You are on page 1of 23

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

KEPANITERAAN KLINIK KOMPREHENSIF


LAPORAN KELUARGA BINAAN

ANAMNESIS
I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny.Siti Maknun
b. Umur : 48 tahun
c. Pekerjaan : IRT
d. Alamat : RT 03 Ulo Gedong
e. Agama : Islam
f. Penddidikan : SD
g. No Telepon : 085279424126

II. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


Status Perkawinan : Menikah
Jumlah Anak : 4 anak
Jumlah Saudara : 3 saudara
Status Ekonomi Keluarga : Menengah kebawah
Kondisi Rumah :
Pasien tinggal di rumah panggung dengan luas 10 x 8 m2. Berlantai kayu, beratap
seng, dan berdinding kayu. Terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 3 kamar tidur,
1 kamar mandi, 1 ruang makan, dan dapur. Jendela memiliki ventilasi. Sumber air
menggunakan PDAM. Jamban yang digunakan adalah jamban leher angsa. Jarak septi
tank dari kediaman rumah + 6 m. Rumah tertata dengan rapi, begitu juga d halaman
luar rumah. Rumah di huni oleh 5 orang yang terdiri dari pasien, suami pasien, anak
yang ke-4 beserta suami dan cucunya .

Kondisi Lingkungan Sekitar :


Pasien tinggal di lingkungan yang tidak padat penduduk, jarak antara rumah cukup
jauh. Warga di sekitar lingkungan pasien saling mengenal satu sama lainya, ramah
dan hidup kekeluargaan. Lingkungan sekitar banyak rawa dan sering tergenang banjir
serta banyak tumpukan sampah di kolong rumah.

1
Aspek Psikologis Keluarga : Tidak ada masalah psikologis dalam keluarga

III. Riwayat Penyakit keluarga :


Dalam keluarga ada yang memiliki keluhan penyakit yang sama yaitu saudara
perempuan pasien.

IV. Riwayat Penyakit Sekarang


Saat ini pasien mengeluh tengkuk terasa tegang, badan gatal-gatal, dan kaki nya terasa
kebas, pasien sudah sering kontrol DM ke puskesmas dan dirujuk ke RS. Abdul Manap
Jambi akan tetapi pasien jarang kontrol kesana karena akses ke rumah sakit yang jauh
dari tempat tinggal. Pasien jarang mengecek gula darahnya, dan saat ini pasien
kehabisan obat gulanya yaitu Glimepirid. Pasien mengaku telah menderita penyakit
DM ± 10 tahun yang lalu, saat itu pasien mengeluh lemas dan saat di cek gula darah
didapatkan hasil 285 mg/dL. Semenjak itu pasien dianjurkan kontrol ke puskesmas dan
mengambil obat.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien memiliki kebiasaan minum sirup , dalam 1 hari habis 1 botol . ± 10 tahun yang
lalu pasien sering mengeluh sering haus, sering lapar, sering kencing pada malam hari
dan badan terasa lemas.. Semenjak saat itu pasien mencoba memeriksakan diri ke
puskesmas dan di dapatkan kadar gula darah pasien ± 285 mg/dl. Riwayat hipertensi
ada. Riwayat rabun jauh dan rabun dekat ada.

V. Pemeriksaaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
2. Pengukuran Tanda Vital :
Tekanan Darah : 160/100 mmhg
Nadi : 90x per menit, reguler, isi cukup
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 23x/menit, reguler
BB : 46 Kg
TB : 155 cm

2
IMT : 19,16 (Underweight)

Kepala :

Bentuk : Simetris
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Air mata +/+, cekung -/-
Telinga : Dalam Batas Normal
Hidung : Napas cuping hidung -/-, Sekret -/-, Epistaksis -/-
Mulut : Bibir sianosi (-), Mukosa basah (+), lidah kotor (-)
Thoraks

Inspeksi : Simetris, retraksi (-)


Palpasi : Krepitasi (-), stem fremitus sama ka/ki
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-

BJI dan II regular, gallop (-), bising jantung (-)


Abdomen

Inspeksi : Datar, venektasi (-)


Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), hepar & lien tidak
mengalami pembesaran.
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal, metallic sound (-)
Ekstremitas :
Atas : Akral hangat +/+, edema -/-.
Bawah: Akral hangat +/+, edema -/-

VI. Laboratorium
Gula Darah sewaktu : 497 mg/dl
Kolesterol : 148 mg/dl
VII. Anjuran Pemeriksaan
1. Urin Rutin
VIII. Diagnosis
Diabeters Mellitus tipe II Tidak Terkontrol neouropathy + hipertensi derajat 2

3
IX. Manajemen
a. Promotif
o Menerangkan kepada pasien mengenai penyakit hipertensi dan DM
o Menjelaskan bahwa penyakit DM dan hipertensi tidak dapat sembuh
namun dapat dikontrol sehingga pasien harus minum obat secara rutin
dan mengontrol penyakitnya.
o Menjelaskan tentang komplikasi dari hipertensi dan DM dan
bagaimana cara pencegahan dengan mengatur gaya hidup berupa pola
makan serta aktivitas fisik
b. Preventif
o Mengatur pola makan dan diet rendah garam, rendah gula dan tinggi
serat
o Menganjurkan pasien melakukan aktivitas fisik seperti olahraga atau
jalan kaki santai pada pagi hari
o Mengajurkan pasien agar teratur minum obat
o Mengurangi stress
c. Kuratif
Pengobatan
Metformin 3x 500 mg
Glimepirid 1x 2 mg
Amlodipin 1x10mg
Furosemid 1x1 pagi hari
B Complex 3x1
Anjuran penggunaan Insulin
d. Rehabilitatif
Memantau tekanan darah dan GDS pasien secara rutin

4
Penulisan Resep

Dinas Kesehatan Provinsi Jambi


Puskesmas Olak Kemang
Dokter : Afiyu
SIP : GIA2150305962
STR : 1992 10 18 2016 09 01

Tanggal : 23 Juli 2016


R/ Glimepirid tab mg 2 No. VII
s 1 dd tab I h.m.
R/ Metformin tab mg 500 No. XXI
S 3 dd tab I
R/ Amlodipine tab 10 mg No. VII
S 1 dd tab I
R/ Furosemid tab 40 mg No. VII
S 1 dd tab I
R/ B Complek tab No. XXI
S 3 dd tab I

Pro : Ny. M
Umur : 55 tahun

X. Permasalahan dan penatalaksanaan


Keadaan awal pasien tanggal 2 Juli 2016
1. Diagnosis : Ny. Siti Maknun (48 th) di diagnosis Diabetes melitus tipe 2 dan
neuropathy dan hipertensi derajat 2
2. Terapi : Metformin 3x500 mg, Glimepirid 1x2 mg, Amlodipine 1x10 mg,
Furosemid 1x40 mg, B Complek 3x1.
3. Masalah yang ditemukan :
 Terdapatnya komplikasi dari diabetes yaitu neuropathy
 Pola makan yang tidak sesuai dengan diet pada pasien diabetes melitus
 Ketidakpatuhan minum obat
 Jarang kontrol ke fasilitas kesehatan
 Jarang olahraga

5
4. Bentuk pembinaan yang di berikan :
Memberikan materi edukasi tentang :
 Materi edukasi tentang perjalanan penyakit DM
 Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan
 Penyulit DM dan resikonya
 Menjelaskan pentingnya pengobatan baik secara farmakologis dan non
farmakologis serta target pengobatan dan akibat yang dapat timbul akibat
ketidakpatuhan minum obat
 Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemik
oral atau insulin serta obat-obatan lain
 Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah
mandiri
 Pentingnya latihan jasmani yang teratur
 Masalah khusus yang dihadapi
 Pentingnya perawatan kaki
 Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan dan memberitahukan
pentingnya kontrol ke fasilitas kesehatan
 Menjelaskan kepada pasien tentang manfaat penggunaan insulin sejak dini

Memberikan materi edukasi pada tingkat lanjut adalah :


 Mengenal dan mencegah penyulit DM
 Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM
 Rencana untuk kegiatan khusus yaitu ikut kelompok penyandang DM dan
melakukan senam dengan ritme 3 kali seminggu
 Tata cara pemeliharaan/perawatan kaki

