You are on page 1of 10

Pamela dkk., Pengaruh jenis masalah …….

Pengaruh Jenis Masalah pada Problem Based Learning terhadap Dinamika


Metakognisi Siswa SMA Kelas X pada Konsep Stoikiometri

The Effect of Problem Type in Problem Based Learning to X Grade Students


Metacognition Dynamics in Stoichiometry

Issaura Sherly Pamela1*), M. Rusdi2), Asrial2)


1
Alumni Program Magister Pendidikan IPA Universitas Jambi,
2
Program Magister Pendidikan IPA Universitas Jambi
*Corresponding author: issauraherly@gmail.com

Abstract

Innovation is needed in learning to make meaningful learning, so the student constructs their own
knowledge from the learning experience of learning process. One of the innovations is to integrate
Problem Based Learning model. Problem Based Learning involves students to be active in every
problem. Eleven problems type in Problem Based Learning that have different solving steps, due to
every student different metacognition character potential and can change by given treatment. This
research is a pre-experimental design: the pretest-posttest control and experimental group design
with embedded experimental design. The metacognition character data were analyzed qualitaively,
whereas the average grade data were analyzed quantitatively. The analysis of metacognition
character shows the different metacognition characters and on learning process there is
improvement of student achievement from 14% to 84.4%.

Keywords: problem type, problem based learning model, metacognition dynamic.

Abstrak

Inovasi dibutuhkan dalam pembelajaran agar pembelajaran lebih bermakna, agar siswa dapat
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dari pengalaman belajar yang diperolehnya dalam proses
pembelajaran. Salah satu bentuk inovasi tersebut adalah mengintegrasikan model Problem Based
Learning. Problem Based Learning melibatkan siswa untuk aktif dalam setiap masalah. Sebelas tipe
masalah dalam Problem Based Learning yang memiliki langkah penyelesaian yang berbeda yang
menyebabkan terjadinya dinamika metakognisi siswa. Penelitian ini merupakan penelitian A pre-
experimental design: the pretest-post-test control and experimental group design dengan desain
embedded experimental design. Analisis kualitatif dari analisis karakter metakognisi, sedangkan
analisis kuantitatif hanya berasal dari hasil belajar. Hasilnya, terlihat perbedaan karakter
metakognisi dan hasil belajar, yang mengalami peningkatan dari persentase 14% menjadi 84,4.

Kata Kunci: jenis masalah, model problem based learning, dinamika metakognisi.

PENDAHULUAN Menurut Gilbert (2002) kimia adalah


cabang dari sains yang terkait dengan
Kimia merupakan salah satu ilmu sains sifat dan interaksi yang tersusun dari zat
sehingga siswa sudah dikenalkan dengan dan materi. Kimia sering dianggap sulit
konsep ilmu kimia sejak sekolah dasar. oleh siswa, namun belakangan ini guru

