You are on page 1of 23

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI, LOCUS OF

CONTROL, KAPASITAS INDIVIDU DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL


TERHADAP BUDGETARY SLACK
(Studi Empiris Pada Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung)

ARTIKEL

Disusun Oleh :
Yulian Hasbi Almaududi
NIM. 14.0102.0071

1
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2018

2
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI,
LOCUS OF CONTROL, KAPASITAS INDIVIDU, DAN SISTEM
PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP BUDGETARY SLACK
(Studi Empiris Pada OPD di Kabupaten Temanggung)

Oleh
ˡ Yulian Hasbi Almaududi
² Muji Mranani, S.E., M.Sc. Ak., CA.
3
Annisa Hakim Purwantini, S.E., M.Sc.
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisinis
Universitas Muhammadiyah Magelang
E-mail: hasbi.jong@gmail.com
ABSTRACT
Budgetary slack is the deliberate under-estimation of budgeted revenue or over-
estimation of budgeted expenses. This allows managers a much better chance of "making
their numbers," which is particularly important for them if performance appraisals and
bonuses are tied to the achievement of budgeted numbers. This study aims to examine and
analyze budget participation, organizational commitment, locus of control, individual
capacity and the internal control system that influence budgetary slack in Regional Device
Organizations in the City of Temanggung. This study uses primary data obtained from
questionnaires to 24 OPD in Temanggung City. Questionnaires distributed were 72 copies,
questionnaires were returned and fulfilled the criteria of 68 copies. The sampling method
used is purposive sampling with the criteria of respondents are leaders, heads of subdivisions,
as well as treasurers or financial officers. Hypothesis testing in this study uses multiple linear
regression analysis. The results show that the compliance with accounting rules, individual
capacity positively affect budgetary slack. The internal control system positively affect
budgetary slac. Budget participation, organizational commitment and locus of control does
not affect budgetary slack.
Keywords: Budget participation, Organizational Commitment, Locus Of Control,
Individual Capacity, The Internal Control System, Budgetary Slack

3
A. Latar Belakang
Anggaran adalah suatu alat perencanaan dan pengendalian yang efektif dalam

suatu organisasi. Anggaran dibutuhkan dalam melakukan perencanaan dan pengendalian

dalam rangka mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi, termasuk juga

organisasi pemerintah atau sektor publik. Proses penyusunan anggaran mempunyai

dampak langsung terhadap perilaku manusia. Dampak positif yaitu berupa peningkatan

kinerja manajer yang termotivasi dengan anggaran yang digunakan sebagai dasar

penilaian kinerja mereka. Dampak negatif yang mungkin timbul adalah kecenderungan

manajer untuk menciptakan budgetary slack.

Budgetary slack pada suatu organisasi terjadi apabila realisasi pendapatannya

cenderung melebihi target yang ditetapkan dari anggaran dan realisasi belanja cenderung

dibawah target yang telah ditetapkan dari anggaran. Data PPID Kabupaten Temanggung

tahun 2018 menunjukkan bahwa OPD Kabupaten Temanggung terindikasi melakukan

budgetary slack. Hal ini dapat dilihat pada laporan anggaran dan realisasi pendapatan dan

belanja daerah OPD Pemerintah Kabupaten tahun 2014-2017 berikut ini:

Tabel 1
Anggaran Dan Realisasi Pendapatan Belanja Daerah
OPD Pemerintah Kabupaten Tahun 2014-2017
Tahun Anggaran Realisasi Selisih Anggaran Realisasi Selisih
Pendapatan pendapatan Belanja Belanja
Daerah
2014 1.237.722 1.226.140 -11.582 1.319.826 1.125.726 -194.100
2015 1.460.287 1.469.483 9.195 1.729.186 1.505.004 -224.182
2016 1.709.016 1.678.688 -30.328 1.881.135 1.739.542 -141.592
2017 1.851.464 1.768.603 -82.860 1.792.270 1.780.101 -12.168
Sumber: PPID Kabupaten Temanggung diolah tahun 2018 (dalam jutaan)

Bisa dilihat pada tahun 2015 target anggaran bisa dilampaui dengan selisih cukup

besar sehingga kinerjanya akan dinilai baik oleh pihak legislatif, sedangkan untuk

belanja daerah tahun 2014, 2015, 2016, dan 2017 target anggaran belanja bisa dibilang

besar tetapi realisasi belanja yang dilakukan jauh dari target yang dianggarkan dan akan

4
menjadi anggapan oleh legislatif bahwasanya eksekutif dapat menghemat belanjanya.

Jadi, budgetary slack terjadi disebabkan oleh realisasi pendapatannya cenderung

melebihi target yang ditetapkan dan realisasi belanja cenderung dibawah target yang

telah ditetapkan dari anggaran.

