You are on page 1of 17

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA

MANAJEMEN PENANGANAN BENCANA

Dosen Pembimbing :

Ns. Andi Lis A. G, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh :

-Annisa Azzahra (P072202170770)

-Firnadia Afra Afifah (P07220217014)

-Tomi Ichsan Muhafidin (P07220217034)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KALTIM

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmatnya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Manajemen Bencana.

Makalah ini berisi tentang Manajemen Peanganan Bencana. Dalam penyusunan


makalah ini melibatkan banyak pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih atas segala kontribusinya dalam membantu penyusunan makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal, namum penulis sebagai manusia biasa
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Besar harapan penulis makalah ini dapat membatu mahasiswa dalam proses belajar
dan pada saat praktik.

Samarinda, 19 Maret 2019

Penulis,

I
Daftar Isi

1. Kata Pengantar…………………………………………………………………i

2. Daftar Isi……………………………………………………………………….ii

3. Pendahuluan

A. Latar Belakang…………………………………………………………..1

B. Rumusan masalah………………………………………………………..2

C. Tujuan Penulisan………………………………………………………...2

D. Sistematika Penulisan……………………………………………………2

4. Pembahasan

A. Pengertian Penanggulangan bencana…..…………..………………….…3

B. Tujuan Manajemen Bencana …………………………………………….3

C. Tahapan Manajemen Bencana….………………………………………..4

D. Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat…………………………6

E. Ruang Lingkup KBBM..…………………………………………………7

F. Manfaat Program KBBM………………….……………………………..8

G. Peran Perawat dalam Tanggap Bencana…………………………………8

H. Jenis Kegiatan Siaga Bencana……………………………………………9

I. Peran Perawat dalam Manajemen Bencana……………………………...11

5. Penutup

A. Kesimpulan………………………………………………………………13

B. Saran …………………………………………………………………….13

Daftar Pustaka

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana sebagai ciri khas yang dimiliki di sebagian besar wilayah Indonesia.
Keadaan Iklim, Geologi, Geomorfologi, Tanah, dan Hidrologi menjadikan Indonesia
sebagai Negara Rawan Bencana. Kondisi Sosial, Ekonomi, Budaya, serta kondisi fisik
Indonesia berpengaruh terhadap tingkat risiko bencana.
Berdasarkan UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang penaggulangan bencana,
risiko bencana adalah potensi kerugianyang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dalamkurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan
gangguan kegiatan masyarakat (Emi,2009).
Masyarakat diharapkan memiliki kapasitas yang memadai untuk meningkatkan
kesiapsiagaan menghadapi bencana serta tanggap dan sadar bahwa mereka tinggal di
daerah rawan bencana. Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang menunjukkan respons
terhadap bencana. Faktor yang berperan dalam kesiapsiagaan bencana adalah
Masyarakat dan pihak pengambil keputusan. Masyarakat memiliki Pengetahuan
(Knowledge), Sikap (Attitude), dan Perilaku (Behaviour)untuk mengukur tingkat
kesiapsiagaan.
Kesiapsiagaan adalah bagian yang integral dari pembangunan berkelanjutan.
Jika pembangunan dilaksanakan dengan baik, upaya kesiapsiagaan terhadap bencana
akan lebih ringan tugasnya (Kharisma, 2009). Partisipasi masyarakat dalam upaya
pengurangan risiko bencana dapat diwujudkan dengan Pendidikan Kebencanaan.
Melalui pendidikan kebencanaan, mayarakat yang tinggal di daerah rawan ancaman
bencana mempunyai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tentang kesiapsiagaan
bencana dan tanggap darurat bencana (Sunartoet.al., 2010).
Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana dapat beradaptasi melalui
pendidikan kebencanaan. Menerapkan pemahaman konsep-konsep kebencanaan
sebagai upaya pengambilan sikap saat, sebelum, dan atau setelah terjadi bencana.
Pendidikan kebencanaan dapat dilakukan melalui kegiatan pendidikan formal dan
informal. Sekolah sebagai institusi pendidikan formal memfasilitasi masyarakat dalam
mengurangi risiko bencana melalui pembelajaran. Pendidikan kebencanaan di Sekolah

