You are on page 1of 96
‘Tafsir Fi Zhilali-Qur“an VE (75) Juz Xl: Bagian Akhir atTaubah dan Yunus SUHAH YONUS Diturunhan i Mekah Jumlah Avat- 109 Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Pendahuluan Kita kembali lagi menelusuri kehidupan ber- sama ayat-ayat Al-Qur‘an yang turun di Mekah, dengan nuansanya yang khusus, bayang-bayang- nya, realitasnya, dan arahan-arahannya. Kita kem- bali setelah kita hidup beberapa lama di bawah naungan Al-Qur'an bersama dua surah Madani, yaitu surah al-Anfaal dan at-Taubah. ‘AL-Qur'an Makkiah (yang diturunkan di Mekah), meskipun ia bagian dari Al Qur‘an, tetapi ia adalah sama bagian-bagian lainnya mengenai keistimewa- an Al-Qur‘an secara umum. Dalam perbedaannya dengan semua perkataan yang lain yang tidak mengandung cetakan Rabbani yang unik dan mengagumkan, baik dalam tema maupun pe- nyampaiannya, adalah sama. Akan tetapi, di samping kesamaan itu, ia mem- punyai nuansa khusus dan perasaan tertentu yang menjadi tema asasinya yang teringkaskan dalam beberapa masalah. Misalnya, hakikat uluhiah, haki- kat ubudiah, hakikat hubungan antara keduanya, mengenalkan manusia kepada Tuhannya Yang Mahabenar, menjauhkan segala sesuatu yang akan masuk dan mengotori akidah yang suci dan benar, dan mengembalikan manusia kepada jalan Tuhan- nya Yang Mahabenar yang berhak ditunduki dan dipatuhi karena ketuhanan-Nya, Juga karena metode pemaparan temanya yang khas, yaitu metode yang inspiratif, mendalam, dan sangat mengesankan. Metode yang menghimpun semua keunikan peng- ungkapan sejak bentuk kata hingga kesan-kesan tematis seperti yang telah kami jelaskan sebelum- nya dalam surah al-An’aam® dan akan kami himpun kembali di sini insya Allah. Kami telah menyelesaikan penafsiran (dalam azh-Zhilalini) surah-surah Makkiah pada surah al- An’aam dan surah al-A’raaf secara berurutan dalam. susunan mushhaf-meskipun tidak beruntun dalam urutan turunnya. Kemudian datanglah surah al- Anfaal dan surah at-Taubah dengan nuansanya, karakteristiknya, dan tema-tema Madaniahnya yang khusus. ‘Maka, sekarang kita kembali lagi kepada surah- surah Makkiah, yaitu surah Yunus dan surah Huud yang letaknya berurutan dalam mushaf dan dalam urutan turunnya juga... Yang mengherankan, dalam kedua surah ini dan kedua surah di muka itu terdapat banyak kesamaan dalam temanya dan dalam metode pemaparannya. Surah al-An’aam memuat hakikat akidah dan menghadapi kejahiliahan dengannya. Juga mem- persalahkan kejahiliahan ini baik mengenai akidah- nya, pola pikirnya, peribadahannya, maupun amalan- nya. Sementara surah al-A’raaf memaparkan gerak akidah ini di muka bumi dan kisahnya menghadapi kejahiliahan di dalam perputaran sejarah, Demikian juga yang kita jumpai dalam surah Yunus dan surah Huud ini. 5 Lihat Mukadimab tafsir ini pada juz pertama dengan judul "Fi Zhilaali}Qur an,” dan lihat juga penéabutuan surah Ali tmean, ju tiga, 6 Lihat pendahuluan surah alAn‘aam pada juz tujuh, dan pendahullian surah al-A'raaf pada juz delapan, Juz Xi: Bagian Akbir at-Taubah dan Yunus ‘Tafsir Fi Zhilali-Qur an VI Dalam kedua surah ini kita menjumpai banyak persamaan dengan kedua surah di muka baik mengenai temanya maupun metode pamaparan- nya. Hanya saja surah al-An’aam berbeda dengan surah Yunus mengenai tinggi dan besarnya per- ‘soalan yang dihadapi, cepat dan kuatnya denyutnya, sinarnya yang kuat dalam menggambarkan dan gerakannya. Sedangkan, surah Yunus berjalan de- ngan irama yang tenang, nada yang lembut, dan kehalusan yang penuh ketenangan pula. Adapun surah Huud, maka sangat banyak kesamaannya dengan surah al-A'raaf, baik mengenai temanya, metode pemaparannya, iramanya, maupun nadanya. Kemudian masing-masing surah memiliki ke- pribadian yang khusus dan ciri-ciri yang istimewa. ‘Tema Sentral Surah Yunus Tema sentra surah Yunus ini adalah temaumum ALQur‘an surah-surah Makkiah sebagaimana sudah dijelaskan dalam