You are on page 1of 15

Anatomi dan Fisiologi Gastrointestinal

1. Lambung
Merupakan organ otot yang besar dan berbentuk seperti kacang
kedelai terdiri dari 3 bagian yaitu: Cardiac, fundus, antrum. Makanan
masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (spinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, spinter menghalangi masuknya kembali isi lambung kedalam
kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-
enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilan 3 zat penting:
Lendir, melindungi sel-sel lambung dari kerusakan asam lambung.
Asam Klorida (HCL), menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein.Prekursor pepsin,
enzim yang memecah protein. (Muttaqin dan Kumala Sari,2013)
2. Usus Halus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak diantara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus: lapisan mukosa (sebelah
dalam), lapisan otot meningkat (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M
Longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar). Usus halus terdiri dari 3
bagian yaitu usus 12 jari (duodennum), usus kosong (jejenum) dan usus
penyerapan (ileum).
a. Usus 12 jari (Duodenum)
Usus 12 jari adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).bagian
usus dari 12 jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,dimulai
dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum trezt. Merupakan
organ retroperitoneal yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus 12 jari yang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus 12 jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa
latin duodenum dikitorum yang berarti 12 jari.Lambung melepaskan
makanan kedalam usus 12 jari(duodenum), yang merupakan bagian
pertama dari usus halus. Makanan masuk kedalam duodenum
sfinghter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus.
Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinya kepada lambung
untuk mengalirkan makanan.
b. Usus kosong (jejunum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian dari kedua usus halus, diantara usus 12 jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan
dalam tubuh dengan mesenterium. Jejenum diturunkan dari kata sifat
jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa inggris modern. Arti
aslinya berasal dari bahasa laton,jejunus,yang berarti “kosong”.
(Muttaqin dan Kumala Sari,2013)
3. Usus penyerapan (ileum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pda sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4
m dan terletak setelah setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan
oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 ( netral atau sedikit
biasa) dan berfungsi menyerap vit B12 dan garam-garam empedu.
(Muttaqin dan Kumala Sari,2013)
4. Usus besar (kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
• Kolon asedens (kanan)
• Kolon transversum
• Kolon desendes (kiri)
• Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteriyang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri ini
dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting. (Muttaqin dan
Kumala Sari,2013)
5. Usus buntu (sekrum)
Usus buntu atau sekrum (bahasa latin: caecus,”buta”) dalam
istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan manusia. (Muttaqin dan Kumala Sari,2013)
6. Umbai cacing (appendix)
Umbai cacing atau appendix adalah organ tambahan pada usus
buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing . Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen). Umbai cacing ini berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa
bervariasi dari 2 sampai 20cm. (Muttaqin dan Kumala Sari,2013)
7. Rektum dan anus
Rektum (bahasa latin: regere,”meluruskan,mengatur” adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
sementara penyimpanan feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yg lebih tinggi ,yaitu pada kolon desendes.
(Muttaqin dan Kumala Sari,2013)
8. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki
dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior
perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus duabelas jari).
Pankreas terdiri dari dua jaringan dasar yaitu:
• Asini,menghasilkan enzim-enzim pencernaan
• Pulau pankreas, menghasilkan hormon.
(Muttaqin dan Kumala Sari,2013)
KONSEP PENYAKIT GASTROENTERITIS AKUT

A. Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan
berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare,tanpa
disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen. Gastroenteritis (lebih dikenal
sebagai flu lambung) adalah inflamasi saluran GI. Meskipun gastroenteritis dapat
terjadi pada setiap usia, bayi dan lansia berisiko mengalami gejala yang lebih berat.
Suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus, atau lokal dengan
karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium, mual dan muntah
( Suratun, S.kep,M.kep,2010)

B. Etiologi
Suatu radang akut lambung dan mukosa usus yang paling umum karena bakteri, yang
disebabkan kuman virus, atau protozoa, atau infeksi seperti parasit. Mungkin juga
disebabkan oleh iritasi karena bahan kimia atau paparan zat beracun atau respon alergi.
Paparan virus lebih mungkin pada musim dingin; paparan bakteri lebih umum pada
musim panas ketika penyakit karena makanan dimungkinkan.
( Suratun, S.kep,M.kep,2010)