22
Edu-Sains Volume 2 No. 2 Juli 2013

menyiasati bagaimana menciptakan masalah kimia untuk dipecahkan oleh


suasana belajar yang menyenagkan siswa dalam bentuk soal berupa
sehingga kimia dapat disenangi oleh pertanyaan yang membutuhkan jawaban,
siswa. Menjadi guru abad kedua puluh atau tugas yang harus diselesaikan.
satu tidaklah gampang. Arends (2008) Untuk menyelesaikan masalah kimia
mengatakan bahwa guru harus mampu tersebut setiap siswa memiliki cara yang
mengajar dalam masyarakat multikultur, berbeda-beda. Masalah kimia merupakan
mengajak untuk mengkonstruksi makna, salah satu yang bersifat intelektual,
mengajar untuk pembelajaran aktif, karena untuk dapat memecahkannya
mengajar dan akuntabilitas, mengajar dan diperlukan pelibatan kemampuan
pilihan, mengajar dengan pandangan baru intelektual yang dimiliki seseorang.
tentang kemampuan, dan mengajar Masalah kimia yang diberikan kepada
menggunakan teknologi. siswa di sekolah, dimaksudkan
khususnya untuk melatih siswa
Inovasi sangat dibutuhkan dalam proses mematangkan kemampuan intelektualnya
pembelajaran, salah satunya dapat dalam memahami, merencanakan,
mengintegrasikan model pembelajaran melakukan, dan memperoleh solusi dari
Problem based learning. Problem based setiap masalah yang dihadapinya.
learning merupakan salah satu model Sehingga dalam dunia nyata diharapkan
pembelajaran yang akan mempermudah siswa mampu untuk menghadapi masalah
guru menghadapi tantangan mengajar yang dihadapinya.
abad kedua puluh satu. Metode yang
megusulkan siswa terlibat dalam proses Siswa secara individu maupun kelompok
pembelajaran yang menggunakan akan menghadapi tantangan atau masalah
scenario-skenario masalah untuk yang bervariasi, baik dalam dunia nyata
mendorong siswa agar melibatkan diri ataupun dalam kelas (Jonassen 2011).
dalam proses pembelajaran, metode ini Menurut Ormrod (2008), dunia
dikenal sebagai Problem based learning. menghadirkan banyak jenis masalah yang
Di awal pembelajaran, Problem based sangat berbeda dalam isi dan ruang
learning memiliki karakteristik penting. lingkupnya. Setiap masalah sangat
Siswa dalam kelompok kecil akan berbeda dalam hal kejelasan spesifikasi
mengeksplorasi situasi masalah dan dan strukturnya. Pada satu ujung dari
dalam eksplorasi ini diharapkan dapat kontinum kejelasan dan struktur ini
memeriksa kesenjangan dalam adalah soalyang jelas (well-defined
pegetahuan dan keterampilan mereka problem); dalam soal semacam ini tujuan
untuk memutuskan informasi apa yang masalah jelas, seluruh informasi yang
mereka butuhkan untuk mendapatkan diperlukan untuk menjawab soal ada, dan
pemecahan atau mengelola situasi yang hanya satu jawaban yang benar. Pada
disajikan (Savin-Baden dan Major, ujung lain kontinuum itu adalah soal
2004). Problem based learning yang tidak jelas (ill-defined problem);
memanfaatkan macam-macam dalam masalah semacam ini, tujuan yang
kecerdasan yang diperlukan dalam diinginkan tidak jelas, informasi yang
menghadapi tantangan dunia nyata yang dibutuhkan untuk menjawab soal tidak
membutuhkan kemampuan untuk ada, dan ada banyak kemungkinan
menangani hal-hal baru dan kompleks jawaban.
(Tan, 2003).
Jonassen dalam Richey, (2011)
Pada proses pembelajaran kimia di menjelaskan bahwa jenis-jenis masalah
sekolah, guru biasanya menyajikan yang bervariasi dalam istilah, berstruktur,

23
Pamela dkk., Pengaruh jenis masalah …….

kompleks, dan abstrak. Dia juga sendiri dan bahan pelajaran yang akan
membedakan antara masalah well- dipelajari, serta usaha sadarnya untuk
structure dan ill-structure. Masalah well- terlibat dalam proses berprilaku dan
structure telah diketahui solusi yang berpikir yang akan meningkatkan proses
dibutuhkan untuk penerapan sejumlah belajar dan memorinya. Flavell dalam
konsep tetap, aturan-aturan, dan prinsip- Jonassen (2011) membedakan dua
prinsip. Masalah ill-structure memiliki karakteristik metakognisi, yaitu:
beberapa solusi, unsur yang tidak pengetahuan tentang kognisi dan regulasi
diketahui, hubungan yang tidak konsisten kognisi. Pengetahuan tentang kognisi
antara konsep, aturan, dan prinsip- mencakup pengetahuan tentang variabel
prinsip. Masalah well-structure termasuk tugas, strategi, dan pribadi. Artinya,
masalah logika dan bercerita, sementara pengetahuan metakognisi meliputi
situasi kasus ill-structure termasuk pengetahuan dari keterampilan yang
masalah desain (misalnya, membangun dibutuhkan olehtugas yang berbeda,
sebuah jembatan ekspansi) dan dilema pengetahuan strategis (pengetahuan
(misalnya, bagaimana menarik diri dari tentang strategi pembelajaran alternatif
negara di akhir perang). dan kapan harus menggunakannya) dan
pengetahuan diri (pengetahuan tentang
Jenis masalah yang hadir dalam proses kemampuan seseorang dankemampuan
pembelajaran memiliki ciri yang khas orang lain). Regulasi kognisi mencakup
dalam pembelajaran berbasis masalah. kemampuan untuk memonitor
Contoh masalah well-structure dalam pemahaman seseorang dan
pembelajaran kimia yaitu masalah cerita, mengendalikan kegiatan belajar
soal berupa pertanyaan yang bercerita seseorang.
mereaksikan suatu logam, atau
pembuatan larutan. Contoh ill-structure Tan (2004) menyatakan proses
dalam pembelajaran kimia yaitu masalah pembelajaran berbasis masalah
desain, untuk mengetahui persentase mencakup penggunaan metakognisi dan
senyawa yang belum diketahui namun regulasi diri. Problem based learning
terdapat berat seyawa lain sebagai diakui sebagai pendekatan pembelajaran
indicator untuk menyelesaikan masalah aktif dan berpusat pada peserta didik
ini. Tingkat kesulitan dalam progresif dimana masalah yang tidak
menyelesaikan well-structure dan ill- terstruktur (masalah dunia nyata
structure berbeda. Dengan perbedaan atausimulasi masalah yang kompleks)
langkah penyelesaian maka akan berbeda yang digunakan sebagai titik awal dan
pula karakter metakognisi siswa yang jangkar untuk proses pembelajaran.
akan dihasilkan. Semakin baik karakter
metakognisi siswa maka akan semakin SMA Negeri 3 kota Jambi memiliki nilai
baik pula siswa dalam menyelesaikan kriteria ketuntasan minimum (KKM) 75.
jenis-jenis masalah. Dengan tingginya nilai KKM ini
menunjukan bahwa SMA Negeri 3 kota
John Flavell awalnya menciptakan istilah Jambi memiliki siswa yang tingkat
metakognisi pada akhir tahun 1970 kecerdasan yang baik. Dengan
berarti "Kognisi tentang fenomena kecerdasan yang baik diharapkan siswa
kognitif," atau lebih sederhana "berpikir dapat menggunakan kemampuan
tentang berpikir" (Lai, 2011). Selanjutnya metakognisi untuk menyelesaikan jenis
Ormrod (2008) menyatakan metakognisi masalah kimia. Salah satu materi kimia
mencakup pemahaman dan keyakinan yang sering diangap sulit oleh siswa
pembelajar mengenai proses kognitifnya kelas X adalah stoikiometri. Untuk

