Professional Documents
Culture Documents
ANAMNESIS
I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny.Siti Maknun
b. Umur : 48 tahun
c. Pekerjaan : IRT
d. Alamat : RT 03 Ulo Gedong
e. Agama : Islam
f. Penddidikan : SD
g. No Telepon : 085279424126
1
Aspek Psikologis Keluarga : Tidak ada masalah psikologis dalam keluarga
V. Pemeriksaaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
2. Pengukuran Tanda Vital :
Tekanan Darah : 160/100 mmhg
Nadi : 90x per menit, reguler, isi cukup
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 23x/menit, reguler
BB : 46 Kg
TB : 155 cm
2
IMT : 19,16 (Underweight)
Kepala :
Bentuk : Simetris
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Air mata +/+, cekung -/-
Telinga : Dalam Batas Normal
Hidung : Napas cuping hidung -/-, Sekret -/-, Epistaksis -/-
Mulut : Bibir sianosi (-), Mukosa basah (+), lidah kotor (-)
Thoraks
VI. Laboratorium
Gula Darah sewaktu : 497 mg/dl
Kolesterol : 148 mg/dl
VII. Anjuran Pemeriksaan
1. Urin Rutin
VIII. Diagnosis
Diabeters Mellitus tipe II Tidak Terkontrol neouropathy + hipertensi derajat 2
3
IX. Manajemen
a. Promotif
o Menerangkan kepada pasien mengenai penyakit hipertensi dan DM
o Menjelaskan bahwa penyakit DM dan hipertensi tidak dapat sembuh
namun dapat dikontrol sehingga pasien harus minum obat secara rutin
dan mengontrol penyakitnya.
o Menjelaskan tentang komplikasi dari hipertensi dan DM dan
bagaimana cara pencegahan dengan mengatur gaya hidup berupa pola
makan serta aktivitas fisik
b. Preventif
o Mengatur pola makan dan diet rendah garam, rendah gula dan tinggi
serat
o Menganjurkan pasien melakukan aktivitas fisik seperti olahraga atau
jalan kaki santai pada pagi hari
o Mengajurkan pasien agar teratur minum obat
o Mengurangi stress
c. Kuratif
Pengobatan
Metformin 3x 500 mg
Glimepirid 1x 2 mg
Amlodipin 1x10mg
Furosemid 1x1 pagi hari
B Complex 3x1
Anjuran penggunaan Insulin
d. Rehabilitatif
Memantau tekanan darah dan GDS pasien secara rutin
4
Penulisan Resep
Pro : Ny. M
Umur : 55 tahun
5
4. Bentuk pembinaan yang di berikan :
Memberikan materi edukasi tentang :
Materi edukasi tentang perjalanan penyakit DM
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan
Penyulit DM dan resikonya
Menjelaskan pentingnya pengobatan baik secara farmakologis dan non
farmakologis serta target pengobatan dan akibat yang dapat timbul akibat
ketidakpatuhan minum obat
Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemik
oral atau insulin serta obat-obatan lain
Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah
mandiri
Pentingnya latihan jasmani yang teratur
Masalah khusus yang dihadapi
Pentingnya perawatan kaki
Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan dan memberitahukan
pentingnya kontrol ke fasilitas kesehatan
Menjelaskan kepada pasien tentang manfaat penggunaan insulin sejak dini
Selain itu pasien juga sebaiknya membuat jadwal yang berisi pola makan sehari-
hari pasien yang diisi dengan menu yang sesuai dengan takaran kebutuhan pasien.
Diet DM diberikan dengan interval waktu3 jam
Pukul 06.30 = makan pagi
6
Pukul 09.30 = snack atau buah
Pukul 12.30 = makan siang
Pukul 15.30 = snack atau buah
Pukul 18.30 = makan malam
Pukul 21.30 = snack atau buah
Jumlah makanan yang diberikan harus habis dan sesuai dengan
intervalnya
Ny. Siti Maknun membutuhkan makanan sebesar
25 – 30 kalori/kgBB, berarti 25 x 46 = 1150 kalori
Pasien melakukan aktivitas ringan berarti 1159 + 340 = 1499 kalori
1499 kalori dibagi menjadi :
Makan pagi 20% = 299,8 kalori
Makan siang 30% = 449,7 kalori
Makan malam/sore 25% = 374,75 kalori
2 – 3 porsi makanan ringan (10-15%) = 149,9 – 224,85 kalori
7
5. Perkembangan pembinaan :
Pasien tidak patuh untuk meminum obat yang diberikan di puskesmas karena
kesibukan menyambut lebaran
Pasien tidak melakukan perawatan dan pemeliharaan kesehatan kaki pasien
Pasien masih tidak mau melakukan oleahraga
Pola makan pasien masih tidak sesuai dengan pola makan pasien diabetes
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Diagnosis
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak dapat
ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan diagnosis DM harus
diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk
memantau kadar glukosa darah dapat dipakai bahan darah kapiler. 2
Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara reagen kering yang
umumnya sederhana dan mudah dipakai. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai
alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara
pemeriksaan dilakukan sesuai dengan cara standar yang dianjurkan, terutama untuk
memantau kadar glukosa darah. Secara berkala, hasil pemantauan dengan cara reagen kering
perlu dibandingkan dengan cara konvensional. 2
9
2.4 Faktor risiko DM 1
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa
poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata
kabur dan impotensia pada pasien pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan
khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga digunakan
untuk patokan diagnosis DM.