Melakukan pemeriksaan gula darah sewaktu

Selain itu pasien juga sebaiknya membuat jadwal yang berisi pola makan sehari-
hari pasien yang diisi dengan menu yang sesuai dengan takaran kebutuhan pasien.
Diet DM diberikan dengan interval waktu3 jam
 Pukul 06.30 = makan pagi

6
 Pukul 09.30 = snack atau buah
 Pukul 12.30 = makan siang
 Pukul 15.30 = snack atau buah
 Pukul 18.30 = makan malam
 Pukul 21.30 = snack atau buah
 Jumlah makanan yang diberikan harus habis dan sesuai dengan
intervalnya
 Ny. Siti Maknun membutuhkan makanan sebesar
25 – 30 kalori/kgBB, berarti 25 x 46 = 1150 kalori
Pasien melakukan aktivitas ringan berarti 1159 + 340 = 1499 kalori
1499 kalori dibagi menjadi :
 Makan pagi 20% = 299,8 kalori
 Makan siang 30% = 449,7 kalori
 Makan malam/sore 25% = 374,75 kalori
 2 – 3 porsi makanan ringan (10-15%) = 149,9 – 224,85 kalori

Follow up Tanggal 16 Juli 2016


1. Diagnosis : Ny. Siti Maknun (48 th) di diagnosis Diabetes melitus tipe 2 dan
neuropathy + Hipertensi grade 2
2. Terapi : Metformin 3x500 mg, Glimepirid 1x2 mg, Amlodipine 1x10 mg,
Furosemid 1x40 mg, B Complek 3x1.
3. Masalah yang ditemukan :
 GDS : 467 mg/dl
 TD : 130/70 mmHg
 Pola makan yang tidak sesuai dengan diet pada pasien diabetes
 Jarang berolahraga
4. Bentuk pembinaan yang diberikan :
 Memberikan pembinaan kepada suami dan anak pasien tentang pengaturan
dan pengawasan pola makan pada pasien diabetes melitus
 Memberikan informasi kepada keluarga pasien untuk memberikan semangat
dan dukungan kepada pasien untuk melakukan olahraga yaitu senam DM
setiap hari sabtu di puskesmas

7
5. Perkembangan pembinaan :
 Pasien tidak patuh untuk meminum obat yang diberikan di puskesmas karena
kesibukan menyambut lebaran
 Pasien tidak melakukan perawatan dan pemeliharaan kesehatan kaki pasien
 Pasien masih tidak mau melakukan oleahraga
 Pola makan pasien masih tidak sesuai dengan pola makan pasien diabetes

Follow up Tanggal 23 Juli 2016


Terapi : Metformin 3x500 mg, Glimepirid 1x2 mg, Amlodipine 1x10 mg, Furosemid
1x40 mg, B Complek 3x1.
1. Masalah yang ditemukan
 GDS : 214 mg/dl
 TD : 130/80 mmHg
 Pasien masih sulit menentukan menu diet yang pas sehingga pola
makan pasien masih tidak sesuai dengan pola makan pasien diabetes
 Pasien mengaku melakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki
namun hanya dilakukan 1 kali
2. Bentuk pembinaan yang diberikan :
 Memberikan brosur mengenai daftar makanan apa saja yang dianjurkan, yang
harus dikurangi konsumsinya, dan yang harus dihindari
 Mendiskusikan dan membuat jadwal makanan diet diabetes dengan
melibatkan pasien dang anggota keluarga yang tinggal bersama pasien dan
meminta anggota keluarga untuk menempelkan jadwal dan menu serta daftar
makanan di dapur dan ruang makan
 Mengajak pasien untuk datang ke fasilitas kesehatan dan memberikan
informasi mengenai manfaat yang dapat diperoleh pasien dengan mengikuti
senam DM tiap hari sabtu
3. Perkembangan pembinaan :
 Pasien sudah patuh minum obat
 Pasien sudah teratur mengecek gula darah dan tekanan darahnya ke puskesmas
 Pasien masih belum dapat menentukan menu pola makan bagi pasien diabetes
 Pasien masih belum mengikuti senam DM untuk pasien diabetes