24
Edu-Sains Volume 2 No. 2 Juli 2013

memahami materi stoikiometri metode penelitian yang memadukan


memerlukan kemampuan yang baik, unsur-unsur pendekatan penelitian kuali-
kerena materi ini lumayan berat untuk tatif dan kuantitatif untuk tujuan luas dan
siswa yang baru belajar kimia. Dengan dalamnya pemahaman dan bukti yang
kemampuan metakognisi yang baik menguatkan.
materi stoikiometri ini dapat diselesaikan
dan dituntaskan. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi
kelas X SMA Negeri 3 Kota Jambi yang
Kemampuan metakognisi siswa dapat terdaftar pada semester genap tahun
diasah dengan mengunakan problem pelajaran 2012/2013. Siswa kelas X
based learning. Karakteristik merupakan populasi penelitian. Terdapat
metakognisi akan membantu siswa 7 kelas, namun kelas X7 tidak dijadikan
belajar menyelesaikan masalah yang anggota dalam pemilihan sampel karena
bervariasi. Setiap jenis masalah memiliki kelas X7 merupakan kelas unggul yang
strategi pemecahan masalah yang memiliki IQ lebih tinggi dibandingkan
berbeda. Salah satu cara membantu siswa kelas lainnya. Sehingga anggota dalam
belajar menyelesaikan masalah adalah pemilihan sampel adalah kelas X1 sampai
dengan melakukan teknik-teknik X6. Menurut Cohen (2007) teknik
memperjelas soal yang ill-structure pengambilan sampel dalam metode
tersebut. Proses berpikir dalam simple random sampling, setiap anggota
pemecahan masalah merupakan hal dari populasi yang diteliti memiliki
penting yang perlu mendapat perhatian kesempatan yang sama untuk dipilih dan
para pendidik terutama untuk membantu probabilitas dari anggota populasi yang
siswa agar dapat mengembangkan dipilih tidak dipengaruhi oleh pemilihan
kemampuannya memecahkan masalah. anggota lain dari populasi, yaitu setiap
Meskipun istilah metakognisi baru bagi pilihan tidak tergantung dari berikutnya.
siswa namun selama ini siswa telah Metode ini melibatkan pemilih secara
menerapkan metakognisi dalam proses acak dari daftar siswa (kerangka
pembelajaran. Siswa merencanakan, sampling) jumlah subyek yang
memantau, danmengatur prosesbelajar diperlukan untuk sampel. Hasil undian,
merupakan aspek-aspek metakognisi. ternyata tertulis X2, X4 yang artinya kelas
Namun pada kenyataannya, siswa yang X2 menjadi kelas dengan model ceramah
menerapkan strategi metakognisi tidak (kelas control) dan kelas X4 menjadi
mengetahui jika mereka menggunakan kelas dengan model problem based
strategi metakognisi dan siswa belum learning (kelas eksperimen).
mengetahui strategi apa yang lebih cocok
untuk menyelesaikan jenis masalah Jenis data dalam penelitian ini adalah
tertentu. data kuantitatif dan data kualitatif. Maka
instrumen penelitian yang digunakan
METODE PENELITIAN meliputi tes esai yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal dan setelah
Desain yang digunakan dalam penelitian pembelajaran dan angket untuk
ini adalah desain sisipan (Embedded mengetahui karakter metakognisi, angket
Desain). Peneliti menggunakan desain ini keterampilan memecahkan masalah, dan
karena perlu menentukan data kualitatif angket siswa terhadap sains terhadap
atau kuantitatif untuk menjawab proses pembelajaran yang diterapkan,
pertanyaan peneliti dalam penelitian. lembar observasi, dan wawancara.
Penelitian ini merupakan penelitian
mixed method yang merupakan suatu