1. Diabetes tipe 1. (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)
: Autoimun, Idiopatik.
2. Diabetes tipe 2. (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin)
3. Diabetes tipe Lain
10
c. Penyakit eksokrin pankreaspankreatitis,tumor/pankreatektomi ,pankreatopati
fibrokalkulus
d. Endokrinopati akromegali ,sindrom Cushing,feokromositoma, hipertiroidisme
e. Karena obat/zat kimia- vacor: pentamidin, asam nikotinat,glukokortikoid, hormon
tiroid, tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain.
f. Infeksi,Rubella kongenital, Cyto-MegaloVirus (CMV)
2.7.1 Tujuan
Kegiatan :
- mengelola pasien secara holistik
- mengajarkan perawatan mandiri
11
- EKG
- Kreatinin
- Foto paru
- SGPT
- Funduskopi
- Lipid : Kolesterol total, Kolesterol HDL, Trigliserida
- Albumin urin kuantitatif 24 jam/ mikroalbuminuria
- HbA1c (opsional pada pertemuan pertama)
d. Penyuluhan sepintas mengenai:
2. Secara berkala
Menurut kebutuhan : pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah
makan2
Tiap tahun :
Idealnya semua pasien DM mendapat kesempatan dan perlakuan yang sama pada
semua tingkat pengelola kesehatan, baik primer, sekunder, maupun tersier. Namun mengingat
keterbatasan yang ada pada berbagai tingkat pengelola kesehatan, macam dan jumlah
pemeriksaan penunjang yang diperiksa disesuaikan dengan fasilitas yang ada. Demikian pula
12
tingkat pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan kapasitas dan fasilitas yang ada.
Penyuluhan dan pencegahan primer dapat dikerjakan pada semua tingkat pengelola
kesehatan.
1. Penyuluhan
2. Perencanaan makan
3. Latihan jasmani
4. Obat berkhasiat hipoglikemik
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut
: Karbohidrat 60 - 70%, Protein 10 - 15% , Lemak 20 - 25%.
Untuk kepentingan klinik praktis, dan menghitung jumlah kalori, penentuan status
gizi memanfaatkan Rumus Broca, yaitu:
13
Status gizi :
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan idaman dikalikan kebutuhan
kalori basal (30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita). Kemudian
ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktivitas (10 - 30%; untuk atlet dan pekerja berat
dapat lebih banyak lagi, sesuai dengan kalori yang dikeluarkan dalam kegiatannya), koreksi
status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori yang diperlukan untuk menghadapi
stres akut (infeksi, dan sebagainya) sesuai dengan kebutuhan. Makanan sejumlah kalori
terhitung, dengan komposisi tersebut di atas dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi
(20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi (makanan ringan, 10 - 15%) di antaranya.
Pembagian porsi tersebut sejauh mungkin disesuaikan dengan kebiasaan pasien untuk
kepatuhan pengaturan makanan yang baik. Untuk pasien DM yang mengidap pula penyakit
lain, pola pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit penyertanya. Perlu diingatkan
bahwa pengaturan makan pasien DM tidak berbeda dengan orang normal, kecuali jumlah
kalori dan waktu makan yang terjadwal. makanan dengan komposisi karbohidrat sampai 70 -
75% juga memberikan hasil yang baik.Jumlah kandungan kolesterol < 300 mg/hari.
Diusahakan lemak dari sumber asam lemak tidak jenuh dan menghindari asam lemak jenuh.