Beberapa penelitian menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi budgetary

slack. Krisnayanti et al., (2017) tentang pengaruh partisipasi anggaran, komitmen

organisasi, locus of control, dan sistem pengendalian internal terhadap budgetary slack

menjelaskan bahwa partisipasi anggaran, komitmen organisasi dan sistem pengendalian

internal berpengaruh terhadap budgetary slack namun Locus of control tidak mempunyai

pengaruh terhadap budgetary slack.

Sedangkan penelitian Wati et al., (2017) tentang pengaruh partisipasi anggaran,

komitmen organisasi, budaya organisasi, dan pengendalian internal terhadap budgetary

slack menyatakan partisipasi anggaran mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap budgetary slack, namun komitmen organisasi, budaya otganisasi dan

pengendalian internal mempunyai pengaruh negatif terhadap budgetary slack.

Adapun penelitian dari Mukaromah et al., (2015) tentang partisipasi anggaran,

asimetri informasi, komitmen organisasi dan ambiguitas peran terhadap budgetary slack

menyatakan bahwa partisipasi anggaran partisipasi anggaran berpengaruh positif dan

signifikan terhadap budgetary slack, namun asimetri informasi, komitmen organisasi,

dan ambiguitas peran tidak berpengaruh terhadap budgetary slack.

B. Tinjauan Pustaka

1) Partisipasi Anggaran

Menurut Ompusunggu (2006) partisipasi anggaran merupakan proses dimana

bawahan ataupun dari pihak pelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk dapat

terlibat dalam proses pembuatan dari penyusunan anggaran dari perusahaan tersebut.

5
Partisipasi anggaran merupakan suatu proses dari pengambilan keputusan yang

dilakukan oleh dua bagian atau lebih dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak

masa depan terhadap mereka yang membuatnya. Penyusunan anggaran ini menunjukkan

tingkat seberapa jauh keterlibatan dan pengaruh individu. Partisipasi anggaran

merupakan proses kerja sama antara manajer tingkat bawah selaku agen dan manajer

tingkat atas selaku prinsipal dalam pengambilan keputusan dalam penganggaran. Proses

kerja sama tersebut menimbulkan konflik kepentingan antara agen dengan prinsipal

karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran

yang dikehendaki. Partisipasi anggaran dapat merusak motivasi bawahan dan

menurunkan usaha pencapaian tujuan organisasi jika terdapat kecacatan. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu siapa yang seharusnya dilibatkan dalam

penyusunan anggaran dan keputusan-keputusan apa saja yang memerlukan partisipasi.

Hasil penelitian Sawitri (2016), Lukka (1988), Triadhi (2014), Kartika (2010), Pratama

(2013), Mahadewi (2014), dan Basyir (2016) menunjukkan bahwa apabila partisipasi

anggaran tinggi maka semakin tinggi budgetary slack yang akan terjadi pada instansi

tersebut. Sehingga hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:

H1 : Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap budgetary slack


2) Komitmen Organisasi
Menurut Minan (2005), komitmen organisasi merupakan alat bantu psikologis dalam

menjalankan organisasi tertentu. Meyer (1990) menyatakan bahwa komitmen tidak

hanya berhubungan dengan tingkat keluar masuknya individu, melainkan juga berkaitan

dengan tingkat kerelaan individu untuk berkorban bagi perusahaan. Berdasarkan teori

institusional terjadinya budgetary slack pada level organisasi sektor publik disebabkan

oleh institutional environment dan task environment yang tidak mendukung seperti tidak

adanya komitmen yang kuat dari individu untuk memberantas praktik budgetary slack.

Jika individu mengejar kepentingan pribadi dengan kata lain komitmen organisasi

6
rendah, maka individu tersebut dalam partisipasi penganggaran akan berusaha

melakukan budgetary slack agar kinerjanya terlihat baik. Sebaliknya, jika individu

memiliki komitmen organisasi yang tinggi maka budgetary slack akan rendah. Hubungan

komitmen organisasi dengan budgetary slack mengacu pada penelitian yang dilakukan

oleh Sugiwardani (2012) dan Wati (2017) yang menunjukkan bahwa komitmen

organisasi berpengaruh negatif terhadap budgetary slack. Sehingga hipotesis yang

dirumuskan sebagai berikut:

H2 : Ketaatan aturan Akuntansi berpengaruh negatif terhadap kecurangan (fraud)


akuntansi.
3) Asimetri Informasi
Locus of Control merupakan suatu kendali yang terdapat pada setiap diri seseorang

terhadap suatu peristiwa. Locus of control merupakan keyakinan bahwa seorang individu

dapat atau tidak dapat untuk mengendalikan kejadian yang mempengaruhi mereka. Rotter