25
Pamela dkk., Pengaruh jenis masalah …….

Penelitian ini menggunakan data primer, HASIL PENELITIAN DAN


yaitu sumber data (siswa) yang langsung PEMBAHASAN
memberikan data kepada pengumpul data
(peneliti) yang bersifat kuantitatif dan Berdasarkan rangkuman angket karakter
kualitatif. Data primer yang bersifat metakognisi siswa (Tabel 1) terlihat
kuantitaitif dalam penelitian ini berupa bahwa terdapat perbedaan karakter
hasil jawaban dari pre-test dan post-test metakognisi siswa kelas eksperimen
serta angket yang digunakan. Data primer dengan kelas control. Pada kelas
yang bersifat kualitatif adalah angket, eksperimen siswa mengalami dinamika
lembar observasi, dan hasil wawancara karakter metakognisi berdasarkan jenis
dengan siswa. masalah yang mereka hadapi sedangkan
pada kelas kontrol tidak.
Tabel 1. Rangkuman Dinamika Angket Metakognisi

Karakter Karakter
PTK PD PTK PD
metakognisi metakognisi
Before Intervention After Intervention
50 64 PD 56 58 PD
Kelas
57 62 PD 54 60 PD
Kontrol
50 64 PD 52 62 PD
Kelas 61 62 PD 71 68 PTK
eksperimen
Cerita 66 68 PD 78 76 PTK
Strategi 58 62 PD 67 72 PD
Kinerja 59 58 PTK 56 63 PD
60 58 PTK 76 76 PTK-PD
Desain
57 63 PD 73 73 PTK-PD
Keterangan:
Bagian yang digaris-bawahi adalah siswa yang mengalamai dinamika metakognisi
PTK : Pengetahuan Tentang Kognisi
PD : Pengaturan Diri
Selama proses pembelajaran setiap
Berdasarkan nilai rata-rata (Tabel 2) hasil pertemuan pembelajaran stoikiometri
tes yang diberikan terlihat bahwa terdapat pada kelas eksperimen, dilakukan
perbedaan, antara kelas eksperimen monitoring dari karakter metakogisi
dengan kelas control. Kelas eksperimen siswa. Berdasarkan hasil observasi dalam
setelah diajarkan dengan model problem proses pembelajaran pada kelas
based learning yang berbeda jenis eksperimen, terlihat bahwa karakter
masalahnya memiliki hasil belajar yang metakognisi siswa yang mendapatkan
lebih tinggi dibandingkan kelas control masalah bercerita seperti siswa A sangat
yang diajarkan dengan metode ceramah. cendrung ke pengetahuan tentang
kognisi. Dengan karakter metakognisi
Tabel 2. Rata-rata Hasil Pre-Test dan Post-Test pengetahuan tentang kognisi, siswa
Stoikimetri tersebut mampu mengerjakan masalah
dengan baik. Karena mereka mengertahui
Nilai Nilai
∆ batasan kemampuan mereka dalam
Pre-Test Post-Test
Kelas mengerjakan masalah. Begitu juga
12.77 75.30 62.53 dengan siswa J. Sedangkan AD yang
kontrol
Kelas
14.40 84.47 70.07
berada pada kelompok strategi kinerja
Eksperimen memiliki karakter pengaturan diri yang
cukup kuat. G juga memiliki karakter

