan rekening Efek nasabah atau bank
Kustodian.
4) PPE hanya dapat menunjuk penyedia jasa yang kegiatan operasionalnya berlokasi
di Indonesia
5) Sebelum melakukan outsourcing, PPE wajib melaporkan informasi rencana
Outsourcing kepada OJK, melakukan due dilligence terhadap penyedia jasa,
mencakup: (1). Kemampuan penyedia jasa memenuhi kewajiban sesuai dengan
perjanjian (2). Faktor opersional dan kemampuan keuangan (3).Faktor reputasi,
(4).Cakupan asuransi (jika ada) (5). Potensi benturan kepentingan, dan (6).
Kemampuan dan kecukupan sumber daya. Melakukan review berkala guna
memastikan fungsi tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan
SOP.
6) PPE bertanggung jawab terhadap fungsi yang di-outsource, yaitu: memastikan
penyedia jasa menjaga kerahasiaan informasi, melapor kepada Bursa (cc OJK)

19
apabila penyedia jasa tidak dapat melakukan kewajibannya, dan memastikan
bahwa setiap saat OJK/Bursa Efek dapat mengakses pembukuan, catatan dan
dokumen terkait fungsi yg di-outsource.
H.4 Ketentuan Apabila Terdapat Permasalahan
1) Apabila terdapat permasalahan yang mengakibatkan suatu fungsi tidak
beroperasi, maka PPE wajib menyampaikan laporan kepada Bursa (cc OJK)
mencakup penjelasan mengenai permasalaha, waktu terjadinya permasalahan,
lama terjadinya permasalahan, fungsi yang mengalami permasalahan, keterangan
mengenai apakah permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, dampak
permasalahan, langkah-langkah untuk menangani permasalahan, langkah-langkah
untuk mencegah permasalahan agar tidak terulang
2) Apabila terdapat permasalahan terkait sistem IT, maka fungsi IT wajib segera
menyampaikan informasi tersebut kepada fungsi pemasaran dan kemudian fungsi
pemasaran meneruskan info tersebut kepada nasabah
3) Perantara Pedagang Efek wajib mempunyai Prosedur mengenai penanganan
pesanan nasabah, penyedia jasa, pihak lain terkait dengan kegiatan usaha
Perantara Pedagang Efek dibekukan untuk sementara.
H.5 Ketentuan Lainnya
1) Dokumen, rekaman data/pembicaraan dan pencatatan PPE wajib disimpan untuk
jangka waktu paling kurang 5 tahun dan pada 2 tahun pertama disimpan pada
tempat yang mudah dijangkau
2) Pegawai PPE yang menjalankan masing-masing fungsi dilarang melakukan tugas
di luar tugas dan tanggung jawab fungsinya, memiliki akses terhadap hardware,
software dan dokumentasi unit kerja lain (kecuali fungsi kepatuhan dalam rangka
menjalankan fungsinya)
3) Dewan Komisaris wajib mengawasi pelaksanaan tanggung jawab fungsi
kepatuhan dan menindaklanjuti laporan yang disampaikan fungsi kepatuhan.

20
II PRINSIP MENGENAL NASABAH (PMN) OLEH PENYEDIA JASA KEUANGAN
DI SEKTOR PASAR MODAL INDONESIA

Prinisip Mengenal Nasabah (“PMN”) atau “Know Your Customer/KYC” merupakan


prinsip-prinsip yang diterapkan Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar modal untuk
mengetahui dan memahami nasabah mereka agar dapat melayani mereka lebih baik serta
memantau transaksi keuangan mereka dalam rangka mengelola risiko perusahaan secara
hati-hati. Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal dalam hal ini adalah Perusahaan
Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang
Efek, dan/atau Manajer Investasi, serta Bank Umum yang menjalankan fungsi Kustodian.

A. Maksud dan Tujuan dari Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah


A.1Tujuan Prinsip Mengenal Nasabah
Tujuannya untuk mengetahui latar belakang dan identitas nasabah, memantau rekening
efek dan transaksi nasabah; dan melaporkan transaksi keuangan mencurigakan dan/atau
transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai, yang terkait dengan pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan/atau pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pendanaan terorisme. Tujuan lain dari kebijakan PMN disini adalah
memperoleh visibilitas ke sumber-sumber keuangan nasabah dengan melihat profil
nasabah. Tujuan dasarnya adalah untuk memperoleh pemahaman tentang risiko nasabah
untuk bisnis di Pasar Modal. Terkadang, dapat dimungkingkan bahwa dalam berivestasi
di Pasar Modal, nasabah memanfaatkan Perusahaan Efek untuk memfasilitasi pencucian
uang atau pendanaan terorisme.

A.2 Pentingnya Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Perusahaan Efek Di Pasar Modal
Indonesia
a) Berperan dalam memverifikasi identitas klien. Identifikasi dan verifikasi identitas
nasabah dilakukan dengan menggunakan sumber data, informasi, dan dokumen
pendukung yang independen dan handal.
b) Berperan dalam memastikan informasi terkait sifat pekerjaan / bisnis nasbahserta
tujuan investasi.
c) Berperan dalam mendeteksi aktivitas penipuan, aktivitas yang tidak biasa atau
mencurigakan, mengurangi berbagai jenis risiko di Pasar Modal. serta melindungi
Perusahaan Efek dari tindakan memfasilitasi atau mendorong pencucian uang
dan/atau pendanaan terorisme yang dapat merusak integritas sistem keuangan.

21
d) Berperan dalam mengidentifikasi seluruh risiko yang mungkin ditimbulkan dari
setiap nasabah dan/atau kelompok nasabah terhadap aset serta kewajiban
perusahaan.

B. Risiko Yang Dapat Dihindarkan Dengan Adanya Prinsip Mengenal Nasabah


B.1 Risiko Reputasi, merupakan mempengaruhi keberhasilan bisnisnya, dilihat dari
kemampuannya untuk menarik karyawan, nasabah, dan pendanaan. Jika ada nasabah
diizinkan melakukan transaksi ilegal melalui bisnis yang dikelolanya, maka reputasi
perusahaan akan mengalami kerusakan meskipun telah diperbaiki. Kebijakan PMN
yang kuatakan mencegah investor untuk memanfaatkan perusahaan sebagai kendaraan
dalam melakukan kegiatan ilegal.
B.2 Risiko Operasional, Risiko yang terjadi karena rusaknya proses internal perusahaan,
akibatnya merusak sistem dan manajemen perusahaan efek itu sendiri. Jika kebijakan
PMN tidak berjalan baik, maka sumber daya operasional terbuang.
B.3 Risiko Hukum, terjadi apabila perusahaan melakukan aktivitas illegal yang dapat
dikenakan denda, hukuman, atau bahkan di berhentikan kegiatan operasionalnya.
Selain itu keterlibatan dalam kegiatan ilegal dapat menyebabkan penilaian pihak ketiga
dan kontrak dengan pihak ketiga tidak dapat dilaksanakan, akibat timbulnya tindakan
hukum atau tuntutan hukum. Karena sifat bisnis dari Perusahan Efek, maka risiko ini
tidak pernah sepenuhnya dihilangkan.
B.4 Risiko Keuangan, jika Perusahaan Efek tidak cukup dalam melakukan identifikasi dan
verifikasi nasabah, maka Perusahaan Efek bisa saja menerima nasabah yang mengaku
sebagai seseorang yang tidak sesuai dengan profil diri mereka yang sesungguhnya.
Konsekuensinya adalah Perusahaan Efek tidak akan mengetahui asal profil identitas
asli dari nasabahnya. Jika PerusahaanEfek tidak mengetahui identitas sebenarnya dari
pelanggan atau nasabah, maka Perusahaan Efek juga akan sulit untuk mengambil uang
milik perusahan dari tangan nasabah yang berutang.
B.5 Risiko konsentrasi, merupakan risiko yang terjadi ketika perusahaan terlalu fokus
pada satu nasabahatau kelompok nasabah. Jika dana tersebut tiba-tiba ditarik, maka
akan mengganggu stabilitas operasional sebuah Perusahaan Efek.