1
bisa dilaksanakan dengan memadukan pembelajaran kebencanaan saat kegiatan intra
kurikuler maupun ekstrakurikuler.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penanggulangan bencana?
2. Apa tujuan Manajemen bencana?
3. Bagaimana tahapan manajemen bencana?
4. Bagaimana penanggulangan bencana berbasis masyarakat?
5. Apa saja ruang lingkup Kesiapsagaan Bencana Berbasis Masyarakat (KBBM)?
6. Apa Manfaat program KBBM?
7. Bagaimana peran perawat dalam tanggap bencana?
8. Apa saja jenis kegiatan siaga bencana?
9. Bagaimana peran perawat dalam manajemen bencana?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian penanggulangan bencana
2. Mengetahui tujuan manajemen bencana
3. Mengetahui tahapan manajemen bencana
4. Mengetahui penanggulangan bencana berbasis masyarakat
5. Mengetahui ruang lingkup KBBM
6. Mengetahui manfaat KBBM
7. Mengetahui peran perawat dalam tanggap bencana
8. Mengetahui jenis kegiatan siaga bencana
9. Mengetahui peran perawat dalam manajemen bencana

D. Sistematika penulisan
Makalah ini membahas tentang Manajemen Bencana. Makalah ini tersusun atas
3 bab, bab I yaitu Pendahuluan berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan dan Sistematika Penulisan. Bab II berisi tentang Tinjau Pustaka yang
membahas tentang Manajemen Bencana. Bab III berisi tentang Kesimpulan, Saran dan
Daftar Pustaka.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penanggulangan Bencana


Manjemen Bencana adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan
bencana dan keadaan daruat, sekaligus memberikan kerangka kerja untuk menolong
masyarakat dalam keadaan beresiko tinggi agar dapt menghindari ataupun pulih dari
dampak bencana.
Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, Penanggulangan bencana adalah
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi

B. Tujuan Manajemen Bencana


Tujuan manajemen bencana secara umum adalah sebagai berikut:
1. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda
dan lingkungan hidup.
2. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan
korban.
3. Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke
daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni
dan aman.
4. Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/ transportasi,
air minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi
dan sosial daerah yang terkena bencana.
5. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut.
6. Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi
dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.

3
C. Tahapan Manajemen Bencana
Secara umum manajemen bencana dapat dikelompokkan menjadi tiga tahapan dengan
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari pra bencana, pada saat tanggap
darurat dan pasca bencana. Gambar dan penjelasan dapat dilihat di bawah ini.

1. Tahap Pra Bencana


a) Pencegahan (prevention). Upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya).
Misalnya Melarang pembakaran hutan dalam perladangan, Melarang
penambangan batu di daerah yang curam, dan Melarang membuang
sampah sembarangan.
b) Mitigasi Bencana (Mitigation). Mitigasi adalah serangkaian upaya
untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana. Kegiatan mitigasi dapat dilakukan melalui: a)
pelaksanaan penataan ruang, b) pengaturan pembangunan,
pembangunan infrastruktur, tata bangunan, dan c) penyelenggaraan
pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional
maupun modern.
c) Kesiapsiagaan (Preparedness). Kesiapsiagaan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna.

4
d) Peringatan Dini (Early Warning). Peringatan Dini adalah
serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada
masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu
tempat oleh lembaga yang berwenang atau upaya untuk memberikan
tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi.
Pemberian peringatan dini harus menjangkau masyarakat (accesible),
segera (immediate), tegas tidak membingungkan (coherent), bersifat
resmi (official).

2. Tahap Saat Terjadi Bencana


a) Tanggap Darurat (response). Tanggap darurat adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan,
serta pemulihan prasarana dan sarana. Beberapa aktivitas yang
dilakukan pada tahapan tanggap darurat antara lain: a) pengkajian
yang tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya; b) penentuan
status keadaan darurat bencana; c) penyelamatan dan evakuasi
masyarakat terkena bencana; d) pemenuhan kebutuhan dasar; e)
perlindungan terhadap kelompok rentan; dan f) pemulihan dengan
segera prasarana dan sarana vital.
b) Bantuan Darurat (relief). Merupakan upaya untuk memberikan
bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa:
Pangan, Sandang, Tempat tinggal sementara, kesehatan, sanitasi dan
air bersih.

