You are on page 1of 34

Uraian Pendekatan dan Metodologi

URAIAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI

IV.1. PEMAHAMAN ATAS JASA LAYANAN PEKERJAAN

Konsultan berpendapat bahwa secara umum, materi Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang
berfungsi sebagai pedoman bagi konsultan untuk melaksanakan seluruh proses pelaksanaan
pekerjaan ini, cukup ringkas namun jelas. Penjelasan cakupan pekerjaan dan substansi
pekerjaan cukup memadai. Spesifikasi teknis pekerjaan cukup jelas dan dapat diikuti.
Beberapa hal yang belum tercakup dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) telah dijelaskan pada
saat Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) pada tanggal 13 April 2010 sehingga Konsultan
dapat lebih memahami permasalahan.
Kualifikasi dan bidang keahlian personil (Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung), serta jumlah
personil dan jumlah Orang-Bulan yang diperlukan semua sudah ditetapkan dalam Kerangka
Acuan Kerja, sehingga dalam hal ini Konsultan tidak perlu lagi menghitung jumlah Orang-
Bulan/Man-Month personil.
Dengan dasar itu, Konsultan telah mencoba menjabarkan kerangka acuan kerja ini kedalam
bentuk rencana dan program kerja. Pemahaman terhadap sasaran pekerjaan telah dicoba
dituangkan dalam bentuk konsepsi pendekatan penanganan pekerjaan. Diharapkan hal-hal
tersebut akan dapat memperlancar proses pekerjaan yang akan dilaksanakan nanti.
Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja tersebut, konsultan juga diharapkan dapat lebih mudah
memahami serta memberikan tanggapannya. baik yang terkait dengan penyusunan bab-bab
selanjutnya, maupun merupakan masukan untuk lebih mengoptimalkan penugasan konsultan
sesuai dengan yang diharapkan.
Berikut adalah beberapa tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja yang akan ditindaklanjuti
pada bab/bagian lain dari proposal teknis ini serta dalam penyusunan proposal biaya, yaitu:

1. Materi Kerangka Acuan Kerja beserta lampiran-lampirannya yang diberikan sudah


memberikan uraian yang cukup jelas dan bisa dimengerti serta diikuti.

2. Kualifikasi dan bidang keahlian personil (Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung) serta
jumlah personil dan jumlah Orang-Bulan yang ditetapkan kerangka acuan kerja sudah
memadai untuk menghasilkan keluaran pekerjaan yang matang, terencana dan efisien.

3. Di dalam Kerangka Acuan Kerja beserta Berita Acara Penjelasan/Aanwijzing, telah


dilampirkan daftar item/komponen pekerjaan lengkap dengan kuantitasnya, sehingga
memudahkan bagi konsultan dalam menyusun proposal biaya

4. Sesuai dengan poin 2 dan 3, konsultan akan menyusun penawaran biaya dengan cermat,
realistis dan dapat dipertanggung jawabkan sehingga biaya yang ditawarkan konsultan
untuk melaksanakan kegiatan ini tidak melampaui Pagu Dana.

IV.2. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI

IV.2.1 Umum
Secara umum yang dimaksud dengan perencanaan Jembatan meliputi kegiatan-kegiatan
antara lain : penentuan lokasi jembatan, alignment vertical dan horizontal terkait dengan

USULAN TEKNIS IV - 1
Uraian Pendekatan dan Metodologi

trase jalan, kelas jembatan, perhitungan dimensi dan bentuk dari struktur atas dan bawah
jembatan, metode konstruksi serta perhitungan biaya. Disiplin ilmu yang terlibat antara lain
transportasi, lalu lintas, struktur jembatan, hidrologi, geoteknik, geodesi serta quantity
surveyor. Agar perencanaan menghasilkan struktur yang efisien dan ekonomis, ada
beberapa survey mendasar yang harus dilakukan, diantaranya :
1. Survey Topografi
2. Survey Hidrologi
3. Survey Penyelidikan Tanah dan Geologi
4. Survey Transportasi / Lalu Lintas
Pemilihan dan tingkat ketelitian survey yang dilakukan sangat tergantung dari kondisi lahan
serta besar kecilnya proyek.

IV.2.2 Diagram Alir


Didalam melaksanakan pekerjaan ini agar menghasilkan hasil perencanaan yang efisien,
ekonomis dan selesai tepat waktu sesuai dengan kontrak, maka kami menyusun alur
pelaksanaan pekerjaan seperti yang terlihat pada gambar di lembar berikut ini :
Kami membagi menjadi 5 (lima) tahapan kegiatan dimana hasil masing-masing tahapan
akan merupakan acuan atau titik tolak untuk tahapan berikutnya

Skema tahapan adalah sebagai berikut :

USULAN TEKNIS IV - 2
Uraian Pendekatan dan Metodologi

Diagram IV-1
Skema Tahapan Pekerjaaan
TAHPENDAHULUAN TAHAP PENGUMPULAN DATA TAHAP PRA-RANCANGAN TAHAP RENCANA DETAIL (DED) TAHAP AKHIR

SPMK Rencana
Analisa struktur
Geometrik
gravitasi dan dinamis
Jembatan

Survey Lapangan
- Administrasi Finalisasi - Topografi
bentang Perencanaan dimensi
Proyek - Hidrologi Laporan
- Mobilisasi jembatan Hasil dan pembesian struktur
- Geoteknik / Geologi
Personil Survey atas dan bawah
- Lalu Lintas Diskusi
- Penyusunan
Finalisasi dengan
Rencana Kerja
Rencanaan detail Metode BPKS
- Persiapan material
Diskusi
konstruksi
Penyusunan Diskusi
Fasilitas struktur atas
dengan
laporan akhir dengan
BPKS dan Kompilasi
perencanaan BPKS
Perencanaan detail
Instansi dan Analisa
fasilitas / bangunan
Prakiraan Data
terkait
pelengkap
dimensi struktur Perbaikan
Tidak Tidak
atas jembatan
Survey Penyusunan spesifikasi
Penyusunan
Pendahuluan khusus Diskusi dengan
dokumen
Diskusi
Perhitungan BPKS
tender
dengan BPKS Perbaikan
pondasi jembatan
- Rincian
dan Instansivolume
- terkait
Rincian RAB
Alternatif Design
Estimasi biaya - Bentang jembatan
Laporan
Survey Pembuatan gambar kerja - Altarnatif struktur
Pendahuluan dan detail-detail khusus atas Review
- Altarnatif struktur Alternatif
bawah Design
Penyusunan
-Pemilihan material
spesifikasi - Alternatif Metode
umum ya
konstruksi
ya

USULAN TEKNIS
IV - 3
Uraian Pendekatan dan Metodologi

IV.2.3 Perencanaan Teknis Jembatan

Pada pelaksanaan Perencanaan Teknis Jembatan pekerjaan yang dilaksanakan adalah:


1. Pengumpulan dan Analisa Data Lapangan
a. Survey pendahuluan;
Survey pendahuluan atau reconnaissance survey meliputi kegiatan pengumpulan
data sekunder untuk dipergunakan dalam pelaksanaan detail survey dan
pengumpulan data lainnya untuk melengkapi data survey detail dan kebutuhan
disain.
Survey Pendahuluan meliputi kegiatan-kegiatan antara lain :
1. Melaksanakan konfirmasi dan koordinasi dengan instansi terkait di daerah
sehubungan dengan akan dilaksanakan survey.
2. Mengumpulkan peta dasar berupa peta topografi skalan 1 : 250.000 s/d 1 :
25.000 peta pemanfaatan lahan dengan skala yang ada, photo udara (jika
memang diperlukan) dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan gambar
yang akan direncanakan.
3. Mengumpulkan informasi tentang :
 Harga satuan upah/bahan dasar dari Dinas PU Bina Marga setempat.
 Harga satuan upah/bahan dasar dari proyek yang sedang berjalan di sekitar
lokasi pekerjaan.
 Posisi utilitas yang ada maupun rencana disekitar lokasi.
 Data / curah hujan dan peil banjir.
 Bahan-bahan konstruksi yang tersedia dan lokasi sumber material yang
kemungkinan dapat dipakai untuk konstruksi.
4. Menentukan titik-titik dan memasang patok-patok yang diperlukan sebagai titik
referensi pengukuran detail topografi/geometrik dan penyelidikan tanah.
5. Mencatat lokasi-lokasi struktur yang memerlukan penanganan lebih lanjut.
6. Menentukan lokasi yang untuk keperluan test-test yang lebih detail.
7. Mempelajari lokasi jembatan dan daerah-daerah sekitarnya serta membuat
sketsa daerah rencana jembatan dan disekitarnya.
8. Membuat Foto dokumentasi lapangan, yang meliputi :
 Kondisi jalan dari kedua arah yang berlawanan.
 Foto lokasi-lokasi tertentu yang dapat menggambarkan kondisi lokasi
jembatan.
 Lokasi Quarry.
9. Mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk kemungkinan diperlukan
pemasangan-pemasangan gorong-gorong dan bangunan pelengkap lainnya.
10. Inventarisasi stasionstasion pengamat curah hujan pada daerah rencana
jembatan melalui stasion-stasion pengamat yang telah ada ataupun pada
jawatan meteorologi setempat.
11. Menganalisa secara visual keadaan tanah dasar pada lokasi jembatan.
12. Menyusun laporan survey pendahuluan yang antara lain berisikan pekerjaan
tahapan, rekomendasi dan arahan-arahan untuk selanjutnya.