(1966) dalam Hapsari (2010) mengemukakan bahwa setiap individu menerima kekuatan

yang berbeda pada beberapa kondisi. Sifat dari locus of control yang pertama bersifat

internal, dimana orang-orang berpendapat bahwa mereka mengendalikan nasib mereka

sendiri. Kedua, bersifat eksternal, dimana orang-orang yakin bahwa kehidupan mereka

dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan luar. Teori institusional memberikan penjelasan

bahwa karakteristik setiap individu dapat memengaruhi individu untuk melakukan

budgetary slack karena akan mempengaruhi individu tersebut dalam mengambil sebuah

keputusan. Karakteristik dari individu yang memilki internal locus of control adalah

mereka yang yakin bahwa suatu kejadian selalu berada dalam kendalinya dan akan selalu

mengambil peran dan tanggung jawab dalam penentuan benar atau salah. Sebaliknya

dengan external locus of control percaya bahwa kejadian dalam hidupnya berada diluar

kontrolnya dan percaya bahwa hidupnya dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan, dan

kesempatan serta lebih mempercayai kekuatan di luar dirinya. Namun, dalam prakteknya

7
orang yang memiliki external locus of control yang lebih dominan turut serta dalam

pembuatan penyusunan anggaran sehingga cenderung dapat melakukan budgetary slack

(Hapsari, 2015). Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Nanda (2010), Triana (2012),

Pello (2014), Singer (2001) bahwa locus of control berpengaruh positif terhadap

budgetary slack. Sehingga hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:

H3 : locus of control berpengaruh positif terhadap budgetary slack.


4) Kapsitas Individu
Menurut Nasution (2011) kapasitas individu adalah kemampuan yang dimiliki

individu untuk mengerjakan sesuatu untuk meningkatkan produktifitas kerja. Kapasitas

individu terbentuk dari proses pendidikan secara umum, pengetahuan, pelatihan, dan

pengalaman seseorang. Pendidikan merupakan investasi sumberdaya manusia yang dapat

meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, sehingga dapat meningkatkan kinerja

seseorang. Individu yang lebih mementingkan kepentingan pribadi cenderung akan

menyebabkan budgetary slack, namun sebaliknya individu yang lebih mengedepankan

kepentingan organisasi akan cenderung meminimalisir terjadinya budgetary slack. Salah

satu cara untuk mengetahui hal tersebut bisa dilihat dari kapasitas individu dalam

organisasi. Semakin meningkatnya kapasitas individu ternyata justru memunculkan

anggapan bahwa budgetary slack adalah suatu konsekuensi yang muncul dalam

penyusunan anggaran bahwa dengan budgetary slack partisipasi anggaran lebih kreatif

dan lebih bebas melakukan aktivitas operasionalnya karena akan termotivasi untuk

meningkatkan kompensasi dimasa yang akan datang. Jadi, meningkatnya kapasitas

individu akan menyebabkan budgetary slack. Hubungan kapasitas individu dengan

budgetary slack mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sari (2006) dan Nasution

(2011) yang menunjukkan bahwa kapasitas individu berpengaruh positif terhadap

budgetary slack. Sehingga hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:

H4 : Kapasitas Individu berpengaruh positif terhadap budgetary slack.

8
5) Sistem Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2013:163) sistem pengendalian internal meliputi struktur

organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan

perusahaan, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan

mendorong terjadinya kebijakan manajemen. Perusahaan yang memiliki sistem

pengendalian internal yang buruk akan memberikan celah terjadinya penyimpangan

budgetary slack. Berdasarkan teori institusional alat untuk mencegah terjadinya praktik

perilaku curang yaitu dengan menerapkkan organizational system yang terdiri dari unsur

organizational culture, organizational structure dan compliance system. Organizational

culture adalah sebuah organisasi yang mempunyai landasan moral dalam setiap

pengambilan keputusannya. Organizational structure bertujuan untuk mendeteksi dan

mengoreksi setiap perbuatan curang yang terjadi dalam organisasi. Sedangkan

compliance system disusun untuk mencegah praktik curang melalui penyusunan kode etik

organisasi dan program anti perilaku curang. Jadi, dengan menerapkan organizational

system akan meningkatkan sistem pengendalian internal yang berarti akan

memninimalisir terjadinya budgetary slack. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang

dilakukan oleh Zulkarnaini (2013) dan Krisnayanti (2017) menyatakan bahwa

pengendalian internal pengaruh negatif terhadap budgetary slack. Sehingga hipotesis

yang dirumuskan sebagai berikut:

H4 : Sistem Pengendalian Internal berpengaruh negatif terhadap budgetary slack.


