Professional Documents
Culture Documents
Moeda
RUMKITAL SAMUEL J. MOEDA Nomor : Kep / 15 / I / 2019
Tanggal : Januari 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berdasarkan Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit, Depkes RI, edisi 2 tahun 2008, rumah sakit wajib melakukan
pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi kejadian tidak
diharapkan, kejadian nyaris cedera dan kejadian sentinel. Berdasarkan
Buku Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP), Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) edisi 2 tahun 2008, bahwa
berdasarkan alur pelaporan insiden keselamatan pasien pada grading
merah dan kuning dilakukan Root Cause Analysis (RCA) untuk dilakukan
pembelajaran dari hasil rekomendasi yang diusulkan.
Memiliki budaya keselamatan pasien akan mendorong terciptanya
lingkungan yang mempertimbangkan semua komponen sebagai faktor
yang ikut berkontribusi terhadap insiden yang terjadi. Hal ini bertujuan
menghindari kecenderungan untuk menyalahkan individu, dan lebih
melihat kepada sistem dimana individu tersebut bekerja (pendekatan
sistem).
Semua jenis insiden keselamatan pasien mengandung 4 (empat)
komponen dasar yaitu faktor penyebab, faktor waktu, dampak dan faktor
mitigasi. Salah satu teknik analisis yang biasa digunakan dalam
menganalisa kegagalan suatu sistem adalah analisis akar penyebab (Root
Cause Analysis). RCA adalah sebuah metode yang terstruktur yang
digunakan untuk menemukan akar penyebab dari masalah kerusakan
poros. Saat ini Pendekatan Analisis Akar Masalah banyak digunakan di
lingkungan pelayanan kesehatan/ rumah sakit untuk menyelesaikan
1
masalah akibat Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Sentinel Event
untuk Program Keselamatan Pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu layanan rumah sakit melalui suatu
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman
dan menurunkan angka insiden di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengidentifikasi faktor penyebab yang paling
mendasar dan factor kontribusi terjadinya insiden.
b. Sebagai alat bantu untuk menyusun rencana kegiatan
mencegah risiko dari insiden (sentinel, KTD dan KNC)
yang sudah terjadi.
c. Sebagai perangkat manajemen risiko.
2
BAB II
DEFINISI
3
BAB III
RUANG LINGKUP
4
KPMKP-RS dilakukan dalam waktu maksimal 2x24 jam, setelah
terjadinya insiden, dengan melengkapi formulir laporan insiden.
Kejadian Tidak Diharapkan antara lain :
a. Reaksi transfusi
b. Efek samping obat yang serius
c. Signifikan medical error
d. Perbedaan signifikan diagnosa pre dan post operasi.
e. Adverse event atau kecenderungan saat dilakukan sedasi
dalam/ anasthesi
f. Kejadian khusus yaitu outbreak infeksi
g. Kesalahan obat
5
BAB IV
TATA LAKSANA RCA
A. Identifikasi
Masalah yang akan dibahas harus didefinisikan dengan baik.
Pembatasan masalah dapat dilakukan untuk membuat fokus lebih cermat.
Pembatasan masalah bisa dimulai dari definisi impact atau harm yang
terjadi, kerangka waktu kejadian , dan unit – unit kerja yang terlibat.
Dampak yang terjadi meliputi dampak medis dan non medis. Dampak
medis pada pasien biasanya sudah terlihat dengan jelas dari berkas
rekam medis. Dampak non medis dapat terjadi pada pasien dan pada
rumah sakit. Pada pihak manapun yang terjadi , dampak non medis
biasanya berputar pada masalah medikolegal, kerugian ekonomis, dan
dampak sosial lain.
B. Bentuk Tim
Root cause analysis sebaiknya dilakukan oleh tim yang telah dilatih
RCA, matang, menguasai berbagai aspek pelayanan di rumah sakit,
multidisipliner, gigih, tidak mudah menyerah, teliti dan jujur. Tim ideal yang
disarankan terdiri dari ahli analisis, peneliti atau ahli eksternal, kepala
bidang atau salah satu direktur, dokter spesialis atau konsultan, supervisor
klinis keperawatan, dan seorang yang menguasai unit kerja yang terlibat
dengan baik.
6
hendaknya dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi
yang cermat, hati – hati, dan valid. Cermat berarti tidak meninggalkan
detail. Prinsip kehati – hatian dilakukan untuk menjaga objektivitas dan
agar tidak menyinggung perasaan staf. Valid berarti data yang
dikumpulkan relevan sesuai dengan keperluan.
D. Penyajian Data
Penyajian data dipergunakan sebagai alat memetakan kronologi
kejadian. Ada empat metode yang bisa dipakai dalam memetakan
kronologi insiden, yaitu 1) kronologi narasi: 2) timeline: 3) tabular time line:
4) time person grid. Kronologi narasi biasa dilakukan untuk mengawali
pembahasan kasus atau justru ditampilkan pada laporan akhir. Kronologi
narasi cukup nyaman dibaca namun tidak praktis untuk analisis karena
kurang terstruktur. Gunakan kronologi narasi hanya pada kasus yang tidak
kompleks.