Jumlah kandungan serat ± 25 g/hari, diutamakan serat larut.Pasien DM dengan tekanan darah
yang normal masih diperbolehkan mengkonsumsi garam seperti orang sehat, kecuali bila
mengalami hipertensi, harus mengurangi konsumsi garam. Pemanis buatan dapat dipakai
secukupnya. Gula sebagai bumbu masakan tetap diizinkan. Pada keadaan kadar glukosa
darah terkendali, masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi sukrosa (gula pasir) sampai 5%
kalori.Untuk mendapatkan kepatuhan terhadap pengaturan makan yang baik, adanya
pengetahuan mengenai bahan penukar akan sangat membantu pasien. 2
Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3 - 4 kali seminggu) selama kurang lebih
30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (continuous, rhythmical, interval, progressive,
endurance training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75 - 85% denyut nadi
14
maksimal (220 - umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta.Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit,
olahraga sedang adalah berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga berat misalnya jogging.
Jika pasien telah menerapkan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur
namun pengendalian kadar glukosa darahnya belum tercapai (lihat sasaran pengendalian
glukosa darah), dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat hipoglikemik (oral/suntikan).1,2
Sulfonilurea : Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas. Oleh sebab itu merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat
badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan
lebih. Untuk menghindari risiko hipoglikemia yang berkepanjangan, pada pasien usia lanjut
obat golongan sulfonilurea dengan waktu kerja panjang sebaiknya dihindari.
Inhibitor Glukosidase Alfa (Acarbose) : Obat golongan ini mempunyai efek utama
menurunkan puncak glikemik sesudah makanTerutama bermanfaat untuk pasien dengan
kadar glukosa darah puasa yang masih normal. Biasanya dimulai dengan dosis 2 kali 50 mg
setelah suapan pertama waktu makan. Jika tidak didapati keluhan gastrointestinal, dosis dapat
15
dinaikkan menjadi 3 kali 100 mg. Pada pasien yang menggunakan acarbose jangka panjang
perlu pemantauan faal hati dan ginjal secara serial, terutama pasien yang sudah mengalami
gangguan faal hati dan ginjal.
Insulin
Pada umumnya pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan kadar glukosa darah pasien. Kalau
dengan sulfonilurea atau metformin sampai dosis maksimal ternyata sasaran kadar glukosa
darah belum tercapai, perlu dipikirkan kombinasi 2 kelompok obat hipoglikemik oral yang
berbeda (sulfonilurea + metformin atau metformin + sulfonilurea, acarbose + metformin atau
sulfonilurea).Ada berbagai cara kombinasi OHO dan insulin (OHO + insulin kerja cepat 3
kali sehari, OHO + insulin kerja sedang pagi hari, OHO + insulin kerja sedang malam hari).
Yang banyak dipergunakan adalah kombinasi OHO dan insulin malam hari mengingat
walaupun dapat diperoleh keadaan kendali glukosa darah yang sama, tetapi jumlah insulin
yang diperlukan paling sedikit pada kombinasi OHO dan insulin kerja sedang malam hari.
Insulin umumnya diberikan dengan suntikan di bawah kulit (subkutan). Pada keadaan
khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip. Insulin dapat diberikan
tunggal (satu macam insulin kerja cepat, kerja menengah atau kerja panjang), tetapi dapat
juga diberikan kombinasi insulin kerja cepat dan kerja menengah, sesuai dengan respons
individu terhadap insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian.
Untuk menyuntik insulin kombinasi kerja cepat dan menengah atau panjang, diperlukan
teknik khusus untuk mencampur kedua macam insulin tersebut dalam satu semprit. Lokasi
16
penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat suntik.
Apabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit insulin dapat dipakai
lebih dari satu kali (sampai satu minggu) oleh pasien yang sama. Jarum suntik dapat dipakai
sampai dirasakan tidak nyaman lagi. Harus diperhatikan benar konsentrasi insulin (U40,
U100). Dianjurkan dipakai konsentrasi yang tetap (U40 atau U100), tidak berganti-ganti,
dengan semprit yang sesuai (semprit U40 untuk insulin U40, semprit U100 untuk insulin
U100).
DM terkendali baik tidak berarti hanya kadar glukosa darahnya saja yang baik, tetapi
harus secara menyeluruh kadar glukosa darah, status gizi, tekanan darah, kadar lipid dan
HbA1c .
Untuk pasien berumur > 60 tahun, sasaran kadar glukosa darah lebih tinggi dari pada
biasa (puasa < 150 mg/dl dan sesudah makan < 200 mg/dl), demikian pula kadar lipid,
tekanan darah, dan lain-lain, mengacu pada batasan kriteria pengendalian sedang.
