You are on page 1of 13

ETIKA BISNIS

PELANGGARAN ETIKA BISNIS PADA BANK CENTURY

Disusun Oleh :

Nama : Evita Widiyasari

Nim : 1702010163

Kelas : Manajemen C

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018 / 2019
BAB I

PROFIL BANK CENTURY

A. SEJARAH BANK CENTURY

Bank Century (sebelumnya dikenal dengan Bank CIC) didirikan pada bulan Mei 1989.
Pada tanggal 6 Desember 2004 Bank Pikko dan Bank Danpac menggabungkan diri ke Bank
CIC. Pada tanggal 28 Desember 2004, Bank CIC berganti nama menjadi Bank Century pada
tanggal 21 November 2008 diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan
berubah nama menjadi PT Bank Mutiara Tbk. Pada tanggal 20 November 2014 PT Bank
Mutiara Tbk diambil alih oleh J Trust Co. Ltd. dan pada tanggal 29 Mei 2015 berubah nama
lagi menjadi PT Bank J Trust Indonesia Tbk.

Ada beberapa catatan penting terkait perjalanan Bank Century. PT Bank Century Tbk
didirikan berdasarkan Akta No. 136 tanggal 30 Mei 1989 yang dibuat Lina Laksmiwardhani,
SH, notaris pengganti Lukman Kirana, SH, notaris di Jakarta. Disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C.2-6169.HT.01.01.TH 89
tertanggal 12 Juli 1989. Didaftarkan kePengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 2 Mei 1991
dengan No. 284/Not/1991.

Anggaran Dasar Bank telah disesuaikan dengan Undang-Undang PerseroanTerbatas No.


1 Tahun 1995 dalam Akta No. 167 tanggal 29 Juni 1998 dari Rachmat Santoso, S.H, notaris
di Jakarta. Pada tanggal 16 April 1990, Bank Century memperoleh izin usaha sebagai Bank
Umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No.
462/KMK.013/1990. Pada tanggal 22 April 1993, Bank Century memperoleh peningkatan
status menjadi Bank Devisa dari Bank Indonesia melalui Surat Keputusan No.
26/5/KEP/DIR. Anggaran Dasar Bank Century telah beberapa kali berubah, terakhir sesuai
Akta No. 159 tanggal 29 Juni 2005 dari Buntario Tigris Darmawa NG, SH, S.E, notaris di
Jakarta. Perubahan anggaran dasar ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia No. C-20789.HT.01.04.TH.2005 tanggal 27 Juli 2005. Sesuai dengan
pasal 3 Anggaran Dasar Bank, ruang lingkup kegiatan usaha adalah menjalankan kegiatan
umum perbankan termasuk berdasarkan prinsip syariah. Bank Century memulai operasi
komersialnya pada bulan April 1990. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia
No. 6/92/KEP.GBI/2004 tanggal 28 Desember 2004, menyetujui perubahan nama PT Bank
CIC Internasional Tbk menjadi PT Bank Century Tbk dan izin untuk melakukan usaha
sebagai bank umum berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
462/KMK.013/1990 tanggal 16 April 1990 tentang Pemberian Izin Usaha, nama PT Bank
CIC Internasional Tbk dinyatakan tetap berlaku bagi PT Bank Century Tbk. Bank Century
berdomisili di Indonesia dengan 27 Kantor Cabang Utama, 30 Kantor Cabang Pembantu dan
8 Kantor Kas. Kantor Pusat Bank beralamat di Gedung Sentral Senayan II, Jl. Asia Afrika
No. 8 Jakarta. Dari jumlah kantor tersebut diatas yang beroperasi sebanyak 63 kantor.