26
Edu-Sains Volume 2 No. 2 Juli 2013

metakognisi yang sama menunjukkan 1. Masalah Bercerita


hasil yang baik dalam penyelesaian
masalah strategi kenerja.Kelompok Masalah bercerita digambarkan dengan
masalah desain yang sangat menojol soal-soal bercerita mengenai hukum
adalah siswa M yang memiliki dasar kimia dan perhitungna kimia. Pada
pengetahuan tentang kognisi dan pra-pembelajaran siswa yang tergolong
pengaturan diri yang berimbang. Siswa kelompok masalah bercerita
M mampu mengerjakan soal-soal dengan mendominasi karakter metakognisi
baik dan mengorganisasikan kelompok pengaturan diri, hanya dua dari sepuluh
dengan baik juga. orang siswa yang berkarakter
pengetahuan tentang kognisi. Namun
perbedaan persentase pengaturan diri dan
Pengaruh Jenis Masalah terhadap pengetahuan tentang kognisi tidak begitu
Dinamika Metakognisi jauh. Setelah pembelajaran problem
based learning dilakukan terdapat
Dinamika karakter metakognisi siswa perbedaan yang lumayan mencolok
dapat terjadi karena adanya perbedaan antara pengeturan diri dan pengetahuan
jenis masalah yang diterapkan dalam tentang kognisi. Siswa mendominasi
proses pembelajaran. Metakognisi pengetahuan tentang kognisi, dari
pengetahuan tentang kognisi lebih delapan siswa yang memiliki karakter
berperan ketika siswa dihadapi dengan pengaturan diri hanya tiga yang masih
masalah bercerita sehingga setelah proses tetap sedangkan lima siswa terjadi
pembelajaran selesai siswa memiliki dinamika metakognisinya.
karakter metakognisi pengetahuan
tentang kognisi. Karakter metakognisi Metakognisi pengetahuan tentang kognisi
pengetahuan tentang kognisi lebih lebih berperan ketika siswa dihadapi
dominan dikarenakan, soal dicerminkan dengan masalah bercerita. Kaitan antara
dalam masalah bercerita menekankan penyelesaian masalah bercerita dengan
kepada pengetahuan konsep yang karakter metakognisi pengetahuan
dimiliki siswa. Untuk masalah strategi tentang kognisi yaitu aspek metakogisi
kinerja karakter metakognisi yang lebih pengetahuan tentang kognisi yang
berperan adalah pengaturan diri. Karakter melibatkan pengetahuan tetang syarat
metakognisi pengaturan dirilebih tugas, pengetahuan kemampuan diri, dan
dominan dikarenakan, saat siswa pengetahuan tentang strategi
mengadapi masalah strategi kinerja, pembelajaran. Dinamika yang dihasilkan
siswa harus mampu merencanakan dan oleh kelompok masalah bercerita sesuai
mengatur penyelesaian setiap masalah dengan jenis masalah yang mereka
yang dihadapi. Sedangkan masalah hadapi.
desain peran karakter pengetahuan
tentang kognisi dan pengaturan diri harus Tabel 3. Dinamika Metakognisi Siswa Masalah
seimbang. Karena masalah desain Bercerita
Kode Karakter Karakter
menuntut siswa mengetahui konsep dan Siswa metakognisi metakognisi
harus mampu merencanakan dan Before After
mengatur penyelesaian setiap masalah. A, D, J, Pengaturan diri Pengetahuan
Adapun karakter dari setiap metakognisi Y, AA tentang kognisi
siswa berdasarkan jenis masalah yang Q, AB, Pengaturan diri Pengaturan diri
V
diperoleh dalam penelitian ini dijabarkan F, S Pengetahuan Pengetahuan
sebagai berikut: tentang kognisi tentang kognisi