2.10 Penyulit DM
Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun.1
a. Penyulit akut :
- ketoasidosis diabetik
- hiperosmolar non ketotik
- hipoglikemia
b. Penyulit menahun
1) Makroangiopati:
- Pembuluh darah jantung (penyakit jantung kororner)
- Pembuluh darah tepi
- Pembuluh darah otak (stroke)
2) Mikroangiopati:
- retinopati diabetik
- nefropati diabetic
3) Neuropati
17
4) Rentan infeksi, seperti misalnya tuberkulosis paru, ginggivitis, dan infeksi
saluran kemih
5) Kaki diabetik (gabungan 1 sampai dengan 4)
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang termasuk
kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita, tetapi berpotensi untuk
menderita DM (lihat halaman 4). Tentu saja untuk pencegahan primer ini harus dikenal
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya DM dan upaya yang perlu dilakukan
untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut.
Kalau kemudian penyulit menahun DM ternyata terjadi juga, maka pengelola harus
berusaha mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini
mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Sebagai contoh aspirin dosis rendah (80 - 325
mg) dapat dianjurkan untuk diberikan secara rutin bagi pasien DM yang sudah mempunyai
penyulit makro-angiopati.
Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat
diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama disiplin ilmu
seperti ahli penyakit jantung dan ginjal, maupun para ahli dari disiplin lain seperti dari bagian
ilmu penyakit mata, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi,
podiatri dan lain sebagainya.
18
Penyuluhan
Penyuluhan bagi pasien DM tidak hanya dilakukan oleh dokter yang mengobati, tetapi
juga oleh segenap jajaran terkait dengan pengelolaan DM, seperti perawat penyuluh, pekerja
sosial, ahli gizi, dan sebagainya sesuai dengan bidang keahlian masing- masing. Tentu saja
penataran/penyuluhan berkala bagi para penyuluh juga sangat penting untuk setiap saat dapat
menyegarkan dan memperbaiki materi penyuluhan yang mereka berikan kepada para pasien
DM. Dalam menjalankan tugasnya tenaga kesehatan dalam bidang diabetes memerlukan
suatu landasan empati, yaitu kemampuan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain. 2
berikan dukungan dan nasehat yang positif dan hindari terjadinya kecemasan
berikan informasi secara bertahap, jangan sekaligus
lakukan pendekatan dengan mengatasi masalah dan lakukanlah simulasi
berikan pengobatan sesederhana mungkin agar kepatuhan lebih baik
lakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat diterima
jangan memaksakan tujuan pengobatan kita
lakukan motivasi, berikan penghargaan dan diskusikanlah hasil pemeriksaan
laboratorium
19
BAB III
ANALISA KASUS
20
d. Analisis untuk mengurangi paparan/memutus rantai penularan dengan faktor
resiko atau etiologi pada pasien ini
Untuk menghindari komplikasi lebih lanjut pada pasien ini dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
♠ Rutin berolahraga minimal 3 x dalam seminggu selama 30 menit. Pasien dapat
berjalan di sekitar rumah setelah sholat subuh.
♠ Menjaga pola makan seperti makan makanan yang tidak terlalu manis, makanan
tinggi serat seperti sayur, buah-buahan seperti apel, pir dan lain-lain kecuali anggur,
duren, kelengkeng, sawo, rambutan dan duku, tidak lagi makan makanan junk food,
makanan yang asin, berlemak, berkolesterol dan bersantan. Boleh makan nasi dan
protein tapi dibatasi.
♠ Mengkonsumsi air putih minimal 8 gelas perhari
♠ Berpikir positif , menghindari stres, tidak begadang.
♠ Patuh dan rutin minum obat sesuai petunjuk dokter seumur hidup dan kontrol ulang
tiap bulan.
♠ Kontrol tekanan darah dan periksa gula darah secara rutin
♠ Pemeriksaan kimia darah setiap 3 bulan
Dukungan keluarga
Keluarga diharapkan untuk memberikan motivasi kepada pasien untuk meminum
obat secara teratur dan rutin kontrol gula darah
Keluarga menemani pasien untuk olahraga sehingga pasien semangat untuk
olahraga setiap minggunya
Keluarga untuk mengontrol makanan yang dimakan pasien agar gula darah pasien
tetap terkontrol
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI ; 2006.
22
LAMPIRAN
23