22
C. Empat Unsur Utama Kebijakan PMN
C.1 Identifikasi nasabah
Identifikasi data pelanggan adalah kebijakan PMN tahap awal yang terbaik untuk
memutuskan apakah calon pelanggan akan diterima atau ditolak dan untuk mengetahui
apakah perusahaan dapat memantau transaksi dan rekening nasabah.Melalui proses
identifikasi pelanggan yang efektif, perusahaan akan mampu menangani para
pelanggannya dengan cara yang tepat.
Penerimaan, Identifikasi, dan Verifikasi Nasabah
a) Sebelum Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal menerima suatu Pihak
menjadi Nasabah yang berinvestasi di Pasar Modal, baik melalui atau tanpa
melalui pembukaan rekening Efek, Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar
Modal wajib melakukan pertemuan langsung (face to face) dengan calon
Nasabah dan meminta informasi mengenai latar belakang dan identitas calon
Nasabah, maksud dan tujuan pembukaan rekening Efek calon Nasabah, informasi
lain yang memungkinkan Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal untuk
dapat mengetahui profil calon Nasabah; dan identitas Pihak lain (beneficial
owner), dalam hal calon Nasabah bertindak untuk dan atas nama Pihak lain
(beneficial owner).
b) Informasi mengenai calon Nasabah sebagaimana dimaksud pada huruf a harus
dapat dibuktikan dengan keberadaan dokumen-dokumen pendukung.
c) Informasi dan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada huruf b bagi:
1) Calon Nasabah perorangan, sekurang-kurangnya terdiri dari: latar belakang
dan identitas Nasabah yang memuat: nama, jenis kelamin; alamat atau tempat
tinggal sesuai KTP dan nomor telepon; alamat tempat tinggal terkini dan
nomor telepon (jika ada); tempat dan tanggal lahir; status perkawinan; dan
kewarganegaraan; keterangan mengenai pekerjaan; alamat tempat kerja dan
nomor telepon; specimen tanda tangan; Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
bagi Nasabah yang diwajibkan memiliki NPWP sesuai dengan ketentuan yang
berlaku ; keterangan mengenai sumber dana; rata-rata penghasilan; maksud
dan tujuan investasi; nama bank Nasabah dan nomor rekening Nasabah di
bank; dan informasi serta dokumen lain yang memungkinkan Penyedia Jasa
Keuangan di bidang Pasar Modal untuk dapat mengetahui profil calon
Nasabah.

23
2) Calon Nasabah perusahaan, badan hukum, usaha bersama, asosiasi, atau
kelompok yang terorganisir, sekurang-kurangnya terdiri dari: nama, alamat,
dan nomor telepon perusahaan, badan hukum, usaha bersama, asosiasi, atau
kelompok yang terorganisir; bentuk badan usaha atau badan hukum akta
pendirian atau anggaran dasar sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku berikut perubahannya yang terakhir; tempat dan tanggal
pendirian perusahaan, badan hukum, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok
yang terorganisir; izin usaha atau izin lainnya dari instansi yang berwenang;
surat keterangan domisili; Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi Nasabah
yang diwajibkan memiliki NPWP sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
laporan keuangan terkini atau deskripsi kegiatan usaha; struktur manajemen
atau kepengurusan; struktur kepemilikan untuk perusahaan atau struktur
pendiri untuk yayasan, asosiasi, atau kelompok yang terorganisir; dokumen
identitas pengurus yang berwenang mewakili perusahaan, badan hukum,
usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisir; dokumen atau
informasi mengenai pengendali akhir dari perusahaan, badan hukum, usaha
bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisir; nama, specimen tanda
tangan dari penerima kuasa, dan surat kuasa dari pejabat yang berwenang
kepada penerima kuasa guna bertindak untuk dan atas nama perusahaan,
badan hukum, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisir
dalam berinvestasi di Pasar Modal, termasuk memberikan instruksi
sehubungan dengan rekening Efek Nasabah; keterangan mengenai sumber
dana; maksud dan tujuan investasi; nama bank Nasabah dan nomor rekening
Nasabah di bank; dan informasi dan dokumen lain yang memungkinkan
Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal untuk dapat mengetahui
profil calon Nasabah.
3) Calon Nasabah berupa lembaga pemerintah atau lembaga internasional
sekurang-kurangnya berupa nama, alamat kedudukan lembaga atau
perwakilan, specimen tanda tangan dari Pihak-Pihak yang ditunjuk atau
berwenang mewakili lembaga tersebut dan surat penunjukan atau kuasa dari
Pihak yang berwenang.
4) Dalam hal calon Nasabah bertindak untuk dan atas nama Pihak lain
(beneficial owner) untuk membuka rekening Efek, Penyedia Jasa Keuangan
di bidang Pasar Modal wajib memperoleh dokumen pendukung sebagaimana

24
dimaksud pada angka 1), angka 2), dan angka 3) terkait Pihak lain (beneficial
owner) dimaksud dan hubungan hukum, penugasan, serta kewenangan
bertindak untuk dan atas nama Pihak lain (beneficial owner) dimaksud.
d) Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib melakukan identifikasi dan
verifikasi atas informasi dan dokumen pendukung mengenai calon Nasabah (customer
due diligence) dengan melakukan hal-hal antara lain:
1) Meneliti kebenaran informasi dan dokumen dan mengidentifikasi adanya
kemungkinan hal- hal yang tidak wajar atau mencurigakan;
2) Terdapat keraguan atas informasi dan dokumen yang diterima, Penyedia Jasa
Keuangan di bidang Pasar Modal wajib memastikan kebenaran identitas,
informasi, dan dokumen calon Nasabah, antara lain dengan cara:
a. Melakukan wawancara dengan calon Nasabah untuk meneliti dan
meyakini keabsahan dan kebenaran dokumen
b. Meminta dokumen identitas lain yang dikeluarkan oleh pihak yang
berwenang;
c. Melakukan konfirmasi mengenai kebenaran mengenai kewenangan Pihak
yang mewakili atau bertindak untuk dan atas nama Pihak lain (beneficial
owner), jika calon Nasabah bertindak sebagai kuasa dari atau mewakili
Pihak lain (beneficial owner); melakukan pemeriksaan silang untuk
memastikan adanya konsistensi dari berbagai informasi yang disampaikan
oleh calon Nasabah; dan melakukan penelaahan mengenai pengendali
calon Nasabah.
e) Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib melakukan verifikasi yang
lebih ketat (enhanced due diligence) terhadap calon Nasabah dan pengendali calon
Nasabah yang dianggap dan/atau diklasifikasikan mempunyai risiko tinggi terhadap
praktik pencucian uang dan/atau risiko tinggi terkait dengan Pendanaan Kegiatan
Terorisme. Tingkat risiko tersebut dapat dilihat dari:
1) latar belakang atau profil calon Nasabah dan pengendali calon Nasabah yang
termasuk Orang yang Populer Secara Politis (politically exposed person) atau
Nasabah yang Berisiko Tinggi (high risk customer)
2) bidang usaha calon Nasabah yang termasuk Usaha yang Berisiko Tinggi (high risk
business);