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Diabetes melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemik kronik disertai berbagai


kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan mikroskop elektron.3

2.2 Etiologi

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau Diabetes Melitus tergantung


insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel β pulau langerhans akibat proses autoimun
sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) disebabkan kegagalan relatif
sel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya
terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi
insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi lain. Berarti sel β pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.3

2.3 Diagnosis

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak dapat
ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan diagnosis DM harus
diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk
memantau kadar glukosa darah dapat dipakai bahan darah kapiler. 2

Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara reagen kering yang
umumnya sederhana dan mudah dipakai. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai
alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara
pemeriksaan dilakukan sesuai dengan cara standar yang dianjurkan, terutama untuk
memantau kadar glukosa darah. Secara berkala, hasil pemantauan dengan cara reagen kering
perlu dibandingkan dengan cara konvensional. 2

9
2.4 Faktor risiko DM 1

 kelompok usia dewasa tua (> 45 tahun)


 kegemukan {BB (kg)> 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m2)}
 tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)
 riwayat keluarga DM
 riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
 riwayat DM pada kehamilan
 dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl).
 pernah TGT atau GDPT

2.5 Langkah-langkah untuk Menegakkan Diagnosis Diabetes Melitus

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa
poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata
kabur dan impotensia pada pasien pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan
khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga digunakan
untuk patokan diagnosis DM.

2.6 Klasifikasi Etiologis Diabetes Meli-tus (ADA 1997) 1,3

1. Diabetes tipe 1. (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)
: Autoimun, Idiopatik.
2. Diabetes tipe 2. (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin)
3. Diabetes tipe Lain

a. Defek genetik fungsi sel beta:

- Maturity-Onset Diabetes of the Young (MODY) 1,2,3.


- DNA mitokondria

b. Defek genetik kerja insulin

10
c. Penyakit eksokrin pankreaspankreatitis,tumor/pankreatektomi ,pankreatopati
fibrokalkulus
d. Endokrinopati akromegali ,sindrom Cushing,feokromositoma, hipertiroidisme
e. Karena obat/zat kimia- vacor: pentamidin, asam nikotinat,glukokortikoid, hormon
tiroid, tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain.
f. Infeksi,Rubella kongenital, Cyto-MegaloVirus (CMV)

2.7 Manajemen Penderita DM

2.7.1 Tujuan

Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala DM dan mempertahankan rasa


nyaman dan sehat.Jangka panjang : mencegah penyulit, baik makroangiopati, mikroangiopati
maupun neuropati, dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan mortalitas DM.Cara :
menormalkan kadar glukosa, lipid, insulin. Mengingat mekanisme dasar kelainan DM tipe 2
adalah terdapatnya faktor genetik, resistensi insulin dan insufisiensi sel beta pankreas. 2

Kegiatan :
- mengelola pasien secara holistik
- mengajarkan perawatan mandiri

2.7.2 Hal-hal yang Perlu Dilakukan pada Pengelolaan Pasien DM

1. Pada pertemuan pertama :

a. Anamnesis-keluhan dan gejala hiperglikemia maupun keluhan dan gejala komplikasi


b. Pemeriksaan jasmani lengkap
- TB, BB, TD, rabaan nadi kaki
- Tanda neuropati dicari
- Pemeriksaan keadaan kaki, kulit, kuku
- Pemeriksaan visus
c. Pemeriksaan penunjang yang harus dilakuan, tergantung fasilitas yang tersedia.
- Hb, leukosit, LED, hitung jenis leukosit.
- Glukosa darah puasa dan sesudah makan
- Urin rutin
- Albumin serum

11
- EKG
- Kreatinin
- Foto paru
- SGPT
- Funduskopi
- Lipid : Kolesterol total, Kolesterol HDL, Trigliserida
- Albumin urin kuantitatif 24 jam/ mikroalbuminuria
- HbA1c (opsional pada pertemuan pertama)
d. Penyuluhan sepintas mengenai:

1) Apakah penyakit DM itu


2) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
3) Penyulit DM
4) Perencanaan makan
5) Kegiatan jasmani
6) Obat berkhasiat hipoglikemik dan hipoglikemia
7) Perawatan kaki

2. Secara berkala

Menurut kebutuhan : pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah
makan2

