Professional Documents
Culture Documents
AGORAFOBIA
Paper ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Umum Haji Medan
Disusun Oleh:
Bakas Sakti Ihsanu Taqwim
18360034
Pembimbing:
dr. Dessy Mawar Zalia
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 3
1.2 Latar Belakang ............................................................................... 3
1.2 Tujuan ............................................................................................ 4
1.3 Manfaat .......................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5
2.1 Definisi ........................................................................................... 5
2.2 Epidemiologi .................................................................................. 5
2.3 Etiologi ........................................................................................... 6
2.4 Gambaran Klinis ............................................................................ 8
2.5 Kriteria Diagnosis .......................................................................... 8
2.6 Diagnosis Banding .......................................................................... 10
2.7 Penatalaksanaan .............................................................................. 12
2.8 Perjalanan Gangguan dan Prognosis .............................................. 17
BAB 3 KESIMPULAN .................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
(posttraumatic stress disorder; PTSD); (7) gangguan stres akut; dan (8) gangguan
ansietas menyeluruh. Orang yang tampaknya cemas patologis mengenai hampir
semua hal cenderung digolongkan memiliki gangguan ansietas menyeluruh.
Revisi edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM-IV-TR) mendefinisikan gangguan ansietas menyeluruh sebagai ansietas
dan kekhawatiran yang berlebihan mengenai beberapa peristiwa atau aktivitas
hampir sepanjang hari selama sedikitnya enam bulan.1
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menguraikan teori-teori tentang
Agorafobia, mulai dari definisi sampai diagnosis, penatalaksanaan, dan
prognosisnya. Penyusunan makalah ini sekaligus untuk memenuhi persyaratan
pelakasanaan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen
Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
1.3 Manfaat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dari mana kemungkinan sulit
meloloskan diri (atau merasa malu) atau dimana mungkin tidak terdapat
pertolongan jika mendapatkan serangan panik atau gejala mirip panik yang tidak
diharapkan atau di sebabkan oleh situasi .Rasa takut agorafobik biasanya
mengenai kumpulan situasi karakteristik seperti di luar rumah sendirian; berada di
tempat ramai atau berdiri disebuah barisan; berada di atas jembatan; atau
berperfian dengan bis,kereta atau mobil.2
Agorafobia adalah ketakutan terhadap tempat atau situasi ramai dan
terbuka misalnya di kendaraan umum/mall). Orang seperti ini bisa saja takut
keluar rumah.3
Pada tahun 1895 Sigmund Freud memperkenalkan konsep neurosis
kecemasan (anxiety neurosis), yang terdiri dari gejala psikis dan somatik akut dan
kronis. Neurosis kecemasan akut dari Freud adalah yang pertama kalimenyatakan
hubungan antara serangan panik dan agrofobia. Istilah “Agorafobia” telah diajukan
pada tahun 1871 untuk kondisi di mana pasien tampaknya takut berada di tempat
publik tanpa disertai teman atau sanak saudara. Kata ini didapatkan dari bahasa
mesir agora dan phobos dan berarti ketakutan akan tempat jualan. Pada tahun
1980 DSM-III secara resmi mengeluarkan didiagnosis neurosis kecemasan dan
memperkenalkan diagnosis gangguan panik. Keabsahan klarifikasi telah
ditetapkan sejak tahun 1980 oleh perkembangan pengobatan spesifik untuk
gangguan panik.1
2.2. Epidemiologi
2.3. Etiologi
Seperti banyak gangguan jiwa, penyebab gangguan agorafobia tidak diketahui tapi
pathogenesis fobia berhubungan dengan faktor biologis, genetik, dan psikososial.1
1. Faktor Biologi
Sistem neurotransmiter utama yang terlibat adalah neuroepinefrin,
serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA). Keseluruhan data
biologis telah menyebabkan suatu perhatian kepada batang otak
(khususnya neuron noradrenergik di lokus sereleus dan neuron
seretonergik di nucleus raphe medialis), system limbic (kemungkinan
bertanggung jawab untuk terjadinya kecemasan yang terjadi lebih dahulu
(anticipatory anxiety) dan korteks prafrontalis (kemungkinan bertanggung
jawab untuk terjadinya penghindaran fobik).1
2. Faktor Genetika
Walaupun jumlah penelitian terkontrol baik tentang dasar genetika dari
gangguan panik dan agorafobia adalah sedikit, data sekarang mendukung
kesimpulan bahwa gangguan ini memiliki komponen genetika yang jelas.