C. Metoda Penelitian

Data

Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai di seluruh Organisasi Perangkat Daerah

(OPD) yang ada di Kabupaten Temanggung sebanyak 24 kantor. Teknik pengambilan

sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Kuesioner ditujukan kepada

9
pimpinan atau kepala badan atau kepala kantor, kepala bagian keuangan, bendahara, staf

bendahara dan pejabat pengelola keuangan.

Data Analysis

Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif, uji validitas, dan uji reliabilitas

dan analisis regresi linier. Pengujian hipotesis menggunakan uji koefisien determinasi

(R2), uji F dan uji t.

D. Hasil

1. Analisis Deskriptif

Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai di seluruh Organisasi Perangkat Daerah

(OPD) yang ada di Kabupaten Temanggung yang terdiri dari badan, dinas dan kantor.

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang diteliti sebanyak 24 kantor. Teknik

pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Kuesioner ditujukan

kepada pimpinan atau kepala badan atau kepala kantor, kepala bagian keuangan,

bendahara, staf bendahara dan pejabat pengelola keuangan. Kuesioner yang disebar

sebanyak 72 Kuesioner. Jumlah kuesioner yang dapat diolah sebanyak 68 responden atau

sebesar 85 %.

Analisis dalam statistik deskriptif dilakukan terhadap 86 jawaban responden yang

memenuhi kriteria. Hasil pengolahan data mengenai statistik deskriptif adalah:

Tabel 2
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PA 68 2,5 5,0 3,593 0,6118
KO 68 2,9 4,6 3,693 0,3939
LOC 68 1,0 3,4 2,112 0,4824
KI 68 1,6 5,0 3,415 0,6730
SPI 68 1,4 3,4 2,188 0,4504
BS 68 3,0 5,0 3,885 0,4341
Sumber: Data primer diolah tahun 2018

10
2. Uji Validitas

Berdasarkan hasil pengujian, nilai KMO dan Barlett’s Test > 0,50 artinya bahwa

semua pernyataan dapat dianalisis faktor. Sedangkan berdasarkan uji hubungan korelasi

antar pernyataan menunjukkan terdapat 1 pernyataan komitmen organisasi (K0), 1

pernyataan locus of control (LOC), 1 pernyataan sistem pengendalian internal (SPI) dan 1

pernyataan budgetary slack (BS) yang tidak valid karena memiliki faktor loading < 0,50.

Sebanyak 87 % pernyataan yang valid, kemudian dilakukan pengujian validitas ulang

untuk mengetahui apakah pernyataan tersebut valid atau tidak. Berdasarkan hasil

pengujian menunjukkan bahwa semua variabel valid karena memiliki faktor loading >

0,50. Hasil uji validitas setelah menghilangkan variabel yang tidak valid disajikan

berikut:

Tabel 3
Cross Loading
Pernyataan PA KO LOC KI SPI BS Ket

PA1 0,665 Valid


PA2 0,518 Valid
PA3 0,699 Valid
PA4 0,836 Valid
PA5 0,61 Valid
PA6 0,615 Valid
KO1 O,657 Valid
KO2 0,675 Valid
KO3 0,73 Valid
KO4 0,62 Valid
KO6 0,647 Valid
KO7 0,562 Valid
KO8 0,633 Valid
KO9 0,612 Valid
LOC9 0,59 Valid
LOC10 0,687 Valid
LOC11 0,770 Valid
LOC12 0,703 Valid
LOC13 0,757 Valid
LOC15 0,643 Valid

11
LOC16 0,645 Valid
KI1 0,759 Valid
KI2 0,824 Valid
KI3 0,892 Valid
KI4 0,813 Valid
KI5 0,834 Valid
SPI2 0,758 Valid
SPI3 0,848 Valid
SPI4 0,743 Valid
SPI5 0,542 Valid
BS1 0,837 Valid
BS2 0,808 Valid
BS3 0,786 Valid
BS4 0,607 Valid
BS5 0,509 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2018

3. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai cronbach’s alpha dari

masing-masing variabel. Instrumen dikatakan reliabel apabila cronbach’s alpha memiliki

nilai > 0,70 (Ghozali, 2016: 48). Berdasarkan hasil uji reliabilitas dapat diketahui bahwa

semua variabel memiliki nilai Cronbach’s Alpha Based On Standardized Items > 0,70.

Hal ini menunjukka bahwa semua variabel pada penelitian ini adalah reliabel.

Tabel 4
Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Cronbach Alpha Keterangan
1. PA 0.740 Reliabel
2. KO 0.797 Reliabel
3. LOC 0.812 Reliabel
4. KI 0.882 Reliabel
5. SPI 0.701 Reliabel
6. BS 0.758 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah,,2018

4. Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh beberapa variabel

dependen terhadap variabel independen. Hasil analisis regresi berupa koefisien untuk

12
masing-masing variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi

nilai variabel dependen dengan suatu persamaan (Ghozali, 2016: 95).