USULAN TEKNIS IV - 4
Uraian Pendekatan dan Metodologi

Diagram IV-2
Rencana Kerja Survey Pendahuluan

Meninjau Rencana
Lokasi Jembatan

- Diskusi dengan Pimpro


- Menyiapkan kelengkapan Laporan Survey
administrasi untuk Pendahuluan
keperluan survey
Diskusi dan
mengumpulkan
informasi dari
instansi-instansi
terkait

Presentasi / Diskusi ke
Kesimpulan sebagai
PPK Jasa Konsultan SatKer
arahan pekerjaan
PKPBPBS
selanjutnya

b. Survey Topografi
A. Tujuan
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data
koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana jembatan di dalam
koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala 1 : 1000 yang
akan digunakan untuk perencanaan geometrik jalan, serta 1 : 500 untuk
perencanaan jembatan dan penanggulangan longsoran.

B. Lingkup Pekerjaan
a. Pemasangan patok-patok
Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm atau
pipa pralon ukuran 4 inci yang di isi dengan adukan beton dan di atasnya
dipasang neut dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat.
Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km dan pada setiap lokasi rencana jembatan
dipasang minimal 3, masing-masing 1 (satu) pasang, di setiap sisi sungai/alur
dan 1 (buah) disekitar sungai yang posisinya aman dari gerusan air sungai.
Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang tampak di atas tanah
setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang Prasarana Wilayah, notasi
dan nomor BM dengan warna hitam.
Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di photo sebagai dokumentasi yang
dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.
Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok kayu yang
cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang-kurangnya
50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas diratakan diben' paku,
ditanam dengan kuat, bagian yang masih nampak diberi nomor dan dicat wama
kuning. Dalam keadaan khusus, perlu ditambalikan patok bantu. Untuk

USULAN TEKNIS IV - 5
Uraian Pendekatan dan Metodologi

memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar patok diberi


tanda-tanda khusus.
Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok, misalnya di
atas permukaan jalan beraspal atau di atas permukaan batu, maka titik-titik
poligon dan sifat datar ditandai dengan paku seng dilingkari cat kuning dan
diberi nomor.
b. Pengukuran titik kontrol horizontal (apabila menggunakan alat konvensional).
 Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon, dari
semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.
 Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter, diukur
dengan meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.
 Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan ketelitian
baca dalam detik. Disarankan untuk menggunakan theodolit jenis T2 atau
yang setingkat.
 Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhlr pengukuran
dan untuk setiap interval  5 km di sepanjang trase yang diukur. Apabila
pengamatan matahari tidak bisa dilakukan, disarankan menggunakan alat
GPS Portable (Global Positioning System). Setiap pengamatan matahari
harus dilakukan dalam 2 seri (4 biasa dan 4 luar biasa)
c. Pengukuran titik kontrol vertikal (apabila menggunakan alat konvensional)
 Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri/pembacaan
pergi-pulang.
 Pengukuran sifat datar harus mencakup semua titik pengukuran (poligon,
sifat datar, dan potongan melintang) dan titik BM.
 Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala benar,
jelas dan sama.
 Pada setiap pengukuran sifat datar harus dilakukan pembacaan ketiga
benangnya, yaitu Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang
Bawah (BB), dalam satuan milimeter. Pada setiap pembacaan harus
dipenuhi : 2 BT = BA + BB.
 Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah slag
(pengamatan) yang, genap
d. Pengukuran situasi (apabila menggunakan alat konvensional)
 Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri, yang mencakup
semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada
disepanjang jalur pengukuran, seperti alur, sungai, bukit, jenbatan, rumah,
gedung dan sebagainya.
 Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dan
kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar.
Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya : sungai, persimpangan dengan jalan
yang sudah ada) pengukuran harus dilakukan dengan tingkat kerapatan
yang lebih tinggi.
 Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.
e. Pengukuran Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang harus dilakukan
dengan persyaratan sebagai berikut :

USULAN TEKNIS IV - 6
Uraian Pendekatan dan Metodologi

Interval (m)
Lebar Koridor Interval (m)
Kondisi Jembatan /
(m) Jalan baru
Longsoran
- Datar, landai, dan lurus 75 + 75 50 25
- Pegunungan 75 + 75 25 25
- Tikungan 50 (luar) + 100 25 25
(dalam)
Untuk pengukuran penampang melintang harus digunakan alat theodolit (apabila
menggunakan alat konvensional).

f. Pengukuran pada perpotongan rencana trase jembatan dengan sungai atau


jalan :
 Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing minimum 200 m
dari perkiraan garis perpotongan atau daerah sekitar sungai (hulu/hilir)
yang masih berpengaruh terhadap keamanan jembatan dengan interval
pengukuran penampang melintang sungai sebesar 25 meter.
 Koridor pengukuran searah rencana trase jembatan masing-masing
minimum 100 in dari garis tepi sungai/jalan atau sampai pada garis
pertemuan antara oprit jembatan dengan jalan dengan interval pengukuran
penampang melintang rencana trase jalan sebesar 25 meter.
 Pada posisi lokasi jembatan interval pengukuran penampang melintang dan
memanjang baik terhadap sungai mauqun jalan sebesar 10 m, 15 m, dan
25 m.
Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang dibentuk alam
maupun manusia disekitar persilangan tersebut.

C. Persyaratan
1. Pemeriksaan dan koreksi alat ukur (apabila menggunakan alat
Konvensional)
Sebelum melakukan pengukaran, setiap alat ukur yang akan digunakan
harus diperiksa dan dikoreksi sebagai berikut :
a. Pemeriksaaan theodolit
 Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
 Sumbu 11 tegak lurus sumbu 1.
 Garis bidik tegak lurus sumbu II
 Kesalahan kolimasi horizontal = 0.
 Kesalalian indeks vertikal = 0.
b. Pemeriksaan alat sifat datar :
 Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
 Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo.
Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan
dilampirkan dalam laporan.
2. Ketelitian dalam Pengukuran (apabila menggunakan alat konvensional)
Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
a. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10 n ; (n adalah jumlah
titik poligon dari pengamatan matahari pertama ke pengamatan
matahari selanjutnya atau dari pengukuran GPS pertama ke
pengukuran GPS berikutnya).
b. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dan' 5".
3. Perhitungan (apabila menggunakan alat konvensional)

USULAN TEKNIS IV - 7
Uraian Pendekatan dan Metodologi

 Pengamatan Matahari
Dasar perhitungan pengamatan matahari harus mengacu pada tabel
almanak matahari yang diterbitkan oleh Direktorat Topografi TNT-AD
untuk tahun yang sedang berjalan dan harus dilakukan di lokasi
pekerjaan
 Pengamatan Koordinat
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara pengamatan
matahari yang satu dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut
tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi harus diberikan
berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek
mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi
pekejaan.
 Perhitungan Sifat Datar
Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5
mm), dan harus dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar
perhitungan dengan menjumlahkan beda tingginya.
 Perhitungan Ketinggian Detail
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang
dipakai sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara tachimetris.
 Seluruh perhitungan sebaiknya menggunakan sistem komputerisasi
4. Penggambaran
 Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala I : 1.000 untuk jalan
dan 1:500 untuk jembatan.
 Garis-garis grid dibuat setiap 10 cm.
 Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x)
dan ordinat (y)-nya.
 Pada setiap lembar gambar dari/atau setiap 1 meter panjang gambar
harus dicantumkan petunjuk arah Utara.
 Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan
tidak boleh dilakukan secara grafis.
 Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi tanda
khusus.
Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang
melintang harus digambarkan pada gambar polygon, sehingga membentuk
gambar situasi dengan interval garis ketinggian (contour) untuk yang
tebing aman sedangkan untuk daerah datar 0,25 meter. Semua gambar
topographi harus disajikan dengan menggunakan software komputer.