25
3) negara atau teritori asal calon Nasabah, domisili calon Nasabah, atau
dilakukannya transaksi yang termasuk Negara yang Berisiko Tinggi (high risk
countries); dan/atau
4) pihak-pihak yang tercantum dalam daftar nama-nama teroris; sebagaimana
tercantum dalam daftar yang dimuat dalam Lampiran 1 Peraturan ini.
f) Verifikasi yang lebih ketat (enhanced due diligence) terhadap calon Nasabah dan
pengendali calon Nasabah sebagaimana dimaksud pada huruf e dilakukan antara lain
dengan cara sebagai berikut:
1) Verifikasi terhadap informasi dan dokumen calon Nasabah dan pengendali calon
Nasabah sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak hanya berdasarkan informasi
dan dokumen yang diberikan oleh calon Nasabah tersebut, namun didasarkan pada
kebenaran informasi dan dokumen, kebenaran sumber informasi dan dokumen,
dan jenis informasi dan dokumen yang terkait; dan
2) Verifikasi hubungan bisnis yang dilakukan oleh calon Nasabah dimaksud dengan
Pihak ketiga.
g) Dalam hal calon Nasabah sebagaimana dimaksud pada huruf c butir 4) merupakan
Penyedia Jasa Keuangan lain di bidang Pasar Modal di dalam negeri, maka Penyedia
Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal cukup menerima pernyataan tertulis bahwa
Penyedia Jasa Keuangan lain di bidang Pasar Modal di dalam negeri tersebut serta
melakukan verifikasi dan identifikasi atas dokumen pendukung sebagaimana
dimaksud pada huruf c dan bersedia memberikan informasi dan salinan dokumen
pendukung Nasabah jika dibutuhkan oleh Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar
Modal.
h) Dalam hal calon Nasabah sebagaimana dimaksud pada huruf c butir 4) merupakan
Penyedia Jasa Keuangan lain di bidang Pasar Modal di luar negeri yang menerapkan
Prinsip Mengenal Nasabah yang sekurang-kurangnya setara dengan Peraturan ini,
maka Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal cukup menerima pernyataan
tertulis bahwa Penyedia Jasa Keuangan lain di bidang Pasar Modal di luar negeri
tersebut telah memperoleh dokumen pendukung Pihak lain dan telah melakukan
verifikasi dan identifikasi atas dokumen dimaksud dan bersedia memberikan informasi
dan salinan dokumen pendukung Nasabah jika dibutuhkan oleh Penyedia Jasa
Keuangan di bidang Pasar Modal. Jika Prinsip Mengenal Nasabah di negara Penyedia
Jasa Keuangan lain di bidang Pasar Modal luar negeri tersebut tidak setara dengan

26
peraturan ini, maka Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib menerapkan
Prinsip Mengenal Nasabah berdasarkan peraturan ini.
i) Persetujuan pembukaan rekening Efek atau hubungan usaha dapat diberikan setelah
meyakini kebenaran identitas dan kelengkapan dokumen calon Nasabah serta
mempertimbangkan faktor- faktor yang dapat memungkinkan Nasabah melakukan
kegiatan pencucian uang dan/atau Pendanaan Kegiatan Terorisme, antara lain catatan,
dokumen, daftar, informasi mengenai pelanggaran dan/atau kejahatan.
j) Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal dilarang untuk membuka atau
memelihara rekening Efek anonim atau rekening Efek yang menggunakan nama fiktif.
k) Pembukaan rekening Efek atau hubungan usaha dengan calon Nasabah yang dianggap
dan/atau diklasifikasikan mempunyai risiko tinggi sebagaimana dimaksud pada huruf e
wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari anggota direksi atau manajemen
senior Penyedia Jasa Keuangan di bidang.

C.2Verifikasi Nasabah
Proses verifikasi nasabah merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka memastikan
kebenaran data dan informasi yang disampaikan oleh nasabah. Tahapan ini sangat penting
untuk menghindari adanya data dan informasi palsu yang disampaikan oleh nasabah.
Kegiatan verifikasi terhadap nasabah disesuaikan dengan tingkat risiko nasabah yang
diperoleh pada saat melakukan identifikasi nasabah.
Pemantauan Rekening Efek dan Transaksi Nasabah, Pengkinian Data Nasabah, dan
Penatausahaan Dokumen
1) Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib memiliki sistem informasi yang
dapat mengidentifikasi, menganalisa, memantau, dan menyediakan laporan secara
efektif mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan oleh Nasabah Penyedia Jasa
Keuangan di bidang Pasar Modal.
2) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada huruf a harus dapat memungkinkan
Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal untuk menelusuri setiap transaksi,
apabila diperlukan, termasuk untuk penelusuran atas identitas Nasabah, bentuk
transaksi, tanggal transaksi, jumlah dan denominasi transaksi, serta sumber dana yang
digunakan untuk transaksi.
3) Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib melakukan pemantauan rekening
Efek dan transaksi Nasabah termasuk pemantauan dan analisa terkait dengan

27
kemungkinan tindak pidana asal (predicate offense) dan Pendanaan Kegiatan
Terorisme.
4) Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib melakukan evaluasi terhadap
hasil pemantauan rekening Efek dan transaksi Nasabah untuk memastikan ada tidaknya
transaksi yang mencurigakan yang tidak dapat dijelaskan oleh Nasabah secara
meyakinkan serta melaporkan temuan tersebut kepada PPATK.
5) Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib melakukan verifikasi yang lebih
ketat (enhanced due diligence) terhadap Nasabah dengan pendekatan berbasis risiko,
antara lain apabila: terdapat perubahan profil atau informasi penting Nasabah yang
signifikan sesuai dengan tingkat risiko sebagaimana dimaksud dalam penjelasan
Penerimaan, Identifikasi, dan Verifikasi Nasabah huruf e; terdapat peningkatan nilai
transaksi atau trading limit yang signifikan; dan/atau perintah transaksi dilakukan oleh
pemegang rekening Efek tanpa adanya alas hukum yang sah.
6) Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib menatausahakan hasil
pemantauan dan evaluasi rekening Efek dan transaksi Nasabah, baik yang dilaporkan
maupun yang tidak dilaporkan kepada PPATK.
7) Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib melakukan pengkinian data
Nasabah dalam hal terdapat perubahan terhadap dokumen-dokumen sebagaimana
dimaksud dalam penjelasan Penerimaan, Identifikasi, dan Verifikasi Nasabah.
8) Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib menatausahakan dokumen-
dokumen sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Penerimaan, Identifikasi, dan
Verifikasi Nasabah dan pada huruf f dan huruf g dalam jangka waktu sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun sejak Nasabah menutup rekening Efeknya.
C.3 Pemantauan Transaksi
Dalam kebijakan PMN yang efektif, rekening nasabah dan transaksi nasabah akan dipantau
secara teratur, sehingga kegiatan yang tidak biasa atau perilaku yang mencurigakan dapat
terdeteksi lebih awal. Frekuensi atau kedalaman pemantauan nasabah secara berkala dapat
disesuaikan dengan tingkat risiko nasabah.
C.4 Pelaporan
Manajemen risiko yang baik harus dapat memastikan bahwa perusahan mampu
mengidentifikasi, menginvestigasi serta mengelola risiko yang ditimbulan oleh kegiatan
pencucian uang ataupun kegiatan kriminal lainnya.

28
C.5 Bilamana PMN harus diterapkan?
PMN akan dilakukan pada tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Pada saat akan membuka rekening baru;
2) Pada saat nasabah tersebut masih menjadi nasabah di Perusahaan Efek;
3) Ketika Perusahaan Efek merasa perlu untuk memperoleh informasi tambahan dari
nasabah lama (existing customer) atau pemilik manfaat (Beneficial Owner) nasabah
tersebut; dan/atau
4) Terdapat indikasi transaksi keuangan yang mencurigakan yang terkait dengan
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.

D. Apa yang akan terjadi jika Nasabah atau Calon Nasabah tidak mau memberikan
informasi/ dokumen yang diperlukan dalam PMN?
1) Perusahaan Efek berhak menolak untuk membuka rekening Calon Nasabah.
2) Perusahaan Efek berhak menghentikan hubungan bisnisnya dengan Nasabah.

