You are on page 1of 15

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Pengukuran Waktu Kerja


Pengukuran waktu kerja adalah usaha untuk menentukan lama kerja yang
dibutuhkan seorang operator terlatih dan qualified dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dalam
lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu.
Pada pengukuran waktu kerja ada dua jenis pengukuran, yaitu :
a. Pengukuran secara langsung merupakan pengukuran waktu yang
dilakukan terhadap beberapa alternatif sistem kerja maka yang terbaik
dilihat dari waktu penyelesaian tersingkat. Pengukuran secara langsung
dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Pengukuran Jam henti (stop watch Time Study).
2. Work Sampling.
b. Pengukuran secara tidak langsung merupakan pengukuran waktu yang
ditunjukkan untuk mendapatkan waktu terbaik yang dibutuhkan secara
normal. Pengukuran secara tidak langsung dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Data Waktu Baku (standar data).
2. Data Waktu Gerakan.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari kedua jenis pengukuran diatas,
antara lain :
a. Pengukuran secara langsung :
1. Kelebihan:
Praktis, mencatat waktu saja tanpa harus menggunakan pekerjaan
kedalam elemen-elemen pekerjaannya.
2. Kekurangannya:
Membutuhkan waktu lebih lama dan biaya lebih mahal.
b. Pengukuran secara tidak langsung :
1. Kelebihan:
a. Waktu relatif singkat, tanpa mencatat elemen-elemen gerakan
pekerja satu persatu.
b. Biaya lebih murah.

1
c. Prediterminded, kemampuan memprediksi suatu penyelesaian
pekerjaan.
2. Kekurangan:
a. Belum ada tabel data waktu gerakan yang menyeluruh.
b. Tabel yang digunkan adalah untuk orang eropa.
c. Dibutuhkan ketelitian yang tinggi.

2.2 Definisi Work Sampling


Work sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar
pengamatan terhadap aktifitas kerja dari mesin, proses atau operator (Sritomo,
1992).
Pengukuran kerja dengan metode sampling kerja ini sama halnya dengan
pengukuran kerja menggunakan jam henti, yaitu diklasifikasikan sebagai
pengukuran kerja secara langsung. Teknik sampling kerja ini pertama kali
digunakan oleh seorang sarjana Inggris bernama L.H.C. Tippett dalam aktifitas
penelitiannya di industri tekstil.
Work sampling merupakan teknik pengukuran kerja langsung untuk
mengamati aktivitas mesin, operator atau proses dimana pengamatan dilakukan
secara acak menurut hukum probabilitas. (Wignjosoebroto, 2000).
Work Sampling merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk
mengetahui waktu yang dibutuhkan seseorang dalam menyelesaikan
pekerjaannya, work sampling dilakukan secara acak dan berdasarkan hukum
probabilitas. Work sampling adalah salah satu cara untuk mengetahui waktu
standard, jumlah operator standard dan juga untuk mengetahui kinerja dari
karyawan.
Sampling Pekerjaan (Work Sampling) adalah suatu teknik untuk
mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktifitas kinerja dari mesin,
proses atau operator.
Perbedaan metode Jam Henti dengan Sampling Pekerjaan adalah pada cara
Sampling Pekerjaan pengamat tidak terus menerus berada ditempat pekerjaan
melainkan mengamati hanya pada sesaat-sesaat pada waktu-waktu tertentu yang
ditentukan secara acak. Perbedaan yang lainnya dapat dilihat pada tabel 2.1
Perbedaan Stopwatch dengan Work Sampling.

2
Tabel 2.1 Perbedaan Stopwatch dengan Work Sampling
Stopwatch Work Sampling
1. Pekerjaan rutin dan monoton 1. Pekerjaan bervariasi dan tidak rutin
2. Umumnya mengamati 1 orang 2. Dapat mengamati beberapa orang
3. Perhitungan berdasarkan waktu 3. Berdasarkan proporsi
4. Siklus pekerjaan pendek & jelas 4. Siklus tidak jelas
5. Pengamatan kontinu 5. Pengamatan diskrit