B. PEMILIKAN

 Clearstream Banking S.A Luxembourg 3.162.273 11,15 246.657


 First Gulf Asia Holdings Limited (Chinkara Capital Limited) 2.706.801 9,55 211.131
 PT Century Mega Investindo 2.551.972 9,00 199.054
 PT Antaboga Delta Securitas 2.124.558 7,49 165.716
 PT Century Super Investindo 1.600.325 5,64 124.825
 Lainnya (kurang dari 5%) 16.204.248 57,16 1.263.931

C. KRONOLOGIS

MERGER

Hasil merger tiga bank yaitu Bank Pikko, Bank Danpac, dan Bank CIC menjadi Bank
Century yang sebelum merger ketiga bank tersebut didahului dengan adanya akuisisi
Chinkara Capital Ltd yang berdomisili hukum di Kepulauan Bahama dengan pemegang
saham mayoritas adalah Rafat Ali Rizvi. Persetujuan prinsip atas akuisisi diputuskan dalam
rapat dewan gubenur Bank Indonesia pada 27 November 2001 dengan memberikan
persetujuan akuisisi meski Chinkara Capital Ltd tidak memenuhi persyaratan administratif
berupa publikasi atas akuisisi oleh Chinkara Capital Ltd, laporan keuangan Chinkara untuk
tiga tahun terakhir, dan rekomendasi pihak berwenang di negara asal Chinkara Capital Ltd
dan rapat dewan gubenur Bank Indonesia hanya mensyaratkan agar ketiga bank tersebut
melakukan merger, memperbaiki kondisi bank, mencegah terulangnya tindakan melawan
hukum, serta mencapai dan mempertahankan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy
Ratio (CAR)) 8%.
Izin akuisisi pada akhirnya diberikan pada 5 Juli 2002 meski dari hasil pemeriksaan
BI terdapat indikasi adanya perbuatan melawan hukum yang melibatkan Chinkara Capital
Ltd, pada Bank CIC akan tetapi Bank Indonesia tetap melanjutkan proses merger atas ketiga
bank tersebut meski berdasarkan hasil pemeriksaan BI periode tahun 2001 hingga 2003
ditemukan adanya pelanggaran signifikan oleh ketiga bank tersebut antara lain, pada Bank
CIC, terdapat transaksi Surat-surat berhaga (SSB) fiktif senilai US$ 25 juta yang melibatkan
Chinkara Capital Ltd dan terdapat beberapa Surat-surat berhaga (SSB) yang berisiko tinggi
sehingga bank wajib membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang
berakibat rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio (CAR)) menjadi negatif, serta
pembayaran kewajiban general sales management 102 (GSM 102) dan penarikan Dana Pihak
Ketiga (DPK) dalam jumlah besar yang mengakibatkan bank mengalami kesulitan likuiditas,
serta pelanggaran Posisi Devisa Neto (PDN). pada Bank Pikko terdapat kredit macet
Texmaco yang ditukarkan dengan medium term note (MTN) Dresdner Bank yang tidak
punya notes rating dan berkualitas rendah dibawa masuk dalam merger Bank Century,
sehingga bank wajib membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang
berakibat rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio (CAR)) menjadi negatif.