Tabel 5
Koefisien Linear Berganda
Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Beta
Error
(Constant) 3,832 0,654 5,859 0,000
PA -0,075 0,074 -0,106 -1,022 0,311
KO 0,078 0,126 0,071 0,623 0,536
LOC -0,204 0,103 -0,227 -1,986 0,051
KI 0,290 0,069 0,450 4,175 0,000
SPI -0,240 0,111 -0,249 -2,166 0,034
Sumber : Data primer diolah tahun 2018

Berdasarkan hasil koefisien regresi pada tabel diperoleh persamaan sebagai

berikut:

BS = 3.832 + (-0.075) PA + 0.078 KO + (-0.204) LOC + 0.290KI + (-0.240) SPI + e

5. Uji Hipotesis

a) Uji Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel independen. Berdasarkan hasil pengujian

dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 0,470. Angka tersebut

menunjukkan bahwa variabel indepeden yang terdiri dari partisipasi anggaran, komitmen

organisasi, locus of control, kapasitas individu dan sistem pengendalian internal mampu

menjelaskan variasi variabel dependen yaitu budgetary slack sebesar 0,470 % dan sisanya

0,570 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti atau diluar model regresi

penelitian ini.

13
Tabel 6
Koefisien Determinasi
Adjusted R
R R Square Square Std. Error of the Estimate
0,714a 0,510 0,470 0,3160
Sumber: Data primer yang diolah, 2018
b) Uji F
Hasil uji F menunjukkan nilai F hitung = 12,883 > F tabel = 2,36 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Berdasarkan jumlah n =68 dan k=5, maka df 1=k=5 dan

df 2 = n-k-1= 68-5-1=62, maka diperoleh nilai F tabel sebesar 2.36. Hal ini menunjukkan

bahwa model regresi yang digunakan tersebut sudah bagus atau fit.

Tabel 7
Uji F
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Regression 6,433 5 1,287 12,883 ,000b
Residual 6,192 62 0,100
Total 12,625 67
Sumber: Data primer yang diolah, 2018

c) Uji t
Proses pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tingkat kepercayaan 5%.

Berdasarkan jumlah n = 68 maka df = 67 (n – 1) diperoleh t tabel sebesar 1,668. Hasil uji

t pada masing-masing variabel adalah:

Tabel 8
Uji t
Variabel t hitung t tabel Sig. Keterangan
PA -1,022 1.668 0,311 H1 Tidak Diterima
KO 0,623 -1.668 0,536 H2 Tidak Diterima
LOC -1,986 1.668 0,051 H3 Tidak Diterima
KI 4,175 1.668 0,000 H4 Diterima
SPI -2.166 -1.668 0,034 H5 Diterima
Sumber: Data primer yang diolah, 2018
i. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Budgetary Slack

Berdasarkan uji t dapat diketahui bahwa thitung lebih kecil dari ttabel (-1.022 <

1.669) dan P value > α yaitu 0.311 > 0.05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap budgetary slack, sehingga H1 tidak

diterima. Artinya ada dan tidak adanya partisipasi anggaran tidak akan memengaruhi

14
budgetary slack. Hal ini diduga karena terdapat partisipasi semu pada penyusunan

anggaran, individu terlihat berpartisipasi padahal dalam kenyataannya tidak, artinya

individu-individu berpartisipasi tetapi tidak diberikan wewenang dalam penentuan

anggaran. Individu yang terlibat tidak dapat dipastikan bahwa mereka ikut terlibat

secara penuh dalam penyusunan anggaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

mayoritas responden pada penelitian ini adalah staf keuangan, sehingga diduga

pegawai tidak ikut dan terlibat dalam semua penyusunan anggaran, dan usulan

anggaran yang diberikan belum tentu berpengaruh dalam anggaran akhir. Selain itu,

diduga individu cenderung tidak melakukan budgetary slack untuk meminimalkan

risikonya. Individu cenderung lebih bersikap hati-hati dalam penyusunan anggaran

agar kinerjanya dapat dilakukan sesuai ketentuan dan peraturan yang ditetapkan. Hasil

penelitian sejalan dengan penelitian Mukaromah (2015), Rasen (2014), Rukmana

(2013), Perwani (2013) dan Collins (1978) yang menyatakan partisipasi anggaran

tidak berpengaruh terhadap budgetary slack., namun berbeda dengan hasil penelitian

Sawitri (2014), Lukka (1988), Triadhi (2014), Kartika (2010), Pratama (2013),

Mahadewi (2014), dan Basyir (2016) yang menyatakan partisipasi anggaran

berpengaruh positif terhadap budgetary slack.

ii. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Budgetary Slack

Berdasarkan uji t dapat diketahui bahwa thitung lebih besar dari ttabel (0.623 > -

1.668) dan P value > α yaitu 0.536 > 0.05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap budgetary slack, sehingga H2 tidak

diterima. Artinya tinggi rendahnya komitmen organisasi yang dimiliki individu tidak

memengaruhi budgetary slack. Hal ini diduga karena komitmen individu yang tumbuh

merupakan upaya pemenuhan kewajiban yang dibebankan kepadanya saja, dimana

individu dalam organisasi akan berbuat sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya.