Cara Sampling Pekerjaan ini dikembangkan di Inggris oleh L.H.C. Tippet


di pabrik-pabrik tekstil di Inggris, dengan menggunakan prinsip-prinsip dari ilmu
statistika.
Beberapa kelebihan dari metode work sampling untuk pendekatan
produktivitas adalah
1. Tidak menggunakan biaya yang besar dibanding pengamatan yang
kontinu.
2. Tidak memerlukan pelatihan dan keahlian khusus dari pengamat.
3. Memberikan tingkat akurasi yang memadai secara statistik.
4. Memberikan lebih sedikit gangguan kepada pekerja daripada pengamatan
langsung yang kontinu
5. Memberikan indikasi seberapa efektif pekerja pada proyek secara
keseluruhan.
Work sampling memiliki prinsip-prinsip tertentu dalam menjalankannya
ada 6, yaitu:
1. Pengamat harus dapat dengan cepat mengidentifikasikan individu dari
sample untuk dapat digolongkan.
2. Sample yang diamati tidak boleh kurang dari 384 pengamatan.
3. Sample terkumpul dari bermacam-macam bagian siklus tenaga kerja untuk
memastikan setiap unit mempunyai kesempatan yang sama untuk diamati.
4. Di kelompok besar manapun, sebuah sample diambil secara acak yang
akan mewakili sebagian atau seluruh karakteristik dari kelompok tersebut.
Dengan kata lain, sebuah sample tidak boleh menunjukkan kondisi atau
situasi khusus yang akan memberikan dampak bagi yang akan diamati.

3
5. Untuk menghindari prasangka, pencatatan harus dilakukan secara cepat
tanpa raguragu seperti apa yang dilihat pertama kali.

2.3 Kegunaan-Kegunaan Work Sampling


Work sampling mempunyai beberapa kegunaan lain di bidang produksi,
selain untuk menghitung waktu penyelesaian. Kegunaan-kegunaan dari work
sampling adalah sebagai berikut (Sutalaksana, 2006).
1. Mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh
pekerja atau kelompok kerja.
2. Mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di pabrik.
3. Menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung.
4. Memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.

2.4 Langkah-Langkah Sebelum Melakukan Work Sampling


Pada dasarnya, langkah-langkah dalam melakukan sampling pekerjaan
tidak berbeda dengan cara jam henti. Langkah-langkah yang dilakukan sebelum
melakukan work sampling, yaitu (Sutalaksana, 2006):
1. Menetapkan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan,
menentukan besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan.
2. Melakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya sistem
kerja yang baik.
3. Memilih operator.
4. Pelatihan bagi operator agar terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan.
5. Melakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan.
6. Menyiapkan peralatan yang diperlukan berupa papan pengamatan,
lembaran-lembaran pengamatan, alat tulis.

4
7.
LEMBAR PENGAMATAN Hal dari hal
PEKERJAAN TANGGAL :
NAMA MESIN JAM : s/d
NAMA OPERATOR NAMA PENGUKUR
NAMA STASIUN KERJA TANDA TANGAN
NAMA PABRIK
ELEMEN Frekuensi teramati Jumlah %
1
2
3
J0UMLAH PENGAMATAN
KESELURUHAN
Waktu produktif menit
Faktor penyesuaian %
Barang dihasilkan sat.
Waktu normal menit
Waktu/satuan menit
Kelonggaran %
Waktu man cont/sat menit
Waktu mach cont/sat menit Waktu baku menit

2.5 Cara Melakukan Work Sampling


Cara untuk melakukan sampling pengamatan dengan sampling pekerjaan
tidak berbeda dengan yang dilakukan untuk cara jam henti yaitu terdiri dari:
1. Melakukan sampling pendahuluan.
2. Pengujian keseragaman data, bertujuan untuk menentukan batas kontrol
atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB). Rumus untuk mencari BKA
dan BKB adalah sebagai berikut (Sutalaksana, 2006).

2.6 Penggunaan Tabel Angka Acak dalam Work Sampling


Pengamatan yang dilakukan dalam work sampling haruslah ditentukan
secara acak (random). Oleh karena itu, maka penggunaan tabel angka acak
merupakan metode yang terbaik guna menjamin bahwa sampel pengamatan yang
diambil benar-benar dipilih secara acak. Tabel angka acak terutama sekali dapat
dipakai sebagai alat untuk menetapkan waktu setiap harinya, dimana pengamatan
harus dilaksanakan.