E. Pengawas Aktif oleh Direksi dan Dewan Komisaris


E.1 Pengawasan Aktif Oleh Direksi Penyedia Jasa Keuangan
1) Memastikan bahwa Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal memiliki
pedoman penerapan Prinisp Mengenal Nasabah.
2) Mengusulkan pedoman penerapan Prinsip Mengenal Nasabah kepada Dewan
Komisaris;
3) Memastikan bahwa penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dilaksanakan sesuai dengan
pedoman penerapan yang telah ditetapkan.
4) Memastikan bahwa pedoman penerapan Prinsip Mengenal Nasabah sejalan dengan
perubahan dan pengembangan produk, jasa, dan teknologi Penyedia Jasa Keuangan di
Sektor Pasar Modal serta sesuai dengan perkembangan modus Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme dan
5) Memastikan bahwa seluruh pegawai yang terkait dengan penerapan Prinsip Mengenal
Nasabah telah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan penerapan Prinsip
Mengenal Nasabah secara berkala.
6) Bank Kustodian yang merupakan Kantor Cabang Bank Asing, pengawasan aktif
dilakukan oleh pimpinan Kantor Cabang Bank Asing tersebut.

29
E.2 Pengawasan Aktif Oleh Dewan Komisaris
1) Memberikan persetujuan pedoman penerapan Prinsip Mengenal Nasabah yang
diusulkan oleh Direksi.
2) Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tanggung jawab Direksi terhadap
penerapan Prinsip Mengenal Nasabah, dan
3) Memastikan adanya pembahasan terkait Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
dalam rapat Direksi dan Dewan Komisaris.

F. Penanggung Jawab Penyedia Jasa Keuangan dalam Penerapan PMN di Pasar


Modal
F.1 Jabatan/Pejabat yang menjadi Penangung Jawab
1) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib membentuk unit kerja khusus
atau menugaskan pejabat sebagai penanggung jawab penerapan Prinsip Mengenal
Nasabah.
2) Direktur utama Penyedia Jasa Keuangan tidak dapat menjadi penanggung jawab
penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
3) Dalam hal Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal merupakan Perusahaan
Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara
Pedagang Efek, dan/atau Manajer Investasi dalam satu badan usaha, Penyedia Jasa
Keuangan di Sektor Pasar Modal dapat hanya memiliki satu penanggung jawab
penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
4) Dalam hal Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal merupakan Bank
Kustodian, penanggung jawab penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dapat ditugaskan
kepada penanggung jawab Bank Kustodian atau dirangkap oleh penanggung jawab
penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada Bank Umum.
F.2 Unit Kerja Khusus
1) Unit kerja khusus paling kurang terdiri dari 1 (satu) orang yang bertindak sebagai
pimpinan dan 1 (satu) orang yang bertindak sebagai pelaksana;
2) Pimpinan dan pelaksana pada unit kerja khusus dilarang merangkap untuk
melaksanakan fungsi lainnya;
3) Pimpinan unit kerja khusus ditetapkan/diangkat oleh direktur utama;
4) Unit kerja khusus berada di bawah koordinasi direktur utama secara langsung dalam
struktur organisasi Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal; dan
5) Unit kerja khusus bersifat independen dari fungsi lainnya.

30
F.3 Penugasan Jabatan
Dalam hal Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal menugaskan pejabat sebagai
penanggung jawab penerapan Prinsip Mengenal Nasabah, pejabat tersebut harus
ditetapkan atau diangkat oleh Direktur Utama dan hanya dapat merangkap untuk
melaksanakan fungsi manajemen risiko, fungsi kepatuhan, dan/atau fungsi audit
internal.

G. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Penanggung Jawab Penerapan Prinsip


Mengenal Nasabah Penyedia Jasa Keuangan di Pasar Modal
G.1 Tugas
Penanggung jawab penerapan Prinsip Mengenal Nasabah mempunyai tugas paling
kurang sebagai berikut:
1) Menyusun dan memelihara pedoman penerapan Prinsip Mengenal Nasabah;
2) Memastikan bahwa prosedur identifikasi, verifikasi, dan pemantauan Nasabah
masih memadai;
3) Memastikan bahwa formulir yang berkaitan dengan Nasabah telah mengakomodasi
data yang diperlukan dalam pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah;
4) Memantau rekening Efek dan pelaksanaan transaksi Nasabah;
5) Melakukan evaluasi terhadap hasil pemantauan dan analisis transaksi Nasabah
untuk memastikan ada atau tidak adanya Transaksi Keuangan Mencurigakan
dan/atau transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme;
6) Melakukan administrasi dokumen hasil pemantauan dan evaluasi;
7) Memantau pengkinian data dan profil Nasabah;
8) Melakukan pengawasan terkait penerapan Prinsip Mengenal Nasabah terhadap
unit-unit kerja terkait;
9) Menerima dan melakukan analisis atas laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan
dan/atau transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai yang dilaporkan oleh
unit-unit kerja yang ditugaskan; dan
10) Menyusun laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan/atau transaksi
keuangan secara tunai sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait
dengan Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme yang wajib dilaporkan
kepada PPATK.

31
G.2 Tanggung Jawab
Penanggung jawab penerapan Prinsip Mengenal Nasabah mempunyai uraian tanggung
jawab paling kurang sebagai berikut:
1) Memastikan seluruh kegiatan dalam rangka penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
terlaksana;
2) Memantau, menganalisis, dan merekomendasikan kebutuhan pelatihan tentang
penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi pejabat dan/atau pegawai Penyedia Jasa
Keuangan di Sektor Pasar Modal; dan
3) Menjaga kerahasiaan informasi terkait penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
G.3 Wewenang
Penanggung jawab penerapan Prinsip Mengenal Nasabah mempunyaiwewenang paling
kurang sebagai berikut:
1) Memperoleh akses terhadap informasi yang dibutuhkan yang ada di seluruh unit
organisasi Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal;
2) Melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap pelaksanaan Prinsip Mengenal
Nasabah oleh unit-unit kerja terkait;
3) Mengusulkan pejabat dan/atau pegawai unit kerja terkait untuk membantu
pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah; dan
4) Melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang dilakukan oleh Direksi,
Dewan Komisaris, atau Pihak terafiliasi dengan Direksi atau Dewan Komisaris,
secara langsung kepada PPATK.

H. Kebijakan dan Prosedur yang Dilakukan dalam PMN


Fungsi dari PMN di Pasar Modal Indonesia pada dasarnya adalah untuk menentukan dan
mengetahui asal usul identitas dari klien, ini berarti mengidentifikasi pelanggan dan
melakukam verifikasi dengan cara yang handal, menggunakan sumber dokumen yang
independen, dan menggunakan data dan informasi yang dapat dipercaya.
H.1 Identifikasi
1) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib meminta data dan informasi
kepada calon Nasabah.

32
2) Data dan informasi calon Nasabah adalah sebagai berikut:

Data Calon Nasabah Perseorangan Data Calon Nasabah Non Perserorangan


a) Data sesuai dengan a) Nama;
dokumen identitas, yaitu: b) Nomor izin atau nomor izin usaha dari
(a). Nama; instansi berwenang;
(b). Nomor c) Bidang usaha/kegiatan;
identitas; (c). d) Alamat kedudukan;
Alamat; e) Nomor telepon;
(d). Tempat dan tanggal lahir; f) Tempat dan tanggal pendirian;
(e). Jenis kelamin; dan g) Identitas Pemilik Manfaat
(f). Kewarganegaraan; (Beneficial Owner) (jika ada);
b) Alamat tempat tinggal terkini (jika h) Sumber dana;
berbeda dengan dokumen identitas); i) Maksud dan tujuan investasi; dan
c) Nomor telepon; j) Nama bank dan nomor rekening.
d) Status perkawinan;
e) Pekerjaan;
f) Alamat dan nomor telepon tempat
kerja (jika ada);
g) Rata-rata penghasilan per tahun;
h) Sumber dana;
i) Maksud dan tujuan investasi;
j) Identitas Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner) (jika ada); dan
k) Nama bank dan nomor rekening.
3) Data dan Informasi diatas paling sedikit dilampirkan spesimen tanda tangan dan
dokumen pendukung yang harus diberikan kepada Penyedia Jasa Keuangan sebagai
dokumen pendukung, diantaranya adalah sebagai berikut:
A. Untuk Orang-Perserorangan
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), bagi Warga Negara Indonesia
b. Fotokopi Paspor, bagi Warga Negara Asing.
B. Untuk Non Perseorangan
1) Badan Usaha
a. Fotokopi anggaran dasar perusahaan;