15
Individu dalam organisasi akan berbuat sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya.

Dengan kata lain, komitmen hanya di wilayah kerjanya dan tidak tertarik untuk

membantu sesuatu yang berada di luar tanggung jawabnya. Di samping itu, komitmen

individu terhadap organisasi muncul berdasarkan pertimbangan keuntungan yang

akan diperoleh. Dengan menunjukkan kinerja yang baik, maka kompensasi yang akan

diterima juga meningkat.

Hasil penelitian sesuai dengan teori institusional yang menjelaskan budgetary

slack pada level organisasi sektor publik disebabkan oleh institutional environment

dan task environment yang tidak mendukung seperti tidak adanya komitmen yang

kuat dari individu untuk memberantas praktik budgetary slack.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Darlis (2002), Sumiati (2006), dan

Lestari (2008) yang menyatakan komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap

budgetary slack., namun berbeda dengan hasil penelitian Sari (2006) dan Nasution

(2011) yang menyatakan komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap

budgetary slack.

iii. Pengaruh Locus Of Control Terhadap Budgetary Slack

Berdasarkan uji t dapat diketahui bahwa thitung lebih kecil dari ttabel (-1.986 <

1.668) dan P value > α yaitu 0.051 > 0.05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa locus

of control tidak berpengaruh terhadap budgetary slack, sehingga H3 tidak diterima.

Artinya tinggi rendahnya locus of control tidak akan memengaruhi individu

melakukan budgetary slack. Hasil penelitian menunjukkan bahwa external locus of

control lebih dominan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan sesuatu yang terjadi

termasuk dalam penyusunan anggaran dikendalikan oleh faktor-faktor lain yang

berasal dari luar dirinya seperti peluang untuk melakukan budgetary slack,

keberuntungan, nasib dan lainnya. Sehingga hal tersebut tidak cukup memengaruhi

16
individu untuk melakukan budgetary slack karena masih banyak faktor lain yang

harus dipertimbangkan seperti moralitas, sensivitas etika dan lainnya.

Hasil peneletian sesuai dengan teori institusional yang memberikan penjelasan

bagaimana mekanisme suatu organisasi melakukan aktivitasnya sesuai dengan nilai-

nilai sosial dan budaya yang melingkupinya dan salah satu keberhasilan organisasi

bisa dilihat dari karakteristik setiap individu dalam organisasi tersebut. Berkaitan

individu melakukan budgetary slack juga dipengaruhi oleh karakteristik setiap

individu karena akan mempengaruhi individu tersebut dalam mengambil sebuah

keputusan.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Sari (2006) dan Andrianto (2010) yang

menyatakan locus of control tidak berpengaruh terhadap budgetary slack., namun

berbeda dengan hasil penelitian Nanda (2010), Triana (2012), Pello (2014), Singer

(2001) yang menyatakan locus of control berpengaruh positif terhadap budgetary

slack.

iv. Pengaruh Kapasitas Individu Terhadap Budgetary Slack

Berdasarkan uji t dapat diketahui bahwa thitung lebih besar dari ttabel (4.175 > 1.668)

dan P value < α yaitu 0.000 < 0.05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kapasitas

individu berpengaruh positif terhadap budgetary slack, sehingga H4 diterima, artinya

semakin meningkatknya kapasitas individu akan memengaruhi individu melakukan

budgetary slack. Semakin meningkatnya kapasitas individu ternyata justru

memunculkan anggapan bahwa budgetary slack adalah suatu konsekuensi yang

muncul dalam penyusunan anggaran bahwa dengan budgetary slack individu akan

lebih kreatif dan lebih bebas melakukan aktivitas operasionalnya. Alasannya, individu

dengan pengetahuan dan pengalaman yang lebih akan mudah mengetahui bagaimana

memanfaatkan sumber daya organisasi sehingga individu mengetahui secara betul

17
tentang bagaimana cara yang mudah untuk melakukan tindakan budgetary slack. Hal

ini karena individu termotivasi untuk meningkatkan kompensasi dimasa yang akan

datang sehingga individu yang terlibat dalam penyusunan anggaran cenderung akan

melakukan budgetary slack.