3. Tahap Pasca Bencana


a) Pemulihan (recovery). Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang
terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan,
prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.
b) Rehabilitasi (rehabilitation). Rehabilitasi adalah perbaikan dan
pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai

5
tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
c) Rekonstruksi (reconstruction). Rekonstruksi adalah perumusan
kebijakan dan usaha serta langkah-langkah nyata yang terencana baik,
konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali secara
permanen semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di
tingkat pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utama
tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya,
tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi
masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di
wilayah pasca bencana. Lingkup pelaksanaan rekonstruksi terdiri atas
program rekonstruksi fisik dan program rekonstruksi non fisik.

D. Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat


Penanggulangan bencana berbasis masyarakat adalah upaya yang dilakukan oleh
anggota masyarakat secara terorganisir baik sebelum, saat dan sesudah bencana dengan
menggunakan sumber daya yang mereka miliki semaksimal mungkin untuk mencegah,
mengurangi, menghindari dan memulihkan diri dari dampak bencana.
Beberapa alasan pentingnya penanggulangan bencana berbasis masyarakat :
1. Penanggulangan bencana adalah tanggungjawab semua pihak, bukan pemerintah
saja.
2. Setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungan atas martabat, keselamatan
dan keamanan dari bencana.
3. Masyarakat adalah pihak pertama yang langsung berhadapan dengan ancaman dan
bencana.
4. Karena itu kesiapan masyarakat menentukan besar kecilnya dampak bencana di
masyarakat.
5. Masyarakat yang terkena bencana adalah pelaku aktif untuk membangun kembali
kehidupannya.
6. Masyarakat meskipun terkena bencana mempunyai kemampuan yang bisa dipakai
dan dibangun untuk pemulihan melalui keterlibatan aktif.
7. Masyarakat adalah pelaku penting untuk mengurangi kerentanan dengan
meningkatkan kemampuan diri dalam menangani bencana.

6
8. Masyarakat yang menghadapi bencana adalah korban yang harus siap menghadapi
kondisi akibat bencana.

E. Ruang Lingkup KBBM (Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat)


KBBM sangat tepat dilaksanakan di desa/kelurahan atau daerah rawan bencana yang
masyarakatnya memiliki tingkat kerentanan tinggi. Selain itu, mereka juga mudah untuk
dimotivasi dalam melakukan kegiatan.
Program KBBM mencakup:
1. Kesehatan: tindakan pencegahan dan upaya mitigasi yang berkaitan dengan penyelamatan
jiwa manusia. Sehingga setiap individu memperoleh akses pelayanan kesehatan, karena
dampak bencana biasanya menimbulkan penyakit epidemik, polusi, kekurangan gizi, dan
lain-lain.
2. Di desa/kelurahan di mana wabah malaria dan demam berdarah berjangkit dilakukan pem-
berantasan nyamuk. Cara yang digunakan misalnya dengan larvasiding, yakni menebar
ikan nila, sebagai pemakan jentik-jentik nyamuk. Dilakukan juga kelambunisasi, yaitu
penyuluhan akan pentingnya menggunakan kelambu pada saat tidur agar terhindar dari
gigitan nyamuk. Kerja bakti 3 M (Menguras, Menutup dan Menimbun) merupakan hal yang
rutin yang dilaksanakan bukan hanya saja memberantas nyamuk tetapi juga menjaga
kebersihan lingkungan secara umum.
3. Sosial dan Ekonomi: tindakan pencegahan dan • upaya mitigasi yang berkaitan dengan
kehi-dupan sosial dan keselamatan sumber-sumber ekonomi/kehidupan manusia. Sehingga
membantu setiap individu dan kelompok masyarakat agar mampu memecahkan masalah-
masalah sosial dan tidak kehilangan sumber-sumber penghasilan akibat terjadinya bencana.
Di desa-desa yang sering mengalami banjir, perlu disediakan peralatan penyelamatan,
misalnya katinting atau perahu kecil. Dengan alat penye-lamatan ini jiwa dan harta benda
diharapkan dapat diselamatkan saat bencana banjir terjadi. Pada masa ”damai” ketika
bencana tidak terjadi perahu bisa dijadikan alat transportasi yang untuk penggalangan dana
kegiatan kesiapsiagaan bencana.
4. Lingkungan: tindakan pencegahan dan upaya • mitigasi yang berkaitan dengan perlindun-
gan terhadap lingkungan yang dapat menyebabkan bencana. PMI Cabang Lampung Barat
mencoba mengatasi ancaman tanah longsor di Desa Suoh dengan menanami lereng dengan
bambu dan pohon-pohon perdu.