C. Tanda Dan Gejala


1. Mual dan muntah akibat iritasi lambung
2. Diare cair, lembut, mungkin bercampur dengan lendir atau darah
3. Rasa sakit pada abdominal karena iritasi usus
4. Distensi perut
5. Demam karena infeksi
6. Anoreksia karena iritasi lambung
7. Tidak enak badan karena infeksi
8. Sakit kepala karena penyakit virus
9. Tanda – tanda dehidrasi kulit kering dan pucat, urin berkurang, takikardia,
kulit lembek, tekanan darah ortostatik berubah. ( Suratun, S.kep,M.kep,2010)

D. Epidemiologi
Setiap tahun di seluruh dunia pada anak-anak di bawah 5 tahun, menyebabkan
111.000.000 kasus gastroenteritis dan hampir setengah juta kematian. 82% dari
kematian ini terjadi di negara-negara termiskin di dunia itu.Pada tahun 1980 dari
semua penyebab Gastroenteritis yang disebabkan 4.600.000 kematian pada anak
dengan sebagian besar terjadi di dunia ketiga. Kurang dari cukup air bersih dan
pengolahan limbah telah memberikan banyak kontribusi terhadap penyebaran
Gastroenteritis menular. Tingkat kematian saat ini telah turun secara signifikan
menjadi sekitar 1,5 juta kematian setiap tahun di tahun 2000, sebagian besar
disebabkan oleh pengenalan global terapi rehidrasi oral. Kejadian di negara maju
setinggi 1-2,5 kasus per anak per tahun dan merupakan penyebab utama rawat inap
di kelompok usia ini. Umur, kondisi hidup, kebersihan dan kebiasaan budaya
merupakan faktor penting. Aetiological agen bervariasi tergantung pada ikli
m.Selain itu, sebagian besar kasus gastroenteritis terlihat selama musim dingin di
daerah beriklim sedang dan selama musim panas di daerah tropis.
Diare masih merupakan salah satu diantara penyebab-penyebab utama dari
morbiditas dan mortalitas anak di negara-negara yang sedang berkembang, dengan
perkiraan sebesar 3-5 miliar kasus setiap tahun di dunia, sekitar 5-18 juta kematian
setiap tahunnya adalah disebabkan diare. Kematian ini dapat disebabkan karena
deehidrasi akut atau karena lingkaran sebab akibat dari dari diare, malnutrisi,
infeksi. Khususnya bayi dan anak-anak adalah rawan karena kebutuhan akan cairan
dan pergantian untuk ukurannya adalah relatif lebih besar, daya tahannya yang
kurang dan kerentanannya terhadap agen feka oral.
Di indonesia diperkirakan terdapat sekitar 200-400 kejadian diare di antara 1000
penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian dapat diperkirakan ada lebih 60 juta
kejadian diare setiap tahunnya. Sebagian besar dari penderita-penderita ini (60%-
80%) adalah anak-anak dibawah usia 5 tahun sehingga dengan demikian terdapat
kurang lebih 40 juta kejadian diare pada usia ini setiap tahunnya (Soegijanto. 2009).
E. PATOFISIOLOGI
Penyebab gastroenteritis adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau
cytotksin dimana merusak sel-sel atau pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman
yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus mengakibatkan hiperperistaltik atau
hipo peristaltik usus. Akibat diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan
hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih) hipoglikemia dan
gangguan sirkulasi darah (Ratihrochmat, 2008).

F. MANAJEMEN KOLABORASI
1. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan tinja: makroskopik dan mikroskopik, PH dan kadar gula jika
diduga ada intoleransi gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan
uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persistens).
b. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit
(terutama Natrium, Kalium, kalsium dan Potassium, serum pada diare yang
disertai kejang).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah mengetahui faal ginjal.
d. Duodenum intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif
dan kualitatif terutama pada diare kronik.
(Suraatmaja. 2010).