27
Pamela dkk., Pengaruh jenis masalah …….

karakter metakognisi pengaturan diri,


Dinamika yang terjadi pada siswa A, D, terdapat enam siswa yang memilki
J, Y, dan AA dikarenakan soal dengan metakogisi pengaturan diri, dua siswa
jenis masalah bercerita menuntun siswa memiliki karakter pengetahuan tentang
dalam mengetahui kemampuan mereka kognisi dan pengaturan diri yang
untuk memahami materi stoikiometri dan berimbang dan dua siswa yang memiliki
mengetahui apa saja syarat-syarat yang karakter pengetahuan tentang kognisi.
harus diketahui dalam soal tersebut. Setelah pembelajaran problem based
Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh learning dilakukan terdapat perbedaan
oleh siswa dengan masalah bercerita yang lumayan mencolok antara
mengalami perubahan yang besar. pengaturan diri dan pengetahuan tentang
Dengan urutan perbedaan hasil belajar kognisi. Semua siswa memiliki karakter
siswa A, D, J, Y, dan AA adalah 68, 66, pengaturan diri. Sehingga siswa yang
68, 67, dan 65. Nilai perbedaan hasil mengalami dinamika ada empat orang.
belajar yang diperoleh masih rendah Terlihat pada hasil observasi selama
dibandingkan nilai perbedaan hasil pembelajaran time management dan
belajar kelompok yang lain. Hal ini perencanaan dan pemilihan strategi yang
disebabkan masalah bercerita merupakan dilakukan oleh kelompok ini sangat baik
masalah yang paling sederhana dibandingkan dengan kelompok lain.
ditingkatan tipologi masalah, sehingga
lebih mudah untuk dipecahkan. Saat Metakognisi pengaturan diri lebih
mengerjakan masalah desain dan strategi berperan ketika siswa dihadapi dengan
kinerja, siswa masalah bercerita tidak masalah strategi kinerja. Kaitan antara
dapat menyelesaikan dengan baik. penyelesaian masalah strategi kinerja
dengan karakter metakognisi pengaturan
Berdasarkan hasil angket metakognisi diri yaitu aspek metakogisi pengatura diri
siswa A, D, J, Y, dan AA, termasuk yang melibatkan pemantauan
siswa yang mengalami dinamika pembelajaran, perencanaan-pemilihan
metakognisi. Hal ini diperkuat lagi oleh strategi, dan pengaturan evaluasi.
temuan yang diperoleh dari wawancara. Dinamika yang dihasilkan kelompok ini
Siswa-siswa tersebut menunjukkan sudah sesuai dengan jenis masalah yang
karakter yang sangat percaya diri dalam diselesaikan.
menjawab pertanyaan wawancara
danmampu menjawab pertanyaan dengan Tabel 4. Dinamika Metakognisi Siswa Masalah
StrategiKinerja
lancar dan tidak terbata-bata. Jawaban
wawancara mereka mencirikan bahwa
Kode Karakter Karakter
mereka memiliki karakter metakognisi Siswa metakognisi metakognisi
pengetahuan tentang kognisi yang lebih Before After
dominan. B, T Pengetahuan Pengaturan
tentang kognisi diri
O, R Pengetahuan Pengaturan
2. Masalah Strategi Kinerja tentang kognisi - diri
Pengaturan diri
Masalah strategi kinerja digambarkan G, H, K, Pengaturan diri Pengaturan
dengan soal-soal strategi mengenai X, Z, diri
hukum dasar kimia dan perhitungan AD
kimia serta dilihat dari cara mereka
bekerja saat melakukan praktikum. Pada Berdasarkan wawancara dengan siswa G,
pra-pembelajaran siswa yang tergolong H, K, X, Z, dan AD jelas terlihat mereka
kelompok strategi kinerja mendominasi mengalami peningkatan pada pengaturan