c. Survey Geologi dan Geoteknik

A. Tujuan
Tujuan penyelidikan geologi dan geoteknik dalam pekerjaan ini adalah untuk
melakukan pemetaan penyebaran tanah/batuan dasar termasuk kisaran tebal
tanah pelapukan, memberikan informasi mengenai stabilitas tanah, menentukan
jenis dan karakteristik tanah untuk keperluan bahan jalan dan struktur, serta
mengidentifikasi lokasi sumber bahan termasuk perkiraan kuantitasnya. Sangat
disarankan untuk menggunakan Geoguide bilamana terdapat suatu kondisi tanah
dasar yang lunak (Soft Soil)

USULAN TEKNIS IV - 8
Uraian Pendekatan dan Metodologi

B. Lingkup Pekerjaan
1. Penyelidikan Geologi
Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail dengan peta dasar
topografi skala 1:250.000 s/d skala 1:100.000. Pencatatan kondisi geoteknik
disepanjang rencana trase jalan untuk setiap jarak 500 - 1000 meter dan pada
lokasi jembatan.
a. Penyelidikan lapangan
Meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, Jenis tanah, warna, perkiraan
prosentase butiran kasar/halus) sesuai dengan Metoda USCS.

b. Pemetaan
Jenis batuan yang ada disepanjang trase jalan dipetakan, batas-batasnya
ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data pengukuran untuk selanjutnya
diplot dalam gambar rencana dengan skala 1:2000 ukuran A3. Pemetaan
mencakup jenis struktur geologi yang ada antara lain : sesar/patahan, kekar,
perlapisan batuan, dan perlipatan.
Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat fisik/kimia,
kemudian hasilnya diplot di atas peta geologi teknik termasuk didalamnya
pengamatan tentang : gerakan tanah, tebal pelapukan tanan dasar, kondisi
drainase alami, pola aliran air permukaan dan tinggi muka air tanah, tata guna
lahan, kedalaman (apabila rencana trase jalan tersebut harus melewati
(daerah rawa).

2. Penyelidikan Geoteknik
Kegiatan penyelidikan geoteknik meliputi :
a. Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji
Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji 25 - 40 kg untuk setiap contoh
tanah. Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor sumur
uji, lokasi, kedalaman). Penggalian sumuran uji dilakukan pada setiap jenis
satuan tanah yang berbeda atau maksimum 5 km bila jenis tanah sama,
dengan kedalaman 1-2 m. Setiap sumuran uji yang digali dan contoh tanah
yang diambil harus difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor
sumur uji, dan lokasi. Ukuran test pit panjang 1,5 m (Utara-Selatan) lebar
1,0 m, Log sumuran uji digambarkan dalam 4 bidang, dengan diskripsi
yang lengkap dan 1 kolom untuk unit satuan batuan.
b. Pengambilan contoh tanah tak terganggu
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan dengan cara bor tangan
menggunakan tabung contoh tanah ("split tube" untuk tanah keras atau
"piston tube" untuk tanah lunak). Setiap contoh tanah harus diberi
identitas yang jelas (nomor bor tangan, lokasi, kedalaman). Pemboran
tangan dilakukan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan ditimbun
(untuk perhitungan penurunan) dengan ketinggian timbunan lebih dari 4
meter dan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan digali (untuk
perhitungan stabilitas lereng) dengan kedalaman galian lebih dari 6 meter;
dengan interval sekurang - kurangnya 100 meter dan/atau setiap
perubahan jenis tanah dengan kedalaman sekurang-kurangnya 4 meter.
Setiap pemboran tangan dan contoh tanah yang diambil harus difoto.

USULAN TEKNIS IV - 9
Uraian Pendekatan dan Metodologi

Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor bor tangan, dan lokasi.
Semua contoh tanah harus diamankan baik selama penyimpanan di
lapangan maupun dalam pengangkutan ke laboratorium.
c. Pemboran Mesin (dilakukan untuk perencanaan pondasi jembatan).
Pemboran mesin dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan berikut
1. Pada dasarnya mengacu pada ASTM D 2113-94
2. Pendalaman dilakukan dengan menggunakan sistem putar (rotary
drilling) dengan diameter mata bor minimum 75 mm.
3. Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan kecepatan maksimum
1 putaran per detik.
4. Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik
5. Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah deposit yang lunak
dilakukan dengan menggunakan bentonite (drilling mud) atau casing
dengan diameter minimum 100 mm
6. Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus menjamin bahwa tidak
terjadi tekanan yang berlebih pada tanah
7. Apabila casing digunakan, casing dipasang setelah mencapai 2 m atau
lebih. Posisi dasar casing minimal berjarak 50 cm dari posisi
pengambilan sampel berikutnya
8. Untuk jembatan bentang tunggal minimal setiap titik abutment sedang
untuk bentang jamak minimal 2 pien satu titik bor
d. Pemboran Tangan (perencanaan jalan baru atau pelebaran jalan  1 lajur).
Pemboran tangan dilakukan dengan mengacu pada ASTM D 4719, untuk
jalan baru atau pelebaran jalan lebih dari satu lajur maka dilakukan
pengeboran setiap interval 1 Km.
e. Pengujian Kompaksi Batu Gamping
Suatu studi untuk menilal kelayakan batu gamping sebagai bahan timbunan
dilakukan dengan memperhatikan :
 Perilaku pemadatan laboratorium.
 Persyaratan material untuk timbunan termasuk yang berkaitan dengan
kekuatan dan konsistensi material.
 Sifat kimia yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan dan air terhadap
durabilitas kinerja timbunan.
f. Sondir (Pneutrometer Static)
Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras,
menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung konus dan
daya lekat tanah setiap kedalaman yang diselidiki, alat ini hanya dapat
digunakan pada tanah berbutir halus, tidak boleh digunakan pada daerah
aluvium yang mengandung komponen berangkal dan kerakal serta batu
gamping yang berongga, karena hasilnya akan memberikan indikasi lapisan
tanah keras yang salah.
Ada dua macam alat sondir yang digunakan
1. Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton
2. Sondir berat dengan kapasitas 10 ton
Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm,
pekerjaan sondir dihentikan apabila pembacaan pada manometer berturut-
turut menunjukan harga >150 kg/cm2, alat sondir terangkat keatas, apabila

USULAN TEKNIS IV - 10
Uraian Pendekatan dan Metodologi

pembacaan manometer belum menunjukan angka yang maksimum, maka


alat sondir perlu diberi pemberat yang diletakkan pada baja kanal jangkar.
Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi
konus dan jumlah hambatan pelekat (JHP). Grafik yang dibuat adalah
perlawanan penetrasi konus (qc) pada tiap kedalaman dan jumlah
hambatan pelekat (JHP) secarakumulatif.
Untuk jembatan bentang tunggal minimal setiap titik abutment sedang
untuk bentang jamak minimal 2 pien satu titik bor

3. Lokasi Quarry
 Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan, struktur jembatan,
maupun untuk bahan timbunan (borrow pit) diutamakan yang ada
disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus
menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat dimanfaatkan.
 Penjelasan mengenal quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan,
perkiraan kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan
yang mungkin timbul dalam proses penambangannya, dilengkapi dengan
foto-foto.