Timeline lebih mudah dibaca karena menyajikan urutan kejadian
secara sekuensial. Analisis lebih mudah dilakukan karena dapat dicari dari
deretan kejadian berbasis waktu. Tabular timeline lebih lengkap daripada
timeline karena telah selain menyajikan urutan kejadian, juga dilengkapi
dengan good practice dan masalah pelayanan pada tiap kejadian yang
dicatat. Tabular timeline cocok pada kejadian yang berlangsung lama dan
melibatkan berbagai orang dan unit kerja. Time peron grid digunakan pada
kejadian dengan waktu pendek namun melibatkan beberapa staf atau
profesi. Kolom paling kiri memuat daftar staf, sementara baris paling atas
mencatat perjalanan waktu. Keberadaan staf dituliskan pada tiap kolom di
bawah waktu dari awal sampai akhir.
E. Identifikasi Masalah
Prinsip utama dalam identifikasi masalah adalah menentukan
penyimpangan dari standart pelayanan yang sudah ada. Satu sentinel
event bisa terdiri dari beberapa masalah pelayanan. Secara umum, ada
dua macam masalah pelayanan, yaitu error of omission (tidak melakukan
7
sesuatu yang seharusnya dilakukan), dan error of commission (melakukan
sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan. Cara paling mudah dalam
mengidentifikasi masalah adalah dengan brainstorming dan dengan
focused group discussion.
F. Analisis Informasi
Bagian ini adalah bagian yang paling sulit. Komite keselamatan
pasien rumah sakit menawarkan enam cara analisis, namun kita akan
membatasi dalam dua cara saja, yaitu 5 why dan fishbone diagram.
Dengan metode 5 why, peneliti akan lebih mudah mencari penyebab
sampai mendalam, sementara fishbone diagram memudahkan peneliti
mencari berbagai macam penyebab yang berkontribusi pada sentinel
event.
Metode 5 why dilakukan dengan cara memperdalam pertanyaan
yang diawali dengan “mengapa” sebanyak lima kali. Contoh paling mudah
adalah pada kasus pasien jatuh:
“Mengapa pasien cedera?”-Karena jatuh.
“Mengapa pasien jatuh?”-Karena pelindung sisi tempat tidur tidak
dipasang.
“Mengapa pelindung sisi tempat tidur tidak dipasang?”-Karena perawat
yunior tidak tahu bahwa pelindung sisi tempat tidur harus dipasang.
“Mengapa perawat yunior ini tidak tahu?”-Karena tidak dilatih.
“Mengapa tidak dilatih?”-Karena rumah sakit belum mempunyai program
pelatihan bagi perawat baru.
Berbeda dengan metode 5 why yang dapat menganalisis masalah
sampai dalam, metode fishbone diagram menawarkan faktor kontribusi
yang semakin banyak. Tuliskan permasalahan pada kepala ikan, dan
pada tulang belakangnya, gambarlah duri-duri yang mewakili faktor
kontribusi. Mulailah dengan empat kelompok dasar, yaitu pasien, proes,
staf pendukung, dan stf utama (Nelson dkk, 2007). Hati-hati
mempergunakan fishbone diagram. Bukan karena bahaya tertusuk duri,
namun karena faktor kontribusi yang dihasilkannya bisa sangat banyak
8
sehingga menyulitkan analisis akar masalah. Fishbone diagram sering
juga disebut sebagai diagram Ishikawa.
Fakor kontribusi berbeda dengan akar masalah. Ada tiga
pertanyaan yang bsa dipakai untuk membedakan akar masalah dengan
faktor kontribusi, yaitu: 1) Apakah sentinel event akan terjadi bila faktor
tesebut tidak ada?: 2) Apakah sentinel event yang sama kn muncul bila
faktor tersebut hilang?: 3) Apakah koreksi atau eliminasi faktor akan dapat
menimbulkan sentinel event?. Salah satu jawaban “Ya” dari ketiga
pertanyaan tersebut menandakan bahwa faktor tersebut merupakan faktor
kontribusi, bukan akar masalah.
G. Susun Rekomendasi
Produk analisis informasi adalah akar penyebab masalah. Walau
demikin, RCA diakhiri bukan dengn ditemukannya akar penyebab masalah
namun dengan rekomendasi. Rekomendasi ini disusun berdasarkan hasil
RCA. Hasil RCA pertama-tama akan memperjelas apa yang terjadi dan
apa penyebabnya. Dri hasil ini, tim akan memperleh pembelajaran
berbasis bukti. Dua hal ini harus disintesis secara bijak dan jujur untuk
menelurkan rekomendasi. Rekomendasi hendaknya bersifat tepat
sasaran, relevan, feasible, dapat dievaluasi ulang, dan mempunyi target
waktu penyelesaian.
9
Berikut ini adalah ringkasan langkah-langkah RCA dan tools yang dapat
digunakan pada setiap langkah.
10
19 Evaluasi penerapan rencana perbaikan Run chart, control chart,
(Evaluate implementation of improvement histogram
plan)
20 Lakukan tindakan tambahan (Take
additional action)
21 Komunikasikan hasilnya (Communicate
the result)
11
BAB V
DOKUMENTASI
12
BAB VI
PENUTUP
Ditetapkan di Kupang
Pada tanggal Januari 2019
Karumkital Samuel J. Moeda,
Ditetapkan di Kupang
Pada tanggal Januari 2019
Karumkital Samuel J. Moeda,
13