Professional Documents
Culture Documents
SUPRAVENTRIKEL TAKIKARDI
SISTEM KARDIOVASKULER II
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
1. Alifa Dzuhri A (S16004)
2. Dian Fatmawati (S16013)
3. Fitri Poniasih S (S16022)
4. Ina Febryanti (S16029)
5. Lulu’ul Arifah (S16037)
6. Nindi Saputri (S16044)
7. Rika Nilam S (S16051)
8. Tivanny Natalia P (S16060)
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga makalah ini
bisa membantu mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang ......dan
menambah wawasan pengetahuan mahasiswa tentang ....
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Takikardi supraventrikular (TSV) adalah satu jenis takidisritmia
yang ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah
cepat menjadi berkisar antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit.
Kelainan pada TSV mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi di
bagian atas bundel HIS. Pada kebanyakan TSV mempunyai kompleks
QRS normal. Kelainan ini sering terjadi pada demam, emosi, aktivitas
fisik dan gagal jantung (Aslinar, 2010).
B. Elektrofisiologi
Gangguan irama jantung secara elektrofisiologi disebabkan oleh
gangguan pembentukan rangsang, gangguan konduksi rangsang dan
gangguan pembentukan serta penghantaran rangsang.
1. Gangguan pembentukan rangsang
Gangguan ini dapat terjadi secara pasif atau aktif. Bila gangguan
rangsang terbentuk secara aktif di luar urutan jaras hantaran normal,
seringkali menimbulkan gangguan irama ektopik dan bila terbentuk
secara pasif sering menimbulkan escape rhytm (irama pengganti).
a. .Irama ektopik timbul karena pembentukan rangsang ektopik
secara aktif dan fenomena reentry
b. Escape beat (denyut pengganti) ditimbulkan bila rangsang
normal tidak atau belum sampai pada waktu tertentu dari irama
normal, sehingga bagian jantung yang belum atau tidak
mendapat rangsang itu bekerja secara otomatis untuk
mengeluarkan rangsangan instrinsik yang memacu jantung
berkontraksi.
c. Active ectopic firing terjadi pada keadaan dimana terdapat
kenaikan kecepatan automasi pembentukan rangsang pada
sebagian otot jantung yang melebihi keadaan normal.
d. Reentry terjadi bila pada sebagian otot jantung terjadi blokade
unidirectional (blokade terhadap rangsang dalam arah antegrad)
dimana rangsang dari arah lain masuk kembali secara retrograd
melalui bagian yang mengalami blokade tadi setelah masa
refrakternya dilampaui. Keadaan ini menimbulkan rangsang
baru secara ektopik. Bila reentry terjadi secara cepat dan
berulang-ulang, atau tidak teratur (pada beberapa tempat), maka
dapat menimbulkan keadaan takikardi ektopik atau fibrilasi.
2. Gangguan konduksi
C. Patofisiologi
Berdasarkan pemeriksaan elektrofisiologi intrakardiak, terdapat
dua mekanisme terjadinya takikardi supraventrikular yaitu Otomatisasi
(automaticity) dan Reentry. Irama ektopik yang terjadi akibat otomatisasi
sebagai akibat adanya sel yang mengalami percepatan (akselerasi) pada
fase 4 dan sel ini dapat terjadi di atrium, A-V junction, bundel HIS, dan
ventrikel. Struktur lain yang dapat menjadi sumber/fokus otomatisasi
adalah vena pulmonalis dan vena kava superior. Contoh takikardi otomatis
adalah sinus takikardi. Ciri peningkatan laju nadi secara perlahan sebelum
akhirnya takiaritmia berhenti. Takiaritmia karena otomatisasi sering
berkaitan dengan gangguan metabolik seperti hipoksia, hipokalemia,
hipomagnesemia, dan asidosis. Ini adalah mekanisme yang terbanyak
sebagai penyebab takiaritmia dan paling mudah dibuktikan pada
pemeriksaan elektrofisiologi. Syarat mutlak untuk timbulnya reentry
adalah Adanya dua jalur konduksi yang saling berhubungan baik pada
bagian distal maupun proksimal hingga membentuk suatu rangkaian
konduksi tertutup. Salah satu jalur tersebut harus memiliki blok searah.
Aliran listrik antegrad secara lambat pada jalur konduksi yang tidak
mengalami blok memungkinkan terangsangnya bagian distal jalur
konduksi yang mengalami blok searah untuk kemudian menimbulkan
aliran listrik secara retrograd secara cepat pada jalur konduksi tersebut.
D. Klasifikasi
Terdapat 3 jenis TSV yang sering ditemukan pada bayi dan anak,
yaitu:
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan segera.
a. Pemberian adenosin.