33
b. Fotokopi izin usaha dari instansi yang berwenang;
c. Spesimen tanda tangan penerima kuasa;
d. Surat kuasa dari pejabat yang berwenang kepada penerima kuasa, guna
bertindak untuk dan atas nama calon Nasabah atau Nasabah dalam
berinvestasi di Pasar Modal, termasuk memberikan instruksi sehubungan
dengan rekening Efek calon Nasabah;
e. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
f. Laporan keuangan atau deskripsi kegiatan usaha;
g. Fotokopi surat keterangan domisili;
h. Struktur manajemen atau kepengurusan;
i. Struktur kepemilikan atau struktur pendiri;
j. Fotokopi dokumen identitas pengurus/ Direksi yang berwenang mewakili
calon Nasabah; dan
k. Dokumen mengenai pengendali akhir.
2) Yayasan
a. Fotokopi izin bidang kegiatan yayasan;
b. Deskripsi kegiatan yayasan;
c. Struktur dan nama pengurus yayasan; dan
d. Fotokopi dokumen identitas anggota pengurus yang berwenang mewakili
yayasan untuk melakukan hubungan usaha dengan Penyedia Jasa Keuangan
di Sektor Pasar Modal.
3) Badan Hukum lainnya
a. Fotokopi bukti pendaftaran pada pihak yang berwenang;
b. Nama penyelenggara; dan
c. Fotokopi dokumen identitas pihak yang berwenang mewakili badan
hukum dalam melakukan hubungan usaha dengan Penyedia Jasa
Keuangan di Sektor Pasar Modal.
4) Untuk Kelompok Terorganisasi, Asosiasi, dan Perkumpulan lainnya yang
bukan Badan Hukum
a. Fotokopi bukti pendaftaran pada pihak yang berwenang;
b. Nama penyelenggara;
c. Fotokopi akta pendirian dan/atau anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga (AD/ART); dan

34
d. Fotokopi dokumen identitas pihak yang berwenang mewakili kelompok
terorganisasi, asosiasi, dan perkumpulan yang bukan badan hukum dalam
melakukan hubungan usaha dengan Penyedia Jasa Keuangan di Sektor
Pasar Modal.
H.2 Verifikasi
Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib mengelompokkan calon
Nasabah atau Nasabah berdasarkan tingkat risiko terjadinya Pencucian Uang atau
Pendanaan Terorisme, terdiri dari 3 (tiga) klasifikasi risiko, yaitu :
1) Kelompok risiko rendah
Berdasarkan profil merupakan penerima Efek dalam rangka Employee Stock
Ownership Program (ESOP) dan/atau Management Stock Ownership Program
(MSOP) dari Emiten atau Perusahaan Publik, berupa Emiten atau Perusahaan
Publik, perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemerintah, berupa
Lembaga Negara atau Instansi Pemerintah; atau berupa lembaga internasional
dimana Pemerintah atau yang mewakili menjadi anggota. Pihak yang melakukan
pemesanan Efek di pasar perdana paling banyak senilai Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah); atau jumlah transaksi tidak mencapai kriteria tingkat risiko
menengah.
Verifikasi yang dilakukan adalah meneliti kebenaran data dan informasi yang
disampaikan calon Nasabah atau Nasabah berdasarkan dokumen pendukung; dan
memastikan data dan informasi tersebut adalah data terkini.
2) Kelompok risiko menengah
Kelompok ini tidak termasuk dalam kriteria risiko rendah, tidak termasuk dalam
kriteria berisiko tinggi, digolongkan bagi nasabah MI yang melakukan
pembelian lebih dari Rp100.000.000, memiliki Efek Reksa Dana pada akhir
bulan lebih dari Rp100.000.000; atau memiliki akumulasi transaksi pembelian
dan penjualan dalam jangka waktu 1 bulan lebih dari Rp100.000.000. Bagi
nasabah PPE yang melakukan penyetoran dana lebih dari Rp10.000.000 dalam 1
hari, memiliki dana dan/atau Efek dengan total lebih dari Rp50.000.000 pada
akhir bulan; atau memiliki akumulasi transaksi Efek lebih dari Rp100.000.000
dalam jangka waktu 1 bulan.
Verifikasi yang dilakukan adalah membandingkan data dan informasi calon
Nasabah atau Nasabah dengan dokumen pendukung sebelum melakukan
hubungan usaha dengan calon Nasabah, melakukan pertemuan langsung (face to

35
face) dengan calon Nasabah atau Nasabah dan membandingkan data dan
informasi calon Nasabah atau Nasabah dengan dokumen asli dengan ketentuan
yang berlaku, melakukan wawancara dengan calon Nasabah atau Nasabah untuk
meneliti dan meyakini keabsahan dan kebenaran dokumen, dalam hal terdapat
keraguan atas data, informasi, dan/atau dokumen pendukung yang diterima; dan
melakukan konfirmasi terkait kebenaran atas kewenangan pihak yang mewakili
atau bertindak untuk dan atas nama Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), jika
calon Nasabah atau Nasabah bertindak sebagai kuasa dari atau mewakili Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner), serta wajib melakukan pelaksanaan kegiatan face to
face wajib dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak Nasabah
memenuhi kriteria dalam kelompok Nasabah berisiko menengah.
3) Kelompok risiko tinggi
Kriteria nasabah dan/atau Beneficial Owner termasuk dalam area berisiko tinggi,
yaitu: (1).High Risk Customer; (2).High Risk Business; (3).High Risk Countries;
(4).Tercantum dalam daftar nama teroris; dan/atau (5).Transaksi yang dilakukan
diduga terkait dengan tindak pidana di sektor Pasar Modal, pencucian uang,
dan/atau pendanaan terorisme. Terdapat perubahan profil atau informasi penting
yang signifikan, sehingga nasabah termasuk dalam area berisiko tinggi;Perintah
transaksi dilakukan oleh pemegang rekening Efek tanpa adanya dasar hukum
yang sah; dan/atau Nasabah yang melakukan transaksi tidak sesuai dengan
profil, karakteristik, dan kebiasaan pola transaksi.
Verifikasi yang dilakukan yaitu membandingkan data dan informasi calon
Nasabah atau Nasabah dengan dokumen pendukung sebelum melakukan
hubungan usaha dengan calon Nasabah; melakukan verifikasi terhadap data dan
informasi calon Nasabah atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) yang
didasarkan pada kebenaran informasi, kebenaran sumber informasi, dan jenis
informasi yang terkait, jika calon Nasabah bertindak untuk kepentingan Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner); melakukan verifikasi hubungan bisnis yang
dilakukan oleh calon Nasabah dengan pihak ketiga, jika calon Nasabah bertindak
untuk dan atas nama Pemilik Manfaat (Beneficial Owner); melakukan
konfirmasi terkait kebenaran atas kewenangan pihak yang mewakili atau
bertindak untuk dan atas nama Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), jika calon
Nasabah atau Nasabah bertindak sebaga kuasa dari atau mewakili Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner); melakukan pertemuan langsung (face to face)

