You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.
Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan
hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan
subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat
menambah pengetahuan masyarakat, perlu dibahas mengenai bahaya dan pertolongan
terhadap gigitan serangga, gigitan binatang berbisa, gigitan binatang yang dapat
menyebabkan Rabies dan menghindari gigitan binatang pada Balita.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gigitan binatang?
2. Apa saja macam-macam gigitan binatang?
3. Apa saja penyebab gigitan binatang?
4. Bagaimana penatalaksanaan gigitan binatang?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan gigitan binatang.
2. Untuk mengetahui macam-macam gigitan binatang.
3. Untuk mengetahui penyebab binatang.
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan gigitan binatang.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Gigitan Serangga
1. Definisi Gigitan Serangga

1
Insect Bites adalah gigitan atau serangan serangga. Gigitan serangga seringkali
menyebabkan bengkak, kemerahan, rasa sakit (senut-senut), dan gatal-gatal. Reaksi
tersebut boleh dibilang biasa, bahkan gigitan serangga ada yang berakhir dalam beberapa
jam sampai berhari-hari. Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena gigitan serangga
dibanding orang dewasa.
Insect bites adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga yang menyengat atau
menggigit seseorang. Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau
serangan gigitan serangga didantaranya adalah:
a. Reaksi alergi berat (anaphylaxis)
Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat mengancam kahidupan dan
membutuhkan pertolongan darurat. Tanda-tanda atau gejalanya adalah :
1) Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah tidak
mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-organ penting (vital).
2) Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau
kerongkongan/tenggorokan.
3) Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak kaki, dan
selaput lendir (angioedema).
4) Pusing dan kacau.
5) Mual, diare, dan nyeri pada perut.
6) Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak. Gejala tersebut dapat diikuti
dengan gejala lain dari beberapa reaksi.
b. Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga.
Serangga atau laba-laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya :
1) Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam
2) Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat
3) Laba-laba gembel (hobo)
4) Kalajengking
c. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
1) Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati setelah menyengat.
Lebah madu afrika, yang dinamakan lebah-lebah pembunuh, mereka lebih agresif
dari pada lebah madu kebanyakan dan sering menyerang bersama-sama dengan
jumlah yang banyak
2) Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat menyengat berkali-
kali. Si jaket kuning dapat menyebabkan sangat banyak reaksi alergi
3) Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari rahangnya, kemudian
memutar kepalanya dan menyengat dari perutnya dengan alur memutar dan
berkali-kali
d. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
2
1) Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
2) Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum) digunakan
untuk mengobati gigitan atau serangan serangga. Penyakit serum menyebabkan
rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak serta diiringi gejala flu tujuh
sampai empat belas hari setelah penggunaan anti serum.
3) Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile kepada
seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).
4) Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya malaria.

2. Penyebab Gigitan serangga


Serangga tidak akan menyerang kecuali kalau mereka digusar atau diganggu.
Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga untuk
melindungi sarang mereka.
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bias (racun) yang tersusun dari
protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan
serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat.
Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah anggota keluarga
Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi yang cukup
serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian yang diakibatkan oleh serangga
3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon
dan semut api berbeda-beda dalam menyengat.
Ketika lebah menyengat, dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan sebenarnya ia
mati ketika proses itu terjadi. Seekor tawon dapat menyengat berkali-kali karena tawon
tidak melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia menyengat. Semut api menyengatkan
bisanya dengan menggunakan rahangnya dan memutar tubuhnya. Mereka dapat
menyengat bisa berkali-kali.

3. Gejala
Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai macam
faktor yang mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga menyebabkan :
a. Kemerahan
b. Bengkak
c. Nyeri
d. Gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau sengatan serangga tersebut
Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena gigitan
tersebut terluka. Jika luka tersebut tidak dirawat, maka akan mengakibatkan
peradangan akut.
3
e. Reaksi anafilaksis:
1) Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
2) Desahan
3) Sesak napas
4) Pingsan dan hampir meninggal dalam 30 menit
5) Gigitan serangga juga mengakibatkan bengkak pada tenggorokan dan kematian
karena gangguan udara.
6) Sengatan dari serangga jenis penyengat besar atau ratusan sengatan lebah jarang
sekali ditemukan hingga mengakibatkan sakit pada otot dan gagal ginjal.