Di samping itu, beberapa data menyatakan bahwa gangguan panik sebesar
empat sampai delapan kali lipat pada sanak saudara derajat pertama dari
pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya. Penelitian terhadap anak
kembar yang telah dilakukan sampai sekarang biasanya melaporkan
7
3. Faktor Psikososial
Baik teori kognitif-perilaku dan psikoanalitik telah dikembangkan untuk
menjelaskan patogenesis gangguan panik dan agorafobia. Keberhasilan
pendekatan kognitif-perilaku terhadap pengobatan gangguan tersebut
mungkin menambah kepercayaan terhadap teori kognitif-perilaku.1
Teori kognitif perilaku. Teori perilaku menyatakanbahwa
kecemasan adalah suatu respons yang dipelajari baik dari perilaku
modeling orangtua atau melalui proses pembiasaan klasik. Dalam
pendekatan pembiasaaan kalsik dari gangguan panik dan agorafobia, suatu
stimulus yang berbahaya (sebagai contoh, suatu serangan panik) yang
terjadi dengan suatu stimulus netral (sebagai contoh, naik bus) dapat
menyebabkan penghindaran stimulus netral. Walau pun teori kognitif-
perilaku dapat membantu menjelaskan perkembangan agorafobia atau
keparahan serangan panik, teori ini tidak menjelaskan terjadinya serangan
panik pertama yang tidak terprovokasi atau diharapkan yang dialami oleh
pasien yang kerkena.1
Teori Psikoanalitik pada agorafobia, teori psikanalitik menekankan
kematian orangtua pada masa anak-anak dan suatu riwayat kecemasan
perpisahan (separation anixiety). Sendirian di tempat publik
menghidupkan kembali kecemasan masa anak-anak tentang ditelantarkan.
Mekanisme pertahanan yang digunakan adalah represi pengalihan
(displacement), penghindaran, dan simbolisasi. Perpisaha traumatik
selama masa anak-anak dapat sistem syaraf anak yang sedang berkembang
dalam cara tertentu sehingga anak menjadi rentan terhadap kecemasan
pada masa dewasanya.1
8
2.5.1 DSM-IV3
Table 2.1
Kriteria Diagnosis untuk Gangguan Panik dengan Agorafobia
A. Baik(1) dan (2)
(1) Serangan panik rekuren yang tidak diharapkan
(2) Sekurangnya satu serangan telah diikuti oleh sekurangnya 1 bulan (atau
lebih) berikut ini :
(a) Kekhawatiran yang menetap akan mengalami serangan tambahan
(b) Ketakutan tentang arti serangan atau akibatnya(misalnya
kehilangan kendali, menderita serangan jantung , “menjadi gila”)
(c) Perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan serangan
B. Terdapat agrofobia
C. Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya
obat yang salah di gunakan, medikasi) atau sesuatu kondisi medis umum
(misalnya Hipertiroidisme).
D. Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain,
seperti fobia sosial (misalnya terjadi saat mengalami situasi sosial yang
ditakuti), fobia spesifik (misalnya mengalami situasi fobik tertentu),
gangguan obsesif-kompulsif (misalnya, terpapar kotoran pada seseorang
dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stres pascatraumatik
(misalnya, sebagai respons terhadap stimuli yang berhubungan dengan
stresor parah, atau gangguan cemas perpusahan (misalnya, sebagai respons
jauh dari rumah ayau sanak saudara dekat).
Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4.
Hak cipta American Psychiatic Association, Wasington, 1994 Digunakan dengan
izin
10
Tabel 2.2
Kriteria Diagnosis untuk Agorafobia Tanpa Riwayat Gangguan Panik
A. Adanya agorafobia berhubungan dengan rasa takut mengalami gejala mirip
panik (misalnya, pusing atau diare)
B. Tidak pernah memenuhi kriteria untuk gangguan panik.
C. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
obat yang disalahgunakan, medikas) atau suatu kondisi medis umur.
D. Jika ditemukan suatu kondisi medis umum yang berhubungan rasa takut
yang dijelaskan dalam kriteria A jelas melebihi dari apa yang biasanya
berhubungan dengan kondisi.
Table dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4.