7
F. Manfaat Program KBBM
Manfaat Program KBBM sebagaiberikut:
1. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam manajemen bencana dan tanggap darurat
bencana. Tim Sibat mengorganisasikan dan memberdayakan sumber daya masyarakat
setempat untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan serta mensosialisasikan cara-
cara hidup yang bersih dan sehat.
2. Melibatkan sistem administrasi pemerintahan desa/kelurahan dalam menyusun konsep
pem-bangunan yang memperhatikan aspek lingkungan dan dampak bencana.
3. Konsep KBBM sangat mudah dan dapat diterapkan di lapangan, sehingga dapat dijadikan
model pengembangan manajemen bencana di lingkungan PMI, pemerintah, maupun
lembaga lain yang peduli pada penanganan bencana.
4. Upaya mitigasi struktural (fisik) yang dilaksanakan dalam Program KBBM untuk
mengurangi tingkat bahaya dan risiko dampak bencana, yang pada akhirnya mengurangi
kerentanan dan kemiskinan struktural di masyarakat.
5. Terkait dengan masalah kesehatan, KBBM memberdayakan kesehatan masyarakat melalui
upaya-upaya pemeliharaan kesehatan dasar atau Primary Health Care (PHC) dan pola
hidup sehat.
6. Citra PMI semakin positif karena Program KBBM tidak hanya program monumental dalam
jangka pendek, namun juga memperhatikan aspek jangka panjang dan keberlanjutannya di
masyarakat. KBBM adalah program yang menjalin kemitraan positif, semangat
kebersamaan, dan saling dukung satu dengan lainnya.

G. Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana


Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga sangat
dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana.
Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar praktek
keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga sangat di butuhkan
saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk bisa terjun
memberikan pertolongan dalam situasi bencana.
Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih banyak melihat
tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan lebih dahulu dibandingkan
dengan perawat, walaupun ada itu sudah terkesan lambat.

8
H. Jenis Kegiatan Siaga Bencana
Kegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda dibandingkan pertolongan medis
dalam keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian penting.
Berikut beberapa tnidakan yang bisa dilakukan oleh perawat dalam situasi tanggap
bencana:
1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik
Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan korban dan
kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka, kerusakan fasilitas pribadi
dan umum, yang mungkin akan menyebabkan isolasi tempat, sehingga sulit
dijangkau oleh para relawan. Hal yang paling urgen dibutuhkan oleh korban saat
itu adalah pengobatan dari tenaga kesehatan. Perawat bisa turut andil dalam aksi
ini, baik berkolaborasi dengan tenaga perawat atau pun tenaga kesehatan
profesional, ataupun juga melakukan pengobatan bersama perawat lainnya secara
cepat, menyeluruh dan merata di tempat bencana. Pengobatan yang dilakukan pun
bisa beragam, mulai dari pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai
dengan profesi keperawatan.
2. Pemberian bantuan
Perawat dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana, dengan
menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk, seperti makanan,
obat obatan, keperluan sandang dan lain sebagainya. Pemberian bantuan tersebut
bisa dilakukan langsung oleh perawat secara langsung di lokasi bencana dengan
memdirikan posko bantuan. Selain itu, Hal yang harus difokuskan dalam kegiatan
ini adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang di
butuhkan oleh para korban saat itu, sehinnga tidak akan ada lagi para korban yang
tidak mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan bantuan yang menumpuk ataupun
tidak tepat sasaran.
3. Pemulihan kesehatan mental
Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma psikologis akibat
kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan yang
mendalam, ketakutan dan kehilangan berat. Tidak sedikit trauma ini menimpa
wanita, ibu ibu, dan anak anak yang sedang dalam massa pertumbuhan. Sehingga
apabila hal ini terus berkelanjutan maka akan mengakibatkan stress berat dan
gangguan mental bagi para korban bencana. Hal yang dibutukan dalam penanganan
situasi seperti ini adalah pemulihan kesehatan mental yang dapat dilakukan oleh