Tiap tiga (3) bulan :


- HbA1c

Tiap tahun :

 Pemeriksaan jasmani lengkap,Albumin urin, sedimen urin,Kreatinin ,SGPT,Lipid


,EKG
 Funduskopi

Idealnya semua pasien DM mendapat kesempatan dan perlakuan yang sama pada
semua tingkat pengelola kesehatan, baik primer, sekunder, maupun tersier. Namun mengingat
keterbatasan yang ada pada berbagai tingkat pengelola kesehatan, macam dan jumlah
pemeriksaan penunjang yang diperiksa disesuaikan dengan fasilitas yang ada. Demikian pula

12
tingkat pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan kapasitas dan fasilitas yang ada.
Penyuluhan dan pencegahan primer dapat dikerjakan pada semua tingkat pengelola
kesehatan.

2.7.3 Pilar utama pengelolaan DM 2

1. Penyuluhan
2. Perencanaan makan
3. Latihan jasmani
4. Obat berkhasiat hipoglikemik

Pada dasarnya pengelolaan DM tanpa dekompensasi metabolik dimulai dengan


pengaturan makan disertai dengan kegiatan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (4 - 8
minggu). Bila setelah itu kadar glukosa darah masih belum memenuhi kadar sasaran
metabolik yang diinginkan, baru diberikan obat hipoglikemik oral (OHO) atau suntikan
insulin sesuai dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik, misalnya
ketoasidosis, DM dengan stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, insulin/obat
berkhasiat hipoglikemik dapat segera diberikan. 2

Pemantauan kadar glukosa darah bila dimungkinkan dapat dilakukan sendiri di


rumah, setelah mendapat pelatihan khusus untuk itu.Penyuluhan (Edukasi Diabetes)
Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
ketrampilan bagi pasien diabetes, yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya. 2

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut
: Karbohidrat 60 - 70%, Protein 10 - 15% , Lemak 20 - 25%.

Untuk kepentingan klinik praktis, dan menghitung jumlah kalori, penentuan status
gizi memanfaatkan Rumus Broca, yaitu:

BB idaman = (TB – 100) – 10%

13
Status gizi :

- Berat Badan kurang = < 90% BB idaman


- Berat Badan normal = 90 - 110% BB idaman
- Berat Badan lebih = 110 - 120% BB idaman
- Gemuk = > 120% BB idaman

Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan idaman dikalikan kebutuhan
kalori basal (30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita). Kemudian
ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktivitas (10 - 30%; untuk atlet dan pekerja berat
dapat lebih banyak lagi, sesuai dengan kalori yang dikeluarkan dalam kegiatannya), koreksi
status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori yang diperlukan untuk menghadapi
stres akut (infeksi, dan sebagainya) sesuai dengan kebutuhan. Makanan sejumlah kalori
terhitung, dengan komposisi tersebut di atas dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi
(20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi (makanan ringan, 10 - 15%) di antaranya.
Pembagian porsi tersebut sejauh mungkin disesuaikan dengan kebiasaan pasien untuk
kepatuhan pengaturan makanan yang baik. Untuk pasien DM yang mengidap pula penyakit
lain, pola pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit penyertanya. Perlu diingatkan
bahwa pengaturan makan pasien DM tidak berbeda dengan orang normal, kecuali jumlah
kalori dan waktu makan yang terjadwal. makanan dengan komposisi karbohidrat sampai 70 -
75% juga memberikan hasil yang baik.Jumlah kandungan kolesterol < 300 mg/hari.
Diusahakan lemak dari sumber asam lemak tidak jenuh dan menghindari asam lemak jenuh.
Jumlah kandungan serat ± 25 g/hari, diutamakan serat larut.Pasien DM dengan tekanan darah
yang normal masih diperbolehkan mengkonsumsi garam seperti orang sehat, kecuali bila
mengalami hipertensi, harus mengurangi konsumsi garam. Pemanis buatan dapat dipakai
secukupnya. Gula sebagai bumbu masakan tetap diizinkan. Pada keadaan kadar glukosa
darah terkendali, masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi sukrosa (gula pasir) sampai 5%
kalori.Untuk mendapatkan kepatuhan terhadap pengaturan makan yang baik, adanya
pengetahuan mengenai bahan penukar akan sangat membantu pasien. 2

 Latihan Jasmani

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3 - 4 kali seminggu) selama kurang lebih
30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (continuous, rhythmical, interval, progressive,
endurance training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75 - 85% denyut nadi

14
maksimal (220 - umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta.Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit,
olahraga sedang adalah berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga berat misalnya jogging.