36
sebelum melakukan hubungan usaha dan membandingkan data dan informasi
calon Nasabah atau Nasabah dengan dokumen asli; melakukan wawancara
dengan calon Nasabah untuk meneliti dan meyakini keabsahan dan kebenaran
dokumen, dalam hal terdapat keraguan atas informasi dan/atau dokumen
pendukung yang diterima; dan melakukan CDD secara berkala paling kurang
berupa analisis terhadap informasi mengenai Nasabah, sumber dana, tujuan
investasi, dan hubungan bisnis dengan pihak terkait.
Ketentuan-ketentuan untuk area berisiko tinggi, Tindakan Penyedia Jasa
Keuangan wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari anggota Direksi,
pejabat setingkat di bawah Direksi, atau manajer senior dalam hal penyedia Jasa
Keuangan di Sektor Pasar Modal akan melakukan hubungan usaha dengan calon
Nasabah yang dianggap dan/atau dikelompokkan mempunyai risiko tinggi, dan
pengambilan keputusan untuk meneruskan atau menghentikan hubungan usaha
dengan Nasabah yang dianggap dan/atau dikelompokkan mempunyai risiko
tinggi.
H.3 Pemantauan dan pengkinian
1. Pemantauan
a) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib melakukan pemantauan data
nasabah secara berkesinambungan untuk memastikan transaksi yang dilakukan
sesuai dengan profil, karakteristik, dan/atau kebiasaan pola transaksi nasabah yang
bersangkutan.
b) Dalam melaksanakan pemantauan, Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal
wajib memiliki sistem pemantauan yang dapat:
c) Mengidentifikasi, menganalisa, memantau, dan menyediakan laporan secara efektif
mengenai profil, karakteristik dan/atau kebiasaan pola transaksi yang dilakukan
oleh nasabah; dan
d) Menelusuri setiap transaksi, apabila diperlukan, termasuk penelusuran atas identitas
nasabah, bentuk transaksi, tanggal transaksi, jumlah dan denominasi transaksi, serta
sumber dana yang digunakan untuk transaksi.
e) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib melakukan pemantauan
rekening Efek dan transaksi nasabah termasuk analisa terkait dengan kemungkinan
adanya tindak pidana asal (predicate offense) dan pendanaan terorisme.

37
f) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal dapat meminta data dan/atau
informasi lebih lanjut kepada nasabah terhadap transaksi yang tidak sesuai dengan
profil, karakteristik, dan/atau kebiasaan pola transaksi.
g) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib melakukan evaluasi terhadap
hasil pemantauan rekening Efek dan transaksi nasabah untuk memastikan ada atau
tidak adanya transaksi keuangan yang mencurigakan.
h) Dalam hal terdapat transaksi keuangan yang mencurigakan,Penyedia Jasa Keuangan
di Sektor Pasar Modal wajib meminta data dan/atau informasi lebih lanjut kepada
nasabah.
i) Dalam hal data dan/atau informasi yang disampaikan nasabah tidak memberikan
penjelasan yang meyakinkan, maka Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal
wajib melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan tersebut kepada PPATK.
j) Dalam hal terdapat kesamaan nama dan informasi lain atas nasabah dengan nama
dan informasi yang tercantum dalam daftar nama teroris,Penyedia Jasa Keuangan di
Sektor Pasar Modal wajib melaporkan nasabah tersebut dalam laporan Transaksi
Keuangan Mencurigakan.
2. Pengkinian
a) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib melakukan upaya pengkinian
data, informasi, dan/atau dokumen pendukung, dalam hal terdapat perubahan yang
diketahui dari pemantauan Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal terhadap
Nasabah atau informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan
b) Pemantauan secara berkala terkait profil Nasabah untuk kepentingan pengkinian
data dilaksanakan paling kurang 1 (satu) kali dalam jangka waktu 3 tahun untuk
nasabah risiko rendah; 1 tahun untuk nasabah risiko menengah; dan/atau 6 bulan
untuk nasabah risiko tinggi
c) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib mendokumentasikan upaya
pengkinian data.
H.4 Pelaporan
a) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib menyampaikan laporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan, laporan transaksi keuangan yang dilakukan
secara tunai, dan/atau laporan lain kepada PPATK sebagaimana diatur dalam
ketentuan dan peraturan perundang- undangan yang mengatur mengenai pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme.

38
b) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib memberikan data, informasi,
dan/atau dokumen yang dikelolanya apabila diminta oleh Otoritas Jasa Keuangan
dan/atau otoritas lain yang berwenang sebagaimana diatur oleh undang-undang.

H.5 CDD oleh Pihak Ketiga


a) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal dapat menunjuk pihak ketiga untuk
melaksanakan identifikasi dan verifikasi sebagai bagian dari pelaksanaan CDD.
Pihak ketiga yang dapat ditunjuk adalah:
1) Penyedia Jasa Keuangan lain di dalam negeri (yang diawasi oleh OJK)
2) Penyedia Jasa Keuangan di sektor Pasar Modal di luar negeri; atau
3) Pihak lain di dalam negeri yang bukan merupakan Penyedia Jasa keuangan.
b) Pihak ketiga wajib memenuhi syarat:
1) Memiliki prosedur CDD sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2) Memiliki kontrak kerja sama dengan Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar
Modal dalam bentuk perjanjian tertulis;
3) Bersedia memenuhi permintaan data, informasi, dan dokumen pendukung
dengan segera apabila dibutuhkan oleh Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar
Modal dalam rangka penerapan Prinsip Mengenal Nasabah; dan
4) Tidak berkedudukan diHigh Risk Countries.
c) Dalam hal pihak ketiga berkedudukan di luar negeri, wajib memenuhi kriteria bahwa
pihak ketiga tersebut telah menjalankan Prinsip Mengenal Nasabah secara efektif
sesuai dengan rekomendasi The Financial Action Task Force (FATF)
d) Dalam hal pihak ketiga bukan merupakan Penyedia Jasa Keuangan, prosedur CDD
ditetapkan oleh dan di bawah koordinasi Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar
Modal.
e) Dalam hal Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal menunjuk pihak ketiga,
wajib:
1) Memiliki dan melaksanakan prosedur uji kelayakan dan pengawasan terhadap
pihak ketiga;
2) Memastikan penerapan CDD yang dilakukan oleh pihak ketiga telah sesuai
dengan prosedur CDD yang telah ditetapkan Penyedia Jasa Keuangan di
Sektor Pasar Modal;
3) Melaksanakan penatausahaan dokumen hasil CDD yang dilakukan oleh pihak
ketiga; dan

39
4) Bertanggung jawab atas hasil CDD yang dilaksanakan oleh pihak ketiga.
H.6 Manajemen Risiko
Kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang berkaitan dengan penerapan Prinsip
Mengenal Nasabah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan dan
prosedur manajemen risiko Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal secara
keseluruhan.
Kebijakan dan prosedur manajemen risiko mencakup:
a) Pengawasan oleh Direksi dan Dewan Komisaris Penyedia Jasa Keuangan di Sektor
Pasar Modal;
b) Pendelegasian wewenang;
c) Pemisahan tugas; dan
d) Sistem pengawasan internal termasuk audit internal.
Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib:
a) melakukan pengujian terhadap keefektifan dari pelaksanaan Prinsip Mengenal
Nasabah. Pengujian dilakukan dengan mengambil contoh secara acak (random
sampling).
b) wajib mendokumentasikan pengujian.
c) wajib mendokumentasikan dan melakukan pemutakhiran jenis, indikator, dan
contoh dari transaksi keuangan yang mencurigakan yang timbul di berbagai unit
kerja terkait.
H.7 Administrasi Dokumen
a) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib membuat dan
mendokumentasikan daftar Nasabah sesuai dengan tingkat risiko Nasabah dan wajib
melakukan administrasi dokumen dengan baik.
b) Administrasi dokumen dilaksanakan dalam jangka waktu paling kurang 5 (lima) tahun
sejak berakhirnya hubungan usaha dengan Nasabah.
c) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib menyimpan catatan dan
dokumen mengenai seluruh proses identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib memberikan data, informasi,
dan/atau dokumen yang dikelolanya apabila diminta oleh Otoritas Jasa Keuangan
dan/atau otoritas lain yang berwenang sebagaimana diatur oleh undang-undang.