5
2.7 Menghitung Waktu Baku
Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang
memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Untuk mengetahui waktu baku, maka waktu siklus dan waktu normal harus
diketahui terlebih dahulu.
Hal yang terakhir dilakukan adalah menghitung waktu baku. Waktu
normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja
dalam kondsi wajar dan kemampuan rata-rata. Rumus yang digunakan adalah :
Wb= Ws x P
Dimana,
p = faktor penyesuaian
Waktu baku adalah waktu penyelesaian yang dibutuhkan secara wajar oleh
pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem
kerja terbaik pada saat itu. Rumus yang digunakan adalah :
Wb = Wn + l(Wn)
Dimana,
l = kelonggaran atau allowance yang diberikan kepada pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal.
Manfaat dari waktu baku adalah sebagai berikut (Sritomo, 1992).
1. Man Power Planning.
2. Estimasi biaya-biaya untuk upah kerja.
3. Penjadwalan produksi dan penganggaran.
4. Perencanaan sistem pemberian bonus dan intsestif bagi pekerja yang
berprestasi.
5. Indikasi keluaran untuk mampu dihasilkan oleh pekerja.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam work sampling adalah:
1. Breakdown elemen kerja dan perkiraan rasio untuk seluruh elemen kerja
yang terlibat.
2. Accuracy, tingkat ketelitian
3. Confidence level, tingkat kepercayaan
4. Sample, objek amatan

6
5. Penentuan detail dari objek amatan sangat penting seperti banyaknya
operator yang diamati atau jumlah mesin yang diamati.
6. Randomness, Artinya bahwa aktivitas pengamatan dalam teknik ini
dilakukan secara random/acak.
Jumlah pengamatan, Merupakan banyaknya data yang dibutuhkan sesuai
dengan tingkat ketelitian dan kepercayaan yang ditetapkan serta berdasarkan
persentase dari elemen kerja. Berikut rumus dari jumalah pengamatan yang
dibutuhakn oleh Meyer (2002):

Dimana :
N’ = jumlah data yang harus diambil
Z = standard deviasi yang dibutuhkan untuk tingkat kepercayaan
tertentu. 1.96 untuk tingkat kepercayaan 95&
P = prosentase working terkecil atau delay terbesar
A = tingkat ketelitian yang diambi
Teknik sampling ini terbukti efektif dan efisien untuk mendapatkan
informasi berkaitan dengan waktu standart karena lebih cepat dan murah
(Wignjosoebroto, 2000).
Berikut prosedur pelaksanaan work sampling yang dikemukakan oleh
Wignjosoebroto (2000):
1. Persiapan awal, langkah ini merupakan langkah untuk mengetahui detil
dari objek amatan dan persiapan teknis untuk pelaksanaan work sampling
seperti random table untuk pembuatan jadwal sampling. Langkah ini
peneliti harus mencatat seluruh informasi yang ada pada objek amatan.
2. Pre-work sampling, tahapan ini peneliti melakukan pengamatan secara
acak untuk N amatan guna memperoleh informasi jumlah data yang
dibutuhkan.
3. Kemudian peneliti melakukan work sampling sejumlah data yang
dibutuhkan, setiap satu waktu pengamatan dilakukan uji keseragaman dan
kecukupan data. Apabila data belum cukup maka aktivitas work sampling

7
diteruskan akan tetapi jika data sudah mencukupi maka aktivitas work
sampling dihentikan.
4. Accuracy, Kemudian tahapan setelah work sampling selesai yaitu
mengukur tingkat ketelitian dan kepercayaan. Selanjutnya data work
sampling dapat dilakukan analisa.
Beberapa rumus yang dugunakan dalam work sampling adalah:
1. Waktu Normal
Wn = waktu pengamatan x (rating performance(%)/100%)
2. Waktu Standar
Ws = waktu normal x (100%/(100% - % Allowance))
3. Tingkat ketelitian
Dimana
P = prosentase kerja yang diamati
N = jumlah pengamatan yang harus dilakukan
K = harga indeks yang besarnya bergantung pada tingkat kepercayaan
yang diambil
S = tingkat ketelitian yang dikehendaki
Metode ini digunakan untuk:
1. Mengukur ratio delay dari mesin, operator atau fasilitas kerja yang
lainnya.
2. Menetapkan performance level dari operator/karyawan dalam melakukan
kerja.
3. Menentukan waktu standart untuk suatu proses/operasi kerja.

