You are on page 1of 31

A.

PENGERTIAN
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang
kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung
akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.

Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap


individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk
yang berbeda.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan


merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang- orang
yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula (keadaan yang
sebelumya ada menjadi tidak ada).

Terlepas dari penyebab kehilangan yang dialami setiap individu akan


berespon terhadap situasi kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan sangat
dipengaruhi oleh kehilangan sebelumnya.

Grieving Adalah Reaksi Emosional Dari Kehilangan Dan Terjadi Bersamaan


Dengan Kehilangan Baik Karena Perpisahan, Perceraian Maupun Kematian.

Bereavement Adalah Keadaan Berduka Yang Ditunjukan Selama Individu


Melewati Rekasi

Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase,


yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

1
a. Rentang Respon Kehilangan
Gambar rentang respon individu terhadap kehilangan (Kublier-rose,1969).

Fase Marah Fase Depresi

Fase Pengingkaran Fase Tawar-menawar Fase


Menerima

1) Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok,
tidak percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang
benar terjadi, dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “
atau “ itu tidak mungkin terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang
didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus mencari informasi
tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat,
diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan
tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa
menit atau beberapa tahun.
2) Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan
terjadinya kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat
yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri.
Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak
pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang
sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur,
tangan mengepal.

3) Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara
intensif, maka ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon
kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “
kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “.

2
Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering keluar
adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.
4) Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri,
kadang sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan
keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb.
Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur,
letih, dorongan libido manurun.
5) Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran
yang selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai
berkurang atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang
dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang mulai
dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih kepada obyek
yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul-betul
kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “ atau “apa yang
dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan
perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi
perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima
fase ini maka ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi
perasaan kehilangan selanjutnya.
A. Bentuk-Bentuk Kehilangan
1. Kehilangan orang yang berarti.
2. Kehilangan kesejahteraan.
3. Kehilangan milik pribadi.
B. Sifat Kehilangan
1. Tiba – tiba (Tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada
pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh
diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima.
2. Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan)

3
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang
ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando:1984).
C. Tipe Kehilangan
1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama
dengan individu yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan anggota
badan, uang, pekerjaan, anggota keluarga.
2. Perceived Loss ( Psikologis )
Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun
tidak dapat dirasakan / dilihat oleh orang lain. Contoh : Kehilanga masa
remaja, lingkungan yang berharga.
3. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu
memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan
yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota)
menderita sakit terminal.

D. Kategori Kehilangan
1. Kehilangan objek eksternal.
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah
menjadi usang berpinda tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam.
Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang
bergantung pada nilai yang dimiliki orng tersebut terhadap nilai yang
dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.
2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang
telah dikenal mencakup lingkungan yang telah dikenal Selama periode
tertentu atau kepindahan secara permanen. Contohnya pindah ke kota baru
atau perawatan diruma sakit.

4
3. Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara
sekandung, guru, teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau atlet terkenal
mumgkin menjadi orang terdekat bagi orang muda. Riset membuktikan
bahwa banyak orang menganggap hewan peliharaan sebagai orang terdekat.
Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan atau kematian.
4. Kehilangan aspek diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi
fisiologis, atau psikologis. Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan
akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam
citra tubuh dan konsep diri.
5. Kehilangan hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana
orang tersebut akan meninggal.
E. Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka
Menurut Kubler Ross ( 1969 ) terdapat 5 tahapan proses kehilangan:
1. Denial ( Mengingkari )
a. Reaksi pertama individu yang mengalami
kehilangan adalah syok, tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa
kehilangan itu terjadi, dengan mengatakan “Tidak, saya tidak percaya
bahwa itu terjadi”, ”itu tidak mungkin”.
b. Bagi individu atau keluarga yang mengalami
penyakit terminal, akan terus menerus mencari informasi tambahan.
c. Reaksi fisik yang terjadi pada fase
pengingkaran adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis gelisah, tidak tahu harus
berbuat apa.
2. Anger ( Marah )