40
I. Penggunaan dan Penyalahgunaan PMN di Pasar Modal
a) Pendekatan PMN menuntut hal yang sama untuk semua nasabah dan terutama mereka
yang memiliki dana dan/atau Efek dalam jumlah besar sebagai media untuk pencucian
uang di Pasar Modal yang semakin meningkat oleh nasabah tersebut.
b) Di sisi lain, PMN tidak harus mengganggu nasabah kecil dan tetap menjaga
keseimbangan dimana kegiatannya dapat dipantau terkaittransaksi yang
mencurigakan.
c) PMN harus digunakan dalam hubungannya dengan pemantauan semua akun dan
prinsip utama yang harus diterapkan terkait norma, serta hukum dan peraturan yang
berlaku, dan cukup fleksibel untuk memisahkan investor yang asli dari orang-orang
yang meragukan.
d) Selanjutnya, Perusahaan Efek wajib memastikan bahwa transaksi bernilai tinggi
dipantau dan diidentifikasi dengan cepat ketika nasabah menambah atau menarik
uang/investasi dalam jumlah besar.
e) PMN yang tepat menjadi berguna saat informasi kontak yang disediakan dalam
database PMN dapat digunakan oleh penegak hukum dan regulator untuk melacak
jejak sumber dan tujuan dari aliran uang.
f) Selain itu, transfer dana dan/atau Efek antar Perusahaan Efek yang melibatkan nilai

J. Penggunaan dan Penyalahgunaan PMN di Pasar Modal


1) Pendekatan PMN menuntut hal yang sama untuk semua nasabah dan terutama mereka
yang memiliki dana dan/atau Efek dalam jumlah besar sebagai media untuk pencucian
uang di Pasar Modal yang semakin meningkat oleh nasabah tersebut.
2) Di sisi lain, PMN tidak harus mengganggu nasabah kecil dan tetap menjaga
keseimbangan dimana kegiatannya dapat dipantau terkaittransaksi yang
mencurigakan.
3) PMN harus digunakan dalam hubungannya dengan pemantauan semua akun dan
prinsip utama yang harus diterapkan terkait norma, serta hukum dan peraturan yang
berlaku, dan cukup fleksibel untuk memisahkan investor yang asli dari orang-orang
yang meragukan.
4) Selanjutnya, Perusahaan Efek wajib memastikan bahwa transaksi bernilai tinggi
dipantau dan diidentifikasi dengan cepat ketika nasabah menambah atau menarik
uang/investasi dalam jumlah besar.

41
5) PMN yang tepat menjadi berguna saat informasi kontak yang disediakan dalam
database PMN dapat digunakan oleh penegak hukum dan regulator untuk melacak
jejak sumber dan tujuan dari aliran uang.
6) Selain itu, transfer dana dan/atau Efek antar Perusahaan Efek yang melibatkan nilai
tinggi harus dipantau melalui norma-norma dan prosedur PMN yang sama.

K. Bagaimanakah Norma PMN membantu Stakeholder di Pasar Modal?


Alasan mengapa norma PMN yang tepat dapat membantu saat:
1) Penerapan norma PMN yang tepat dapat membantu Perusahaan Efek dalam
memantau dan melacak transaksi yang dilakukan oleh nasabah atau institusi yang
terlibat dalam tindak pidana pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme.
2) Penerapan norma PMN yang baik akan membantu mengidentifikasi nasabah dengan
tepat, sehingga tingkat kepatuhan dan pengawasan perusahaan akan menjadi yang
lebih baik.
3) PMN dapat membantu mengatasi perselisihan transaksi yang timbul antara
perusahaan dengan nasabahnya. Dokumentasi dan data transaksi yang terinci dari para
pihak akan menentukan sumber sengketa dan membantu arbiter memutuskan siapa
yang bersalah.
4) Informasi yang dikumpulkan dalam PMN dapat menentukan profil dan karakter
nasabah/calon nasabah, yang nantinya akan sangat membantu mereka sendiri ketika
melakukan transaksi keuangan.

L. Siapa yang menjadi kontak Nasabah atau Calon Nasabah di Perusahaan Efek
untuk PMN?
Kontak Nasabah atau Calon Nasabah untuk pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah di
Perusahaan Efek adalahRelationship Manager atau petugas yang membuka account
Nasabah atau Calon Nasabah dan siapa saja yang bertugas untuk menghubungi Nasabah
atau Calon Nasabah untuk transaksi di Pasar Modal.

M. Sumber Daya dan Pelatihan


Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib melakukan prosedur penyaringan
(screening) dalam rangka penerimaan pegawai. Perusahaan juga wajib memberikan
pelatihan kepada petugasnya. Pelatihan ini sangat berguna bagi petugas dalam
menghadapi nasabah/calon nasabah yang kurang kooperatif dalam memberikan data dan

42
informasi khususnya mengenai informasi sumber dana dan data kekayaan. Perlu
diperhatikan kelompok karyawan mana sajakah yang membutuhkan pelatihan khusus,
seperti: petugas frontliner, petugas backoffice, dan pegawai baru. Perusahaan wajib
melaksanakan pelatihan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah kepada semua pegawai,
dengan cara:
1) Menyusun program pelatihan yang dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 2 (dua) tahun;
2) Melaksanakan program pelatihan sesuai dengan jadwal program yang telah
disusun; dan
3) Melaporkan pelaksanaan program pelatihan kepada Otoritas Jasa Keuangan
paling lambat pada tahun berikutnya setelah tahun pelaksanaan program
pelatihan.

N. Implentasi Daftar Terduga Teroris


Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PATK) telah memblokir
26 rekening atas dana milik orang atau korporasi yang tercantum dalam daftar terduga
teroris pada tahun 2015.Pemerintah membekukan dana sebesar Rp2,08 miliar atau
tepatnya Rp2.083.684.874 yang bersumber dari 26 rekening yang diduga milik teroris,
karena dana itu diduga kuat berkaitan dengan tindak terorisme. Menurut Kepala Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Muhammad Yusuf dalam
Refleksi Akhir Tahun 2015 di Kantor PPATK, Jakarta, Senin (28/12/2015).
Implementasi ini, terjadi setelah pemerintah melakukan terobosan dengan
menerbitkan Peraturan Bersama mengenai Pencantuman Identitas Orang dan Korporasi
Dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris, dan Pemblokiran Secara Serta
Merta Atas Dana Milik Orang atau Korporasi yang Tercantum Dalam Daftar Terduga
Teroris dan Organisasi Teroris.
Berdasarkan Laporan Refleksi Akhir Tahun 2015 PPATK, Perba ini telah
diundangkan Menteri Hukum dan HAM serta ditandatangani seluruh pimpinan lembaga
dan kementerian negara. Perba ini muncul untuk melengkapi keterbatasan pelaksanaan
dari Undang-Undang (UU) tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pendanaan Terorisme. Dampak positif diterbitkannya peraturan bersama itu adalah
keluarnya Indonesia dari daftar hitam badan pengawas pencucian uang internasional,
Financial Action Task Force (FATF).Sebelumnya, Indonesia masuk daftar hitam
negara-negara yang paling banyak melakukan praktik pencucian uang menurut penilaian

43
FATF.Indonesia masuk daftar hitam karena dinilai belum memenuhi rekomendasi
FATF terkait pembekuan serta merta atas aset dari orang dan entitas yang ditetapkan
berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa Nomor 1267.
Hingga Juni 2015, berdasarkan penilaian FATF, Indonesia masih berada
dalam zona negara yang berisiko tinggi terhadap tindak pencucian uang dan terorisme.
Pada Februari 2014 Indonesia terancam dikenakan sanksi yang akan berdampak negatif
terhadap reputasi Indonesia khususnya lembaga keuangan Indonesia dalam berinteraksi
dengan lembaga keuangan negara lain. Untuk mengatasinya, Mahkamah Agung RI,
Kementerian Luar Negeri, Kepala Kepolisian RI, Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme dan Kepala PPATK sepakat untuk menyusun suatu
Peraturan Bersama tentang Pencantuman Identitas Orang dan Korporasi Dalam Daftar
Terduga Teroris dan Organisasi Teroris, dan Pemblokiran Secara Serta Merta Atas
Dana Milik Orang atau Korporasi yang Tercantum Dalam Daftar Terduga Teroris dan
Organisasi Teroris. Peraturan tersebut telah diundangkan oleh Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia pada tanggal 11 Februari 2015.