Hak cipta American Psychiatic Association, Wasington, 1994 Digunakan dengan
izin
2.5.2. PPDGJ-III4
Agorafobia (F40.0)
Diagnosis banding untuk seorang pasien dengan gangguan panik adalah sejumlah
besar gangguan medis, dan juga banyak gangguan mental.1
Gangguan medis. Bilamana seorang pasien, terlepas dari usia atau faktor
resiko, datang ke ruang gawat darurat dengan gejala suatu kondisi yang
11
memungkinkan fatal, riwayat medis yang lengkap harus diperoleh dan dilakukan
pemeriksaan fisik. Produser laboratorium standar adalah hitung darah lengkap;
pemeriksaan elektrolit, glukosa puasa, konsentrasi kalsium, fungsi hati, urea,
kreatinin, dan tiroid; suatu urinalisis; suatu skrining obat; dan suatu
elektrokardiogram (EKG). Jika adanya suatu kondisi yang segera membahayakan
hidup telah disingkirkan, kecurigaan klinis adalah bahwa pasien memiliki
gangguan panik. Kemungkinan bahwa produser di agnostik medis tambahan akan
mengungkapkan kondisi medis harus di pertimbangkan terhadap kemungkinan
efek merugikan dari produser dalam membantu pasien menerima suatu diagnosis
gangguan panik. Namun demikian, adanya gejala atipikal (sebagai contoh, vertigo,
hilangkan kontrol kandung kemih, dan tidak sadar) atau onset seragam panik
pertama yang lambat (di atas usia 45 tahun) harus menyebabkan klinisis
pertimbangkan kembali adanya kondisi medis nonpsikiatrik dasar.1
Pemeriksaan standar yang dibicarakan di atas membantu klinisi untuk
memeriksa pasien untuk adanya penyebab tiroid, paratiroid, adrenal, dan penyebab
hubungan zat dari serangan panik. Gejala seperti nyeri dada, khususnya pada
pasien dengan faktor risiko jantung (sebagai contoh, obesitas dan hipertensi)
mungkin mengharuskan pemeriksaan jantung lebih lanjut, termasuk EKG 24 jam,
stres tes, sinar-X dada, dan pengukuran enzim-enzim jantung. Adanya gejala
neurologis etipikal mungkin mengharuskan didapatkannya elektroensefalogram
atau MRI untuk memeriksa kemungkinan bahwa pasien menderita epilepsi lobus
temporalis, sklerosis multipel, atau lesi otak yang memakan tempat (space-
occupying lession). Kemungkinan jarang bahwa pasien menderita sindroma
karsinoid atau feokromositoma dapat diperiksa dengan mengukur metabolit
serotonim atau katekolamin dari sample urin 24 jam. Walaupun hipoglikemia
pernah dianggap berhubungan dengan gangguan panik, khususnya di dalam
literatur awam , data yang tersedia sekarang ini menyatakan bahwa hipoglikemia
jarang menyebabkan serangan panik tanpa adanya gejala lain yang mengarahkan
pada hipoglikemia.1
Gangguan mental. Diagnosis banding psikiatrik untuk gangguan panik
adalah pura-pura, gangguan buatan, hipokondriasis, gangguan depersonalisasi,
12
fobia sosial dan spesifik, gangguan stres pascatraumatik, gangguan depresif dan
skizofrenia. Di dalam diagnosis banding, klinisi harus menentukan apakah
serangan panik adalah tidak diperkirakan, berikatan dengan situasional, atau
dipredisposisikan oleh situasi. Serangan panik adalah tidak diperkirakan
(unexpected) adalah tanda dari gangguan panik; serangan panik yang berikatan
dengan situasional biasanya menyatakan suatu keadaan yang berbeda, seperti fobia
sosial atau fobia spasifik (jika terpapar dengan situasi fobik), gangguan obsesif-
kompulsif (jika mencoba menahan suati kompulusi), atau suatu gangguan depresif
(jika terlanda dengan kecemasan). Fokus kecemasan atau ketakutan adalah
penting. Apakah tidak terdapat fokus spesifik (sebagai conyoh, ketakutan akan
menjadi tidak dapat bicara pada seseorang dengan fobia sosial) ? Gangguan
somatoform juga harus dipertimbangkan di dalam diagnosis banding, walaupun
seorang pasien mungkin memenuhi kriteria untuk gamgguan somatoform maupun
gangguan panik.1
Diagnosis banding untuk agorafobia tanpa suatu riwayat gangguan panik
adalah semua gangguan medis yang dapat menyebabkan kecemaan atau depresi.