4. Penatalaksanaan pada gigitan serangga


a. Jika seseorang yang telah digigit serangga mengalami gejala seperti di atas maka
carilah pengobatan. Gejala tersebut bisa jadi anafilaksis fatal. Rasa gatal dengan
bintik-bintik merah dan bengkak adalah gejala yang paling sering ditemui. Paling
sering ini diobati di rumah dengan antihistamin.
b. Jika gigitan menyebabkan infeksi (kemerahan dengan atau tanpa nanah, suhu tubuh
tinggi, demam, atau kemerahan di tubuh), pergilah ke dokter. Jika tidak diketahui apa
yang menggigit, sangat penting untuk menjaga area yang digigit agar tidak terjadi
infeksi.
c. Hubungi dokter jika ada luka yang terbuka, mungkin itu sengatan racun laba-laba.
Seseorang yang mempunyai riwayat tergigit atau tersengat serangga harus pergi ke
rumah sakit terdekat jika mendapati gejala lain.
d. Jika orang yang tidak mempunyai riwayat tergigit serangga juga harus ke bagian gawat
darurat jika :
1) Mendesah
2) Sesak nafas
3) Dada sesak atau sakit
4) Tenggorokan sakit atau susah berbicara
5) Pingsan atau lemah
6) Infeksi
e. Pengobatan gigitan serangga pribadi di rumah
1) Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika hanya kemerahan dan
nyeri pada bagian yang digigit, cukup menggunakan es sebagai pengobatan.
Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan
partikel yang terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk). Partikel-partikel
dapat mengkontaminasi lebih lanjut jika luka tidak dibersihkan.

4
2) Pengobatan dapat juga menggunakan antihistamin seperti diphenhidramin
(Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil. Losion Calamine juga bisa membantu
mengurangi gatal-gatal.
B. Gigitan Binatang Berbisa
1. Definisi Gigitan Binatang berbisa
Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh
gigitan hewan berbisa seperti ular, laba-laba, kalajengking, dll. Korban gigitan ular
adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular. Ular yang berbisa memiliki ciri-
ciri :
a. Bentuk kepala segiempat panjang
b. Gigi taring kecil
c. Bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan
Sedangkan ciri-ciri ular tidak berbisa seperti :
a. Bentuk kepala segitiga
b. Dua gigi taring besar di rahang atas
c. Bekas gigitan : dua luka gigitan utama akibat gigi taring
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut
bersifat :
a. Neurotoksin : berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise
otot-otot lurik. Manifestasi klinis : kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang
terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
b. Haemotoksin : bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau
menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri
sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis : luka bekas
gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis,
hematemesis, gagal ginjal.
c. Myotoksin : mengakibatkan abdomiolisis yang sering berhubungan dengan
mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan
hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d. Kardiotoksin : merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot
jantung.
e. Cytotoksin : dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada
tempat patukan
g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.
5
2. Penyebab Gigitan Binatang Berbisa
Binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau mereka digusar atau
diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan
serangga untuk melindungi sarang mereka. Sebuah gigitan atau sengatan dapat
menyuntikkan bias (racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin
memicu reaksi alergi kepada penderita.

3. Tanda dan Gejala dari Gigitan Binatang Berbisa seperti ular


Tanda umum ular berbisa adalah kepalanya berbentuk segitiga. Tanda lain adalah
dari penampakan langsung misalnya corak kulitnya. Dari bekas gigitan dapat dillihat dua
lubang yang jelas akibat dua gigi taring rahang atas bila ularnya berbisa, dan deretan
bekas gigi-gigi kecil berbentuk U bila ularnya tak berbisa.
Digigit oleh ular berbisa menghasilkan efek yang bervariasi, dari luka gigitan
yang sederhana sampai sakit yang mengancam nyawa dan kematian. Hasil temuan pada
korban gigitan ular dapat menyesatkan. Seorang korban dapat tidak menunjukkan gejala
inisial, dan kemudian tiba-tiba menjadi sesak nafas dan menjadi syok.
Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori
mayor :
a. Efek lokal : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra (Naja spp)
menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak
hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat
mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
b. Perdarahan : Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat
menyebabkan perdarahan organ internal seperti otak atau organ-organ abdomen.
Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka
yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan
kematian.
c. Efek sistem saraf : bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada sistem
saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat menghentikan
otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat perawatan. Awalnya,
korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.
d. Kematian otot : bisa dari Russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa
elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa area

6
tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba
menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
e. Mata : semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata
korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata.