2.8 Produktifitas Dan Work Sampling


Secara umum produktivitas adalah perbandingan antara hasil kegiatan
(output) dan masukan (input)
1. Dalam bidang konstruksi, pengertian produktivitas tersebut biasanya
dihubungkan dengan produktivitas pekerja dan dapat dijabarkan sebagai
perbandingan antara hasil kerja dan jam kerja.
2. Pengukuran produktivitas tenaga kerja seperti disebutkan di atas sulit
dilakukan secara akurat dan memerlukan tenaga dan biaya yang besar.
Oleh karena itu pengukuran produktivitas tenaga kerja di konstruksi dapat

8
dilakukan dengan metode-metode pendekatan, yang salah satunya adalah
metode work sampling
3. Work sampling secara umum dapat dikatakan sebagai suatu teknik dimana
banyak dilakukan pengamatan-pengamatan instan dalam periode waktu
dari suatu kelompok pekerja, mesin atau proses.
4. Pada penelitian ini yang menjadi fokus adalah pekerja.
Work sampling dapat dibagi menjadi tiga Pendekatan : field rating,
productivity rating, dan 5-minute rating. Dalam penelitian ini metode yang
dipakai adalah productivity rating, dimana kegiatan seorang pekerja digolongkan
menjadi tiga, yaitu: effective, essential contributory, dan ineffective. Pengertian
ketiga jenis kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1. Effective work adalah pekerjaan dimana kegiatan pekerja berkaitan
langsung dengan proses konstruksi yang berperan langsung terhadap hasil
akhir. Contohnya adalah pekerjaan mengecat dinding, pekerjaan mengecor
balok, dll.
2. Essential contributory work adalah kegiatan yang tidak berpengaruh
langsung terhadap hasil akhir, tetapi pada umumnya dibutuhkan dalam
menjalankan suatu operasi. Contohnya adalah membaca gambar,
membersihkan tempat kerja, membawa material, dll.
3. Ineffective work adalah kegiatan pekerja yang menganggur atau melakukan
sesuatu yang tidak berkaitan langsung dengan pekerjaan yang sedang
dilakukan. Contohnya
adalah pekerja yang hanya berjalanjalan saja tanpa membawa apa-apa, melakukan
pekerjaan yang tidak sesuai prosedur, mengobrol dll.
Pengamatan di lapangan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengamat harus melengkapi diri, minimum dengan kertas dan alat tulis.
2. Pengamat mengelilingi lapangan, lalu mencatat pekerja yang ditemui dan
menggolongkannya ke dalam salah satu jenis kegiatan (effective, essential
contributory, atau ineffective work).
3. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip worksampling
yang telah dijabarkan di atas.

9
Setelah pengamatan selesai dilakukan, dilakukan perhitungan jumlah
pekerja di masingmasing jenis kegiatan. Untuk menghitung berapa besar tingkat
keefekktifan (produktifitas) pekerja digunakan pendekatan labor utilization rate
(LUR). Nilai LUR dihitung dengan formula berikut ini:

Dimana effective dan essential contributory adalah jumlah pekerja yang


melakukan effective work dan essential contributory work secara berturut-turut,
dan total pengamatan adalah jumlah total pekerja dari ketiga jenis kegiatan
(effective + essential contributory + ineffective works).

2.9 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktifitas


LUR seperti dijelaskan di atas dapat digunakan untuk mengetahui seberapa
efektif (produktif) pekerja pada suatu proyek, tetapi tidak dapat menjelaskan
mengapa nilainya rendah atau tinggi. Dengan kata lain LUR tidak dapat
menunjukkan faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya/tingginya produktivitas
pekerja. Untuk dapat mengetahui faktor-faktor tersebut dan membandingkan nilai
LUR pada dua proyek dalam penelitian ini, maka digunakan metode kuesioner.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas dapat dibagi
menjadi dua bagian besar :
a. Faktor dari dalam pekerja (misal: moral dan tingkah laku, absensi dan
keterlambatan, keahlian, kerja sama tim, dan motivasi pekerja).
b. Faktor luar (misal: material, alat, informasi, schedule, kepemimpinan, dan
kontrol dan pengawasan). Pembagian dua faktor ini didasarkan pada
kemampuan dari pekerja untuk mengontrol faktor-faktor tersebut, dimana
faktor luar menunjukkan bahwa faktor tersebut berada di luar kontrol
pekerja dan lebih cenderung berada di bawah kontrol pihak manajemen.