C. Persyaratan
a. Pengujian Lapangan
Metoda pekerjaan lapangan lainnya harus sesuai dengan persyaratan seperti
yang dijelaskan pada Tabel 1 pengujian lapangan pada berikut :

No. Pengujian Acuan Keterangan


1. Resistivyti ASTM G57 – 78
2. Standard Penetration ASTM D1586 – 94 Pada daerah rencana
Test termasuk Split jembatan, harus
Spoon Sampling mencapai kedalaman
lapisan keras
3. Stand Pipe AASHTO T252 – 84

b. Pekerjaan Laboratorium
Pekerjaan Laboratorium dilaksanakan sesuai ketentuan yang tercantum pada
Tabel 2 berikut :

Tabel 2 Spesifikasi Pengujian Tanah di Laboratorium


No. Pengujian Acuan Keterangan
SIFAT INDEKS
1. Kadar air ASTM D 2216 – 92
2. Batas susut ASTM D 427 – 93
3. Batas plastik ASTM D 4318 – 93 - Fresh Condition
4. Batas cair SK-SNI M–07–1989–F - oven dried 1000C
5. Analisa saringan SNI–03–3423– 1994
6. Berat jenis ASTM D 854 – 92 Gunakan Wet method
7. Berat isi SNI–1742–1989
8. SIFAT KUAT GESER
TANAH

USULAN TEKNIS IV - 11
Uraian Pendekatan dan Metodologi

No. Pengujian Acuan Keterangan


9. Direct Shear SNI–03–2813– 1992 - Fresh sample dengan penjenuhan
ASTM D 3080 – 90 - Fresh sample tanpa penjenuhan
- Fresh sample dioven 700C selama
satu hari
SIFAT PEMAMPATAN
TANAH
10. Swelling ASTM D 4546 – 90 - Fresh Condition
- Dioven 400C dan 700C selama satu
hari
KEPADATAN
11. Pemadatan
SIFAT KELULUSAN
12. Permeabilitas K.H. Head, Vol. 2, 1984 Manual of Soil Laboratory Testing.
Gunakan metode Falling Head

d. Survey Lalu Lintas

A. Tujuan
Survey lalu lintas bertujuan untuk mengetahui kondisi lalu lintas, kecepatan kendaraan
rata-rata, serta menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan yang melewati ruas
jalan tertentu dalam satuan waktu, sehingga dapat dihitung lalu lintas harian rata-rata
sebagai dasar perencanaan selanjutnya.
Untuk proyek ini survey lalu lintas hanya berdasarkan data data sekunder saja.

e. Survey Perkerasan Jalan

A. Tujuan
Survey Perkerasan Jalan ini bertujuan untuk mengetahui data struktural perkerasan
yang ada, dengan meliputi lendutan suatu konstruksi jalan, kekasaran jalan, daya
dukung tanah dasar dan susunan/lapisan perkerasan.
Untuk proyek ini survey perkerasan jalan hanya berdasarkan data data sekunder saja.

f. Inventarisasi Jalan dan Jembatan

A. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data secara umum mengenai
kondisi perkerasan maupun kondisi jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang
ditinjau.

B. Lingkup Pekerjaan
a. Inventarisasi Jalan
Pemeriksaan dilakukan dengan mencatat kondisi rata-rata setiap 200 m yang
tercatat selama berkendaraan. Untuk kondisi tertentu yang memerlukan data yang
lebih rapat, interval jarak dapat diperpendek .
Data yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah:
1. Lebar perkerasan yang ada dalam meter.

USULAN TEKNIS IV - 12
Uraian Pendekatan dan Metodologi

2. Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, HRS, Lasbutag, Penetrasi
Macadam dan lain - lain.
3. Kondisi daerah samping jalan serta sarana utilitas yang ada seperti saluran
samping, gorong-gorong, bahu, berm, kondisi drainase samping, jarak
pagar/bangunan pendukung/tebing kepinggir perkerasan.
4. Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan lokasi yang
ditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya.
b. Inventarisasi Jembatan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai existing
jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.
Informasi yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah sebagai berikut
1. Nama, lokasi, tipe dan kondisi jembatan.
2. Dimensi jembatan yang meliputi bentang, lebar ruang bebas dan jenis lantai.
3. Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan perbaikan atau
pemeliharaan.
4. Data yang diperoleh dicatat dalam satu format yang standar.
5. Foto dokumentasi minimum 2 (dua) lembar untuk setiap jembatan yang diambil
dari arah memanjang dan melintang. Foto ditempel pada format yang standar.
2. Perencanaan Geometri dan Alinyemen Jembatan
a. Kendala alinyemen horisontal dan vertical;
b. Kendala geoteknik;
c. Profil topografi;
d. Kendala di bawah lintasan atau sungai/laut;
e. Kebutuhan tinggi bebas vertikal.
3. Penentuan Bentang dan Lebar Jembatan
a. Profil topografi;
b. Teknolgi konstruksi (kemudahan dalam pelaksanaan);
c. Faktor ekonomis;
d. Kebutuhan lalu lintas berdasarkan hasil survai lalu lintas;
e. Prediksi lalu lintas masa depan;
f. Kemungkinan dan kemudahan pelebaran jembatan pada masa akan datang.
4. Pemilihan Bentuk Struktur Jembatan
a. Kendala geometri;
b. Kendala material dan ketersediaannya;
c. Kecepatan pelaksanaan;
d. Kesulitan perencanaan dan pelaksanaan;
e. Pemeliharaan jembatan;
f. Biaya konstruksi.
5. Perencanaan Struktur Bawah Jembatan
Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap aspek kekuatan
dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan tekanan tanah vertikal
ataupun horisontal dan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan dalam Peraturan
Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Struktur bawah jembatan harus direncanakan untuk menanggung beban struktur
atas melalui komponen tumpuan, yang sudah merupakan kombinasi terbesar dari
semua beban struktur atas, beserta beban-beban yang bekerja pada struktur bawah
yaitu: tekanan tanah lateral, gaya-gaya akibat aliran air, tekanan air, gerusan,

USULAN TEKNIS IV - 13
Uraian Pendekatan dan Metodologi

tumbukan serta beban-beban sementara lainnya yang dapat bekerja pada


komponen struktur bawah.
b. Kekuatan struktur bawah harus ditentukan berdasarkan analisis struktur dan cara
perencanaan kekuatan yang ditetapkan di dalam peraturan yang berhubungan
dengan material yang digunakan.
c. Perletakan jembatan harus direncanakan berdasarkan asumsi yang diambil didalam
modelisasi struktur dengan memperhatikan kekuatan dan kemampuan deformasi
komponen perletakan seperti karet elastomer yang mengacu kepada SNI 03-4816-
1998 “Spesifikasi bantalan karet untuk perletakan jembatan”.
d. Deformasi yang potensial terjadi khususnya penurunan harus diperhatikan didalam
perencanaan struktur bawah. Penurunan harus diantisipasi dan dihitung dengan
cara analisis yang benar berdasarkan data geoteknik yang akurat, dimana pengaruh
dari potensial penurunan diferensial dari struktur bawah, bila ada harus
diperhitungkan dalam perencanaan struktur atas.
e. Jika gerusan dapat mengakibatkan terkikisnya sebagian tanah timbunan di atas
atau di samping suatu bagian struktur bawah jembatan maka pengaruh stabilitas
dari massa tanah harus diperhitungkan secara teliti.
f. Umur layan rencana struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku
jangka panjang material dan kondisi lingkungan khususnya bila berada dibawah air
yang diaplikasikan pada rancangan komponen struktur bawah khususnya selimut
beton, permeabiitas beton atau tebal elemen baja terhadap resiko korosi ataupun
potensi degradasi material.
Bangunan bawah jembatan terdiri dari :
 Kepala jembatan (Abutment)
 Pilar (Pier)
 Fondasi

1. Abutments
Abutment jembatan terletak pada ujung dari jembatan.
Fungsi abutment adalah :
1. Mentransfer beban dari struktur atas ke fondasi.
2. Sebagai dinding penahan tanah.
3. Menahan gerusan (scouring) jika jembatan terletak pada sungai.