28
Edu-Sains Volume 2 No. 2 Juli 2013

diri, lebih memahami bagaimana melibatkan pengetahuan tetang syarat


perencanaan dan strategi yang akan tugas, pegetahua kemampuan diri,
dilakukan serta mengevaluasi setiap pengetahuan tentang strategi
perencanaan yang telah disusun. pembelajaran, pemantauan pembelajaran,
Perbedaan hasil belajar yang diperoleh perencanaan dalam pemilihan strategi,
dari siswa G, H, K, X, Z, dan ADadalah dan pengaturan evaluasi. Siswa yang
75, 73, 75, 75, 60, dan 72. Hasil belajar mengalami dinamika metakognisi belum
yang diperoleh siswa masalah strategi sesuai karena hanya tiga dari sepuluh
kinerja lebih baik dibandingkan siswa siswa yang dapat memiliki karakter
masalah bercerita. Hal ini dikarenakan, metakognisi yang berimbang setelah
soal yang dihadapi oleh siswa masalah proses pembelajaran selesai.
strategi kinerja lebih komplek
dibandingkan masalah bercerita pada Tabel 5. Dinamika Metakognisi Siswa Masalah
tipologi masalah. sehingga saat Desain
mengerjakan masalah bercerita siswa
Kode Karakter Karakter
mampu dan memahami konsep.
Siswa metakognisi metakognisi After
Before
3. Masalah Desain C Pengaturan Pengetahuan
diri tentang kognisi
Masalah desain digambarkan dengan E, L, N, P Pengaturan Pengaturan diri
diri
bagaimana mendesain soal agar syarat–
I, AC Pengaturan Pegetahuan
syarat yang dibutuhkan dapat diketahui. diri tentang kognisi
Pada pra-pembelajaran siswa yang Pengeturan diri
tergolong kelompok desain mendominasi W Pengetahuan Pengaturan diri
karakter metakognisi pengaturan diri tentang
kognisi
hanya tiga siswa yang berkarakter
U Pengetahuan Pengetahuan
pengetahuan tentang kognisi, namun tentang tentang kognisi
perbedaan persentase pengaturan diri dan kognisi
pengetahuan tentang kognisi tidak begitu M Pengetahuan Pengetahuan
jauh. Setelah pembelajaran problem tentang tentang kognisi
kognisi Pengaturan diri
based learning dilakukan terdapat
perbedaan yang lumayan mencolok
antara pengaturan diri dan pengetahuan Berdasarkan hasil wawancara
tentang kognisi. Siswa tetap meunjukkan siswa I, AC, dan M sangat
mendominasi karakter metakognisis baik baik dalam hal pengetahuan tentang
pengaturan diri namun terdapat tiga siswa kognisi maupun pengaturan diri. Hal ini
yang memiliki karakter pengetahuan dikarenakan soal dengan jenis masalah
tentang kognisi dan pengaturan diri yang desain tidak hanya menuntut paham
berimbang. tentang materi stoikiometri saja tetapi
juga menuntut siswa untuk belajar
Metakognisi pengetahuan tentang kognisi memahami bagaimana cara memilih
dan pengaturan diri memiliki peran yang strategi yang benar dan mengevaluasi
sama atau berimbang ketika siswa strategi tersebut apakah strategi tersebut
dihadapi dengan masalah desain. Kaitan cocok untuk diterapkan. Saat wawancara
antara penyelesaian masalah desain dilakukan siswa yang memiliki
dengan karakter metakognisi peningkatan karakter metakognisi
pengetahuan tentang kognisi dan pengaturan diri terbiasa merencanakan
pengaturan diri yaitu aspek metakogisi dan memilih srtategi yang benar.
pengetahuan tentang kognisi yang Perbedaan hasil belajar yang diperoleh

29
Pamela dkk., Pengaruh jenis masalah …….

siswa I, AC, dan M adalah 75, 73, dan cocok adalah pengetahuan tentang
70. kognisi.