Hasil penelitian sesuai dengan teori institusional bahwa task environment dan

institutional environment akan memengaruhi individu dalam sebuah organisasi untuk

melakukan tindakan curang (malfeasant behaviour). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa responden pada penelitian ini mayoritas sudah bekerja lebih dari 10 tahun,

artinya responden sudah berpengalaman dan memiliki kapasitas individu yang tinggi.

Hasil penelitian sejalan dengan Sari (2006) dan Nasution (2011) yang menyatakan

kapasitas individu berpengaruh positif terhadap budgetary slack.

v. Pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap Budgetary Slack

Berdasarkan uji t dapat diketahui bahwa thitung lebih kecil dari ttabel (-2.166 <

1.669) dan P value > α yaitu 0.157 > 0.05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sistem

pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap budgetary slack, sehingga H5

tidak diterima, artinya sistem pengendalian internal dapat memnimalisir terjadinya

budgetary slack. Hasil penelitian sesuai dengan teori institusional yang menunjukkan

bahwa OPD Kabupaten Temanggung sudah menerapkan organizational system

dengan baik. hal ini sesuai dengan teori institusional yang menjelaskan bahwa alat

untuk mencegah terjadinya praktik perilaku curang yaitu dengan menerapkkan

organizational system yang terdiri dari unsur organizational culture, organizational

structure dan compliance system.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa OPD Kabupaten Temanggung

memperhatikan penerapan wewenang dan tanggung jawab pegawai perangkat daerah

dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya otorisasi transaksi,

18
pemeriksaan fisik atas kekayaan pemerintahan, dan bukti pendukung laporan

keuangan dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Bahkan pada instansi tersebut

identifikasi masalah dan kendala dalam kinerja sangat diperhatikan. Jadi, dengan

menerapkan organizational system akan meningkatkan sistem pengendalian internal

yang berarti akan memninimalisir terjadinya budgetary slack.

Hasil penelitian sesuai pada penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnaini (2013)

dan Krisnayanti (2017) menyatakan bahwa pengendalian internal pengaruh negatif

terhadap budgetary slack.

19
E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Hasil

Adjusted R Square menunjukkan bahwa variabel indepeden yang terdiri dari partisipasi

anggaran, komitmen organisasi, locus of control, kapasitas individu dan sistem

pengendalian internal mampu menjelaskan variasi variabel dependen yaitu budgetary

slack sebesar 47 % dan sisanya 53 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti

atau diluar model regresi penelitian ini. (2) Hasil uji statistik F menunjukkan bahwa

model penelitian yang digunakan pada penelitian ini sudah bagus (fit) untuk diuji. (3)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas individu berpengaruh terhadap budgetary

slack. Sistem pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap budgetary slack.

Sementara itu, partisipasi anggaran, komitmen organisasi dan locus of control tidak

berpengaruh terhadap budgetary slack.

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang diberikan untuk peneliti selanjutnya

adalah:

1. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel-variabel lain yang

diperkirakan dapat memengaruhi budgetary slack seperti, asimetri informasi.

Alasannya, ketika informasi yang dimiliki bawahan lebih baik dari atasan (terdapat

asimetri informasi) maka bawahan cenderung dapat mengambil keputusan untuk

memberikan informasi yang bias dari indormasi pribadi mereka, dengan membuat

anggaran yang relatif mudah dicapai, sehingga dapat menimbulkan budgetary slack.

2. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian serupa dengan objek lain misalnya

semua OPD di Jawa Tengah sehingga hasil penelitian diharapkan dapat digeneralisasi.

3. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan kriteria pengambilan sampel lain yang

lebih tepat sasaran, misalnya Kepala Daerah, Kepala Bagian Keuangan atau

Perencanaan dan Bendahara.

20
Daftar Pustaka

Anthony, Robert N, & Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen, Jakarta:


Salemba Empat.

Basyir, A. A. 2016. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetri, Dan Kapasitas


Individu Terhadap Budgetary Slack Pada SKPD Pemerintah Kota Samarinda.
Akuntabel. Jurnal Ekonomi Dan Keuangan, 13(2), 82–102.

Dunk, A. S. 1993. The Effect of Budget Emphasisand Information Asymmetry on The


Relation Between Budgetary Participation and Slack. The Accounting Review 68.

Ghozali, I. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang.

Ghozali, I. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (8th ed.). Universitas
Diponegoro.

Hanafi, Mamduh M & Abdul Halim. 2012. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta. UPP
STIM YKPN.

Hansen dan Mowen. 2009. Management Accounting. Jakarta. Salemba Empat

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.1. Jakarta.
Salemba Empat.

Indriantoro, N., & Supomo, B. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta. BFEE UGM.

Ikhsan, Arfan & Muhammad Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta. Salemba Empat.