Proses akuisisi seharusnya dapat dibatalkan jika mengacu pada persyaratan yang
ditentukan oleh Bank Indonesia dalam persetujuan akuisisi tanggal 5 Juli 2002, persyaratan
tersebut antara lain menyebutkan apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Bank CIC
terbukti bahwa bilamana Chinkara Capital Ltd sebagai pemegang saham bank melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan akan tetapi pada 6 Desember 2004,
Bank Indonesia malah memberikan persetujuan merger atas ketiga bank tersebut. Pemberian
persetujuan merger tersebut dipermudah berdasarkan catatan Direktur Direktorat Pengawasan
Bank kepada Deputi Gubernur Bank Indonesia dan Deputi Gubernur Senior Bani Indonesia
pada 22 Juli 2004. Bentuk kemudahan tersebut adalah berupa Surat-surat berhaga (SSB) pada
Bank CIC yang semula dinilai macet oleh Bank Indonesia menjadi dinilai lancar sehingga
kewajiban pemenuhan setoran kekurangan modal oleh pemegang saham pengendali (PSP)
menjadi lebih kecil dan akhirnya rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio (CAR))
seolah-olah memenuhi persyaratan merger, termasuk hasil fit and proper test ”sementara”
atas pemegang saham dalam hal ini Rafat Ali Rizvi yang dinyatakan tidak lulus lalu ditunda
penilaiannya dan tidak diproses lebih lanjut. pemberian kelonggaran tersebut tidak pernah
dibahas dalam forum dewan gubenur Bank Indonesia namun hanya dilaporkan dalam catatan
Direktur Direktorat Pengawasan Bank tanggal 22 Juli 2004. Dalam proses pemberian izin
merger terjadi manipulasi oleh Direktur Bank Indonesia yang menyatakan seolah-olah
Gubernur Bank Indonesia memberikan disposisi bahwa merger ketiga bank tersebut mutlak
diperlukan, kembali Bank Indonesia tidak menerapkan aturan dan persyaratan dalam
pelaksanaan akuisisi dan merger sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan (SK) Direksi BI
No 32/51/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger,
Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Umum, SK Direksi BI No 31/147/KEP/DIR tanggal 12
November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif demikian pula dengan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No 2/l/PBI/2000 tanggal 14 Januari 2000 tentang Penilaian Kemampuan dan
Kepatutan (fit and propper test) sebagaimana terakhir diubah dengan PBI No 5/25/PBI/2003
tanggal 10 November 2003.

PASCA MERGER

Selama periode tahun 2005–2008, dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BI atas Bank
Century yang diterbitkan pada 31 Oktober 2005, diketahui bahwa posisi rasio kecukupan
modal (Capital Adequacy Ratio (CAR)) Bank Century per 28 Februari 2005 (dua bulan
setelah merger) adalah negatif 132,5% bila sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No 3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Bank Minimum
Bank Umum dan PBI No.6/9/PBI/2004 tentang Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan
Status Bank sebagaimana diubah dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 7/38/PB
1/2005, seharusnya Bank Century ditetapkan sebagai bank dalam pengawasan khusus sejak
adanya Laporan Hasil Pemeriksaan Bank Indonesia atas Bank Century diterbitkan pada 31
Oktober 2005.

Bank Indonesia kemudian kembali menyetujui untuk tidak melakukan penyisihan


100% atau pengakuan kerugian membentuk yang berbentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP) terhadap Surat-surat berhaga (SSB) tersebut padahal menurut Peraturan
Bank Indonesia (PBI) No 7/2/ PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank
Umum,seharusnya atas Surat-surat berhaga (SSB) tersebut dilakukan Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) atau penyisihan cadangan kerugian sebesar 100%
dengan demikian hal tersebut sudah dapat merupakan rekayasa akuntansi yang dilakukan
Bank Century agar laporan keuangan bank tetap menunjukkan kecukupan modal dan ini
kembali disetujui oleh Bank Indonesia sebagai pengawas bank-bank.
Pada tanggal 17 Februari 2006, Bank Century melakukan Perjanjian Asset
Management Agreement (AMA) dengan Telltop Holdings Ltd, Singapore yang akan berakhir
pada tanggal 17 Februari 2009, dalam rangka penjualan surat-surat berharga Bank sebesar
US$ 203,4 juta Selanjutnya dalam rangka pejualan surat berharga tersebut Telltop Holdings
Ltd menyerahkan Pledge Security Deposit sebesar US$ 220 juta di Dresdner Bank
(Switzerland) Ltd. Perjanjian AMA tersebut telah diamendemen pada tahun 2007, dengan
penambahan surat-surat berharga yang dikelola oleh Telltop Holding Ltd menjadi US$ 211,4
juta kemudian sebelum perjanjian AMA tersebut berakhir, pada tanggal 28 Januari 2009
Bank telah melakukan konfirmasi hasil realisasi penjualan surat-surat berharga tersebut
kepada Telltop Holdings Ltd oleh karena belum ada jawaban Bank Century melakukan klaim
atas Pledge Security Deposit sebesar US$ 220 juta kepada Dresdner Bank (Switzerland) Ltd.