5
a. Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan.
b. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering
diproyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya, orang tertentu
atau ditujukan kepada dirinya sendiri.
c. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak
pengobatan , dan menuduh dokter dan perawat yang tidak becus.
d. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah,
nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3. Bergaining ( Tawar Menawar )
a. Fase ini merupakan fase tawar menawar dengan memohon kemurahan
Tuhan.
b. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata ”kalau saja kejadian itu
bisa ditunda maka saya akan sering berdoa”.
c. Apabila proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataannya
sebagai berikut sering dijumpai ”kalau yang sakit bukan anak saya”.
d. Cenderung menyelesaikan urusan yang bersifat pribadi, membuat surat
warisan, mengunjungi keluarga dsb.
4. Depression ( Bersedih yang mendalam)
a. Klien dihadapkan pada kenyataan bahwa ia akan mati dan hal itu tidak
bias di tolak.
b. Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik
diri, tidak mudah bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang
sangat baik dan menurut, atau dengan ungkapan yang menyatakan
keputusasaan, perasaan tidak berharga.
c. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makanan, ,susah
tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Acceptance (menerima)
a. Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.

6
b. Menerima kenyataan kehilangan, berpartisipasi aktif, klien merasa
damai dan tenang, serta menyiapkan dirinya menerima kematian.
c. Klien tampak sering berdoa, duduk diam dengan satu focus pandang,
kadang klien ingin ditemani keluarga / perawat.
d. Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata-kata seperti ”saya
betul-betul menyayangi baju saya yang hilang tapi baju baru saya
manis juga”, atau “Sekarang saya telah siap untuk pergi dengan tenang
setelah saya tahu semuanya baik”.
F. Prespektif Agama Terhadap Kehilangan
Dilihat dari perpektif agama hal-hal yang harus diperhatikan oleh individu
untuk mengatasi kehilangan yang dialaminya adalah sabar, berserah diri,
menerima dan mengembalikannya pada Tuhan.

7
ASKEP TEORI KEHILANGAN ATAU BERDUKA

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah kumpulan data yang berisikan status
kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan
keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau
profesi kesehatan lainnya.

Hal-hal yang perlu dikaji adalah:

1. Identitas Klien, yang berisikan inisial, umur, jenis kelamin, tanggal


pengkajian, no. rekam medik.
2. Alasan Masuk
3. Faktor Presdiposisi
4. Keadaan Fisik
5. Keadaan Psikososial
6. Status Mental
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
8. Mekanisme Koping
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
10. Pengetahuan
11. Aspek Medik

Data Fokus yang didapat:

Data subjektif:
- Merasa sedih
- Merasa putus asa dan kesepian
- Kesulitan mengekspresikan
perasaan
- Konsentrasi menurun
Data objektif:
- Menangis
- Mengingkari kehilangan
- Tidak berminat dalam berinteraksi
dengan orang lain
- Merenungkan perasaan bersalah

8
secara berlebihan
- Adanya perubahan dalam kebiasaan
makan, pola tidur, tingkat aktivitas
B. Diagnosa
Setelah melakukan pengkajian diperoleh masalah keperawatan yang akan
disusun menjadi diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah penilaian
klinis tentang respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang actual dan potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.

Diagnosa yang dapat ditegakkan dalam kasus ini adalah:


1. Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap
respon kehilangan pasangan
2. Ansietas berhubungan dengan keadaan di masa yang akan datang setelah
kehilangan pasangan
3. Ketidakberdayaan dalam melakukan peran berhubungan dengan kehilangan
dan berduka
4. Harga diri rendah berhubungan dengan kehilangan dan berduka

C. Rencana Tindakan Keperawatan


Setelah dirumuskan diagnosa keperawatan maka disusun rencana tindakan
keperawatan. Rencana tindakan keperawatan adalah preskripsi untuk prilaku
spesifik yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan
oleh perawat. Tindakan/intervensi keperawatan dipilih untuk membantu pasien
dalam mencapai hasil pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan.