9
perawat. Pada orang dewasa, pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan
mendengarkan segala keluhan keluhan yang dihadapinya, selanjutnya diberikan
sebuah solusi dan diberi penyemangat untuk tetap bangkit. Sedangkan pada anak
anak, cara yang efektif adalah dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali,
hal ini mengingat sifat lahiriah anak anak yang berada pada masa bermain. Perawat
dapat mendirikan sebuah taman bermain, dimana anak anak tersebut akan
mendapatkan permainan, cerita lucu, dan lain sebagainnya. Sehinnga kepercayaan
diri mereka akan kembali seperti sedia kala.
4. Pemberdayaan masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca bencana biasanya
akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat memburuknya keaadaan pasca
bencana., akibat kehilangan harta benda yang mereka miliki. sehinnga banyak
diantara mereka yang patah arah dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang
bisa menolong membangkitkan keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan
masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan skill yang dapat menjadi
bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat melakukan pelatihan pelatihan
keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang
bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah
bencana akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang
ia miliki.
Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang harus dimiliki oleh
seorang perawat, diantaranya:
1. Perawatan harus memilki skill keperawatan yang baik.
Sebagai perawat yang akan memberikan pertolongan dalam penanaganan bencana,
haruslah mumpunyai skill keperawatan, dengan bekal tersebut perawat akan
mampu memberikan pertolongan medis yang baik dan maksimal.
2. Perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian.
Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap elemen
masyarakat termasuk perawat, kepedulian tersebut tercemin dari rasa empati dan
mau berkontribusi secara maksimal dalam segala situasi bencana. Sehingga dengan
jiwa dan semangat kepedulian tersebut akan mampu meringankan beban
penderitaan korban bencana.

10
3. Perawatan harus memahami managemen siaga bencana
Kondisi siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segal hal yang
terkait harus didasarkan pada managemen yang baik, mengingat bencana datang
secara tak terduga banyak hal yang harus dipersiapkan dengan matang, jangan
sampai tindakan yang dilakukan salah dan sia sia. Dalam melakukan tindakan di
daerah bencana, perawat dituntut untuk mampu memilki kesiapan dalam situasi
apapun jika terjadi bencana alam. Segala hal yang berhubungan dengan peralatan
bantuan dan pertolongan medis harus bisa dikoordinir dengan baik dalam waktu
yang mendesak. Oleh karena itu, perawat harus mengerti konsep siaga bencana.

I. Peran Perawat Dalam Manajemen Bencana


1. Peran perawat dalam fase pre-impact
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga pemasyarakatan
dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman
bencana.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam mengahdapi bencana.
2. Peran perawat dalam fase impact
a. Bertindak cepat
b. Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti
dengan maksud memberikan harapan yang besar pada korban yang selamat.
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d. Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat mendiskusikan
dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30
bulan pertama.
3. Peran perawat dalam fase post impact
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, fisikologi korban
b. Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post
traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3 kriteria
utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut

11
mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun
peristiwa-peristiwa yang memacuhnya. Ketiga, individu akan menunjukan
gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan
konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama
dengan unsure lintas sektor menangani maslah keehatan masyarakat paska
gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan
sehat dan aman.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi
Tujuan manajemen bencana secara umum adalah mencegah dan membatasi
jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan lingkungan hidup,
menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan korban,
mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke daerah asal
bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni dan aman,
mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/ transportasi, air
minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi dan sosial
daerah yang terkena bencana, mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut dan
meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi dalam konteks pembangunan.
Tahapan manajemen bencana yaitu terdiri dari tahap Pra bencana, tahap saat
terjadi bencana, tahap pasca bencana.

B. Saran
Penulis menyarankan agar mahasiswa membaca makalah dengan seksama dan
menambah literatur- literatur lain untuk menambah wawasan tentang manajemen
bencana.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amhar, Fahmi dan Darmawan, Mulyanto. 2007. A Study on Multihazard Maps, Panduan
Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Jakarta: Badan
Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi.
Efendi,Ferry.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan praktik dalam
keperawatan.Jakarta.Penerbit Salemba Medika,2009.
https://www.persi.or.id/images/regulasi/kepmenkes/kmk1452007.pdf. Diakses tanggal 13
Maret 2019

You might also like