Bank ini mengalami berbagai permasalahan terutama berkaitan dengan kepemilkan


Surat-surat berhaga (SSB) antara lain US Treasury Strips, (Separate Trading of Registered
Interest and Pricipal Securities) sebanyak US$ 177 juta (sejumlah US$ 115 juta dari US
Treasury strips telah dijaminkan kepada Saudi National Bank Corp sesuai dengan perjanjian
tgl 7 Desember 2006 untuk menjamin fasilitas L/C Confirmation. Sisa instrumen ini sebesar
US$ 13 juta dipegang oleh First Gulf Asian Holdings sebagai custodian dan $45 juta
dipegang oleh Dredner Bank sebagai custodian) dan negotiable certificates of deposit (NCD).
Terdiri dari negotiable certificates of deposit (NCD) National Australia Bank, London
sebesar US$ 45 juta, Nomura Bank International Plc. London sebesar US$ 38 juta dan
Deutsche Bank sebesar US$ 8 juta yang secara fisik penguasaan negotiable certificates of
deposit (NCD) tersebut berada pada First Gulf Asian Holdings (Chinkara Capital Limited)
selaku custodian bagian pelanggaran Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) dan Posisi
Devisa Neto (PDN) oleh pengurus bank.
BAB II

KASUS PELANGGARAN BANK CENTURY

D. Kasus Bank Century

Krisis yang dialami Bank Century bukan disebabkan karena adanya krisis global,
tetapi karena disebakan permasalahan internal bank tersebut. Permasalahan internal tersebut
adalah adanya penipuan yang dilakukan oleh pihak manajemen bank terhadap nasabah
menyangkut:

1. Penyelewengan dana nasabah hingga Rp 2,8 Trilliun (nasabah Bank Century sebesar Rp
1,4 Triliun dan nasabah Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia sebesar Rp 1,4 Triliiun)

2. Penjualan reksa dana fiktif produk Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia. Dimana produk
tersebut tidak memiliki izin BI dan Bappepam LK.

Kedua permasalahan tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi nasabah Bank
Century. Dimana mereka tidak dapat melakukan transaksi perbankan dan uang mereka pun
untuk sementara tidak dapat dicairkan.

Kasus Bank Century sangat merugikan nasabahnya. Dimana setelah Bank Century
melakukan kalah kliring, nasabah Bank Century tidak dapat melakukan transaksi perbankan
baik transaksi tunai maupun transaksi nontunai. Setelah kalah kliring, pada hari yang sama,
nasabah Bank Century tidak dapat menarik uang kas dari ATM Bank Century maupun dari
ATM bersama. Kemudian para nasabah mendatangi kantor Bank Century untuk meminta
klarifikasi kepada petugas Bank. Namun, petugas bank tidak dapat memberikan jaminan
bahwa besok uang dapat ditarik melalui ATM atau tidak. Sehingga penarikan dana hanya bisa
dilakukan melalui teller dengan jumlah dibatasi hingga Rp 1 juta. Hal ini menimbulkan
kekhawatiran nasabah terhadap nasib dananya di Bank Century.

Setelah tanggal 13 November 2008, nasabah Bank Century mengakui transksi dalam
bentuk valas tidak dapat diambil, kliring pun tidak bisa, bahkan transfer pun juga tidak bisa.
Pihak bank hanya mengijinkan pemindahan dana deposito ke tabungan dolar. Sehingga uang
tidak dapat keluar dari bank. Hal ini terjadi pada semua nasabah Bank Century. Nasabah bank
merasa tertipu dan dirugikan dikarenakan banyak uang nasabah yang tersimpan di bank
namun sekarang tidak dapat dicairkan. Para nasabah menganggap bahwa Bank Century telah
memperjualbelikan produk investasi ilegal. Pasalnya, produk investasi Antaboga yang
dipasarkan Bank Century tidak terdaftar di Bapepam-LK. Dan sudah sepatutnya pihak
manajemen Bank Century mengetahui bahwa produk tersebut adalah illegal.