No Diagnosa Tujuan Tujuan Khusus Intervensi Rasional


. Keperawatan umum
1. Isolasi sosial Klien TUK 1 : Klien 1.Sapa klien 1.Membina
berhubungan tidak dapat membina dengan hubungan
dengan koping menceder hubungan saling ramah, baik saling percaya

9
individu tidak ai diri percaya secara verbal hubungan
efektif sendiri maupun non saling percaya
terhadap verbal antara perawat
2.Perkenalkan
respon dan klien
diri dengan
kehilangan merupakan
sopan
pasangan dasar
3.Tanyakan
terbinanya
nama lengkap
hubungan
klien dan
terapeutik
nama
panggilan
yang disukai
klien
4.Jelaskan
tujuan
pertemuan
5.Jujur dan
menepati janji
6.Tunjukkan
TUK 2 : Klien sikap empati
dapat dan menerima
menyebutkan klien apa 2. motivasi

penyebab menarik adanya akan

diri membuat

1.Kaji klien lebih

pengetahuan terbuka

klien tentang mengenai

perilaku pikiran dan

menarik diri perasaannya

dan tanda-

10
tandanya
2.Berikan
kesempatan
kepada klien
untuk
mengungkapk
an perasaan,
penyebab
menarik diri
atau tidak
mau bergaul.
3.Diskusikan
bersama klien
tentang
perilaku
TUK 3 : Klien
menarik diri,
dapat
tanda-tanda
menyebutkan
dan penyebab
keuntungan
muncul.
berhubungan 4.Berikan
dengan orang lain pujian
dan kerugian tidak terhadap
berhubungan kemampuan
dengan orang lain. klien dalam
mengungkapk
an
perasaannya. 3. hal ini
menunjukkan
1.Kaji
rasa peduli
pengetahuan

11
klien tentang terhadap
menfaat dan perawatan
keuntungan klien, tetapi
berhubungan tidak terlibat
dengan orang secara emosi.
lain Klien akan
2.Beri
merasa aman
kesempatan
dan nyaman
kepada klien
saat bercerita
untuk
kepada
mengungkapk
perawat
an perasaan
tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain.
3.Diskusikan
bersama klien
tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain
4.Beri
reinforcement
positif
terhadap
kemampuan

12
klien
mengungkapk
an perasaan
tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain
5.Kaji
pengetahuan
klien tentang
kerugian bila
tidak
berhubungan
dengan orang
lain
6.Beri
kesempatan
kepada klien
untuk
mengungkapk
an perasaan
tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain.
7.Diskusikan
4.Aktivitas
bersama klien
fisik

13
tentang memberikan
kerugian tidak suatu metode
berhubungan yang aman
dengan orang dan efektif
lain untuk
8.Beri
mengeluarkan
reinforcement
emosi dan
positif
kemarahan
terhadap
yang
kemampuan
TUK 4 : Klien terpendam.
klien
dapat
mengungkapk
melaksanakan
an perasaan
hubungan social
tentang
secara bertahap
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain

1.Kaji
kemampuan
klien
membina
hubungan
dengan orang
lain
2.Dorong dan
bantu klien
untuk
berhubungan

14
dengan orang
lain melalui
tahap :
Klien – Perawat
Klien –
Perawat –
Klien lain
Klien –
Perawat –
Keluarga
Klien –
Perawat –
Kelompok/
masyarakat
3.Beri
reinforcement
terhadap
keberhasilan
yang telah
dicapai
4.Bantu klien
untuk
mengevaluasi
manfaat
berhubungan
5.Diskusikan
jadwal harian
yang dapat
dilakukan

15
bersama klien
dalam
mengisi
TUK 5 : Klien waktu
6.Motivasi
dapat
klien untuk
mengungkapkan
mengikuti
perasaannya
kegiatan
setelah
ruangan
berhubungan
dengan orang lain 1.Dorong klien
untuk
mengungkapk
an
perasaannya
bila
berhubungan
dengan orang
lain
2.Diskusikan
dengan klien
tentang
perasaan
manfaat
berhubungan
dengan orang
lain
3.Beri
reinforcement
positif atau