4. Penatalaksanaan pada Gigitan Binatang Berbisa


Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi perawatan di
lapangan dan manajemen di rumah sakit
a. Perawatan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk mempertahankan
pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan
autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan,
termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan
turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang tepat
harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support. Tenangkan pasien untuk
menghindari hysteria selama implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation).
b. Pertolongan Pertama
1) Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan
menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis.
2) Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani
secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang
terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang tergigit
berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa.
3) Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk
penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa keuntungan
jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini telah
direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini semakin tidak
dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat
penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
4) Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat menghambat
aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk
mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.
5) Monitor tanda-tanda vital korban (temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan
tekanan darah) jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika
sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi.
7
6) Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang
mengigit kemungkinan berbisa.
7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan
aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak
berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular,
tapi lakukan jika tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder
atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah mati. Hati-hati
pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat mengigit hingga satu jam
setelah mati (dari reflek). [5] Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal. Sebuah
gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan fatal.
8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat
darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang
bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan
bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari
tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak
memperburuk rasa sakit.
9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor
dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan
tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau
ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke bagian atas
ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan kaki yang
terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap
memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu
mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa
memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang signifikan
terdapat di sana.
c. Manajemen di Rumah Sakit
1) Perawatan definitif meliputi pengecekan kembali ABC dan mengevaluasi pasien
atas tanda-tanda syok (seperti takipneu, takikardi, kulit kering dan pucat,
perubahan status mental, hipotensi). Rawat dahulu keadaan yang mengancam
nyawa. Korban dengan kesulitan bernafas mungkin membutuhkan endotracheal
tube dan sebuah mesin ventilator untuk menolong korban bernafas. Korban

8
dengan syok membutuhkan cairan intravena dan mungkin obat-obatan lain untuk
mempertahankan aliran darah ke organ-organ vital.
2) Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat mengakibatkan iritasi
menengah dan menimbulkan rasa pedih yang hebat. Mencucinya bersih-bersih
dengan air yang mengalir sesegera mungkin dapat membilas dan menghanyutkan
bisa itu, mengurangi iritasi dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut pada mata.
3) Penderajatan envenomasi membedakan kebutuhan akan antivenin pada korban
gigitan ular-ular viper. Derajat dibagi dalam ringan, sedang, atau berat.
a) Envenomasi ringan ditandai dengan rasa sakit lokal, edema, tidak ada tanda-
tanda toksisitas sistemik, dan hasil laboratorium yang normal.
b) Envenomasi sedang ditandai dengan rasa sakit lokal yang hebat; edema lebih
dari 12 inci di sekitar luka; dan toksisitas sistemik termasuk nausea, vomitus
dan penyimpangan pada hasil laboratorium (misalnya penurunan jumlah
hematokrit atau trombosit).
c) Envenomasi berat ditandai dengan ptekie, ekimosis, sputum bercampur darah,
hipotensi, hipoperfusi, disfungsi renal, perubahan pada protrombin time dan
tromboplastin time parsial teraktivasi, dan hasil-hasil abnormal dari tes-tes
lain yang menunjukkan koagulopati konsumtif.Penderajatan envenomasi
merupakan proses yang dinamis. Dalam beberapa jam, sindrom ringan awal
dapat berkembang menjadi sedang bahkan reaksi yang berat.
4) Beri antivenin pada korban gigitan ular koral sebagai standar perawatan jika
korban datang dalam 12 jam setelah gigitan, tanpa melihat adanya tanda-tanda
lokal atau sistemik. Neurotoksisitas dapat muncul tanpa tanda-tanda sebelumnya
dan berkembang menjadi gagal nafas.
5) Bersihkan luka dan cari pecahan taring ular atau kotoran lain. Suntikan tetanus
diperlukan jika korban belum pernah mendapatkannya dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir. Beberapa luka memerlukan antibiotik untuk mencegah infeksi.