Hal ini menimbulkan banyak aksi protes yang dilakukan oleh nasabah. Para nasabah
melakukan aksi protes dengan melakukan unjuk rasa hingga menduduki kantor cabang Bank
Century. Bahkan para nasabah pun melaporkan aksi penipuan tersebut ke Mabes Polri hingga
DPR untuk segera menyelesaikan kasus tersebut, dan meminta uang deposito mereka
dikembalikan. Selain itu, para nasabah pun mengusut kinerja Bapepam-LK dan BI yang
dinilai tidak bekerja dengan baik. Dikarenakan BI dan Bapepam tidak tegas dan menutup
mata dalam mengusut investasi fiktif Bank Century yang telah dilakukan sejak tahun 2000
silam. Kasus tersebut pun dapat berimbas kepada bank-bank lain, dimana masyarakat tidak
akan percaya lagi terhadap sistem perbankan nasional. Sehingga kasus Bank Century ini
dapat merugikan dunia perbankan Indonesia.

E. Solusi Kasus Bank Century

Dari sisi manager Bank Century menghadapi dilema dalam etika dan bisnis. Hal
tersebut dikarenakan manager memberikan keputusan pemegang saham Bank Century
kepada Robert Tantular, padahal keputusan tersebut merugikan nasabah Bank Century.
Tetapi disisi lain, manager memiliki dilema dimana pemegang saham mengancam atau
menekan karyawan dan manager untuk menjual reksadana fiktif tersebut kepada nasabah.
Manajer Bank Century harus memilih dua pilihan antara mengikuti perintah pemegang saham
atau tidak mengikuti perintah tersebut tetapi dengan kemungkinan dia berserta karyawan
yang lain terkena PHK. Dan pada akhirnya manager tersebut memilih untuk mengikuti
perintah pemegang saham dikarenakan manager beranggapan dengan memilih option tersebut
maka perusahaan akan tetap sustain serta melindungi karyawan lain agar tidak terkena PHK
dan sanksi lainnya. Walaupun sebenarnya tindakan manager bertentangan dengan hukum dan
etika bisnis. Solusi dari masalah ini sebaiknya manager lebih mengutamakan kepentingan
konsumen yaitu nasabah Bank Century. Karena salah satu kewajiban perusahaan adalah
memberikan jaminan produk yang aman.

Dari sisi pemegang saham yaitu Robert Tantular, terdapat beberapa pelanggaran etika
bisnis, yaitu memaksa manajer dan karyawan Bank Century untuk menjual produk reksadana
dari Antaboga dengan cara mengancam akan mem-PHK atau tidak memberi promosi dan
kenaikan gaji kepada karyawan dan manajer yang tidak mau menjual reksadana tersebut
kepada nasabah. Pelanggaran yang terakhir adalah, pemegang saham mengalihkan dana
nasabah ke rekening pribadi. Sehingga dapat dikatakan pemegang saham hanya
mementingkan kepentingan pribadi dibanding kepentingan perusahaan, karyawan, dan
nasabahnya (konsumen). Solusi untuk pemegang saham sebaiknya pemegang saham
mendaftarkan terlebih dahulu produk reksadana ke BAPPEPAM untuk mendapat izin
penjualan reksadana secara sah. Kemudian, seharusnya pemegang saham memberlakukan
dana sabah sesuai dengan fungsinya (reliability), yaitu tidak menyalah gunakan dana yang
sudah dipercayakan nasabah untuk kepentingan pribadi.

Dalam kasus Bank Century ini nasabah menjadi pihak yang sangat dirugikan. Dimana
Bank Century sudah merugikan para nasabahnya kurang lebih sebesar 2,3 trilyun. Hal ini
menyebabkan Bank Century kehilangan kepercayaan dari nasabah. Selain itu karena dana
nasabah telah disalahgunakan maka menyebabkan nasabah menjadi tidak sustain, dalam
artian ada nasabah tidak dapat melanjutkan usahanya, bahkan ada nasabah yang bunuh diri
dikarenakan hal ini. Solusi untuk nasabah sebaiknya dalam memilih investasi atau reksadana
nasabah diharapkan untuk lebih berhati-hati dan kritis terhadap produk yang akan dibelinya.
Jika produk tersebut adalah berupa investasi atau reksadana, nasabah dapat memeriksa
kevalidan produk tersebut dengan menghubungi pihak BAPPEPAM.