Pengaruh Jenis Masalah terhadap Siswa masalah strategi kinerja berada


Hasil Belajar pada posisi perbedaan hasil belajar paling
rendah kedua dibandingkan dengan
Jenis masalah dapat juga mempengaruhi kelompok jenis masalah desain.
hasil belajar siswa. Selama proses Perbedaan hasil yang diperoleh siswa
pembelajaran siswa dikelompokkan kelompok ini berturut-turut 73 B, 75 G,
menjadi tiga kelompok dan diberi 73 H, 75 K, 73 O, 63 R, 70 T, 70 X, 60
masalah yang berbeda tiap kelompoknya, Z, dan 72 AD. Dibandingkan dengan
hasil yang diperoleh terdapat perbedaan kelompok masalah bercerita, perbedaan
hasil belajar antara kelompok siswa hasil belajar kelompok ini lebih baik.
dengan jenis masalah yang berbeda. Faktor penyebab rendahnya perbedaan
Hasil belajar berturut-turut dari hasil hasil belajar yang diperoleh kelompok ini
belajar yang paling rendah sampai yang dibandingkan dengan kelompok masalah
paling tinggi adalah siswa dengan jenis desain adalah siswa mengalami kesulitan
masalah bercerita, masalah strategi saat mengerjakan masalah desain. Dalam
kinerja, dan masalah desain dengan nilai tipologi masalah, masalah strategi kinerja
rata-rata yang diperoleh adalah 84,60, merupakan masalah yang komplek
84,70, dan 85,11. namun tidak sekomplek masalah desain
sehingga hanya dapat menyelesaikan
Siswa masalah bercerita berada diposisi masalah bercerita dan strategi kinerja
perbedaan hasil belajar yang paling saja. Siswa masalah desain berada pada
rendah dibandingkan dengan kelompok posisi perbedaan hasil belajar yang paling
jenis masalah strategi kinerja dan tinggi dibandingkan dengan kelompok
masalah desain. Perbedaan hasil yang jenis masalah bercerita dan strategi
diperoleh siswa kelompok ini berturut- kinerja. Perbedaan hasil yang diperoleh
turut A, D, F, J, Q, S, V, Y, AB, dan AA siswa kelompok ini berturut-turut 75 C,
adalah 68, 66, 60, 68, 75, 72, 66, 67, 65, 73 E, 75 I, 65 L, 70 M, 72 N, 82 P, 63 U,
dan 78. Faktor penyebab rendahnya 75 W, dan 73 AC. Faktor penyebab
perbedaan hasil belajar yang diperoleh tingginya perbedaan hasil belajar yang
adalah siswa mengalami kesulitan saat diperoleh kelompok ini dibandingkan
mengerjakan masalah strategi kinerja dan dengan kelompok masalah bercerita dan
masalah desain, siswa hanya dapat strategi kinerja adalah siswa tidak
mengerjakan masalah bercerita dan mengalami kesulitan saat menyelesaikan
sedikit masalah strategi kinerja. Saat masalah baik itu masalah bercerita,
proses pembelajaran siswa hanya strategi kinerja maupun masalah desain
mengerjakan masalah bercerita, sehingga sendiri. Dalam tipologi masalah, masalah
kurang memahami masalah strategi desain merupakan masalah yang paling
kinerja dan masalah desain. Dalam komplek.
tipologi masalah, masalah bercerita
merupakan masalah yang paling SIMPULAN DAN SARAN
sederhana sehingga lebih mudah
diselesaikan, lebih mudah dianalisis, dan Berdasarkan hasil penelitian dan
lebih mudah diketahui maksud soal pembahasan, diperoleh kesimpulan
karena semua yang tertera di soal. bahwa, terdapat pengaruh jenis masalah
Sehingga untuk menyelesaikan masalah pada problem based learning terhadap
bercerita, karakter metakognisi yang dinamika metakognisi siswa SMA kelas

30
Edu-Sains Volume 2 No. 2 Juli 2013

X Negeri 3 Kota Jambi pada konsep Jonassen, David. 2011. Learning to Solve
stoikiometri. Jenis masalah terlihat Problems A Handbook for
memberikan dinamika karakter Designing Problem-Solving
metakognisi. Learning Environments. New
York: Routledge
Dari hasil penelitian yang sudah
diperoleh, maka penulis mengemukakan Lai, Emily R. 2011. Metacognition: A
beberapa saran berikut. Pembelajaran Literature Review. Person: New
dengan model problem based learning York.
dapat dijadikan sebagai inovasi
pembelajaran. Mengingat guru tak hanya Ormrod, Jeanne Ellis. 2008.Psikologi
dapat menerapkan metode ceramah saja Pendidikan, edisi keenam,
dalam proses pembelajaran, namun juga Terjemahan Indianti, Erlangga,
mengacu pada cara berpikir siswa dalam Jakarta.
memecahkan masalah sehingga siswa
lebih mandiri dan aktif.Penelitian Richey, Rita. 2011. The Instructional
lanjutandiharapkan dengan materi kimia Knowledge Base. New York:
lainnya yang banyak menuntut siswa Routledge
dalam pemecahan masalah.
Savin-Baden dan Major. 2004.
DAFTAR PUSTAKA Foundations of Problem-based
Learning. New York: Open
Arends, Richard. I., 2008. Belajar untuk University Press
Mengajar, edisi ketujuh,
Terjemahan Soetjipto, Pustaka Tan, Oon-Seng. 2003. Problem Based
Belajar, Yogyakarta. Learning Innovation. Cengage
Learning: Singapore.
Cohen,Louis. 2007. Research Methods In
Education. Routledge: Tan, Oon-Seng. 2004. Cognition,
London&New York. Metacognition, andProblem-
based Learning, dalam Tan
Gilberg, J.K. 2002, Chemistry And Enhancing Thinking Through
Chemical Education, dalam Problem-Based Learning
Gilbert, dkk, Chemical Approaches:International
Education: Towards Research- Perspectives: hal.1-16 division
Based Practice, hal.3-5, Forum of, Singapore
For Scholarship In Science And
Technology Education, USA.

31

You might also like