Professional Documents
Culture Documents
2019
RUMAH SAKIT UMUM DADI KELUARGA
Jl. Sultan Agung No. 8 A Kel. Teluk
Kec. Purwokerto Selatan Telp. (0281)6847366
SURAT KEPUTUSAN
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DADI
KELUARGA TENTANG PANDUAN KEWENANGAN
PROFESIONAL PEMBERI ASUHAN (PPA) DI RUMAH
SAKIT UMUM DADI KELUARGA.
KESATU : Peraturan Tentang Kebijakan Hak Pasien dan Keluarga di
Kebijakan dan Kewenangan dari PPA, bahwa semua bukti
kompetensi dan kewenagan nya ada pada tiap unit/ instalasi
tempat bertugas.
KETIGA :
Keputusan ini berlaku sejak ditetapkanya, dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
diadakan perbaikan sebagimana mestinya.
Ditetapkan di : Purwokerto
Pada Tanggal : 11 Januari 2019
Direkur Rumah Sakit Umum Dadi Keluarga
dr.Listiya Tanjung
BAB I
DEFINISI
1. DPJP (Dokter Penanggung Jawap Pelayanan) : adalah seorang dokter, sesuai dengan
kewenang klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap
(paket) kepada satu pasien dengan satu patologi / penyakit, dari awal sampai dengan
akhir perawatan di rumah sakit, baik pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
Asuhan medis lengkap artinya rencana serta tindakan lanjutnya sesuai kebutuhan
pasien.
2. Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu DPJP sesuai
kewenangan klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi, maka harus
ada DPJP Utama. Contoh: pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak dan Stroke,
dikelola oleh lebih dari satu DPJP : Dokter Spesialis penyakit Dalam, Dokter
Spesialis Mata dan Dokter Spesialis Saraf.
3. DPJP Utama : bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis
tersebut dilakukan secara terintegrasi dan secara tim diketahui oleh seorang DPJP
Utama. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan
medis bagi pasien yang bersangkutan (“Kedua Tim”), dengan tugas menjaga
Terlaksananya asuhan medis komprehensif – terpadu – efektif, demi keselamatan
pasien melalui komunikasi efektif dengan membangun sinergisme dan mencegah
duplikasi serta mendorong penyesuaian pendapat (adjustmen) antar anggota / DPJP,
mengarahkan agar tindakan masing – masing DPJP bersifat kontributif (bukan
intervensi).
4. Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya memberikan uraian /
data tentang hasil laboratorium atau hasil radiologi, tidak dipakai istilah DPJP,
karena tidak memberikan asuhan medis yang lengkap
5. Profesional Pemberi Asuhan – PPA adalah tenaga kesehatan yang secara langsung
memberikan asuhan kepada pasien, antara lain. Dokter, perawat, bidan, ahli gizi,
apoteker, psikolog klinis, penata anestesi, terapis fisik dsb.
6. Asuhan pasien terintegrasi dan pelayanan berfokus pada pasien (Patient Centered
Care – PPC) adalah istilah yang saling terkait, yang mengandung aspek pasien
merupakan pusat pelayanan, PPA memberikan asuhan sebagai tim interdisiplin /
klinis dengan DPJP sebagi ketua tim klinis – Clinical Leader, PPA dengan
kompetensi dan kewenangan yang memadai, yang antara lain. Terdiri dari dokter,
perawat, bidan, nutrisionis / sietisien, apoteker, penata anestesi, terapis fisik dsb.
BAB II
RUANG LINGKUP
DPJP
Perawat / Apoteker
Bidan
Pasien
Keluarga
Lainnya
Penata Nutrisionis/
Anestesi Dietisien
Oleh PPA
Tugas Mandiri
Tugas Mandiri
2. Pemberian Pelayanan
3. Implementasi Rencana
4. Monitoring
A. ASUHAN MEDIS
Asuhan medis di rumah sakit diberikan oleh dokter spesialis, disebut sebagai DPJP.
Di Instalasi Gawat Darurat dokter juga yang bersertifikat kegawatdaruratan, antara lain
ATLS, ACLS, PPGD, General Emergency Life Support (GELS) menjadi DPJP pada saat
asuhan awal pasien gawat-darurat. Saat pasien dikonsul / rujuk ke dokter spesialis dan
memberikan asuhan medis, maka dokter spesialis tsb menjadi DPJP pasien tsb
mengantikan DPJP sebelumnya, yaitu dokter jaga IGD tsb diatas.
Pemberian asuhan medis di rumah sakit agar mengacu kepada Buku Penyelenggaraan
Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia (Kep Konsil no 18/KKI/KEP/IX/2006).