2.8 Obat Berkhasiat Hipoglikemik

Jika pasien telah menerapkan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur
namun pengendalian kadar glukosa darahnya belum tercapai (lihat sasaran pengendalian
glukosa darah), dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat hipoglikemik (oral/suntikan).1,2

 Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Pada umumnya dalam menggunakan obat hipoglikemik oral, baik golongan


sulfonilurea, metformin maupun inhibitor glukosidase alfa, harus diperhatikan benar fungsi
hati dan ginjal. Tidak dianjurkan untuk memberikan obat-obat tersebut pada pasien dengan
gangguan fungsi hati atau ginjal.

Sulfonilurea : Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas. Oleh sebab itu merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat
badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan
lebih. Untuk menghindari risiko hipoglikemia yang berkepanjangan, pada pasien usia lanjut
obat golongan sulfonilurea dengan waktu kerja panjang sebaiknya dihindari.

Biguanid (Metformin) : Obat golongan ini mempunyai efek utama mengurangi


produksi glukosa hati di samping juga efek memperbaiki ambilan glukosa perifer. Obat
golongan ini terutama dianjurkan dipakai sebagai obat tunggal pada pasien gemuk. Biguanid
merupakan kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati, serta pasien-
pasien dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya pasien dengan penyakit serebro
kardiovaskular).
Obat biguanid dapat memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut
dapat diberikan bersamaan atau sesudah makan.

Inhibitor Glukosidase Alfa (Acarbose) : Obat golongan ini mempunyai efek utama
menurunkan puncak glikemik sesudah makanTerutama bermanfaat untuk pasien dengan
kadar glukosa darah puasa yang masih normal. Biasanya dimulai dengan dosis 2 kali 50 mg
setelah suapan pertama waktu makan. Jika tidak didapati keluhan gastrointestinal, dosis dapat

15
dinaikkan menjadi 3 kali 100 mg. Pada pasien yang menggunakan acarbose jangka panjang
perlu pemantauan faal hati dan ginjal secara serial, terutama pasien yang sudah mengalami
gangguan faal hati dan ginjal.

 Insulin

Indikasi penggunaan insulin pada DM - tipe 2 :

 ketoasidosis, koma hiperosmolar dan asidosis laktat


 stres berat (infeksi sistemik, operasi berat)
 berat badan yang menurun dengan cepat
 kehamilan/DM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan.
 tidak berhasil dikelola dengan OHO dosis maksimal atau ada kontra indikasi
dengan OHO.

Pada umumnya pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan kadar glukosa darah pasien. Kalau
dengan sulfonilurea atau metformin sampai dosis maksimal ternyata sasaran kadar glukosa
darah belum tercapai, perlu dipikirkan kombinasi 2 kelompok obat hipoglikemik oral yang
berbeda (sulfonilurea + metformin atau metformin + sulfonilurea, acarbose + metformin atau
sulfonilurea).Ada berbagai cara kombinasi OHO dan insulin (OHO + insulin kerja cepat 3
kali sehari, OHO + insulin kerja sedang pagi hari, OHO + insulin kerja sedang malam hari).
Yang banyak dipergunakan adalah kombinasi OHO dan insulin malam hari mengingat
walaupun dapat diperoleh keadaan kendali glukosa darah yang sama, tetapi jumlah insulin
yang diperlukan paling sedikit pada kombinasi OHO dan insulin kerja sedang malam hari.