Diagnosis banding psikiatrik adalah gangguan depresif berat, skizofrenia,
gangguan kepribadian paranoid, gangguan kepribadian menghindar, dan gangguan
kepribadian dependen.1
2.7. Penatalaksanaan
Dengan terapi, sebagian besar pasien mengalami perbaikan dramatik pada gejala
gangguan panik dan agorafobia. Dua terapi yang paling efektif adalah
farmakoterapi dan terapi kognitif perilaku. Terapi keluarga dan kelompok
mungkin membantu pasien yang menderita dan keluarganya untuk menyesuaikan
dengan kenyataan kesulitan psikososial yang telah dicetuskan oleh gangguan.1
13
B. Farmakoterapi
Terapi agorafobia adalah sama seperti pada gangguan panik, terdiri dari anti-
depresan, anti-ansietas, dan psikoterapi khususnya terapi kognitif.5
panjang yaitu 4-6 hari. Waktu paruh yang panjang, baik fluoxetine
maupun norfluoxetine, dapat menyebabkan interaksi farmakokinetik
obat sampai beberapa saat setelah obat dihentikan. Gangguan fungsi hati
dikaitkan dengan gangguan metabolisme. Waktu paruh pada pasien
dengan gangguan fungsi hati meningkat menjadi rata-rata 7,6 hari dan
norfluoxetine menjadi rata-rata 12 hari. Oleh karena itu, perlu penurunan
dosis pada pasien dengan gangguan hati. Metabolisme fluoxetine atau
norfluoxetine dosis tunggal tidak terganggu pada pasien dengan
gangguan ginjal. Untuk pemakaian dosis berulang, penelitiannya belum
ada. Oleh sebab itu, diperlukan penurunan dosis pada pasien gangguan
ginjal.5
Kemampuan fluoxetine menghambat ambilan serotonin 23 kali
lebih kuat bila dibandingkan dengan kemampuannya menghambat
ambilan norepinefrin (NE). Afinitasnya juga kurang terhadap saluran ion
sodium jantung sehingga pasien aman dari toksisitas jantung. Tidak ada
pengaruhnya terhadap aktivitas monoamine oxidase (MAO). 5
2. Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI)
Inhibitor monoamine oksidase (MAOI) juga efektid didalam pengobatan
gangguan panik, sebagian besar menggunakan phenelzine (nardil), walaupun
beberapa penelitian telah menggunakan tranylcypromine (parnate). Beberapa
penelitian menyatakan bahwa pada sat pasien tidak berespon terhadap obat
trisiklik kemungkinan berespon terhadap MAOI. Jika diberikan pengobatan
dengan MAOI, pasien gangguan panic tampaknya tidak mengalami efek
samping awal overstimulasi yang biasanya terjadi pada saat mengkonsumsi
obat trisiklik.5
Beberapa obat yang termasuk golongan MAOI antara lain iproniazide.
Obat ini ditarik dari peredaran karena toksik terhadap hepar. Tranylcypromine
dan phenelzine juga ditarik dari peredaran karena berinteraksi dengan
tyramine (the cheese reaction) dan dapat menyebabkan krisis hipertensi.
Karena harus membatasi diet dan efek samping yang berbahaya, MAOI tidak
lagi menjadi pilihan. Enzim MAO memiliki dua bentuk isoenzim (A dan B)
17
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Grebb, J.A. 2010. Kaplan dan Sadock Sinopsis
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid Dua, Edisi
Ketujuh. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.
2. American Psychiatric Association, 1994. Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders. 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric
Association
3. Izzah, N.M. 2012. Terapi Kognitif Penderita Agorafobia Sebagai Gangguan
Kecemasan dalam Psikologi Abnormal. Available at:
http://www.academia.edu/9695161/Terapi_Kognitif_Penderita_Agorafobia_S
ebagai_Gangguan_Kecemasan_dalam_Psikologi_Abnormal
[Acessed 27 July 2016]
4. Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.
Jakarta: PT Nuh Jaya.
5. NHS UK. 2016. Agoraphobia Treatment. NHS UK. [online]
Available at: http://www.nhs.uk/Conditions/Agoraphobia
[Acessed 27 July 2016]