C. Gigitan Binatang yang bisa menyebabkan rabies


1. Definisi
Rabies adalah penyakit menular yang dapat menyerang saraf manusia, termasuk otak.
Penyebab masuknya virus ini ke dalam tubuh adalah gigitan hewan yang terinfeksi virus
rabies. 99% kasus ini ditularkan melalui anjing, sisanya melalui monyet, kucing, dan
kelelawar.
9
2. Tanda dan Gejala
a. Gejala awal rabies adalah demam, sakit kepala, lemas, tidak nafsu makan, mual serta
timbul rasa nyeri dan kesemutan pada bekas gigitan. Selanjutnya dapat terlihat gejala
khas rabies lainnya yaitu hydrophobia (rasa takut terhadap air), sensitif terhadap
cahaya, suara, mapun angin, sering mengalami kejang, keluar air liur berlebihan, dan
diakhiri dengan kelumpuhan. Biasanya mereka yang sudah terinfeksi virus rabies akan
meninggal setelah 4 – 6 hari setelah gejala awal timbul. Infeksi rabies yang menyerang
anak lebih berat dibandingkan orang dewasa
b. Mungkin terasa aneh bahwa gigitan anjing yang hanya menimbulkan luka kecil
ternyata dapat menyebabkan kematian. Namun, kejadian ini bisa menimpa siapa saja.

3. Penatalaksanaan rabies
a. Tindakan pertama
1) Cuci segera bagian yang terluka dengan air mengalir kemudian dengan air yang
diberi tetesan cairan antiseptik.
2) Tekan-tekan mengunakan handuk bersih untuk menghentikan perdarahan.
3) Bagian yang terluka posisikan lebih tinggi untuk mengurangi bengkak.
4) Obati luka dengan obat merah atau obat antiseptik.
5) Tempelkan plester antiseptik agar tidak terinfeksi kuman.
Waspadai perubahan perilaku anjing seperti suka di tempat gelap, nampak
ketakutan atau anjing sakit dan mati dalam waktu kurang lebih 2 minggu. Balita
perlu obat anti rabies.
b. Waspada bila
1) Perdarahan tidak berhenti setelah 15 menit.
2) Luka terinfeksi dengan tanda-tanda: luka berubah jadi merah, bengkak, panas,
bernanah, dan mulai tercium bau tak sedap. Luka juga semakin terasa perih.

D. Tips Menghindari Gigitan Binatang pada Balita


1. Sebisa mungkin jangan tinggalkan si kecil dengan hewan peliharaan tanpa pengawasan
meski hewan peliharaan sudah dinilai jinak.
2. Ajari si kecil untuk tidak mendekati kucing atau anjing dari luar. Hewan tersebut dapat
menjadi lebih agresif jika merasa terganggu. Ajari pula si kecil untuk tidak mendekati
atau menyentuh hewan peliharaan yang sedang makan
10
3. Saat diluar, ajari mereka tidak memberikan makan hewan liar termasuk kucing dan anjing
yang tak bertuan, kecuali dapat memastikan keamanannya. Jika sedang berada di alam
terbuka termasuk di kebun binatang, selalu awasi si kecil supaya terjaga keamanannya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gigitan binatang pada balita ada beberapa macam, yaitu gigitan serangga, gigitan
binatang berbisa, gigitan binatang yang bisa menyebabkan rabies. Gigitan serangga ialah
gigitan serangga seringkali menyebabkan bengkak, kemerahan, rasa sakit (senut-senut), dan
gatal-gatal. Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh
gigitan hewan berbisa seperti ular, laba-laba, kalajengking, dll. Gigitan binatang yang bisa
menyebabkan rabies adalah seperti anjing. Definisi dari rabies sendiri adalah penyakit
menular yang dapat menyerang saraf manusia, termasuk otak.

B. Saran
Sebagai orang tua (pendamping) balita Sebisa mungkin jangan tinggalkan si kecil
dengan hewan peliharaan tanpa pengawasan meski hewan peliharaan sudah dinilai jinak.
Jika terjadi gigitan binatang pada balita segera lakukan penanganan pertama untuk
mencegah menyebarnya racun.

11

You might also like