2.10 Analisis Sampling Kerja (Work Sampling)


Sampling kerja atau sering disebut sebagai work sampling, Ratio Delay Study
atau Random Observation Method adalah salah satu teknik untuk mengadakan
sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau

10
pekerja/operator. Pengukuran kerja dengan cara ini juga diklasifikasikan sebagai
pengukuran kerja secara langsung. Karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus
dilakukan secara langsung ditempat kerja yang diteliti (Sritomo, 1989).
Metode sampling kerja dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas atau
sampling. Oleh karena itu pengamatan terhadap suatu obyek yang ingin diteliti tidak
perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi) melainkan cukup dilaksanakan
secara mengambil sampel pengamatan yang diambil secara acak (random) (Sritomo,
1989).
Suatu sampel yang diambil secara random dari suatu grup populasi yang besar
akan cenderung memiliki pola distribusi yang sama seperti yang dimiliki oleh
populasi trsebut. Apabila sampel yang dimiliki tersebut diambil cukup besar, maka
karakteristik yang dimiliki oleh sampel tersebut tidak akan jauh berbeda dibanding
dengan karakteristik dari populasinya (Sritomo, 1989).
Banyaknya pengamatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan sampling
kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:
1. Tingkat kepercayaan (Confidence Level).
2. Tingkat ketelitian (Degree of Accuracy).
Dengan asumsi bahwa terjadinya keadaan operator atau sebuah fasilitas yang
akan menganggur (idle) atau produktif mengikuti pola distribusi normal, maka jumlah
pengamatan yang seharusnya dilaksanakan dapat dicari didasarkan formulasi sebagai
berikut (Sritomo, 1989):
K2 ( 1 – p )
N = ---------------
S2.p
Keterangan:
P = Prosentase kejadian yang diamati (prosentase produktif) dalam angka
desimal.
K = Konstanta yang besarnya tergantung tingkat kepercayaan yang diambil (k
= 2) karena menggunakan CL = 95 %.
S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki dalam angka desimal.
Secara garis besar metode sampling kerja ini dapat digunakan untuk
(Sritomo, 1995):
1. Mengukur Ratio Delay dari sejumlah mesin, operator / karyawan atau fasilitas
kerja lainnya.

11
2. Menetapkan Performance Level dari seseorang selama waktu kerja
berdasarkan waktu-waktu dimana orang itu bekerja atau tidak bekerja,
terutama sekali untuk pekerjaan manual.
3. Menentukan waktu baku untuk suatu proses operasi kerja.
Tabel 6.1 Tabel Westinghouse
SKILL EFFORT
+0,15 A1 +0,13 A1
Super skill Super skill
+0,13 A2 +0,12 A2
+0,11 B1 +0,10 B1
Excellent Excellent
+0,08 B2 +0,08 B2
+0,06 C1 +0,05 C1
Good Good
+0,03 C2 +0,02 C2
0,00 D Average 0,00 D Average
-0,05 E1 -0,04 E1
Fair Fair
-0,10 E2 -0,08 E2
-0,16 F1 -0,12 F1
Poor Poor
-0,22 F2 -0,17 F2
CONDITION CONSISTENCY
+0,06 A Ideal +0,06 A Ideal
+0,04 B Excellent +0,04 B Excellent
+0,02 C Good +0,02 C Good
0,00 D Average 0,00 D Average
-0,03 E Fair -0,03 E Fair
-0,07 F Poor -0,07 F Poor

Sebagai contoh, apabila diketahui bahwa waktu rata-rata yang diukur


terhadap suatu elemen kerja adalah 0,05 menit dan rating performance operator
adalah memenuhi klasifikasi berikut:
Excellent Skill (B2) : + 0,08
Good Effort (C2) : + 0,02
Good Condition (C) : + 0,01
Good Consistency (C) : + 0,01 +
Total : + 0.13