Adenosin merupakan nukleotida endogen yang bersifat
kronotropik negatif, dromotropik, dan inotropik. Efeknya sangat
cepat dan berlangsung sangat singkat dengan konsekuensi pada
hemodinamik sangat minimal. Adenosin dengan cepat dibersihkan
dari aliran darah (sekitar 10 detik) dengan cellular uptake oleh sel
endotel dan eritrosit. Obat ini akan menyebabkan blok segera pada
nodus AV sehingga akan memutuskan sirkuit pada mekanisme
reentry. Adenosin mempunyai efek yang minimal terhadap
kontraktilitas jantung.
d. Dc Shock
A. Pengkajian
1. Identitas klien, meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, diagnosa medis, no.RM)
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu, seperti penyakit jantung, stroke dan
hipertensi
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pengkajian primer :
a. Airway
1) Apakah ada peningkatan sekret ?
2) Adakah suara nafas : krekels ?
b. Breathing
1) Adakah distress pernafasan ?
2) Adakah hienteralksemia berat ?
3) Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
4) Apakah ada bunyi whezing ?
c. Circulation
1) Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
2) Apakah ada takikardi ?
3) Apakah ada takipnoe ?
4) Apakah haluaran urin menurun ?
5) Apakah terjadi penurunan TD ?
6) Bagaimana kapilery refill ?
7) Apakah ada sianosis ?
1. Pengkajian sekunder
a. Riwayat penyakit
1) Faktor risiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke,
hipertensi
2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK,
penyakit katup jantung, hipertensi
3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia
lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
4) Kondisi psikososial
b. Pengkajian fisik
1) Aktivitas : kelelahan umum
2) Sirkulasi : perubahan TD (hipertensi atau hienteraltensi); nadi
mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak
teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan
kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat;
edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun
berat.
3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas,
takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak
toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat
badan, perubahan kelembaban kulit
5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat,
dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk,
perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema
paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8) Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi,
eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus
otot/kekuatan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan ventrikel takikardi,
antara lain:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/irama
jantung, perubahan sekuncup jantung: preload, afterload, penurunan
kontraktilitas miokard.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri,
cemas, kelelahan otot pernapasan, defornitas dinding dada.
A. Rencana Keperawatan
Dx 1 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan denyut/irama
jantung, perubahan sekucup jantung: preload, afterload, penurunan
kontraktilitas miokard.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam,
diharapkan curah jantung normal dengan kriteria hasil :
Cardiac pump effectiveness :
No Indikator Skala Awal Skala Target
1 Tekanan Darah dalam batas 2 4
normal
2 Nadi dalam batas normal 2 4
3 Tidak terdapat disritmia 2 4
4 Tidak terdapat jantung 2 5
abnormal
5 Tidak terdapat angina 2 4
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
Intervensi
Cardiac Care
1. Monitor TTV pasien
2. Monitor Status kardiovaskuler
3. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi dan durasi)
4. Monitor adanya perubahan tekanan darah
5. Auskultasi suara jantung klien
6. Anjurkan untuk istirahat
7. Kolaborasi pemberian obat antiaritmia
Rasional
1. Mengetahui kondisi umum klien
2. Mengetahui perubahan status kardiovaskuler klien
3. Mengkaji kondisi nyeri pasien
4. Mengetahui perubahan tekanan darah
5. Mengetahui adanya suara abnormal jantung
6. Mempercepat pemulihan kondisi
7. Mempercepat proses pemulihan
Fluid monitoring
1. Monitor Balance cairan
Rasional
1. Mengetahui keadaan pasien
Keterangan :
1. keluhan ekstrim
2. keluhan berat
3. keluhan sedang
4. keluhan ringan
5. tidak ada keluhan
Intervensi
Airway Management :
1. Enteralsisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Monitor RR klien
3. Auskultasi suara nafas klien
A. Kesimpulan
Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi akibat
pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang, yang mengakibatkan
peningkatan viskositas dan volume darah. Kelainan ini paling sering ditemukan pada usia
50-an. Pria terkena sedikit lebih banyak dibandingkan wanita.Sebagai suatu penyakit
neoplastik yang berkembang lambat, polisitemia terjadi karena sebagian populasi eritrosit
berasal dari satu klon induk yang abnormal. Klasifikasi dari polisitemia diantaranya
Polisitemia Vera (Polisitemia Primer), Polisitemia Sekunder dan Polisitemia
Relatif(‘stres’)
Rencana asuhan keperawatan untuk menangani pasien dengan polisitemia
meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan , perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Hal ini guna kesembuhan dan
kenyamanan dari pasien
B. Saran
Kita sebagai seorang perawat perlu mengetahui tentang gangguan sistem imun
polisitemia selain untuk menambah wawasan pengetahuan kita sebagai seorang perawat,
juga untuk berbagi kepada masyarakat tentang informasi tentang gangguan sistem imun
polisitemia. Makalah ini masih jauh dari sempurna, diharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani.wiwik.Andi Sulistyo W.2008. Buku Ajar Asuhan Keperawataan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Salemba Medika:Jakarta
Soeoparman, Sarwono Waspadil. (1996). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta Gaya Baru
Spival J.L Polycythemia vera. Dalam : Fauci As dkk(Eds). Harriso’s Principles of internal
medicine 14thed. New York:MC graw