paragraf terdabulu. Surah ini berisi kandungan-kandungannya se- suai dengan metodenya yang khusus, yang mem- batasi kepribadian dan ciri-cirinya. Sedang kami tidak mampu, di dalam prolog ini, kecuali sekadar menyimpulkan kandungannya itu satu per satu secara global. Sehingga, sampailah pada penjelasan- nya yang terperinci pada waktu membicarakan nash-nash Qur‘annya. Kandungan surah ini adalah sebagai berikut. Menghadapi sikap dan pandangan kaum musyri- kin Mekah terhadap hakikat wahyu yang di- turunkan kepada Rasulullah dan terhadap Al- Qur'an sendiri sebagai konsekuensinya. Maka, surah Yunus ini menegaskan kepada mereka bahwa wahyu itu bukan sesuatu yang meng- herankan, dan Al-Qur'an ini sama sekali bukan kebohongan yang dibuat-buat oleh selain Allah. Lihat surah Yunus ayat 1, 15, 16, 17, 37, dan 38. Menghadapi tuntutan material mereka yang luar biasa, selain Al-Qur'an, dan permintaan mereka agar disegerakannya ancaman yang mereka dengar. Kemudian AlQur'an menegaskan bahwa ayat (tanda pokok) agama Islam ini adalah Al- Qur'an itu sendiri, yang mengandung keterang- an yang menunjukkan keunikannya yang dapat melemahkan setiap orang yang menantangnya Al-Qur’an menjelaskan bahwa ayat-ayat (tanda- tanda kekuasaan) itu ada di tangan Allah sendiri dan menurut kehendak-Nya. Dijelaskan pula NS bahwa pelaksanaan ancaman pembalasan kepada mereka itu berkaitan dengan waktu tertentu yang ditentukan oleh Allah, sedang Nabi saw. sendiri tidak memiliki kekuasaan sedikit pun terhadap masalah ini, karena beliau hanya salah seorang hamba Allah saja. Dalam hal ini terdapat sisi pengenalan kepada mereka terhadap Tuhan mereka Yang Mahabenar, hakikat uluhiah dan hakikat ubudiah, Lihat surah Yunus ayat 13, 14, 20, dan 47-51. Menghadapi kerancuan gambaran mereka ter- hadap hakikat uluhiah dan hakikat ubudiah yang dibicarakan Rasulullah kepada mereka. Lalu, mereka mendustakan wahyu atau meragukan- nya, dan meminta Qur'an yang lain, Atau, me- minta sesuatu yang luar biasa untuk menetapkan kebenarannya kepada mereka, Sementara itu, mereka sendiri kebingungan di dalam menyem- bah berhala-berhala yang tidak dapat memberi mudharat dan manfaat kepada mereka, dengan anggapan bahwa berhala-berhala itu akan men- jadi penolong mereka di hadapan Allah, sebagai- mana mereka menganggap Allah memiliki putra tanpa berdasarkan ilu dan keterangan yangjelas. Maka, surah Yunus ini menetapkan kepada mereka sifatsifat Tuhan Yang Mahabenar dan bekas-bekas kekuasaan-Nya di sekitar mereka. Yaitu, pada keberadaan dan diri mereka sendiri, fenomena-fenomena alam yang bolak-balik pada mereka, keadaan dan permohonan fitrah serta jiwa mereka kepada Tuhannya Yang Mahabenar ketika menghadapi bahaya yang tidak dapat ditolak kecuali oleh Allah. Inilah premis mayor yang mencakup berbagai macam kerangka surah ini, yang memunculkan semua kandungannya yang lain sebagai cabang- nya. Lihat surah Yunusayat 36, 18, 22-24, 31, 32, 34.36, 55, 56, 66, 67, dan 68:70. 4, Menggambarkan kepada mereka akan kehadir- an dan kesaksian Allah terhadap segala sesuatu yang ada sangkut-pautnya dengan manusia, segala niat dan amal perbuatannya. Hal ini akan menimbulkan perasaan takut, berhatt-hati, dan kesadaran dalam hati, Misalnya, dalam firman- Nya pada surah ini ayat 61 5. Demikian pula hati mereka selalu mendengar bisikan bahwaazab Allah dapat saja datang setiap saat, agar mereka keluar dari kemewahan dan kesenangan yang meninabobokan, Juga agar tidak tertipu dengan gemerlapnya kehidupan di sekitarnya sehingga mereka merasa aman saja ‘Tafsir Fi Zhilali-Quean VE Juz Xt: Bogian Akhir atTaubah dan Yunus terhadap azab Allah yang dapat saja datang dengan tiba+tiba. Lihat surah Yunus ayat 24, 50, dan 51. Menghadapi kelalaian dan kepuasan mereka dengan kehidupan dunia hingga melupakan akhirat dan mendustakan pertemuan dengan Allah. Mereka diingatkan dari kesenangan yang menipu dan dari kerugian di dataran rendah ke- hidupan yang mereka sukai. Dan, diberitahukan kepada mereka bahwa kehidupan dunia ini hanyalah untuk ujian, sedang di akhirat nantiada balasan. Kemudian dibawanya mereka untuk me- nyaksikan pemandangan hari kiamat, khusus- nya yang berhubungan dengan berpisahnya para sekutu dari penyembah-penyembahnya, lantas mereka menghadap kepada Allah. Kemudian diterangkan kepada mereka bahwa pada hari kiamat nanti tidak ada tebusan, sebesar apa pun tebusan itu. Lihat surah Yunus ayat 7-10, 13, 14, 25-27, 28-30, 45, dan 54. 