12
Maka, waktu normal untuk elemen kerja ini adalah :
0,05 x 1,13 = 0,565 menit

2.11 Menentukan Waktu Kunjungan


Waktu kunjungan untuk melakukan pengamatan ditentukan berdasarkan
bilangan acak (random), hal ini bertujuan agar kejadian memiliki kesempatan
yang sama untuk diamati. Disamping itu untuk menjamin sampel yang diambil
benarbenar dipilih secara acak (Sutalaksana, 1979).
Untuk menentukan, biasanya satu hari kerja dibagi kedalam satuan-satuan
waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Biasanya panjang satu satuan
waktu tidak terlampau panjang (lama). Berdasarkan satu-satuan waktu inilah saat-
saat kunjungan ditentukan. Misalkan satu-satuan waktu panjangnya 5 menit. Jadi
satu hari kerja (7 jam) mempunyai 84 satuan waktu ( (7 x 60)/5 ). Ini berarti
jumlah kunjungan per hari tidak lebih dari 84 kali. Jika dalam satu hari akan
dilakukan 36 kali kunjungan maka dengan bantuan tabel bilangan acak ditentukan
saat-saat kunjungan tersebut. Waktu kunjungan tidak boleh pada saat-saat tertentu
yang kita ketahui dalam keadaan tidak bekerja misalnya jam-jam istirahat atau
hari libur, dimana tidak ada kegiatan secara resmi (Sutalaksana, 1979).
Dengan tabel bilangan acak kita pecahkan persoalan kita tadi. Angka-
angka pada tabel itu kita ikuti dua-dua sampai 36 kali. Tentu syaratnya adalah
bahwa pasangan-pasangan dua buah angka itu besaarnya tidak boleh lebih dari 84
dan tidak boleh terjadi pengulangan (Sutalaksana, 1979).
Misal kita ambil 36 pasang dari bilangan acak seperti berikut ini :
39 65 76 45 45 19 90 69 64 61 37 48 30
40 71 23 70 90 65 97 60 12 11 79 74 63
72 20 47 33 84 51 67 47 97 19 06 34
73 17 25 69 17 17 95 21 78 58 88 52
Jadi, didapat:
37 65 76 45 19 69 64 61 73 71 23
70 60 12 11 72 20 47 33 84 51 67
19 75 17 25 21 78 58 37 48 79 74
63 52 06

13
Dengan demikian kunjungan dilakukan pada satuan waktu ke-39, 65, ( 36
kali ). Bila kita akan memulai kunjungan pada jam 8.00 maka kita dapat
menentukan kunjungan selanjutnya, yang berarti pada jam 11.15 {8.00 + (39 x 5
menit )}, 14.25 {8.00 + (65 x 5 menit)}, dan seterusnya, hingga berakhir pukul
16.00 dengan waktu istirahat antara pukul 12.00 – 13.00. Kalau diurut dari awal
sampai akhir maka akan didapat daftar saat kunjungan dari mulai kunjungan
pertama sampai ke-36 sebagai berikut:
Kunjungan 1 : 08.00 sampai pada
Kunjungan 2 : 08.30 kunjungan 35 : 14.35
Kunjungan 3 : ……. kunjungan 36 : 16.00
Diatas telah dikatakan bahwa panjang satu satuan waktu tidak terlalu
pendek dan juga tidak terlalu panjang. Untuk pertama kiranya sudah jelas, yaitu
bila terlalu pendek misalkan satu menit sekali yang tentunya menyulitkan. Untuk
yang kedua mudah pula dimengerti yaitu akan menyebabkan jumlah kunjungan
per hari terbatas yang berarti akan menjadikan masa pengamatan sampling
pekerjaan lebih lama (Sutalaksana, 1979).
Aplikasi Work Sampling dalam Industri, antara lain (Sritomo, 1989):
1. Penetapan Waktu Baku
a. Mengetahui prosentase antara aktivitas dan idle.
b. Menetapkan waktu baku.
2. Penetapan Waktu Tunggu
Menekan aktivitas idle sampai prosentase yang terkecil, yaitu dengan
memperbaiki metode kerja dan alokasi pembebanan mesin atau manusia
secara tepat.
3. Disiplin Kerja
Dapat meningkatkan disiplin kerja karena Work Sampling dilakukan
sacara random.

2.12 Analisis
Dari hasil pengamatan, apabila didapat N < N’ maka ujilah ketelitian data
yang telah saudara peroleh berdasarkan sejumlah pengamatan yang telah saudara
lakukan tersebut ( untuk mengetahui seberapa besar validitas pengamatan yang
telah dilakukan ). Bandingkan antara tingkat ketelitian yang saudara hitung

14
dengan tingkat ketelitian yang saudara pakai pada waktu menentukan N’.Nilai N’
dapat dicari dengan menggunakan rumus:

√ ∑ ∑
( )

Apabila data yang diambil didapat N < N’ maka kita cukup menambah
data yang sudah ada sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan saja, tanpa perlu
mengulang penelitian dari awal. Secara umum keuntungan dan kelemahan apakah
yang dapat diambil dari pelaksaan aktivitas penelitian dengan sampling kerja
dibanding dengan stopwatch.

15

You might also like