16
kemampuan
TUK 6 : Klien klien 7. Dengan
dapat mengungkapk meminum
memberdayakan an perasaan obat sesuai
system manfaat anjuran, klien
pendukung atau berhubungan akan merasa
keluarga mampu dengan orang lebih tenang
mengembangka lain dan nyaman
n kemampuan untuk tidur.
1.Bina
klien untuk
hubungan
berhubungan
saling percaya
dengan orang
dengan
lain.
keluarga
Salam,
perkenalkan
diri,
sampaikan
tujuan, buat
kontrak, dan
eksplorasikan
perasaan
keluarga.
2.Diskusikan
dengan
anggota
keluarga
tentang
perilaku
penyebab

17
serta akibat
perilaku
menarik diri
3.Dorong
anggota
keluarga
untuk
member
dukungan
kepada klien
untuk
berkomunikas
i dengan
orang lain
4.Anjurkan
anggota
keluarga
secara rutin
dan
bergantian
menjenguk
klien
minimum 1
minggu sekali
TUK 7 : Klien
dapat
1. Diskusikan
menggunakan obat
denga klien
dengan benar dan
tentang dosis,
tepat
frekuensi dan

18
manfaat obat
sertaefek
sampingnya
2. Anjurkan
klien untuk
minta sendiri
obat kepada
perawat dan
merasakan
manfaatnya
3. Anjurkan
klien untuk
berbicara
dengan dokter
tentang
manfaat dan
efek samping
yang
dirasakan.
4. Diskusikan
akibat tidak
minum obat
tanpa
konsultasi

D. Implementasi
Setelah membuat rencana tindakan, maka dilakukan implementasi
keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria

19
hasil yang diharapkan. Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan
rencana tindakan yang telah dibuat.

E. Evaluasi
Setelah melakukan implementasi keperawatan kepada klien, dilakukan
evaluasi pada pasien. Evaluasi keperawatan adalah merupakan kegiatan dalam
menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan. Evaluasi keperawatan ada dua jenis yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan setelah melakukan tindakan saat itu
juga, dan evaluasi sumatif dilakukan setelah semua tindakan dalam satu diagnosa
tersebut telah selesai dilakukan.

20
Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan dan
Berduka

(SP 1)

Pertemuan : 1/TUK 1

Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien
Ibu M sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum meninggal.
Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa
gelisah sehingga susah tidur.
2. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon
kehilangan pasangan
3. Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
4. Tindakan Keperawatan
a. BHSP: Salam terapiutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan, lingkungan yang
terapiutik, kontrak yang jelas
b. Dorong dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati
d. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaanya

Proses Pelaksanaan Tindakan

A. Orientasi
1. Salam terapiutik
“Selamat pagi Ibu.”
“Perkenalkan saya perawat yang bertugas hari ini, nama saya Luhtu Eka, saya
biasa di panggil Eka, nama ibu siapa?”
“Ibu senang di panggil siapa?
2. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini, apa yang Ibu rasakan saat ini?
3. Kontrak

21
“Ibu, saya bertugas di sini untuk merawat ibu dari hari Kamis sampai Minggu
mulai dari jam 07.00 sampai dengan 14.00 WITA saya harap selama saya
merawat bapak saya dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi bapak.
Ibu sekarang saya ingin berbincang-bincang dengan Ibu untuk mengetahui
keadaan Ibu saat ini, apakah bapak bersedia? Bapak ingin kita bicara di mana?
Hmm,, bagaimana kalau di taman ? baiklah Buk. Berapa lama ingin bincang-
bincangnya Buk? Bagaimana kalau kita berbincang selama 15 menit?
B. Kerja
1. Ibu, tadi Ibu sudah menyebutkan nama Ibu, lalu boleh saya tahu berapa umur
Ibu sekarang?
2. Ibu sudah berapa lama di rawat di sini?
3. Boleh saya tahu Ibu berasal dari mana?
4. Bapak masih ingat, kapan Ibu di bawa kesini?
5. Siapa yang membawa Ibu kesini?
6. Bagaimana perasaan Ibu saat di bawa kesini?
7. Menurut Ibu, Ibu di bawa kesini karena apa?
8. Selama di rawat di sini hal apa saja yang sudah Ibu dapatkan?
9. Bagaimana perasaan Ibu saat melakukan kegiatan tersebut?
10. Boleh saya tahu apakah hobi Ibu? Bagaimana kalau sekarang Ibu bercerita
tentang hobi Ibu?
11. Wah….ternyata bagus sekali hobi Ibu. Boleh saya tahu apa pekerjaan Ibu
sebelum disini? Bisa Ibu ceritakan tentang pekerjaan Ibu?
12. Wah, ternyata pekerjaan Ibu bagus sekali.