2. Medikasi
a. Obat anti diare
Obat yang baik mempunyai efek meningkatkan absorpsi dan elektrolit, dan
mengurangi sekresi air dan elektrolit.
(klorpromasin, somatostatin).
b. Antibiotik: antibiotik bila penyebab kolera diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg
BB/hari.
c. Obat Adsorbent (pengeras tinja)
Obat ini diberikan pada penderita diare dapat menyebabkan perubahan pada
tinja, tetapi tidak ada bukti dapat mengurangi lama dan beratnya diare (kaolin
dan pektin).
(Suraatmaja. 2010).

3. Terapi
Pemberian cairan
a. Pemberian cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, ciran diberikan peroral
berupa cairan yang yang berisikan NaCl dan Na, Hco, Kal dan glukosa, untuk
diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar
natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula)
atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut di atas adalah untuk
pengobatan di rumah sebelum dibawa ke rumah sakit untuk mencegah dehidrasi
lebih lanjut.
b. Pemberian cairan parenteral
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari
berat badab atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
1. Dehidrasi ringan
1 jam pertama 25-50 ml/Kg BB/hari, kemudian 125ml/Kg BB/hari.
2. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50-100 ml/Kg BB/hari, kemudian 125 ml/Kg BB/hari.
3. Dehidrasi berat
a) Untuk anak umur 1 bulan sampai dengan 2 tahun denganberat badan 3-
10 Kg.
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama: 40 ml/Kg BB/jam,
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/Kg BB/menit dan 16 jam
kemudian 125 ml/ Kg BB.
b) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 Kg.
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/Kg BB/jam kemudian
dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/ Kg BB/menit dan 16 jam kemudian
125 ml/Kg BB.
c) Untuk lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 Kg.
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 20 ml/Kg BB/jam kemudian
dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/Kg BB/menit dan 16 jam kemudian
105 ml/Kg BB.
(Susilawati. 2008, Hidayat. 2006).

4. Diet
Berikan nutrisi (makanan) setelah dehidrasi teratasi yang mengandung cukup
kalori, protein, mineral dan vitamin atau selama diare perlu ditambahkan jumlah
kalori sebanyak 30% protein 3-5 g/kg BB/hari yang pada umumnya adalah 2,5g/Kg
BB/hari. Pada bayi pertahankan pemberian ASI atau lakukan pemberian
penggantian ASI (bagi yang tidak minum ASI) akan tetapi lakukan pengenceran
seperti pada pemberian PASI. Adapun jenis susu formula yang dianjurkan
mengandung kadat laktosa rendah, asam lemak tidak jenuh.
Berikan makanan dengan mempertimbangkan usia, berat badan da
kemampuan menerima anak seperti pada anak berusia 1 tahun. Dan apabila anak
sudah makan biasa, dianjurkan makan bubur tanpa sayuran dan hindari atau
kurangi makanan yang mengandung banyak lemak: pada hari pertama setelah
rehidrasi berikan makanan per oral dengan selang seling menggunakan oralit, pada
hari ke 2-4 berikan susu formula rendah laktosa penuh, dan apabila defekasi
membaik makanan biasa disesuaikan dengan usia (Hidayat. 2006).
5. Aktivitas
Anak usia pra sekolah melakukan permainan bersama-sama dengan teman-
temannya dengan komunikasi yang sesuai dengan kemampuan bahasanya. Untuk
itu jenis alat permainan yang tepat diberikan pada saat anak sakit adalah seperti
menggambar, mewarnai dan sebagainya (Supartini. 2004).

6. Promosi Kesehatan
a. Jelaskan penyebab dari gastroenteritis.
b. Jelaskan komplikasi dari gastroenteritis.
c. Jelaskan cara mencegah penyakit gastroenteritis dan penularannya.
d. Ajarkan perawatan anak, pemberian makanan dan minuman (misal oralite).
e. Ajarkan mengenal tanda-tanda dehidrasi, seperti ubun-ubun dan mata cekung,
turgor kulit tidak elastis, membran mukosa kering.
f. Jelaskan obat-obatan yang diberikan, efek dan efek samping.
(Suriadi & Rita. 2006).

G. MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Identitas Klien
2) Riwayat Keperawatan
a. Awalan serangan: Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,
anoreksia, kemudian timbul diare.
b. Keluhan utama: Feces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan enurun. Pada bayi ubun-ubun
besar cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering,
frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Riwayat penyakit yang diderita.
b. Riwayat imunusasi.
4) Riwayat Psikososial Keluarga
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,
kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan
anak.
5) Kebutuhan Dasar
a. Pola eliminasi: akan mengalami perubahan yaitu buang air besar lebih dari
4 kali sehari, buang air kecil sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi: diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan klien.
c. Pola tidur dan istirahat: akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygiene: kebiasaan mandi setiap harinya.
e. Aktivitas: akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen.
6) Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan psikologis: keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,
pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematis:
1) Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun besar cekung, selaput lendir mulut
dan bibir kering, berat bada menurun, anus kemerahan.
2) Perkusi: adanya distensi abdomen
3) Palpasi: turgor kulit kurang elastis.
4) Auskultasi: terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang: pada anak diare akan mengalami
gangguan karena dehidrasi sehingga berat badan menurun.
d. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan tinja, darah lengkap, duodenum
intubation yaitu untuk mengetahui penyebab.
(Suriadi & Rita. 2006).

2. Diagnosa Keperawatan
1) Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar encer.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya intake dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan.
3) Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar.
3. Intervensi
a. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar encer
Tujuan : Meningkatkan hidrasi dan keseimbangan elektrolit

1) Kaji status hidrasi: ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membran mukosa.
R/: Mengetahui derajat dehidrasi yang dialami klien.
2) Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan.
R/: Deteksi dini ketidakseimbangan pemasukkan dan
pengeluaran cairan.
3) Monitor tanda-tanda vital.
R/: Indikator utama keadaan tubuh.
4) Pemeriksaan laboratorium sesuai program: elektrolit, PH dan serum
albumin.
R/: Deteksi defisit elektrolit.
5) Pemberian cairan dan elektrolit sesuai protokol.
R/: Penggantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.
6) Anak diistirahatkan.
R/: Menyediakan energy yang dibutuhkan untuk
penyembuhan.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


menurunnya intake dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan
Tujuan : Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimum
1) Timbang berat badan anak setiap hari.
R/: Mengetahui keefektifan terapi.
2) Monitor intake dan output.
R/: Deteksi keseimbangan intake dan output.
3) Lakukan kebersihan mulut sebelum makan.
R/: Rasa sagar pada mulut dapat meningkatkan nafsu makan.
4) Anjurkan makan sedikit tapi sering.
R/: Mencegah kekosongan pada lambung.
c. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar
Tujuan : Mempertahankan keutuhan kulit
1) Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar.
R/: Mengetahui ada atau tidak kerusakan pada kulit.
2) Gunakan kapas lembab dan sabun bayi untuk membersihkan anus setiap
buang air besar.
R/: Dengan mempertahankan kebersihan, peluasan kerusakan kulit dapat
diminimalkan.
3) Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab.
R/: Keadaan lembab yang lebi lama dapat memperburuk
keadaan kulit.
4) Ganti popok/kain bila lembab atau basah.
R/: Agar kelembaban tetap terjaga.

4. Evaluasi
1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3. Integritas kulit utuh.
(Nanda NIC & NOC,2015)
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT

DI SUSUN OLEH

THABITA YOVI SRI DAYANTI 113063C117029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2019
DAFTAR PUSTAKA

Digiulio Mary,Jackson Donna,Keogh Jim.2014. Keperawatan Medikal


Bedah.Yogyakarta:Rapha Publishing

Hurst Marlene.2015. Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta: EGC,2015.

Muttaqin Arif, Kumala Sari.2013. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan


Medikal Bedah.Jakarta: Salemba Medika

Nanda. (2015).Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi10 editor T


Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru.Jakarta: EGC.

You might also like