Penerapan panduan ini selain menjaga mutu asuhan dan keselamatan pasien, juga dpat
menghindari pelanggaran disiplin.
Asas, Dasar, Kaidah dan Tujuan Praktik Kedokteran di Indonesia intinya adalah sbb :
Konsep inti (core concept) asuhan berfokus pada pasien terbagi dalam 2 perspektif :
1. Perspektif Pasien :
a. Martabat dan Respek.
1) Profesional pemberi asuhan mendengarkan, menghormati dan menghargai
pandangan serta pilihan pasien – keluarga.
2) Pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, latar belakang kultural pasien –
keluarga dimasukkan dlam perencanaan pelayanan dan pemberi pelayanan
kesehatan.
b. Berbagi informasi.
1) Profesional pemberi asuhan mengkomunikasikan dan berbagi informasi
secara lengkap kepada pasien – keluarga.
2) Pasien – keluarga menerima informasi tepat waktu, lengkap, dan akurat.
c. Partisipasi
1) Pasien – keluarga didorong dan didukung untuk berpartisipasi dalam asuhan,
pengambilan keputusan dan pilihan mereka.
d. Kolaborasi / kerjasama
1) Rumah sakit bekerjasama dengan pasien – keluarga dalam pengembangan,
implementasi dan evaluasi kebijakan dan program. Pasien – keluarga adalah
mitra PPA.
2. Perspektif PPA
a. Tim Interdisiplin
1) Profesional pemberia asuhan diposisikan mengelilingi pasien
2) Kompetensi yang memadai
3) Berkontribusi setara dalam fungsi profesinya
4) Tugas mandiri, kolaboratif, delegatif, bekerja sebagai satu kesatuan
memberikan asuhan yang terintegrasi
b. Interprofesionalitas
1) Kolaborasi interprofesional
2) Kompetensi pada praktik kolaborasi interprofesional
3) Termasuk bermitra dengan pasien
c. DPJP adalah ketua tim klinis / clinical leader
1) DPJP melakukan koordinasi, kolaborasi, interpretasi, sintesis, review dan
mengintegrasikan asuhan pasien
d. Personalized Care
1) Keputusan klinis selalu diproses berdasarkan juga nilaii-nilai pasien
2) Setiap dokter memperlakukan pasiennya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan
C. DPJP SEBAGAI CLINICAL LEADER
1. Dalam asuhan/pelayanan berfokus pada pasien (patient centered care) para PPA
memberikan asuhan sebagai tim interdisiplin, masing-masing PPA melakukan
tugas mandiri, tugas delegatif dan tugas kolaboratif dengan pola IAR.
2. Asuhan pasien terintegrasi “dimotori” oleh DPJP dlam fungsi sebagai ketua tim
klinis (Clinical leader) yang melakukan koordinasi, kolaborasi, interpretasi,
sintesis. DPJP melakukan review rencana PPA lainya dan menverifikasinya, lihat
standar PP 2.1. elemen penilaian 5.
3. Proses review dilakukan oleh DPJP dengan membaca rencana para PPA dan
memberikan catatan/notasi pada CPPT (Catatan Pelayanan Pasien terintegrasi).
D. KEWENANGAN KLINIS DAN EVALUASI KINERJA
1. Setiap dokter yang bekerja di rumah sakit yang melakukan asuhan medis, termasuk
pelyanan interpretatif (antara lain Dr.Sp.PK, Dr.Sp.PA, Dr.Sp.Rad., dsb.), harus
memiliki SK dari Direktur Rumah Sakit berupa Surat Penugasan Klinis / SPK
(Clinical appointment), dengan lampiran Rincian Kewenangan Klinis / RKK
(Delineation of Clinical Privilage). Penerbitan SPK dan RKK tsb harus melalui
proses kredensial dan rekredensial yang mengacu kepada Permenkes 755/2011
tentang penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
2. Regulasi tentang evaluasi kinerja profesional DPJP ditetapkan Direktur Rumah
Sakit dengan mengacu ke Permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah Sakit dan Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, khususnya
Bab KPS (Kualifikasi dan Pendidikan Staf, Standar KPS 11).
E. PENUNJUKAN DPJP DAN PENGELOMPOKAN STAF MEDIS
1. Regulasi tentang penunjukan seseorang DPJP untuk mengelola seorang pasien,
pengantian DPJP, selesainya DPJP karena asuhan medisnya telah tuntas,
ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit. Penunjukan seorang DPJP dapat antara lain
berdasarkan permintaan pasien, jadwal praktek, jadwal jaga, konsul/rujukan
langsung. Pergantian DPJP perlu pengaturan rinci tentang alih tanggung jawabnya.