Dikarenakan kasus ini kinerja BI dan BAPPEPAM sebagai pengawas tertinggi dari
bank-bank nasional menjadi diragukan, karena BI dan BAPPEPAM tidak tegas dan lalai
dalam memproses kasus yang menimpa Bank Century. Dimana sebenarnya BI dan
BAPPEPAM telah mengetahui keberadaan reksadana fiktif ini sejak tahun 2005. Untuk
Bank-bank nasional lainnya pengaruh kasus Bank Century mengakibatkan hampir terjadinya
efek domino dikarenakan masyarakat menjadi kurang percaya dan takut bila bank-bank
nasional lainnya memiliki “penyakit” yang sama dengan Bank Century dikarenakan krisis
global, dengan kata lain merusak nama baik bank secara umum. Solusi untuk BI dan
BAPPEPAM sebaiknya harus lebih tegas dalam menangani dan mengawasi pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan oleh bank-bank yang diawasinya. Selain itu sebaiknya mereka
lebih sigap dan tidak saling melempar tanggung jawab satu sama lain. Dan saran untuk Bank
Nasional lainnya, sebaiknya bank-bank tersebut harus lebih memperhatikan kepentingan
konsumen atau nasabah agar tidak terjadi kasus yang sama.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

F. Kesimpulan

Kasus ini sampai sekarang masih penuh dengan misteri dan ketidakjelasan karena diduga
masih banyak orang lain yang ikut terlibat dalam kasus Bank Centuty meskipun sebagian dari
orang yang bertanggungjawab sudah diberi vonis dan putusan hukuman.Hingga saat ini
penangganan kasus skandal bailout Bank Century belum juga tuntas. Institusi hukum belum
juga mampu menemukan aktor intelektual skandal yang merugikan keuangan negara sebesar
Rp6,7 triliun. Penyidikan kasus ini pun seperti jalan ditempat sejak DPR membentuk Pansus
pada tahun 2009 lalu. Namun, setelah nyaris tidak terdengar, beberapa waktu terakhir ini
kasus tersebut mulai ramai dibicarakan lagi, atau tepatnya setelah Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) menetapkan dan menahan mantan Deputi Bank Indonesia Budi Mulya.
Bahkan KPK telah memeriksa Wapres Boediono terkait pemberian Fasilitas Pendanaan
Jangka Pendek (FPJP) ke Bank Century. Publik pun kini kembali menunggu apakah KPK
dibawah pimpinan Abraham Samad Cs mampu menemukan aktor intelektual skandal ini atau,
kasus ini tetap tidak tuntas. Pemerintah lebih tertarik terahadap selisih dana yang
diperkirakan dengan dana yang dikeluarkan. Apa lagi aliran dana itu masih misteri hingga
sekarang. Dana talangan yang awalnya diperkirakan hanya mencapai angka 600-an milyard
membengkak menjadi 6,7 triliun. Berkaitan dengan pembengkakan dana ini, menurut penulis
ada dua kemungkinan penyebabnya, yakni :

1. Kinerja aparatur Negara maupun aparatur swasta yang terkait pemberian dana
talangan ini memang sangat buruk dan lalai dalam menjalankan tugas sehingga
perkiraan yang awalnya bernilai milyaran rupiah membengkak menjadi triliunan
rupiah.
2. Pembengkakan dana talangan ini memang sengaja dibuat dan disembunyikan untuk
kepentingan politik pihak-pihak tertentu.