USULAN TEKNIS IV - 14
Uraian Pendekatan dan Metodologi

Bagian – bagian dari abutment adalah sebagai berikut :


BACK/PARAPET WALL
BEARING PAD

WING TIMBUNAN
WALL

DINDING
ABUTMENT

FOOTINGS

2. Pier
Dimasa lampau, pemilihan bentuk pier yang dilakukan ahli struktur jembatan lebih
cenderung dengan pertimbangan fungsional, estetika bentuk pier dilakukan hanya
berdasarkan intuisi. Namun dewasa ini, estetika dari sebuah jembatan seharusnya
melibatkan tenaga ahli yang berkompeten, misalnya arsitektur. Pemilihan bentuk,
warna, pencahayaan dan proporsional.
Secara keseluruhan akan membentuk struktur jembatan yang indah dan selaras dengan
lingkungan.
Untuk acuan awal dimensi dari bentuk-bentuk pier dapat dilihat
pada lembar berikut ini :
8-10 M
1M

SLOPE
1:6
0.75 M

8-10 M
1M

SLOPE 0.75 M
1:6
0.75 M

PIER BENTUK HAMMER

USULAN TEKNIS IV - 15
Uraian Pendekatan dan Metodologi

H
0.3H 0.4H 0.3H

0.7 M
0.15H

SLOPE V
1:12

H
Untuk ratio  2,25 Single Hammer
V
H
0.2H 0.1H 0.4H 0.1H 0.2H

0.7 M 0.1H

H
Untuk 2,25   3 max H = 12 m
V
6. Perencanaan Pondasi Jembatan
Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap aspek
kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan beban
struktur atas dan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan dalam Peraturan
Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Analisis dapat dilakukan terpisah atau terintegrasi dengan analisis struktur
jembatan. Penggunaan paket software komersil, harus dilakukan validasi terlebih
dahulu dengan menggunakan contoh dari text book dan dicek secara manual untuk
mendapatkan keyakinan.
b. Pondasi jembatan pada umumnya dapat dipilih dari jenis:
1) Pondasi dangkal/pondasi telapak
2) Pondasi caisson
3) Pondasi tiang pancang (jenis end bearing atau friction)
4) Pondasi Tiang Bor
5) Pondasi jenis lain yang dianggap sesuai
c. Penentuan jenis dan kedalaman pondasi dilakukan berdasarkan kondisi lapisan
tanah dan kebutuhan daya dukung untuk struktur bawah serta batasan penurunan
pondasi. Secara umum kondisi dan kendala lapangan yang harus dipertimbangkan
adalah:
1. Pembebanan dari struktur jembatan
2. Daya dukung pondasi yang dibutuhkan
3. Daya dukung dan sifat kompresibilitas tanah atau batuan
4. Penurunan yang diijinkan dari struktur atas/bawah jembatan

USULAN TEKNIS IV - 16
Uraian Pendekatan dan Metodologi

5. Tersedianya alat berat dan material pondasi


6. Stabilitas tanah yang mendukung pondasi
7. Kedalaman permukaan air tanah
8. Perilaku aliran air tanah
9. Perilaku aliran air sungai serta potensi gerusan dan sedimentasi
10. Potensi penggalian atau pengerukan di kemudian hari yang berdekatan dengan
pondasi
d. Khususnya untuk penggunaan pondasi tiang, penentuan jenis dan panjang tiang
harus dilakukan berdasarkan kondisi lapangan di lokasi rencana jembatan,
khususnya kondisi planimetri serta berdasarkan atas evaluasi yang cermat dari
berbagai informasi karakteristik tanah yang tersedia, perhitungan kapasitas statik
vertikal dan lateral, dan/atau berdasarkan riiwayat/pengalaman sebelumnya.

Hasil dari analisis mendalam dengan pertimbangan di atas akan menghasilkan tipe
fondasi yang stabil, tidak membahayakan bangunan sekitar dan ekonomis.
Dewasa ini material fondasi terbatas pada beton atau baja, sementara tipe fondasi
sangat bervariasi terutama pada fondasi dalam.

Diagram IV-3
Tipe-tipe fondasi yang lazim dilaksanakan.

Fondasi Telapak
Fondasi Dangkal
Fondasi Lajur Tiang Pra-cetak/
Tiang Pancang
Fondasi Tiang

Tiang Bor
Fondasi Dalam

Open Caisson
Fondasi Caisson
Pneumatic Caisson

Jenis fondasi sangat tergantung dari kedalaman layer tanah yang akan di pilih sebagai
bearing layer. Di bawah ini adalah diagram kedalaman tanah pendukung dengan jenis
fondasi yang dapat dilaksanakan.

USULAN TEKNIS IV - 17
Uraian Pendekatan dan Metodologi

Kedalaman Bearing
Layer (m) 10 30 40 50 > 60
20
Fondasi Dangkal
Pipa baja
Pondasi Profil H Baja
Tiang Precast
Bore
Caisson Open
Pneumatic
Fondasi

Fungsi utama dari fondasi adalah mentransfer beban-beban dari struktur atas ke layer
tanah pendukung. Sehingga struktur fondasi harus mempunyai kekakuan dan kekuatan
yang memadai.
Hal-hal yang harus di kontrol untuk berbagai fondasi adalah
sebagai berikut :
Jenis Item Daya Dukung Defleksi
Guling Geser
Pondasi Vertikal Horisontal Horisontal
Fondasi Dangkal     
Fondasi Caisson     
Fondasi Tiang     
Defleksi horizontal dibatasi 1% dari lebar fondasi, tetapi tidak boleh lebih dari 5 cm.
Khusus untuk fondasi tiang, defleksi horizontal dibatasi tidak lebih dari 1,5 cm.
Pembatasan defleksi horizontal dimaksudkan agar defleksi yang terjadi pada fondasi
masih berada di dalam batas elastik, sehingga stabilitas fondasi tetap terjaga.

Diagram IV-4
Alir Pemilihan Jenis Fondasi

Survey Detail - Reaksi struktur atas


(*) - Konisi struktur atas
USULAN TEKNIS IV - 18
Uraian Pendekatan dan Metodologi

Penentuan layer tanah pendukung


(Bearing Layer)

Jenis fondasi Tidak


tidak perlu B
aplicable
dipelajari
Aplicable

Jenis fondasi yang


perlu dipelajari

Tidak Aplicable
C G
aplicable

Tidak
Aplicable
Tidak aplicable Aplicable
D G
aplicable
Tidak
aplicable
Aplicable
Tidak Aplicable
E G
aplicable
Tidak
aplicable
Aplicable Aplicable
Tidak
F G
aplicable
Tidak
aplicable

Jenis fondasi yang perlu didesain untuk


Fondasi tersebut tidak
bahan-bahan perbandingan
perlu di desain alternatif

Preliminary Desain

Altenatif tidak Tidak dilakukan


H terbaik detail desain
Altenatif terbaik

Detail Desain

) Keterangan Notasi Pada Diagram Alir Pemilihan Jenis Fondasi


* : Terdiri dari survey penyelidikan tanah, topografi, hidrologi, dan
sebagainya yang dapat mempengaruhi pemilihan fondasi.
A : Analisa data tanah
B : Pemilihan jenis fondasi yang sesuai dengan kondisi layer tanah yang

USULAN TEKNIS IV - 19
Uraian Pendekatan dan Metodologi

dipilih sebagai bearing layer.


C,D,E,F : Analisis berbagai pertimbangan seperti : metode pelaksanaan kondisi
lingkungan, akses ke site dan sebagainya.
G : Kemungkinan adanya perbaikan-perbaikan dan perubahan-perubahan
dan sebagainya.
H : Membuat matriks untuk mendapatkan alternative terbaik.

7. Perencanaan Struktur Atas Jembatan


Perencanaan struktur atas jembatan harus direncanakan sesuai dengan aturanaturan
yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92
atau peraturan lain yang relevan yang disetujui oleh pemberi tugas.
Bangunan atas terdiri dari :
 Lantai kendaraan
 Sistem yang menopang lantai tersebut, misal : Girder, Rangka, Kabel, dan
sebagainya.
Elemen-elemen bangunan atas antara lain terdiri :
1. Elemen yang mentransfer beben lalu lintas ke bangunan bawah, umumnya paralel /
sejajar dengan sumbu longitudinal jembatan. Elemen ini disebut struktur utama
jembatan.
2. Elemen yang mentransfer tekanan / gaya dari beban lalu lintas ke elemen struktur
utama jembatan. Elemen ini terletak tegak lurus terhadap sumbu jembatan dan
menghubungkan struktur utama jembatan dalam arah transversal.
3. Elemen yang mentransfer beban-beban horizontal akibat gaya angin dan gaya
centrifugal. Elemen ini terletak pada bidang horizontal, biasanya pada bidang sayap
dari struktur utama jembatan. Elemen ini disebut ikatan angin
Prinsip-prinsip dasar untuk perencanaan struktur jembatan adalah Limit States atau
Rencana Keadaan Batas, dengan memperhatikan beberapa faktor berikut ini:
a. Pembebanan pada struktur atas jembatan harus dihitung berdasarkan kombinasi
dari semua jenis beban yang secara fisik akan bekerja pada komponen struktur
jembatan.
b. Kekuatan struktur atas jembatan harus direncanakan berdasarkan analisis struktur
dan cara perhitungan gaya-gaya dalam yang ditetapkan di dalam standar/ peraturan
yang disebut diatas dan khususnya berhubungan dengan material yang dipilih.
c. Deformability, lawan lendut dan lendutan dari struktur atas jembatan harus dihitung
dengan cermat, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang agar tidak
melampaui nilai batas yang diijinkan oleh standar/peraturan yang digunakan.
d. Umur layan jembatan harus direncanakan berdasakan perilaku jangka panjang
material dan kondisi lingkungan di lokasi jembatan yang diaplikasikan pada rencana
komponen struktur jembatan khususnya selimut beton, permeabilitas beton, atau
tebal elemen baja, terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi meterial.

Pada dasarnya jenis bangunan atas dapat diklasifikasikan menjadi jenis-jenis sebagai
berikut :
1. Slab
2. Girder : balok atau box
3. Arch
4. Cable Stayed
5. Suspension

USULAN TEKNIS IV - 20
Uraian Pendekatan dan Metodologi

Masing-masing jenis jembatan diatas mempunyai varian-varian tersendiri, sesuai


dengan material (baja, beton, composit), metode erection dan lain sebagainya.

Tabel dibawah ini menunjukan range bentang dengan berbagai


jenis jembatan.
Type Material Range Bentang (m)
Slab Beton 0 – 12
Beton 12 – 210
Girder
Baja 30 – 300
Truss Baja 90 – 550
Beton 90 – 130
Arch Rib
Baja 120 – 370
Arch Truss Baja 240 – 520
Beton 90 – 450
Cable Stayed
Baja 90 – 600
Suspension Baja 300 – 1400

Pemilihan Jenis Bangunan Atas harus mempertimbangkan faktor-faktor:


1. Bentuk serta sifat dari sungai
2. Karakteristik tanah / geologi
3. Volume lalu lintas
4. Keperluan navigasi
5. Kondisi iklim
6. Data-data hidrologi
7. Bahan konstruksi yang tersedia
8. Kemampuan sumber daya manusia
9. Akses ke site dan ruang kerja yang tersedia untuk pelaksanaan
10. Maintenance
11. Aspek Finansial
12. Jangka waktu pelaksanaan
13. Aspek Estetika

Untung rugi masing-masing tipe jembatan terkait dengan berbagai faktor diatas harus
dianalisis secara teliti sehingga akan menghasilkan bangunan atas yang paling tepat
untuk dilaksanakan.
Secara lebih terinci, pada lembar berikut disajikan sketsa berbagai varian dari jenis
jembatan serta tabel yang menunjukan panjang bentang untuk masing-masing jenis
jembatan. Sketsa dan tabel yang dimaksud diatas berbagi atas baja dan beton.

USULAN TEKNIS IV - 21
Uraian Pendekatan dan Metodologi

JENIS JEMBATAN BETON


Erection Type of Concrete Bridge Span Length ( m )
10 20 50 100 150 200 300
Method
I Beam
Simple Beam T Beam
Precast Beam

Hollow Beam
Continuous Beam T Beam
T Beam
Simple Beam
Composite I Beam
Continuous Beam T Beam
Slab
Falsework Fixed

Simple Beam T Beam


Box Beam
Slab
Continuous Beam T Beam
Box Beam
Slab
Movable
Continuous Beam T Beam
Falsework Box Beam
Incremental
Continuous Girder Box Beam
Launching
One Hinge Rigid Frame Box Beam
Cantilevering
Continuous Girder Box Beam
Arch
Slab
Truss
Rigid Frame
T Beam
Others Suspended Slab Br.
Cable Stayed Br.
Box Girder
Suspension Br.

JENIS JEMBATAN BAJA


Span Length (m)
Type of Steel Bridge 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 250 500 1000

USULAN TEKNIS IV - 22
Uraian Pendekatan dan Metodologi

Simple Composite Rolled H

Plate Girder
Beam
Simple Composite Plate
Girder
Simple Composite Box
Girder
Continuous Non Composite
Plate Girder
Continuous Non Composite
Box Girder
Continuous Composite Plate
Girder
Steel Plate Deck Box Girder
Rigid Frame
Simple Truss
Truss

Continuous (Cantilever)
Truss
Langer Girder
Arch Type

Inversed Langer Girder


Lohse Girder
Inversed Lohse Girder
Longer Truss
Trussed Langer Girder
Nielsen Type
Arch
Cable Stayed Bridge
Suspension Bdge

USULAN TEKNIS IV - 23
Uraian Pendekatan dan Metodologi

8. Perencanaan Jalan Pendekat


a. Perencanaan jalan pendekat jembatan termasuk komponen pelat injak harus
memperhatikan kesinambungan ukuran dan ketinggian jembatan. Apabila jalan
pendekat dibuat dari tanah urugan maka harus diperhatikan potensi penurunan
jangka panjang dari lapisan tanah pendukung/atau urugan tanah yang menjadi
tumpuan perkerasan jalan pendekat.
b. Potensi penurunan tanah harus dihitung secara cermat berdasarkan hasil
penyelidikan tanah.
c. Perencanaan jalan pendekat harus mengacu kepada ketentuan yang berlaku.
9. Perencanaan Bangunan Pelengkap dan Pengaman
a. Perencanaan komponen bangunan pelengkap dan pengaman dalam pekerjaan
perencanaan jembatan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan di dalam
acuan:
- Undang-undang RI No.14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
- Pedoman marka jalan, Pd T-12-2004-B
b. Perencanaan komponen pelengkap dan pengaman jembatan meliputi:
- Rambu dan marka pada jembatan
- Pagar pengaman jembatan
- Lampu penerangan pada jembatan
- Struktur pengaman pada pilar jembatan terutama untuk menghindaritumbukan
langsung dengan pilar jembatan (seperti fender pengaman atau sejenisnya
10. Preliminary Design
Sebagai acuan di dalam menghitung kebutuhan biaya konstruksi untuk alternatif jenis
bangunan atas, maka pada tabel di bawah ini dapat di lihat prakiraan dimensi untuk
masing-masing jenis jembatan.

No. System Struktur Prakiraan Dimensi


A. Concrete
1. Simple Span Reinforced Concrete Beam  1 1 
H =    L
 11 15 
2. Simple Span Prestressed Concrete Beam  1 1 
H =    L
 15 20 
3. Cantilever and continuous, prestressed  1 1 
h =    L
concrete beam, erected by the cantilever  40 70 
method
 1 1 
H =    L
 12 17 
4. Statically determined and statically in  1 1 
h =    L
determined prestressed bridges, erected by  40 60 
cantilever method
 1 1 
H =    L
 15 20 
5. Three hinged arches 1 1
f =    L
6 8
1
d = L
50
6. Bridge with the traffic in the middle of arches 1 1
f =    L
 4 5

USULAN TEKNIS IV - 24
Uraian Pendekatan dan Metodologi

No. System Struktur Prakiraan Dimensi


1
d = L
60
7. Arches with rigid tie 1
f = L
5
1
d = L
35
8. Arch – Cantilever bridge deck type 1
f = L
10
1
d = L
50
B. Composite Deck
1. Simple beams  1 1 
h =    L
 15 20 
2. Continuous beams two spans  1 1 
h =    L
 20 25 
3. Three and multiple spans  1 1 
h =    L
 35 50 
C. Steel Trusses
1. Simple span deck at the top chord system 1 1 
h =    L
 8 12 
2. Continuous deck system  1 1 
h =    L
 10 14 
3. Simple span, deck at the bottom chord 1 1
h =    L
6 7
D. Combined Bridge System
1. Beams reinforced by arches 1 1
f =    L
3 5
 1 1 
h =    L
 50 60 
H= 5h
2. Arch with tie beam 1
f = L
5
1
h = L
20
Note : H : Tinggi
h : Tinggi pada tengah bentang
f : Tinggi parabolic
d : Tebal arch

IV.3. HASIL KERJA

IV.3.1. Analisis Data


1. Perhitungan Kekuatan Struktur Jembatan

USULAN TEKNIS IV - 25
Uraian Pendekatan dan Metodologi

Untuk perencanaan detail struktur jembatan, harus mempertimbangkan hal-hal


sebagai berikut:
 Perencanaan struktur jembatan harus diperhitungkan terhadap keamanan, daya
tahan serta ketersediaan material di lokasi.
 Semua perhitungan struktur harus dibuat analisanya berdasarkan analisa
struktur yang lazim digunakan dan untuk struktur konstruksi khusus harus
dilakukan perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak STAAD 3/
EfAB/SAP/STRUDLE, atau software yang lazim dipakai.
 Konstruksi permanen dengan umur konstruksi minimal 25 tahun.
 Efesien biaya dengan memperhitungkan sistem konstruksi yang paling mudah
dalam pelaksanaan, menggunakan material bangunan setempat, peralatan dan
kemampuan teknis kontraktor.
 Keamanan dalam pelaksanaan.
 Kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan.

2. Penyusunan Kuantitas Dan Harga


Daftar Kuantitas dan Harga dipergunakan sebagai acuan dalam tender dan nantinya
setelah ditentukan pemenangnya, maka kontrak kemudian dibuat. Adapun kontrak
yang biasanya dipakai dalam pekerjaan jembatan, ada dua jenis.
1. Kontrak Harga Satuan
Pemberi kerja mempersiapkan jadwal, perkiraan jumlah untuk komponen
pekerjaan yang berbeda, berdasarkan gambar kontrak. Kontraktor memberikan
penawaran, dalam penawarannya untuk jenis kontrak ini, harga satuan yang
menentukan, bukan jumlah dan harga akhir yang didapat dari perhitungan
jumlah sebenarnya dari tiap “item” pekerjaan yang dilakukan dan ditetapkan
dalam Harga Penawaran.
2. Kontrak Borongan (LumpSum)
Dengan jenis kontrak borongan, kontraktor menawarkan satuan harga borongan
untuk melaksanakan pekerjaan sesuai Gambar Rencana.

Kontrak Harga Satuan memberi kemungkinan lebih banyak untuk perubahan yang
mungkin dirasa perlu pada waktu pelaksanaan. Perubahan-perubahan demikian
diperlukan, karena seringkali sulit untuk mencakup semua item secara memadai
pada tahap penawaran. Dalam kontrak borongan daftar kuantitas (Bill of Quantities)
dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan nilai perubahan.

Jika perubahan diperlukan dalam Kontrak Harga Satuan atau Kontrak Borongan dan
Kontraktor serta Engineer tidak dapat menyepakati nilai perubahan sebelum
pekerjaan dilaksanakan, maka pekerjaan harus dilakukan atas dasar pekerjaan
harian, dalam hal ini, harus ada catatan yang teliti mengenai semua pekerjaan alat
dan bahan yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan tambahan.

Adalah penting untuk membuat catatan menyeluruh dari semua perubahan dan
pekerjaan yang mungkin menimbulkan perselisihan. Ini akan memungkinkan
pemberian harga pekerjaan yang akan dilaksanakan pada tahap lain, bila diperlukan.
Catatan tersebut harus meliputi jumlah orang yang diperkerjakan, penggolongan
jenis pekerjaan, peralatan yang dipakai dan waktu yang dipakai dalam pekerjaan
serta waktu “standby (tidak dipergunakan) dan bahan yang dipergunakan.

USULAN TEKNIS IV - 26
Uraian Pendekatan dan Metodologi

3. Daftar Harga Satuan


Daftar harga satuan meliputi :
 Daftar harga satuan upah
 Daftar harga satuan bahan
 Daftar harga satuan alat
Biaya untuk masing-masing item tergantung pada lokasi proyek.

4. Analisa Harga Satuan


Setelah daftar harga satuan upah, harga satuan bahan dan harga satuan alat
diperoleh, maka sebagai tindak lanjut dibuatlah Analisa Harga Satuan.
Analisa Harga Satuan yang dibahas meliputi :
a. Alat
b. Mobilisasi dan Demobilisasi
c. Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu lintas
d. Urugan :
 Urugan Biasa
 Urugan Pilihan
e. Pemadatan Tanah Dasar Pada Galian
f. Agregat
 Agregat Lapis Pondasi Atas Kelas B
 Agregat Lapis Pondasi Bawah Kelas B
g. Beton
 Beton Struktural Kelas I K 300 – K 400
 Beton Struktural Kelas K 225
 Beton Struktural Kelas K 175
 Beton Tak Bertulang Kelas K 125
h. Baja Tulangan
i. Pipa Sandaran Jembatan2,5 inci
j. Perletakan Elastomer
k. Tiang Pancang
 Penyediaan Tiang Pancang Beton, Pre Cast
 Pemancangan Tiang Pancang Beton 35 x 35 cm2
l. Galian
 Galian Struktur Kedalaman 0 s/d 2 m
 Galian Struktur Kedalaman 2 s/d 4 m
m. Lapis Permukaan
 Lapis Penetrasi Macadam (5 cm) Untuk Pekerjaan Minor
 Lapis Tipis Aspal Pasir / “Sand Sheet”
n. Rambu Jalan
o. Patok Penuntun Tipe Beton Bertulang

IV.3.2. Album Gambar


Album Peta dan gambar ukuran A1 sebanyak 5 (lima) eksemplar dan Ukuran A3
sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar, yang berisi gambar-gambar :
a. Peta Lokasi
b. Gambar Denah dan Situasi Seluruh Kawasan
c. Gambar Desain Jembatan

USULAN TEKNIS IV - 27
Uraian Pendekatan dan Metodologi

d. Gambar Potongan Jembatan


e. Gambar Detail Potongan Jembatan

USULAN TEKNIS IV - 28
Uraian Pendekatan dan Metodologi

IV.3.3. Spesifikasi Teknis


Konsultan harus membuat perencanaan Detail Desain dengan berpedoman
ketentuan dan peraturan Pemerintah yang berlaku dan standar yang biasa
digunakan dilingkungan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS). Ketentuan
dan peraturan yang digunakan, antara lain:

1. Perencanaan struktur jembatan:


a. Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92
b. Manual Perencanaan Jembatan (Bridge Design Manual) BMS ’92
c. peraturan lain yang relevan dan disetujui oleh pemberi tugas, antara
lain:
 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan, SNI
(Design Standard of Earthquake Resistance of Bridges)
 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan Jalan
Raya (SK.SNI T -14-1990 -0.3)
 Pembebanan untuk Jembatan RSNI 4
 Peraturan Struktur Beton untuk Jembatan, RSNI
 Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan, ASNJ4

2. Perencanaan jalan pendekat dan oprit harus mengacu kepada


a. Standar perencanaan jalan pendekat jembatan (Pd T-11-2003)
b. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota , No.038/T/BM/1997
c. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metoda
Analisa Komponen SNI 1732-1989-F

3. Untuk perhitungan atau analisa harga satuan pekerjaan mengikuti ketentuan


a. Panduan Analisa Harga Satuan, No. 028/T/Bm/1995, Direktorat Jenderal
Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum

IV.3.4. Laporan-Laporan
Berupa Dokumen yang dilengkapi dengan keterangan yang diperlukan, meliputi hal-
hal sebagai berikut.

a. Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan (inception report), merupakan laporan hasil temuan
awal, metodologi dan pendekatan, rencana kerja yang akan dilaksanakan
konsultan dalam menangani pekerjaan. Laporan pendahuluan, akan diserahkan
15 (lima belas) hari kalender setelah diterbitkan SPMK dan diterima setelah
dilakukan konsultasi dan pembahasan dengan Tim Teknis. Jumlah laporan
yang diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar. Garis besar laporan
pendahuluan berisi:
a. Temuan awal dan gambaran umum lokasi
b. Jadwal dan matrik penugasan serta tanggung jawab tenaga ahli
c. Metodologi dan pendekatan
d. Rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan konsultan

b. Laporan Akhir

USULAN TEKNIS IV - 29
Uraian Pendekatan dan Metodologi

Laporan ini merupakan laporan akhir detail perencanaan DED Jembatan


Kawasan Industri Balohan dengan mengakomodir semua masukan - masukan
hasil diskusi dari konsep laporan akhir dan dilampirkan foto-foto lokasi per
kegiatan. Masing masing jenis laporan dibuat rangkap 10 (sepuluh) dan
diserahkan 55 (lima puluh lima) hari kalender setelah diterbitkan SPMK.
Laporan ini secara garis besar meliputi:
a. Buku Utama Laporan Akhir
a-1. Kompilasi Data
a-2. Gambaran Umum Kawasan Perencanaan
a-3. Kriteria perencanaan untuk setiap itrm pekerjaan yang
direncanakan
a-4. Analisa Perhitungan untuk setiap item pekerjaan yang
direncanakan.

b. Dokumen Lelang Paket Pekerjaan:


b-1. Buku 1 Syarat Pelelangan
b-2. Buku 2 Spesifikasi Teknis
b-3. Buku 3 Volume Pekerjaan
b-4. Buku 4 Gambar Rencana Teknis, yang terdiri dari
- Album Peta dan gambar ukuran A1 sebanyak 5 (lima) eksemplar
- Ukuran A3 sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar, yang berisi gambar-
gambar

c. Dokumen hasil kajian kelayakan studi berdasarkan program perencanaan


(seperti : Master Plan Kawasan Sabang, RTRW Kota Sabang) dan
berdasarkan kajian teknis. Laporan ini diserahkan oleh Konsultan sebanyak
5 (lima) eksemplar.

d. Dokumen pengesahan UKL/PL


Laporan ini berisikan hasil kajian dan diskusi dengan pihak terkait
mengenai upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) - upaya pemantauan
lingkungan hidup(UPL) sebanyak 2 (dua) eksemplar. Dokumen ini
disahkan oleh BAPPEDALDA Sabang.

IV.3.5. Strategi
IV.4.2.1. Prinsip-Prinsip Umum
Prinsip-prinsip umum perencanaan dasar yang biasa digunakan dalam penyusunan
Jembatan Kawasan Industri, yaitu:
a. Keadaaan Batas Ultimit
Adalah aksi yang diberikan pada jembatan yang menyebab-kan sebuah jembatan
menjadi tidak aman. Keadaan Batas ultimit terdiri dari :
a. Kehilangan keseimbangan statis.
b. Kerusakan sebagian jembatan.
c. Keadaan purna-elastis atau purna-tekuk dimana satu bagian jembatan atau
lebih mencapai kondisi runtuh.
d. Kehancuran dari bahan fondasi yang menyebabkan pergerakan yang
berlebihan atau kehancuran bagian utama jembatan.
b. Keadaan Batas Layan
Keadaan Batas Daya Layan akan tercapai jika reaksi jembatan sampai pada suatu
nilai, sehingga:

USULAN TEKNIS IV - 30
Uraian Pendekatan dan Metodologi

a. Tidak layak pakai


b. Kekhawatiran umum terhadap keamanan
c. Pengurangan kekuatan
d. Pengurangan umur pelayanan
c. Umur Rencana
Umur rencana jembatan diperkirakan 50 tahun, kecuali:
a. Jembatan sementara 20 tahun
b. Jembatan khusus 100 tahun
d. Persyaratan Pilar dan Kepala Jembatan
a. Gangguan terhadap jalannya air terbatas/seminimal mungkin
b. Menghindarkan tersangkutnya benda hanyutan
c. Memperkecil rintangan bagi pelayaran
d. Letak diusahakan sedapat mungkin sejajar dengan aliran arus banjir
e. Ruang Bebas Vertikal
Paling sedikit 1,0 m antara titik paling rendah bangunan atas jembatan dan tinggi
muka air banjir rencana pada keadaan batas ultimit.
f. Perkiraan Banjir Rencana
a. Tinggi muka air banjir sesuai dengan debit banjir rencana
b. Untuk perhitungan gerusan, muka air harus merupakan banjir rencana
terendah sesuai banjir rencana
c. Untuk perhitungan arus balik, muka air harus merupakan banjir tertinggi
sesuai banjir rencana
g. Persyaratan Tahan Gempa
Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam perencanaan tahan gempa :
a. Resiko gerakan-gerakan
b. Reaksi tanah terhadap gempa di lapangan
c. Sifat reaksi dinamis dari seluruh struktur
h. Pokok-Pokok Perencanaan
Kriteria umum
a. Kekuatan unsur struktural dan stabilitas keseluruhan
b. Kelayanan struktural
c. Keawetan
d. Kemudahan konstruksi
e. Ekonomis dapat diterima
f. Bentuk estetika

IV.4.2.2. Tahapan Perencanaan

1. Tahap I
Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menjelaskan fungsi
jembatan, geometri dan beban:
a. Lebar jembatan dan jumlah jalur
b. Lebar trotoar
c. Alinyemen jembatan
d. Geometri sungai
e. Karakteristik aliran sungai
f. Besaran-besaran tanah
g. Perlengkapan umum

USULAN TEKNIS IV - 31
Uraian Pendekatan dan Metodologi

h. Be ba n je mba ta n
i. Jarak bebas vertikal dan horizontal
j. Bangunan atas yang tersedia

2. Tahap 2
Menggunakan informasi yang terkumpul dalam tahap 1 untuk
menentukan semua hambatan geometrik pada struktur yang
diusulkan
a. Alinyemen jalan yang diusulkan
b. Persyaratan aliran keadaan batas
c. Potensi gerusan
d. Lokasi bahan pondasi dan potensi kelongsoran tebing
e. Lokasi dan lebar alur utama sungai
f. Persyaratan konstruksi dan pelaksanaan
g. Persyaratan pemeliharaan

3. Tahap 3
Dengan kreatifitas tentukan daftar rencana alternatif terbaik. Dalam
batas hambatan geometrik yang ditentukan dalam tahap 2, dipilih 2
atau 3 kombinasi bangunan bawah/pondasi/bangunan atas yang
memenuhi pokok perencanaan secara baik
a. Rancangan percobaan
b. Jenis dan dimensi bangunan atas dan bangunan bawah
tipikal:
- Bangunan atas kayu
- Bangunan atas baja, komposit
- Bangunan atas beton bertulang
- Bangunan atas beton prategang
- Bangunan bawah tanah dengan pondasi langsung, sumuran dan
tiang pancang c. Pilihan alternative

4. Tahap 4
Laksanakan analisis perencanaan sementara untuk alternatif
terbaik dari tahap 3. Rencana- rencana sementara tersebut
memberikan dimensi yang diperlukan untuk mencapai kekuatan dan
tujuan stabilitas

5. Tahap 5
Perkirakan biaya untuk alternatif-alternatif tersebut. Perkiraan biaya
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif (bila ada) yang
ekonomis dapat diterima

6. Tahap 6
Selesaikan rencana sementara yang menghemat biaya dan buatlah:
gambar rencana, laporan perencanaan dan perkiraan biaya yang
baru

7. Tahap 4, 5 dan 6 – Penentuan Perancangan

USULAN TEKNIS IV - 32
Uraian Pendekatan dan Metodologi

a. Perancangan sesuai dengan hasil data yang dikumpulkan


b. Membuat rancangan alternatif-alternatif
c. Membuat perhitungan perkiraan biaya berdasarkan volume
d. Pemilihan rancangan akhir
e. Do kum en lela n g

USULAN TEKNIS IV - 33
Uraian Pendekatan dan Metodologi

IV.4. FASILITAS PENDUKUNG

IV.5.1. Umum

Dalam kegiatan pekerjaan konsultansi ketentuan penggunaan fasilitas pendukung


yang dijamin oleh Pemberi Tugas harus mengacu kepada peraturan yang
dikeluarkan BAPPENAS dan fasilitas pendukung harus sesuai dengan kebutuhan
dan dipengaruhi oleh durasi pekerjaan.
Biasanya proyek-proyek dengan durasi pendek sampai dengan 6 bulan ada
beberapa fasilitas yang digunakan konsultan namun tidak ada penggantian dari
Pihak proyek seperti ruang kantor dan dengan segala jenis kelengkapan meubeler
kecuali alat kerja dan kelengkapannya.

IV.5.2. Kantor dan Fasilitas


Semua pekerjaan dikerjakan dikantor pusat konsultan yang terletak di Banda Aceh
yang dilengkapi dengan No fax dan telepon yang akan dimuat dalam kontrak dan
dapat dihubungi selama proses pekerjaan berlangsung, sebagai tindakan
monitoring bagi pemberi tugas.
Peralatan yang akan disediakan konsultan dan dapat kompensasi penggantian
biaya sewa dari Pihak Proyek untuk operasional kantor adalah :
1. Komputer 2 unit
2. Printer 2 unit
3. Kendaraan bermotor roda-2
4. Kelengkapan peralatan operasional sesuai dengan ketentuan dalam KAK dan
Kontrak.

USULAN TEKNIS IV - 34

You might also like