C. Terminasi
1. Evaluasi
(Subyektif) : Setelah kita ngobrol tadi,bagaimana perasaan Ibu saat ini?
(obyektif) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan sesekali
melihat perawat.
2. Tindak lanjut
Nah pak, ini sudah 15 menit. Jadi kita cukupkan saja dulu perbincangan kita.
Sekarang Ibu istirahat dulu. Kalau nanti ada yang ingin Ibu ceritakan atau
tanyakan kepada saya, Ibu bisa sampaikan saat pertemuan kita berikutnya.
3. Kontrak yang akan datang

22
Bagaimana kalau nanti siang sesudah makan siang kita ngobrol-ngobrol lagi
sekitar pukul 14.00 wita? Dan bagaimana kalau nanti kita membicarakan
tentang kondisi Ibu? Apakah Ibu bersedia? Ibu nanti ingin mengobrol dimana?
Apakah di tempat ini lagi? Baik bu nanti kita berbincang-bincang lagi, kalau
begitu saya permisi dulu Bu, terima kasih karena Ibu sudah mau berbincang-
bincang dengan saya.

23
Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan
dan Berduka
(SP 2)
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Pada pertemuan kedua, Ibu M belum menunjukkan rasa penerimaan terhadap
kehilangan. Ia masih menarik diri dari lingkungan dan orang-orang sekitarnya.
Ia juga masih melamun dan merasa gelisah sehingga tidurnya tidak nyenyak.
2. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon
kehilangan pasangan
3. Tujuan khusus
 Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan klien
dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
 Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
 Klien merasa lebih tenang
4. Tindakan keperawatan
 Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan
salam terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan
dengan klien
 Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Dengarkan
setiap perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi
 Ajarkan klien teknik relaksasi
B. Strategi pelaksanaan
1. Tahap orientasi
- Salam terapeutik: “Selamat pagi Ibu M. Masih ingat dengan saya Bu? Ya,
betul sekali. Saya perawat Eka, Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari pukul
07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu.”
- Evaluasi validasi: “Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik
dari kemarin? Bagus kalau begitu”
- Evaluasi validasi: “Baiklah, bagaimana keadaan Ibu M hari ini?”
- Kontrak: “Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang
sebentar? Saya rasa 30 menit cukup Bu. Ibu bersedia?”

24
- “Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.”

2. Tahap kerja
- “Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu M
saat ini?”
- “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi
sebenarnya memang suami Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu ”
- “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir,
jika Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu
karena beliau memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi kehendak
Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima kenyataan ini.”
- “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan.
Meninggalnya suami Ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha
Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat mencegahnya,
termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”
- “Ibu sudah bisa memahaminya?”
- “Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba mencari
pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya percaya Ibu
mempunyai keahlian yang bisa digunakan. Ibu juga tidak akan hidup
sendiri. Ibu masih punya saudara-saudara, anak-anak dan orang lain yang
sayang dan peduli sama Ibu.”
- “Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi
yang saya lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan
sebentar, kemudian hembuskan perlahan-lahan.”
- “Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”

3. Tahap terminasi
- Evaluasi: (subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah
mulai memahami kondisi yang sebenarnya terjadi?”
(objektif): “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu
dapatkan dari perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi
yang telah kita lakukan.”
- RTL: “Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat
melakukan teknik tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima

25
dengan kenyataan ini, Ibu dapat mengingat kembali perbincangan kita
hari ini.
- Kontrak yang akan datang: ”Sudah 30 menit ya, Bu. Saya rasa
perbincangan kita kali ini sudah cukup. Besok sekitar jam 09.00 saya
akan datang kembali untuk membicarakan tentang hobi Ibu. Mungkin
besok kita bisa berbincang-bincang di taman depan ya Bu.”
“Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi
dulu ya Bu.”

Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan


dan Berduka
(SP 3)

A. Proses keperawatan
1. Pengkajian
Pada pertemuan ketiga, Ibu M sudah mulai menunjukkan rasa penerimaan
terhadap kehilangan. Namun, ia masih menarik diri dari lingkungan dan
orang-orang sekitarnya. Ia juga masih melamun dan merasa gelisah sehingga
tidurnya tidak nyenyak.
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap
respon kehilangan pasangan
3. Tujuan khusus
Klien tidak menarik diri lagi daan dapat membina hubungan baik kembali
dengan lingkungannya maupun dengan orang-orang di sekitarnya

26
4. Tindakan keperawatan
 Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok, terutama aktivitas yang ia
sukai
 Berikan klien pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar

B. Strategi pelaksanaan
1. Tahap orientasi
- Salam terapeutik: “Selamat pagi Ibu M. Masih ingat dengan saya Bu? Ya,
betul sekali. Saya perawat Eka, Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari pukul
07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu.”
- Evaluasi validasi: “Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik
dari kemarin? Bagus kalau begitu”
- Kontrak: “Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari ini kita
bertemu untuk membicarakan hobi Ibu di taman depan. Saya rasa 30 menit
seperti kemarin cukup ya, Bu.”

2. Tahap kerja
- “Nah, Bu. Apakah Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu senangi?”
- “Ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua orang bisa bermain voli
lho, Bu.”
- “Selain bermain voli, apa Ibu mempunyai hobi yang lain lagi?”
- “Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu bagus. Bisa Ibu
menunjukkan sedikit bakat menyanyi Ibu pada saya?”
- “Wah ternyata Ibu memang berbakat menyanyi, suara Ibu juga cukup
bagus.”
- “Ngomong-ngomong tentang hobi Ibu bermain voli, berapa sering Ibu
biasanya bermain voli dalam seminggu?”
- “Cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu dalam bermain voli sudah
terlatih.”
- “Apa Ibu pernah mengikuti lomba voli? Wah, ternyata Ibu hebat juga ya
dalam bermain voli. Buktinya, Ibu pernah memenangi lomba voli
antarwarga di daerah rumah Ibu.”
- “Nah, bagaimana kalau sekarang Ibu saya ajak bergabung dengan yang lain
untuk bermain voli? Tampaknya di sana banyak orang yang juga ingin

27
bermain voli. Ibu bisa melakukan hobi Ibu ini bersama-sama dengan yang
lain.”
- “Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu M. Ibu M juga akan bermain voli bersama-
sama. Ibu M ini jago bermain voli, lho.”
- “Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan teknik-teknik yang baik dalam bermain
bola voli?”
- “Wah, bagus sekali Bu. Ibu hebat.”
- “Ibu M, saat Ibu sedang merasa emosi tapi tidak mampu meluapkannya,
Ibu bisa melakukan kegiatan ini bersama-sama yang lain. Selain itu,
kegiatan ini juga dapat membuat Ibu berhubungan lebih baik dengan yang
lainnya dan Ibu tidak merasa kesepian lagi.”

3. Tahap terminasi
- Evaluasi: (subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa sudah lebih
baik dibandingkan kemarin?”
(objektif): “Sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja manfaat yang dapat Ibu
dapatkan dengan melakukan kegiatan yang Ibu senangi.”
- RTL: “Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat bermain voli saat Ibu sedang
merasa emosi. Atau Ibu dapat melakukan kegiatan ini paling tidak dua kali
dalam seminggu.”
- Kontrak yang akan datang: “Nah, waktu kita sudah hampir habis ya Bu.
Besok jam 08.00 setelah makan pagi, saya akan kembali lagi untuk
mengajarkan Ibu cara meminum obat dengan benar. Kita ketemu di
ruangan Ibu saja, ya? Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau
tidak, saya permisi dulu ya, Bu.”

28
Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan
dan Berduka
(SP 4)

A. Proses keperawatan
1. Pengkajian
Pada pertemuan keempat, Ibu M sudah mulai tidak banyak melamun dan
mulai membuka dirinya kepada orang-orang sekitarnya. Ibu M juga mau
membalas sapaan ataupun senyuman jika ada perawat ataupun orang lain yang
menyapanya ataupun tersenyum padanya. Namun, Ibu M mengaku ia masih
terbayang akan suaminya saat ia akan tidur. Hal tersebut membuat Ibu M
merasa gelisah, tidur tidak nyenyak, bahkan sulit tidur.
2. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan keadaan di masa yang akan datang setelah
kehilangan pasangan
3. Tujuan khusus
 Klien dapat mengetahui aturan yang benar dalam meminum obat
 Ansietas klien berkurang sehingga klien dapat tidur dengan nyenyak
4. Tindakan keperawatan
 Ajarkan klien cara meminum obat dengan benar
 Awasi klien saat minum obat

B. Strategi pelaksanaan
1. Tahap orientasi
- Salam terapeutik: “Selamat pagi Ibu M.”
- Evaluasi validasi: “Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa semalam Ibu bisa
tidur dengan nyenyak?”
- Kontrak: “Ibu tidak bisa tidur dengan nyenyak ya? Baiklah, sesuai dengan
janji kita yang kemarin, saya akan memberitahu Ibu obat yang harus Ibu
minum untuk mengurangi kecemasan Ibu dan agar Ibu dapat tidur dengan
nyenyak. Saya rasa 15 menit saja cukup ya Bu, di kamar ini saja.”

2. Tahap kerja
- “Nah, kita langsung mulai saja ya Bu. Ini ada beberapa macam obat-obatan
yang harus Ibu minum.”

29
- “Ini obatnya ada dua macam ya Bu. Yang warna putih ini namanya BDZ.
Fungsi dari obat ini agar pikiran Ibu bisa lebih menjadi tenang. Kalau
pikiran Ibu tenang, Ibu bisa tidur dengan nyenyak.”
- “Kemudian, yang warna kuning ini adalah HLP. Ini juga harus Ibu minum
agar perasaan Ibu bisa rileks dan Ibu tidak lagi merasakan cemas yang
berlebihan.”
- “Nah Bu, semua obat ini diminum tiga kali sehari ya Bu, jam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam. Masing-masing obat satu butir saja. Obat-obatan
ini juga harus diminum setelah Ibu makan.”
- “Apa Ibu mempunyai keluhan dalam meminum obat?”
- “Ooh, jadi Ibu tidak tahan dengan rasa pahitnya ya? Kalau begitu, setelah
Ibu minum obat Ibu bisa memakan permen agar rasa pahitnya dapat
berkurang.”
- “Jika setelah minum obat ini mulut Ibu menjadi terasa kering sekali, Ibu
bisa minum banyak air untuk mengatasinya agar mulut Ibu tidak kering.”
- “Tapi jika ada efek samping yang berlebihan seperti gatal-gatal, pusing,
atau mual, Ibu bisa panggil saya atau perawat lain yang sedang bertugas.”
- “Nah, sebelum ibu meminum obatnya, pastikan dulu ya Bu, obatnya sesuai
atau tidak. Ibu juga jangan lupa perhatikan waktunya agar obat tersebut
dapat diminum tepat waktu.”

3. Tahap terminasi
- Evaluasi: (subjektif): “Apa Ibu sudah mengerti apa saja obat yang harus
Ibu minum dan bagaimana prosedur sebelum meminumnya?”
(objektif): “Bagus. Kalau Ibu sudah mengerti, coba ulangi lagi apa saja
obat yang harus Ibu minum dan apa saja prosedur meminum obatnya.”
- RTL: “Seperti yang sudah saya katakan tadi ya Bu, jika setelah minum obat
mulut Ibu terasa kering, Ibu dapat meminum air yang banyak. Dan kalau
Ibu merasa gatal-gatal, ousing, atau bahkan muntah, Ibu dapat
menghubungi saya atau perawat lain yang sedang bertugas.”
- Kontrak yang akan datang: “Baiklah Bu, nanti jam 14.00 setelah makan
siang, saya akan datanhg kembali untuk memantau perkembangan Ibu. Kita
bertemu di ruangan ini saja ya Bu.”

30
“Sebelum saya pergi apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah Bu, kalau
tidak ada, saya permisi dulu.”

31

You might also like