O. Organisasi Teroris
Berikut adalah 11 kelompok teror seperti dikutip dari The Star, Januari 2015:
1) Negara Islam di Suriah dan Irak (ISIS). Didirikan oleh Abu Bakr al-Baghdadi
yang menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah di bawah kendalinya.
Dikenal juga sebagai Negara Islam di Suriah dan Levant (ISIL), Negara Islam
(IS), atau Daesh, yang dipandang sebagai penghinaan.
2) Al-Qaeda. Dibentuk pada tahun 1988 oleh Osama bin Laden, yang tewas pada
2011 dalam sebuah operasi oleh US Navy Seals. Kelompok ini diburu setelah
melakukan serangan 11 September 2001, tetapi dikalahkan oleh ISIS. Sejak
kematian Osama, jaringan ini dipimpin oleh Ayman al-Zawahiri dari Mesir.
3) Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP). Dibentuk pada tahun 2006 oleh
penggabungan sayap Yaman dan Saudi al-Qaeda, al-Qaeda di Semenanjung
Arab (AQAP), juga dikenal sebagai al-Qaeda di Yaman. Dipandang sebagai
salah satu cabang yang paling berbahaya dari al-Qaeda. Kedua bersaudara dalam
serangan Charlie Hebdo di Paris pada 7 Januari dilatih oleh kelompok ini.
Sementara melakukan serangan di Barat, kelompok ini juga telah berhasil
merebut wilayah di Yaman, dan melatih pejuang untuk memerangi kelompok
ekstrimis di Suriah dan Irak.

44
4) Taliban. Taliban Afghanistan didirikan pada tahun 1994 di bawah
kepemimpinan Mullah Mohammed Omar, yang adalah juga komandan dan
pemimpin spiritual. Tujuan utama organisasi adalah untuk membentuk negara
Islam di Afghanistan. Kelompok ini memerintah Afghanistan pada 1996-2001
dan memberlakukan hukum syariah yang ketat. Kelompok ini sempat
digulingkan lewat aksi militer Amerika Serikat setelah serangan 11 September
2001. Karena AS menarik pasukannya dari Afghnistan, Taliban Afghanistan
telah membuat kemajuan di negara ini lagi.
5) Taliban Pakistan. Didirikan Desember lalu, Taliban Pakistan, juga disebut
Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), menyerbu Army Public School di utara-barat
kota Peshawar Pakistan pada hari kerja, membantai 148 orang - termasuk 132
anak-anak - dalam serangan teror paling mematikan di negara itu . Kelompok ini
juga berada di balik penembakan pemenang Nobel Perdamaian Malala
Yousafzai. Beroperasi dari zona suku semi-otonomi di utara-barat Pakistan dekat
perbatasan Afghanistan. Pemimpinnya saat ini adalah Maulana Fazlullah.
6) Al-Nusra Front atau Front Pembela Rakyat Suriah kadang-kadang dikenal
sebagai al-Qaeda di Suriah. Mengumumkan keberadaannya dengan video yang
diposting secara online pada tahun 2012, dan bertujuan untuk mengganti rezim
Presiden Bashar al-Assad dengan negara Islam. "Kami mujahidin Suriah,
kembali dari berbagai bidang jihad untuk mengembalikan pemerintahan Allah di
bumi dan membalas Suriah yang telah melanggar kehormatan dan tumpah
darah," kata seorang pria bertopeng dalam video tersebut. Kelompok ini aktif
terlibat dalam mendukung pemberontak Suriah, dan menyerang target yang
berafiliasi dengan pemerintah Suriah serta ditetapkan sebagai organisasi teroris
oleh negara- negara Barat, Arab Saudi, Turki dan Uni Emirat Arab.
7) Boko Haram. Bertujuan untuk memaksakan 'bentuk yang keras, dari hukum
Islan di Nigeria. Namanya berarti "pendidikan Barat adalah dosa", dan kelompok
melarang Muslim terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat
Barat, termasuk suara dalam pemilihan, mengenakan kemeja dan celana panjang
atau menerima pendidikan sekuler.Pada Januari 2015, mereka mulai melakukan
pembantaian mematikan di Baga, sebuah kota di utara-timur dari Nigeria.
Sebanyak 2.000 orang tewas, menurut Amnesty International. Tahun lalu, Boko
Haram menculik ratusan mahasiswa, termasuk lebih dari 200 anak sekolah
hilang sampai sekarang. Kelompok ini dilaporkan telah menggunakan

45
perempuan dan gadis-gadis muda sebagai 'bom manusia' dalam serangan. Boko
Haram menguasai sekitar 20.000 mil persegi wilayah di utara-timur Nigeria, The
Telegraph melaporkan pada bulan Januari.
8) Jemaah Islamiyah (JI) dan kelompok sempalan adalah cabang Al-Qaeda di Asia
Tenggara, dan bertanggung jawab atas pemboman Bali tahun 2002 yang
menewaskan 202 orang. Berpusat di Indonesia dan dibentuk pada awal 1990-an
dengan tujuan mendirikan kekhalifahan di wilayah tersebut. Banyak tokoh
utamanya, termasuk pemimpin spiritual Abu Bakar Bashir, pembuat bom Bali
Umar Patek dan pimpinan di Singapura, Mas Selamat Kastari yang telah
ditangkap. Jaringan ini hancur sejak tahun 2002, namun masih ada beberapa
serangan dikaitkan dengan mereka tahun lalu. JI telah berubah menjadi
kelompok-kelompok sempalan seperti Jemaah Ansharut Tauhid (JAT). Tahun
lalu, otoritas keamanan Malaysia mengidentifikasi empat kelompok teror baru,
dikenal dengan akronim mereka BKAW, BAJ, Dimzia dan ADI. Sebagian besar
mereka telah berjanji setia kepada ISIS.
9) Abu Sayyaf. Sebuah geng kriminal yang beroperasi di Sulu, didirikan pada tahun
1990-an dengan uang dari al-Qaeda, kelompok yang berbasis di pulau Basilan
dan Sulu, telah disalahkan atas serangan teror terburuk dalam sejarah Filipina,
termasuk pemboman dan penculikan massal orang Kristen dan orang
asing.Kelompok ini telah lama memiliki hubungan dengan al-Qaeda dan baru-
baru ini berjanji setia kepada ISIS.
10) Lashkar-e-Taiba. Kelompok militan Pakistan Lashkar-e-Taiba (LeT) yang
bertanggung jawab atas serangan Mumbai 2008 yang menewaskan 166 orang.
Sejak serangan itu, laskar ini telah menjadi organisasi yang lain, Jamaat-ud-
Dawa (Jud) sebagai organisasi yang terdepan. The Jud mengklaim sebagai
organisasi untuk amal kemanusiaan, dan terus beroperasi secara terbuka di
Pakistan.

46

You might also like

  • Bab 19
    Bab 19
    Document8 pages
    Bab 19
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • AKL - Perusahaan Dalam Kesulitan Keuangan
    AKL - Perusahaan Dalam Kesulitan Keuangan
    Document63 pages
    AKL - Perusahaan Dalam Kesulitan Keuangan
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • KLP 4
    KLP 4
    Document45 pages
    KLP 4
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • Wa0011
    Wa0011
    Document12 pages
    Wa0011
    Umul fatdillah
    No ratings yet
  • CG Sap 13
    CG Sap 13
    Document7 pages
    CG Sap 13
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • Bab 17
    Bab 17
    Document15 pages
    Bab 17
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • Sia
    Sia
    Document25 pages
    Sia
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • SIA
    SIA
    Document29 pages
    SIA
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • KWU
    KWU
    Document18 pages
    KWU
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet