Professional Documents
Culture Documents
Konsultan berpendapat bahwa secara umum, materi Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang
berfungsi sebagai pedoman bagi konsultan untuk melaksanakan seluruh proses pelaksanaan
pekerjaan ini, cukup ringkas namun jelas. Penjelasan cakupan pekerjaan dan substansi
pekerjaan cukup memadai. Spesifikasi teknis pekerjaan cukup jelas dan dapat diikuti.
Beberapa hal yang belum tercakup dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) telah dijelaskan pada
saat Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) pada tanggal 13 April 2010 sehingga Konsultan
dapat lebih memahami permasalahan.
Kualifikasi dan bidang keahlian personil (Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung), serta jumlah
personil dan jumlah Orang-Bulan yang diperlukan semua sudah ditetapkan dalam Kerangka
Acuan Kerja, sehingga dalam hal ini Konsultan tidak perlu lagi menghitung jumlah Orang-
Bulan/Man-Month personil.
Dengan dasar itu, Konsultan telah mencoba menjabarkan kerangka acuan kerja ini kedalam
bentuk rencana dan program kerja. Pemahaman terhadap sasaran pekerjaan telah dicoba
dituangkan dalam bentuk konsepsi pendekatan penanganan pekerjaan. Diharapkan hal-hal
tersebut akan dapat memperlancar proses pekerjaan yang akan dilaksanakan nanti.
Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja tersebut, konsultan juga diharapkan dapat lebih mudah
memahami serta memberikan tanggapannya. baik yang terkait dengan penyusunan bab-bab
selanjutnya, maupun merupakan masukan untuk lebih mengoptimalkan penugasan konsultan
sesuai dengan yang diharapkan.
Berikut adalah beberapa tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja yang akan ditindaklanjuti
pada bab/bagian lain dari proposal teknis ini serta dalam penyusunan proposal biaya, yaitu:
2. Kualifikasi dan bidang keahlian personil (Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung) serta
jumlah personil dan jumlah Orang-Bulan yang ditetapkan kerangka acuan kerja sudah
memadai untuk menghasilkan keluaran pekerjaan yang matang, terencana dan efisien.
4. Sesuai dengan poin 2 dan 3, konsultan akan menyusun penawaran biaya dengan cermat,
realistis dan dapat dipertanggung jawabkan sehingga biaya yang ditawarkan konsultan
untuk melaksanakan kegiatan ini tidak melampaui Pagu Dana.
IV.2.1 Umum
Secara umum yang dimaksud dengan perencanaan Jembatan meliputi kegiatan-kegiatan
antara lain : penentuan lokasi jembatan, alignment vertical dan horizontal terkait dengan
USULAN TEKNIS IV - 1
Uraian Pendekatan dan Metodologi
trase jalan, kelas jembatan, perhitungan dimensi dan bentuk dari struktur atas dan bawah
jembatan, metode konstruksi serta perhitungan biaya. Disiplin ilmu yang terlibat antara lain
transportasi, lalu lintas, struktur jembatan, hidrologi, geoteknik, geodesi serta quantity
surveyor. Agar perencanaan menghasilkan struktur yang efisien dan ekonomis, ada
beberapa survey mendasar yang harus dilakukan, diantaranya :
1. Survey Topografi
2. Survey Hidrologi
3. Survey Penyelidikan Tanah dan Geologi
4. Survey Transportasi / Lalu Lintas
Pemilihan dan tingkat ketelitian survey yang dilakukan sangat tergantung dari kondisi lahan
serta besar kecilnya proyek.
USULAN TEKNIS IV - 2
Uraian Pendekatan dan Metodologi
Diagram IV-1
Skema Tahapan Pekerjaaan
TAHPENDAHULUAN TAHAP PENGUMPULAN DATA TAHAP PRA-RANCANGAN TAHAP RENCANA DETAIL (DED) TAHAP AKHIR
SPMK Rencana
Analisa struktur
Geometrik
gravitasi dan dinamis
Jembatan
Survey Lapangan
- Administrasi Finalisasi - Topografi
bentang Perencanaan dimensi
Proyek - Hidrologi Laporan
- Mobilisasi jembatan Hasil dan pembesian struktur
- Geoteknik / Geologi
Personil Survey atas dan bawah
- Lalu Lintas Diskusi
- Penyusunan
Finalisasi dengan
Rencana Kerja
Rencanaan detail Metode BPKS
- Persiapan material
Diskusi
konstruksi
Penyusunan Diskusi
Fasilitas struktur atas
dengan
laporan akhir dengan
BPKS dan Kompilasi
perencanaan BPKS
Perencanaan detail
Instansi dan Analisa
fasilitas / bangunan
Prakiraan Data
terkait
pelengkap
dimensi struktur Perbaikan
Tidak Tidak
atas jembatan
Survey Penyusunan spesifikasi
Penyusunan
Pendahuluan khusus Diskusi dengan
dokumen
Diskusi
Perhitungan BPKS
tender
dengan BPKS Perbaikan
pondasi jembatan
- Rincian
dan Instansivolume
- terkait
Rincian RAB
Alternatif Design
Estimasi biaya - Bentang jembatan
Laporan
Survey Pembuatan gambar kerja - Altarnatif struktur
Pendahuluan dan detail-detail khusus atas Review
- Altarnatif struktur Alternatif
bawah Design
Penyusunan
-Pemilihan material
spesifikasi - Alternatif Metode
umum ya
konstruksi
ya
USULAN TEKNIS
IV - 3
Uraian Pendekatan dan Metodologi
USULAN TEKNIS IV - 4
Uraian Pendekatan dan Metodologi
Diagram IV-2
Rencana Kerja Survey Pendahuluan
Meninjau Rencana
Lokasi Jembatan
Presentasi / Diskusi ke
Kesimpulan sebagai
PPK Jasa Konsultan SatKer
arahan pekerjaan
PKPBPBS
selanjutnya
b. Survey Topografi
A. Tujuan
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data
koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana jembatan di dalam
koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala 1 : 1000 yang
akan digunakan untuk perencanaan geometrik jalan, serta 1 : 500 untuk
perencanaan jembatan dan penanggulangan longsoran.
B. Lingkup Pekerjaan
a. Pemasangan patok-patok
Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm atau
pipa pralon ukuran 4 inci yang di isi dengan adukan beton dan di atasnya
dipasang neut dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat.
Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km dan pada setiap lokasi rencana jembatan
dipasang minimal 3, masing-masing 1 (satu) pasang, di setiap sisi sungai/alur
dan 1 (buah) disekitar sungai yang posisinya aman dari gerusan air sungai.
Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang tampak di atas tanah
setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang Prasarana Wilayah, notasi
dan nomor BM dengan warna hitam.
Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di photo sebagai dokumentasi yang
dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.
Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok kayu yang
cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang-kurangnya
50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas diratakan diben' paku,
ditanam dengan kuat, bagian yang masih nampak diberi nomor dan dicat wama
kuning. Dalam keadaan khusus, perlu ditambalikan patok bantu. Untuk
USULAN TEKNIS IV - 5
Uraian Pendekatan dan Metodologi
USULAN TEKNIS IV - 6
Uraian Pendekatan dan Metodologi
Interval (m)
Lebar Koridor Interval (m)
Kondisi Jembatan /
(m) Jalan baru
Longsoran
- Datar, landai, dan lurus 75 + 75 50 25
- Pegunungan 75 + 75 25 25
- Tikungan 50 (luar) + 100 25 25
(dalam)
Untuk pengukuran penampang melintang harus digunakan alat theodolit (apabila
menggunakan alat konvensional).
C. Persyaratan
1. Pemeriksaan dan koreksi alat ukur (apabila menggunakan alat
Konvensional)
Sebelum melakukan pengukaran, setiap alat ukur yang akan digunakan
harus diperiksa dan dikoreksi sebagai berikut :
a. Pemeriksaaan theodolit
Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
Sumbu 11 tegak lurus sumbu 1.
Garis bidik tegak lurus sumbu II
Kesalahan kolimasi horizontal = 0.
Kesalalian indeks vertikal = 0.
b. Pemeriksaan alat sifat datar :
Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo.
Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan
dilampirkan dalam laporan.
2. Ketelitian dalam Pengukuran (apabila menggunakan alat konvensional)
Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
a. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10 n ; (n adalah jumlah
titik poligon dari pengamatan matahari pertama ke pengamatan
matahari selanjutnya atau dari pengukuran GPS pertama ke
pengukuran GPS berikutnya).
b. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dan' 5".
3. Perhitungan (apabila menggunakan alat konvensional)
USULAN TEKNIS IV - 7
Uraian Pendekatan dan Metodologi
Pengamatan Matahari
Dasar perhitungan pengamatan matahari harus mengacu pada tabel
almanak matahari yang diterbitkan oleh Direktorat Topografi TNT-AD
untuk tahun yang sedang berjalan dan harus dilakukan di lokasi
pekerjaan
Pengamatan Koordinat
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara pengamatan
matahari yang satu dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut
tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi harus diberikan
berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek
mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi
pekejaan.
Perhitungan Sifat Datar
Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5
mm), dan harus dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar
perhitungan dengan menjumlahkan beda tingginya.
Perhitungan Ketinggian Detail
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang
dipakai sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara tachimetris.
Seluruh perhitungan sebaiknya menggunakan sistem komputerisasi
4. Penggambaran
Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala I : 1.000 untuk jalan
dan 1:500 untuk jembatan.
Garis-garis grid dibuat setiap 10 cm.
Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x)
dan ordinat (y)-nya.
Pada setiap lembar gambar dari/atau setiap 1 meter panjang gambar
harus dicantumkan petunjuk arah Utara.
Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan
tidak boleh dilakukan secara grafis.
Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi tanda
khusus.
Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang
melintang harus digambarkan pada gambar polygon, sehingga membentuk
gambar situasi dengan interval garis ketinggian (contour) untuk yang
tebing aman sedangkan untuk daerah datar 0,25 meter. Semua gambar
topographi harus disajikan dengan menggunakan software komputer.
A. Tujuan
Tujuan penyelidikan geologi dan geoteknik dalam pekerjaan ini adalah untuk
melakukan pemetaan penyebaran tanah/batuan dasar termasuk kisaran tebal
tanah pelapukan, memberikan informasi mengenai stabilitas tanah, menentukan
jenis dan karakteristik tanah untuk keperluan bahan jalan dan struktur, serta
mengidentifikasi lokasi sumber bahan termasuk perkiraan kuantitasnya. Sangat
disarankan untuk menggunakan Geoguide bilamana terdapat suatu kondisi tanah
dasar yang lunak (Soft Soil)
USULAN TEKNIS IV - 8
Uraian Pendekatan dan Metodologi
B. Lingkup Pekerjaan
1. Penyelidikan Geologi
Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail dengan peta dasar
topografi skala 1:250.000 s/d skala 1:100.000. Pencatatan kondisi geoteknik
disepanjang rencana trase jalan untuk setiap jarak 500 - 1000 meter dan pada
lokasi jembatan.
a. Penyelidikan lapangan
Meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, Jenis tanah, warna, perkiraan
prosentase butiran kasar/halus) sesuai dengan Metoda USCS.
b. Pemetaan
Jenis batuan yang ada disepanjang trase jalan dipetakan, batas-batasnya
ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data pengukuran untuk selanjutnya
diplot dalam gambar rencana dengan skala 1:2000 ukuran A3. Pemetaan
mencakup jenis struktur geologi yang ada antara lain : sesar/patahan, kekar,
perlapisan batuan, dan perlipatan.
Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat fisik/kimia,
kemudian hasilnya diplot di atas peta geologi teknik termasuk didalamnya
pengamatan tentang : gerakan tanah, tebal pelapukan tanan dasar, kondisi
drainase alami, pola aliran air permukaan dan tinggi muka air tanah, tata guna
lahan, kedalaman (apabila rencana trase jalan tersebut harus melewati
(daerah rawa).
2. Penyelidikan Geoteknik
Kegiatan penyelidikan geoteknik meliputi :
a. Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji
Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji 25 - 40 kg untuk setiap contoh
tanah. Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor sumur
uji, lokasi, kedalaman). Penggalian sumuran uji dilakukan pada setiap jenis
satuan tanah yang berbeda atau maksimum 5 km bila jenis tanah sama,
dengan kedalaman 1-2 m. Setiap sumuran uji yang digali dan contoh tanah
yang diambil harus difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor
sumur uji, dan lokasi. Ukuran test pit panjang 1,5 m (Utara-Selatan) lebar
1,0 m, Log sumuran uji digambarkan dalam 4 bidang, dengan diskripsi
yang lengkap dan 1 kolom untuk unit satuan batuan.
b. Pengambilan contoh tanah tak terganggu
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan dengan cara bor tangan
menggunakan tabung contoh tanah ("split tube" untuk tanah keras atau
"piston tube" untuk tanah lunak). Setiap contoh tanah harus diberi
identitas yang jelas (nomor bor tangan, lokasi, kedalaman). Pemboran
tangan dilakukan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan ditimbun
(untuk perhitungan penurunan) dengan ketinggian timbunan lebih dari 4
meter dan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan digali (untuk
perhitungan stabilitas lereng) dengan kedalaman galian lebih dari 6 meter;
dengan interval sekurang - kurangnya 100 meter dan/atau setiap
perubahan jenis tanah dengan kedalaman sekurang-kurangnya 4 meter.
Setiap pemboran tangan dan contoh tanah yang diambil harus difoto.
USULAN TEKNIS IV - 9
Uraian Pendekatan dan Metodologi
Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor bor tangan, dan lokasi.
Semua contoh tanah harus diamankan baik selama penyimpanan di
lapangan maupun dalam pengangkutan ke laboratorium.
c. Pemboran Mesin (dilakukan untuk perencanaan pondasi jembatan).
Pemboran mesin dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan berikut
1. Pada dasarnya mengacu pada ASTM D 2113-94
2. Pendalaman dilakukan dengan menggunakan sistem putar (rotary
drilling) dengan diameter mata bor minimum 75 mm.
3. Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan kecepatan maksimum
1 putaran per detik.
4. Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik
5. Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah deposit yang lunak
dilakukan dengan menggunakan bentonite (drilling mud) atau casing
dengan diameter minimum 100 mm
6. Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus menjamin bahwa tidak
terjadi tekanan yang berlebih pada tanah
7. Apabila casing digunakan, casing dipasang setelah mencapai 2 m atau
lebih. Posisi dasar casing minimal berjarak 50 cm dari posisi
pengambilan sampel berikutnya
8. Untuk jembatan bentang tunggal minimal setiap titik abutment sedang
untuk bentang jamak minimal 2 pien satu titik bor
d. Pemboran Tangan (perencanaan jalan baru atau pelebaran jalan 1 lajur).
Pemboran tangan dilakukan dengan mengacu pada ASTM D 4719, untuk
jalan baru atau pelebaran jalan lebih dari satu lajur maka dilakukan
pengeboran setiap interval 1 Km.
e. Pengujian Kompaksi Batu Gamping
Suatu studi untuk menilal kelayakan batu gamping sebagai bahan timbunan
dilakukan dengan memperhatikan :
Perilaku pemadatan laboratorium.
Persyaratan material untuk timbunan termasuk yang berkaitan dengan
kekuatan dan konsistensi material.
Sifat kimia yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan dan air terhadap
durabilitas kinerja timbunan.
f. Sondir (Pneutrometer Static)
Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras,
menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung konus dan
daya lekat tanah setiap kedalaman yang diselidiki, alat ini hanya dapat
digunakan pada tanah berbutir halus, tidak boleh digunakan pada daerah
aluvium yang mengandung komponen berangkal dan kerakal serta batu
gamping yang berongga, karena hasilnya akan memberikan indikasi lapisan
tanah keras yang salah.
Ada dua macam alat sondir yang digunakan
1. Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton
2. Sondir berat dengan kapasitas 10 ton
Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm,
pekerjaan sondir dihentikan apabila pembacaan pada manometer berturut-
turut menunjukan harga >150 kg/cm2, alat sondir terangkat keatas, apabila
USULAN TEKNIS IV - 10
Uraian Pendekatan dan Metodologi
3. Lokasi Quarry
Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan, struktur jembatan,
maupun untuk bahan timbunan (borrow pit) diutamakan yang ada
disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus
menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat dimanfaatkan.
Penjelasan mengenal quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan,
perkiraan kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan
yang mungkin timbul dalam proses penambangannya, dilengkapi dengan
foto-foto.
C. Persyaratan
a. Pengujian Lapangan
Metoda pekerjaan lapangan lainnya harus sesuai dengan persyaratan seperti
yang dijelaskan pada Tabel 1 pengujian lapangan pada berikut :
b. Pekerjaan Laboratorium
Pekerjaan Laboratorium dilaksanakan sesuai ketentuan yang tercantum pada
Tabel 2 berikut :
USULAN TEKNIS IV - 11
Uraian Pendekatan dan Metodologi
A. Tujuan
Survey lalu lintas bertujuan untuk mengetahui kondisi lalu lintas, kecepatan kendaraan
rata-rata, serta menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan yang melewati ruas
jalan tertentu dalam satuan waktu, sehingga dapat dihitung lalu lintas harian rata-rata
sebagai dasar perencanaan selanjutnya.
Untuk proyek ini survey lalu lintas hanya berdasarkan data data sekunder saja.
A. Tujuan
Survey Perkerasan Jalan ini bertujuan untuk mengetahui data struktural perkerasan
yang ada, dengan meliputi lendutan suatu konstruksi jalan, kekasaran jalan, daya
dukung tanah dasar dan susunan/lapisan perkerasan.
Untuk proyek ini survey perkerasan jalan hanya berdasarkan data data sekunder saja.
A. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data secara umum mengenai
kondisi perkerasan maupun kondisi jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang
ditinjau.
B. Lingkup Pekerjaan
a. Inventarisasi Jalan
Pemeriksaan dilakukan dengan mencatat kondisi rata-rata setiap 200 m yang
tercatat selama berkendaraan. Untuk kondisi tertentu yang memerlukan data yang
lebih rapat, interval jarak dapat diperpendek .
Data yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah:
1. Lebar perkerasan yang ada dalam meter.
USULAN TEKNIS IV - 12
Uraian Pendekatan dan Metodologi
2. Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, HRS, Lasbutag, Penetrasi
Macadam dan lain - lain.
3. Kondisi daerah samping jalan serta sarana utilitas yang ada seperti saluran
samping, gorong-gorong, bahu, berm, kondisi drainase samping, jarak
pagar/bangunan pendukung/tebing kepinggir perkerasan.
4. Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan lokasi yang
ditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya.
b. Inventarisasi Jembatan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai existing
jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.
Informasi yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah sebagai berikut
1. Nama, lokasi, tipe dan kondisi jembatan.
2. Dimensi jembatan yang meliputi bentang, lebar ruang bebas dan jenis lantai.
3. Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan perbaikan atau
pemeliharaan.
4. Data yang diperoleh dicatat dalam satu format yang standar.
5. Foto dokumentasi minimum 2 (dua) lembar untuk setiap jembatan yang diambil
dari arah memanjang dan melintang. Foto ditempel pada format yang standar.
2. Perencanaan Geometri dan Alinyemen Jembatan
a. Kendala alinyemen horisontal dan vertical;
b. Kendala geoteknik;
c. Profil topografi;
d. Kendala di bawah lintasan atau sungai/laut;
e. Kebutuhan tinggi bebas vertikal.
3. Penentuan Bentang dan Lebar Jembatan
a. Profil topografi;
b. Teknolgi konstruksi (kemudahan dalam pelaksanaan);
c. Faktor ekonomis;
d. Kebutuhan lalu lintas berdasarkan hasil survai lalu lintas;
e. Prediksi lalu lintas masa depan;
f. Kemungkinan dan kemudahan pelebaran jembatan pada masa akan datang.
4. Pemilihan Bentuk Struktur Jembatan
a. Kendala geometri;
b. Kendala material dan ketersediaannya;
c. Kecepatan pelaksanaan;
d. Kesulitan perencanaan dan pelaksanaan;
e. Pemeliharaan jembatan;
f. Biaya konstruksi.
5. Perencanaan Struktur Bawah Jembatan
Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap aspek kekuatan
dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan tekanan tanah vertikal
ataupun horisontal dan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan dalam Peraturan
Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Struktur bawah jembatan harus direncanakan untuk menanggung beban struktur
atas melalui komponen tumpuan, yang sudah merupakan kombinasi terbesar dari
semua beban struktur atas, beserta beban-beban yang bekerja pada struktur bawah
yaitu: tekanan tanah lateral, gaya-gaya akibat aliran air, tekanan air, gerusan,
USULAN TEKNIS IV - 13
Uraian Pendekatan dan Metodologi
1. Abutments
Abutment jembatan terletak pada ujung dari jembatan.
Fungsi abutment adalah :
1. Mentransfer beban dari struktur atas ke fondasi.
2. Sebagai dinding penahan tanah.
3. Menahan gerusan (scouring) jika jembatan terletak pada sungai.
USULAN TEKNIS IV - 14
Uraian Pendekatan dan Metodologi
WING TIMBUNAN
WALL
DINDING
ABUTMENT
FOOTINGS
2. Pier
Dimasa lampau, pemilihan bentuk pier yang dilakukan ahli struktur jembatan lebih
cenderung dengan pertimbangan fungsional, estetika bentuk pier dilakukan hanya
berdasarkan intuisi. Namun dewasa ini, estetika dari sebuah jembatan seharusnya
melibatkan tenaga ahli yang berkompeten, misalnya arsitektur. Pemilihan bentuk,
warna, pencahayaan dan proporsional.
Secara keseluruhan akan membentuk struktur jembatan yang indah dan selaras dengan
lingkungan.
Untuk acuan awal dimensi dari bentuk-bentuk pier dapat dilihat
pada lembar berikut ini :
8-10 M
1M
SLOPE
1:6
0.75 M
8-10 M
1M
SLOPE 0.75 M
1:6
0.75 M
USULAN TEKNIS IV - 15
Uraian Pendekatan dan Metodologi
H
0.3H 0.4H 0.3H
0.7 M
0.15H
SLOPE V
1:12
H
Untuk ratio 2,25 Single Hammer
V
H
0.2H 0.1H 0.4H 0.1H 0.2H
0.7 M 0.1H
H
Untuk 2,25 3 max H = 12 m
V
6. Perencanaan Pondasi Jembatan
Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap aspek
kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan beban
struktur atas dan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan dalam Peraturan
Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Analisis dapat dilakukan terpisah atau terintegrasi dengan analisis struktur
jembatan. Penggunaan paket software komersil, harus dilakukan validasi terlebih
dahulu dengan menggunakan contoh dari text book dan dicek secara manual untuk
mendapatkan keyakinan.
b. Pondasi jembatan pada umumnya dapat dipilih dari jenis:
1) Pondasi dangkal/pondasi telapak
2) Pondasi caisson
3) Pondasi tiang pancang (jenis end bearing atau friction)
4) Pondasi Tiang Bor
5) Pondasi jenis lain yang dianggap sesuai
c. Penentuan jenis dan kedalaman pondasi dilakukan berdasarkan kondisi lapisan
tanah dan kebutuhan daya dukung untuk struktur bawah serta batasan penurunan
pondasi. Secara umum kondisi dan kendala lapangan yang harus dipertimbangkan
adalah:
1. Pembebanan dari struktur jembatan
2. Daya dukung pondasi yang dibutuhkan
3. Daya dukung dan sifat kompresibilitas tanah atau batuan
4. Penurunan yang diijinkan dari struktur atas/bawah jembatan
USULAN TEKNIS IV - 16
Uraian Pendekatan dan Metodologi
Hasil dari analisis mendalam dengan pertimbangan di atas akan menghasilkan tipe
fondasi yang stabil, tidak membahayakan bangunan sekitar dan ekonomis.
Dewasa ini material fondasi terbatas pada beton atau baja, sementara tipe fondasi
sangat bervariasi terutama pada fondasi dalam.
Diagram IV-3
Tipe-tipe fondasi yang lazim dilaksanakan.
Fondasi Telapak
Fondasi Dangkal
Fondasi Lajur Tiang Pra-cetak/
Tiang Pancang
Fondasi Tiang
Tiang Bor
Fondasi Dalam
Open Caisson
Fondasi Caisson
Pneumatic Caisson
Jenis fondasi sangat tergantung dari kedalaman layer tanah yang akan di pilih sebagai
bearing layer. Di bawah ini adalah diagram kedalaman tanah pendukung dengan jenis
fondasi yang dapat dilaksanakan.
USULAN TEKNIS IV - 17
Uraian Pendekatan dan Metodologi
Kedalaman Bearing
Layer (m) 10 30 40 50 > 60
20
Fondasi Dangkal
Pipa baja
Pondasi Profil H Baja
Tiang Precast
Bore
Caisson Open
Pneumatic
Fondasi
Fungsi utama dari fondasi adalah mentransfer beban-beban dari struktur atas ke layer
tanah pendukung. Sehingga struktur fondasi harus mempunyai kekakuan dan kekuatan
yang memadai.
Hal-hal yang harus di kontrol untuk berbagai fondasi adalah
sebagai berikut :
Jenis Item Daya Dukung Defleksi
Guling Geser
Pondasi Vertikal Horisontal Horisontal
Fondasi Dangkal
Fondasi Caisson
Fondasi Tiang
Defleksi horizontal dibatasi 1% dari lebar fondasi, tetapi tidak boleh lebih dari 5 cm.
Khusus untuk fondasi tiang, defleksi horizontal dibatasi tidak lebih dari 1,5 cm.
Pembatasan defleksi horizontal dimaksudkan agar defleksi yang terjadi pada fondasi
masih berada di dalam batas elastik, sehingga stabilitas fondasi tetap terjaga.
Diagram IV-4
Alir Pemilihan Jenis Fondasi
Tidak Aplicable
C G
aplicable
Tidak
Aplicable
Tidak aplicable Aplicable
D G
aplicable
Tidak
aplicable
Aplicable
Tidak Aplicable
E G
aplicable
Tidak
aplicable
Aplicable Aplicable
Tidak
F G
aplicable
Tidak
aplicable
Preliminary Desain
Detail Desain
USULAN TEKNIS IV - 19
Uraian Pendekatan dan Metodologi
Pada dasarnya jenis bangunan atas dapat diklasifikasikan menjadi jenis-jenis sebagai
berikut :
1. Slab
2. Girder : balok atau box
3. Arch
4. Cable Stayed
5. Suspension
USULAN TEKNIS IV - 20
Uraian Pendekatan dan Metodologi
Untung rugi masing-masing tipe jembatan terkait dengan berbagai faktor diatas harus
dianalisis secara teliti sehingga akan menghasilkan bangunan atas yang paling tepat
untuk dilaksanakan.
Secara lebih terinci, pada lembar berikut disajikan sketsa berbagai varian dari jenis
jembatan serta tabel yang menunjukan panjang bentang untuk masing-masing jenis
jembatan. Sketsa dan tabel yang dimaksud diatas berbagi atas baja dan beton.
USULAN TEKNIS IV - 21
Uraian Pendekatan dan Metodologi
Hollow Beam
Continuous Beam T Beam
T Beam
Simple Beam
Composite I Beam
Continuous Beam T Beam
Slab
Falsework Fixed
USULAN TEKNIS IV - 22
Uraian Pendekatan dan Metodologi
Plate Girder
Beam
Simple Composite Plate
Girder
Simple Composite Box
Girder
Continuous Non Composite
Plate Girder
Continuous Non Composite
Box Girder
Continuous Composite Plate
Girder
Steel Plate Deck Box Girder
Rigid Frame
Simple Truss
Truss
Continuous (Cantilever)
Truss
Langer Girder
Arch Type
USULAN TEKNIS IV - 23
Uraian Pendekatan dan Metodologi
USULAN TEKNIS IV - 24
Uraian Pendekatan dan Metodologi
USULAN TEKNIS IV - 25
Uraian Pendekatan dan Metodologi
Kontrak Harga Satuan memberi kemungkinan lebih banyak untuk perubahan yang
mungkin dirasa perlu pada waktu pelaksanaan. Perubahan-perubahan demikian
diperlukan, karena seringkali sulit untuk mencakup semua item secara memadai
pada tahap penawaran. Dalam kontrak borongan daftar kuantitas (Bill of Quantities)
dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan nilai perubahan.
Jika perubahan diperlukan dalam Kontrak Harga Satuan atau Kontrak Borongan dan
Kontraktor serta Engineer tidak dapat menyepakati nilai perubahan sebelum
pekerjaan dilaksanakan, maka pekerjaan harus dilakukan atas dasar pekerjaan
harian, dalam hal ini, harus ada catatan yang teliti mengenai semua pekerjaan alat
dan bahan yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan tambahan.
Adalah penting untuk membuat catatan menyeluruh dari semua perubahan dan
pekerjaan yang mungkin menimbulkan perselisihan. Ini akan memungkinkan
pemberian harga pekerjaan yang akan dilaksanakan pada tahap lain, bila diperlukan.
Catatan tersebut harus meliputi jumlah orang yang diperkerjakan, penggolongan
jenis pekerjaan, peralatan yang dipakai dan waktu yang dipakai dalam pekerjaan
serta waktu “standby (tidak dipergunakan) dan bahan yang dipergunakan.
USULAN TEKNIS IV - 26
Uraian Pendekatan dan Metodologi
USULAN TEKNIS IV - 27
Uraian Pendekatan dan Metodologi
USULAN TEKNIS IV - 28
Uraian Pendekatan dan Metodologi
IV.3.4. Laporan-Laporan
Berupa Dokumen yang dilengkapi dengan keterangan yang diperlukan, meliputi hal-
hal sebagai berikut.
a. Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan (inception report), merupakan laporan hasil temuan
awal, metodologi dan pendekatan, rencana kerja yang akan dilaksanakan
konsultan dalam menangani pekerjaan. Laporan pendahuluan, akan diserahkan
15 (lima belas) hari kalender setelah diterbitkan SPMK dan diterima setelah
dilakukan konsultasi dan pembahasan dengan Tim Teknis. Jumlah laporan
yang diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar. Garis besar laporan
pendahuluan berisi:
a. Temuan awal dan gambaran umum lokasi
b. Jadwal dan matrik penugasan serta tanggung jawab tenaga ahli
c. Metodologi dan pendekatan
d. Rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan konsultan
b. Laporan Akhir
USULAN TEKNIS IV - 29
Uraian Pendekatan dan Metodologi
IV.3.5. Strategi
IV.4.2.1. Prinsip-Prinsip Umum
Prinsip-prinsip umum perencanaan dasar yang biasa digunakan dalam penyusunan
Jembatan Kawasan Industri, yaitu:
a. Keadaaan Batas Ultimit
Adalah aksi yang diberikan pada jembatan yang menyebab-kan sebuah jembatan
menjadi tidak aman. Keadaan Batas ultimit terdiri dari :
a. Kehilangan keseimbangan statis.
b. Kerusakan sebagian jembatan.
c. Keadaan purna-elastis atau purna-tekuk dimana satu bagian jembatan atau
lebih mencapai kondisi runtuh.
d. Kehancuran dari bahan fondasi yang menyebabkan pergerakan yang
berlebihan atau kehancuran bagian utama jembatan.
b. Keadaan Batas Layan
Keadaan Batas Daya Layan akan tercapai jika reaksi jembatan sampai pada suatu
nilai, sehingga:
USULAN TEKNIS IV - 30
Uraian Pendekatan dan Metodologi
1. Tahap I
Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menjelaskan fungsi
jembatan, geometri dan beban:
a. Lebar jembatan dan jumlah jalur
b. Lebar trotoar
c. Alinyemen jembatan
d. Geometri sungai
e. Karakteristik aliran sungai
f. Besaran-besaran tanah
g. Perlengkapan umum
USULAN TEKNIS IV - 31
Uraian Pendekatan dan Metodologi
h. Be ba n je mba ta n
i. Jarak bebas vertikal dan horizontal
j. Bangunan atas yang tersedia
2. Tahap 2
Menggunakan informasi yang terkumpul dalam tahap 1 untuk
menentukan semua hambatan geometrik pada struktur yang
diusulkan
a. Alinyemen jalan yang diusulkan
b. Persyaratan aliran keadaan batas
c. Potensi gerusan
d. Lokasi bahan pondasi dan potensi kelongsoran tebing
e. Lokasi dan lebar alur utama sungai
f. Persyaratan konstruksi dan pelaksanaan
g. Persyaratan pemeliharaan
3. Tahap 3
Dengan kreatifitas tentukan daftar rencana alternatif terbaik. Dalam
batas hambatan geometrik yang ditentukan dalam tahap 2, dipilih 2
atau 3 kombinasi bangunan bawah/pondasi/bangunan atas yang
memenuhi pokok perencanaan secara baik
a. Rancangan percobaan
b. Jenis dan dimensi bangunan atas dan bangunan bawah
tipikal:
- Bangunan atas kayu
- Bangunan atas baja, komposit
- Bangunan atas beton bertulang
- Bangunan atas beton prategang
- Bangunan bawah tanah dengan pondasi langsung, sumuran dan
tiang pancang c. Pilihan alternative
4. Tahap 4
Laksanakan analisis perencanaan sementara untuk alternatif
terbaik dari tahap 3. Rencana- rencana sementara tersebut
memberikan dimensi yang diperlukan untuk mencapai kekuatan dan
tujuan stabilitas
5. Tahap 5
Perkirakan biaya untuk alternatif-alternatif tersebut. Perkiraan biaya
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif (bila ada) yang
ekonomis dapat diterima
6. Tahap 6
Selesaikan rencana sementara yang menghemat biaya dan buatlah:
gambar rencana, laporan perencanaan dan perkiraan biaya yang
baru
USULAN TEKNIS IV - 32
Uraian Pendekatan dan Metodologi
USULAN TEKNIS IV - 33
Uraian Pendekatan dan Metodologi
IV.5.1. Umum
USULAN TEKNIS IV - 34