Jogiyanto, H.M. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis.Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta

Krisnayanti, K. N., Herawati, N. T., & Atmadja, A. T. 2017. Pengaruh Partisipasi Anggaran,
Komitmen Organisasi, Locus Of Control, dan Sistem Pengendalian Internal terhadap
Budgetary Slack. E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, 7(1), 1–12.

Licata, M., Strawser R. & Welker R.A. 1986. Note on Participation in Budgeting and Locus
of Control. The Accounting Review. Vol.:61. No. 1.

Luo, Y. 2002. Corruption and Organization in Asian Management Systems. Asia Pacific
Journal of Management, 19, 405-422.

Lukka, K. 1988. Budgetary Biasing In Organizations: Theoretical Framework And Empirical


Evidence. Accounting, Organizations and Society. 13 (3): 281-301\

Luthans, Fred. 2011. Organizational Behavior: an evidence-based approach. 12th edition.


New York: McGraw Hill

Mulyadi. 2013. Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Edisi 2. Yogyakarta.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

21
Munandar, M. 2001. Budgeting. Edisi ke-1. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta.

Merchant, K. A. (1985). Budgeting and the propensity to ceate budgetary slack. Accounting,
Organizations and Society, 10(2), 201-210.

Nasution, Erla Yunita. 2011. Analisis Kapasitas Individu, Partisipasi Penganggaran,


Komitmen Organisasi, dan Kesenjangan Anggaran Padan Satuan Perangkat Kerja
Daerah Kabupaten Langkat. Tesis. Universitas Sumatera Utara

Ompusunggu, Krisler Bornadi & Icuk Rangga Bawono. 2006. Pengaruh Partisipasi Anggaran
dan Job Relevant Information (JRI) terhadap Asimetri Informasi. Simposium Nasional
Akuntansi IX. Padang.

Pillay, S., dan Kluvers, R. 2014. An Institutional Theory Perspective on Corruption : The
Case of a Developing Democracy. Financial Accountability and Management 30(1) :95-
119.

R. Nanda H.A. 2010. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja


Manajerial Dengan Komitmen Organisasi dan Locus Of Control Sebagai Variabel
Moderating. Universitas Diponegoro.

Robbins, S.P. dan Judge, T.A 2008. Perilaku Organisasi (Organizational Behaviour). Buku
2. Edisi 12. Jakarta. Salemba Empat

Rotter, J. 1966. Generalized expectancies for internal versus external control of


reinforcement. Psychological Monographs 80 (1), 1–28);

Sasongko dan Parulian. 2015. Anggaran. Jakarta. Salemba Empat

Sawitri, Erianti. 2014. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Informasi Asimetri terhadap
Timbulnya Senjangan Anggaran. Jurnal Akuntansi. Vol. 2 No.2. Universitas Riau

Schiff, M., & Lewin, A. Y., 1968, Where traditional budgeting fails. Financial Executive.
May: 51-62

Steers, R.M dan Porter, L.W. 1983. Motivation and Work Behavior, New York. Acadaemic
Press.

Suartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Keprilakuan. Yogyakarta. ANDI

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D.


Bandung. Alfabeta.

Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, edisi


ketiga cetakan kedelapan.Yogyakarta. BPFE Yogyakarta.

Tata Sutabri.2003.Analisa Sistem Informasi. Penerbit ANDI Yogyakarta

22
Triana, Maya. 2012. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Budget Emphasis dan Locus of Control
terhadap Slack Anggaran (Survei pada Hotel Berbintang di Kota Jambi). E-jurnal Binar
Akuntansi Universitas Jambi, 1 (1), pp. 50-56

Wang, D dan Jianbo S. 2012. Is budget slack immoral?. Renmin University of China

Wati, D. A. K. S., Sinarwati, N. K., & Atmadja, A. T. (2017). Pengaruh Partisipasi Anggaran,
Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi Dan Pengendalian Internal Terhadap
Kesenjangan Anggaran Pada Subak Di Kabupaten Jembrana. E-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 07 Nomor 01
Tahun 2017), 7, 1–12.

Wilopo. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan


Kecurangan Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di
Indonesia. Makalah. SNA 9 Padang

Young, S.M. 1985. Participative Budgeting The Effect of Risk Aversion and Assymetric
Information on Budgetary Slack.Journal of Accounting Research, Vol. 23: 829-842.

Zulkarnaini. 2013. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Pengendalian Intern Terhadap Slack
Anggaran Survey Pada Aparatur Pemerintah Daerah Kabupen Bener Meriah dan Pidie
Jaya. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 3, No. 1, Hal. 65-79.

Zucker, Lynne G. 1987. Institutional Theories Of Organizations. Annual Review of Sociology


13: 443-464. Palo Alto, CA: Annual Reviews

www.kompas.com (diakses pada 28 Mei 2018)

www.tribunnews.com (diakses pada 28 Mei 2018)

23

You might also like