2. Regulasi tentang pelaksanaan asuhan medis oleh lebih dari satu DPJP dan
penunjukan DPJP Utama, tugas dan kewenangannya ditetapkan Direktur Rumah
Sakit.
3. Kriteria penunjukan DPJP Utama untuk seorang pasien dapat digunakan butir-
butir sbb :
a. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola pasien pada
awal perawatan
b. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan penyakit
dalam kondisi (relatif) menonjol atau terparah
c. DPJP Utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antar para DPJP terkait
d. DPJP Utama dapat merupakan pilihan dari pasien
e. Pada pelayanan ICU maka DPJP Utama adalah Intensivis
Pengaturan tentang pengelompokan Staf Medis ditetapkan / diorganisir oleh
Direktur Rumah Sakit sesuai kebutuhan, disebut KSM (Kelompok Staf Medis).
Pengelompokan dapat dilakukan antara lain dengan pola disiplin ilmu / spesialisasi
(Kelompok Staf Medis Bedah, Penyakit Dalam, Radiologi, Mata dsb), kategori
penyakit (KSM Diabetes, KSM Onkologi) kategori organ (KSM Ginjal, KSM
Gestro-entero Hepatologi) kategori usia (KSM Geriatri) dan Kategori interes
tertentu/lainya (KSM Sel Punca, dll).
BAB III
TATA LAKSANA
1. Sedasi, intruksi pasca bedah, form edukasi / informasi ke pasien dsb. Termasuk juga
pendokumentasian keputusan hasil pembahasan tim medis, hasil ronde bersama multi
kelompok staf medis / departemen, dsb. (contoh Formulir Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi dan contoh Formulir Perintah Lisan terlampir).
2. Pada kasus tertentu DPJP sebagai ketua tim dari para profesional pemberi asuhan
bekerjasama erat dengan Manajer Pelayanan Pasien (Hospital Case Manager), sesuai
dengan Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien agar terjaga kontinuitas
pelayanan baik waktu rawat inap, rencana pemulangan, tindak lanjut asuhan mandiri
dirumah, kontrol dsb.
3. Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan (kumulatif, bila lebih dari satu) tentang
DPJP, dalam bentuk satu formulir yang di isi secara periodik sesuai kebutuhan /
penambahan / pengurangan / penggantian, yaitu nama dan gelar setiap DPJP, tanggal
mulai dan akhir penanganan pasien, DPJP Utama nama dan gelar, tanggal mulai dan
akhir sebagai DPJP Utama. Daftar ini bukan berfungsi sebagai daftar hadir. (Formulir
Daftar DPJP, terlampir).
4. Rumah Sakit terletak jauh dari kota besar, atau di daerah terpencil, penetapan
kebijakan tentang asuhan medis yang sifatnya khusus agar di konsultasikan dengan
pemangku kepentingan antara lain Komite Medis, Fakultas Kedokteran ysb bagi
residen, Organisasi Profesi, IDI, Dinas Kesehatan, Badan Pengawas Rumah Sakit
Propinsi, Kolegium dsb.
5. Keterkaitan DPJP dengan Panduan Praktik Klinis / Alur Perjalanan Klinis / Clinical
Pathway, setiap DPJP bertanggung jawab mengupayakan peroses asuhan pasien (baik
asuhan medis maupun asuhan keperawatan atau asuhan lainyan) yang diberikan
kepada pasien patuh pada Panduan Praktek Kinis / Alur Perjalanan Klinis / Clinical
Pathway yang telah di tetapkan oleh RS. Tingkat kepatuhan pada Panduan Praktek
Klinis / Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway ini akan menjadi objek Audit Klinis
dan Audit Medis.
6. Apabila dokter tidak mematuhi Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway / Panduan
Praktek Klinis maka harus memberikan penjelasan tertulis dan dicatat di rekam
medis.
BAB IV
DOKUMENTASI
Dengan adanya pengaturan mekanisme kredensial tenaga kesehatan di rumah sakit oleh tim
kredensial / komite tenaga kesehatan lainya diharapkan dapat :
1. Menjalankan tata kelolah klinik yang baik
2. Mendukung rumah sakit dan tenaga kesehatan lainya agar dapat terhindar atau
meminimalis tuntutan pasien
3. Menjaga mutu pelayanan tenaga lesehatan lainya
4. Menjaga disiplin tenaga kesehatan khususnya kepatuhan mengikuti kebijakan standar
dan SPO
5. Merinci dan menjaga kompetensi tenaga kesehatan lainnya.
Ditetapkan di : Purwokerto
Pada Tanggal : 11 Januari 2019
Direktur Rumah Sakit Umum Dadi Keluarga