7. Kemudian menghadapi konsekuensi atau tindak lanjut dari kerancuan mereka di dalam meng- gambarkan uluhiah, tindak lanjut dari pendusta- an mereka terhadap kebangkitan dari kubur dan hari akhirat, serta tindak lanjut dari pendustaan mereka terhadap wahyu dan peringatan Allah. Misalnya, bertolaknya mereka di dalam ke- hidupan praktis mereka yang berusaha meram- pas hak prerogatifketuhanan di dalam membuat peraturan hidup; menghalalkan dan meng- haramkan dalam urusan perekonomian dan per- gaulan, sesuai dengan gambaran mereka, keber- halaan mereka, dan kepercayaan mereka kepada sekutu-sekutu (sembahan-sembahan selain Allah). Ini merupakan persoalan terbesar yang meng- iringi persoalan kepercayaan dan bersumber darinya. Lihat surah Yunus ayat 59-60. 2 Kesan-Kesan yang Ditimbulkan Surah ini (di dalam menyampaikan hakikat- hakikat kandungannya, memantapkannya, mem- perdalamnya, dan menarik hati dan pikiran kepada- nya) menghimpun berbagai macam hal yang me- ngesankan dan inspiratif, yang hanya dapat dilaku- kan oleh Al-Qur'an saja di dalam menyampaikan tema dan kalimat pengungkapannya. Kesan-kesan ini (sesuai dengan kedalaman, daya hidup, dan geraknya) sesuai dengan kepribadian dan karakter surah yang telah kita bicarakan pada poin pertama. Berikut ini beberapa contoh yang kami kemuka- kan secara global, dan nanti akan kita paparkan secara terperinci di dalam pembahasan. 1. Surah ini menghimpun berbagai pemandangan tentang alam semesta dengan fenomenafeno- menanya. Pemandangan yang memberikan kesan kepada fitrah manusia terhadap hakikat uluhiah (ketuhanan), yang menunjukkan pengaturan yang sangat bijaksana. Juga menunjukkan ada- nya tujuan tertentu di dalam penciptaan dan pengaturan alam ini. Selain itu, juga menunjuk- kan kecocokannya bagi kehidupan dan makhluk hidup, bagi kehidupan manusia dan pemenuhan kebutuhannya di dalam kehidupannya ini. Persoalan uluhiah yang dipaparkan Al-Qur'an dalam lukisan yang hidup, realistis, dan inspiratif, dan tidak dipaparkan dengan menggunakan metode debat falsafi dan logika pikiran. Allah yang menciptakan alam dan manusia \e- ngetahui bahwa antara fitrah manusia dengan pemandangan alam dan rahasiarahasianya ini terdapat bahasa yang bisa dimengerti olehnya. Juga terdapat kesan saling menjawab (reaksi) yang lebih dalam daripada logika pikiran yang dingin dan kosong. Fitrah ini cukup diarahkan kepada pemandangan-pemandangan alam se- mesta ini dengan rahasia-rahasianya, dan ditarik untuk membangkitkan potensi yang ada pada- nya untuk menghadapi dan menerimanya. Dan, pada waktu itu ia akan bergerak, terbuka, me- nerima, dan menyambutnya. Oleh karena itu, di dalam Al-Qur an ini banyak didapati kalimat untuk menggugah fitrah manu- sia ini dengan menggunakan bahasa pema- haman. Berikut ini beberapa contoh pembicara- an mendalam yang mengesankan ini. *Sesungguhinya Tuhan kamu adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy untuk ‘mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. (Zat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlak Dia. Maka, apakah kantu tidak meng- ambil pelajaran?” (Yunus: 3) *Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah- manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perkitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang

You might also like