 Cara Penyuntikan Insulin

Insulin umumnya diberikan dengan suntikan di bawah kulit (subkutan). Pada keadaan
khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip. Insulin dapat diberikan
tunggal (satu macam insulin kerja cepat, kerja menengah atau kerja panjang), tetapi dapat
juga diberikan kombinasi insulin kerja cepat dan kerja menengah, sesuai dengan respons
individu terhadap insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian.
Untuk menyuntik insulin kombinasi kerja cepat dan menengah atau panjang, diperlukan
teknik khusus untuk mencampur kedua macam insulin tersebut dalam satu semprit. Lokasi

16
penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat suntik.
Apabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit insulin dapat dipakai
lebih dari satu kali (sampai satu minggu) oleh pasien yang sama. Jarum suntik dapat dipakai
sampai dirasakan tidak nyaman lagi. Harus diperhatikan benar konsentrasi insulin (U40,
U100). Dianjurkan dipakai konsentrasi yang tetap (U40 atau U100), tidak berganti-ganti,
dengan semprit yang sesuai (semprit U40 untuk insulin U40, semprit U100 untuk insulin
U100).

2.9 Kriteria Pengendalian

DM terkendali baik tidak berarti hanya kadar glukosa darahnya saja yang baik, tetapi
harus secara menyeluruh kadar glukosa darah, status gizi, tekanan darah, kadar lipid dan
HbA1c .

Untuk pasien berumur > 60 tahun, sasaran kadar glukosa darah lebih tinggi dari pada
biasa (puasa < 150 mg/dl dan sesudah makan < 200 mg/dl), demikian pula kadar lipid,
tekanan darah, dan lain-lain, mengacu pada batasan kriteria pengendalian sedang.

2.10 Penyulit DM

Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun.1

a. Penyulit akut :
- ketoasidosis diabetik
- hiperosmolar non ketotik
- hipoglikemia
b. Penyulit menahun

1) Makroangiopati:
- Pembuluh darah jantung (penyakit jantung kororner)
- Pembuluh darah tepi
- Pembuluh darah otak (stroke)
2) Mikroangiopati:
- retinopati diabetik
- nefropati diabetic
3) Neuropati

17
4) Rentan infeksi, seperti misalnya tuberkulosis paru, ginggivitis, dan infeksi
saluran kemih
5) Kaki diabetik (gabungan 1 sampai dengan 4)

2.11 Pencegahan DM 2,4

2.11.1 Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang termasuk
kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita, tetapi berpotensi untuk
menderita DM (lihat halaman 4). Tentu saja untuk pencegahan primer ini harus dikenal
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya DM dan upaya yang perlu dilakukan
untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut.

2.11.2 Pencegahan Sekunder

Maksud pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya


penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit.
Deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan penyaring, namun kegiatan tersebut memerlukan
biaya besar. Memberikan pengobatan penyakit sejak awal berarti mengelola DM dengan baik
agar tidak timbul penyulit lanjut DM.

2.11.3 Pencegahan Tersier

Kalau kemudian penyulit menahun DM ternyata terjadi juga, maka pengelola harus
berusaha mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini
mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Sebagai contoh aspirin dosis rendah (80 - 325
mg) dapat dianjurkan untuk diberikan secara rutin bagi pasien DM yang sudah mempunyai
penyulit makro-angiopati.

Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat
diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama disiplin ilmu
seperti ahli penyakit jantung dan ginjal, maupun para ahli dari disiplin lain seperti dari bagian
ilmu penyakit mata, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi,
podiatri dan lain sebagainya.

18
 Penyuluhan

Penyuluhan bagi pasien DM tidak hanya dilakukan oleh dokter yang mengobati, tetapi
juga oleh segenap jajaran terkait dengan pengelolaan DM, seperti perawat penyuluh, pekerja
sosial, ahli gizi, dan sebagainya sesuai dengan bidang keahlian masing- masing. Tentu saja
penataran/penyuluhan berkala bagi para penyuluh juga sangat penting untuk setiap saat dapat
menyegarkan dan memperbaiki materi penyuluhan yang mereka berikan kepada para pasien
DM. Dalam menjalankan tugasnya tenaga kesehatan dalam bidang diabetes memerlukan
suatu landasan empati, yaitu kemampuan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain. 2

 Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi diabetes adalah:

 berikan dukungan dan nasehat yang positif dan hindari terjadinya kecemasan
 berikan informasi secara bertahap, jangan sekaligus
 lakukan pendekatan dengan mengatasi masalah dan lakukanlah simulasi
 berikan pengobatan sesederhana mungkin agar kepatuhan lebih baik
 lakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat diterima
 jangan memaksakan tujuan pengobatan kita
 lakukan motivasi, berikan penghargaan dan diskusikanlah hasil pemeriksaan
laboratorium

19
BAB III
ANALISA KASUS

ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK


a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :
Pasien Ny.Siti Maknun usia 48 tahun, pasien mengaku mengetahui menderita kencing
manis sejak 10 tahun yang lalu, pasien banyak makan dan minum namun tidak disertai
dengan peningkatan berat badan yang sesuai. Pasien sering merasa lemas meskipun sudah
makan. Buang air kecil sering terutama pada malam hari ± 5 kali. Buang air besar tidak ada
keluhan. Terkadang pasien juga merasakan kebas pada kedua kakinya.
Pasien tinggal bersama suami, anak dan cucunya. Tidak ada hubungan antara penyakit
yang diderita pasien dengan keadaan rumah.

b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga


Penyakit yang di derita pasien ini tidak ada hubungan dengan aspek psikologis di
keluarga. Semenjak mengetahui menderita kencing manis pasien tetap tidak merubah pola
makan. Pasien mengaku tidak rutin minum obat dan tidak sering kontrol ke dokter.

c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis


Etiologi timbulnya penyakitnya DM pada pasien ini adalah kegagalan relatif sel β dan
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh
hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi
defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi
lain. Berarti sel β pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
Pada pasien ini yang juga menjadi kausal ataupun faktor resiko terjadinya DM adalah
pola hidup yang tidak sehat seperti suka makan, makan makanan yang manis-manis,
berlemak dan bersantan, suka minum sirup marjan berlebihan, jarang berolahraga dan
overweight (dahulu BB pasien 70 kg), umur > 45 tahun dan ada keturunan yang menderita
DM (saudara perempuan). Pola makan yang buruk dan aktivitas yang kurang seperti pada
pasien ini akan mengakibatkan terjadinya resistensi insulin sehingga menyebabkan terjadinya
DM.

20
d. Analisis untuk mengurangi paparan/memutus rantai penularan dengan faktor
resiko atau etiologi pada pasien ini
Untuk menghindari komplikasi lebih lanjut pada pasien ini dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
♠ Rutin berolahraga minimal 3 x dalam seminggu selama 30 menit. Pasien dapat
berjalan di sekitar rumah setelah sholat subuh.
♠ Menjaga pola makan seperti makan makanan yang tidak terlalu manis, makanan
tinggi serat seperti sayur, buah-buahan seperti apel, pir dan lain-lain kecuali anggur,
duren, kelengkeng, sawo, rambutan dan duku, tidak lagi makan makanan junk food,
makanan yang asin, berlemak, berkolesterol dan bersantan. Boleh makan nasi dan
protein tapi dibatasi.
♠ Mengkonsumsi air putih minimal 8 gelas perhari
♠ Berpikir positif , menghindari stres, tidak begadang.
♠ Patuh dan rutin minum obat sesuai petunjuk dokter seumur hidup dan kontrol ulang
tiap bulan.
♠ Kontrol tekanan darah dan periksa gula darah secara rutin
♠ Pemeriksaan kimia darah setiap 3 bulan
Dukungan keluarga
 Keluarga diharapkan untuk memberikan motivasi kepada pasien untuk meminum
obat secara teratur dan rutin kontrol gula darah
 Keluarga menemani pasien untuk olahraga sehingga pasien semangat untuk
olahraga setiap minggunya
 Keluarga untuk mengontrol makanan yang dimakan pasien agar gula darah pasien
tetap terkontrol

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI ; 2006.

2. Yusnita Erni. Diabetes Mellitus. Diunduh dari : http://www.scribd.com. Diakses


tanggal : 25 Meil 2012.

3. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta


kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 1. Jakarta : penerbit Media Aesculapius FKUI : 2001

4. Nur Rahmansyah. Diabetes Melitus. Diunduh dari :


http://www.scribd.com/doc/45740776/referat.dm. diakses tanggal 25 Mei 2012

22
LAMPIRAN

23

You might also like