Pada dasar nya didirikan nya PT Bank Century Tbk didirikan berdasarkan Akta No.
136 tanggal 30 Mei 1989 yang dibuat Lina Laksmiwardhani, SH, notaris pengganti Lukman
Kirana, SH, notaris di Jakarta. Bank century setelah mendapatkan pengesahan dari
departement keuangan yang semula bank umum berubah menjadi bank devisa.Bank Century
memulai operasi komersialnya pada bulan April 1990. Berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Bank Indonesia No. 6/92/KEP.GBI/2004 tanggal 28 Desember 2004, menyetujui
perubahan nama PT Bank CIC Internasional Tbk menjadi PT Bank Century Tbk dan izin
Kegagalan bank century di indikasikan terjadi karena tindak kriminal yang dilakukan oleh
pemilik bank century sendiri, selain itu keadaan ekonomi juga sedang mengalami krisis
global. Pemberian FPJP oleh pemrintah kepada bank century, karena bank century
mengalami kesulitan likuiditas yang terjadi pada tahun 2008. Pemberian FPJP ini dilakukan
pemerintah setelah dari pihak bank century mengirim kan surat kepada pejabat bank
Indonesia. Seharus nya pemberian FPJP ini tidak dilakukan oleh pemerintah, karena bank
century tidak memenuhi standar persyaratan pemberian FPJP, pada saat itu standar pemberian
FPJP yang berlaku adalah harus memiliki Rasio Kecukupan Modal ( CAR ) diatas 8 persen,
namun bank century di bawah jauh dari standar yang di tetapkan.Dari pemberian FPJP ini
dari pihak BPK ( Badan Pemeriksa Keuangan ) menganalisa bahwa pihak dari Bank
Indonesia kurang tegas dalam pengambilan kebijakan. Selain itu juga di duga BI telah
mengotak atik peraturan yang telah dibuat sehingga Bank Century menjadi layak
mendapatkan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek. Peraturan yang telah di ubah oleh BI
adalah yang semula dalam pemberian FPJP adalah harus memiliki Rasio Kecukupan Modal (
CAR ) 8 persen diubah menjadi CAR positif, dengan alasan inilah bank century dapat
menerima FPJP.

Selain Bank Indonesia, BPK juga menduga KSSK melakukan kesalahan dalam
metetapkan kasus Bank century sebagai Bank yang gagal dan akan berdampak sistemik pada
keuangan negara. Dasar hukum yang digunakan KSSK adalah dalam pemberian dana Bail
Out kepada Bank Century adalah Perpu No. 44 Tahun 2008. sedangkan perpu yang di
gunakan oleh KSSK sudah ditolak oleh anggota DPR namun KSSK tetap memberikan dana
Bail Out nya kepada Bank Century. Namun menurut KSSK pemberian FPJP yang diberikan
sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Karena setiap saat selalu melaporkan rencana
dan perkembangan penanganan kasus Bank Century. Itu bisa dilihat dari laporan pihak
KSSK, menteri Keuangan, dan Bank Indonesia kepada Hak Angket DPR RI. Rapat paripurna
yang dilakukan oleh anggota DPR menghasilkan usulan untuk dilakukan hak penyelidikan
terhadap kasus Bank Century. Dengan usulan tersebut DPR membentuk panitia kusus untuk
menangani kasus Century, panitia khusus tersebut terdiri dari 30 anggota yang selanjut nya
bertugas melakukan penyelidikan terhadap langkah atau kebijakan yang di berikan
pemerintah kepada Bank Century.

G. Saran

1. Dalam menghadapi kasus bank Century perlunnya kerjasama dengan baik antara
pemerrintah, DPR-RI dan Bank Indonesia.
2. Pemerintah harus bertanggung jawab kepadanasabah Bank Century agar bisa
uangnyya dicairkan.
3. Harusnnya ada trasparansi public dalam menyelesaikan kasus Bank century sehingga
tidak terjadi korupsi.
4. Audit infestasi BPK harus dilakukan dengan tuntas dan dibantu oleh Polri, kejaksaan,
Pemerintah Bank Indonesia.

You might also like