Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Irdza Ghiffary Lutfi
Pembimbing:
dr. Endang M Johani, Sp.M
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2019
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bapak M
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 79 tahun
Tempat tinggal : Karawaci
Status pernikahan : Sudah menikah
Pekerjaan : Pensiun
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis terhadap pasien pada tanggal 29 Januari
2019 pukul 15.30 di ruang poliklinik lantai 2 Rumah Sakit Umum Siloam
Keluhan Utama
Pandangan kedua mata buram seperti berkabut sejak 1 tahun SMRS
Keluhan Tambahan
Kedua mata sering terasa silau sejak 1 tahun SMRS
Status Oftalmologi
OD Inspeksi OS
OD Visual Aquity OS
20/70 20/100
+ Nasal +
+ Temporal +
+ Superior +
+ Inferior +
+ Nasal Superior +
+ Nasal Inferior +
+ Temporal Superior +
+ Temporal Inferior +
OD Palpebra Superior OS
Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Merah/Ekimosis Tidak ada
Tidak ada Benjolan/Tumor Tidak ada
Tidak ada Ptosis Tidak ada
Tidak ada Pseudoptosis Tidak ada
Tidak ada Lagoftalmus Tidak ada
Tidak ada Blefarospasm Tidak ada
Tidak ada Entropion Tidak ada
Tidak ada Ektropion Tidak ada
Tidak ada Trikiasis Tidak ada
Tidak ada Abses Tidak ada
OD Palpebra Inferior OS
Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Merah/Ekimosis Tidak ada
Tidak ada Benjolan/Tumor Tidak ada
Tidak ada Ptosis Tidak ada
Tidak ada Pseudoptosis Tidak ada
Tidak ada Lagoftalmus Tidak ada
Tidak ada Blefarospasm Tidak ada
Tidak ada Entropion Tidak ada
Tidak ada Ektropion Tidak ada
Tidak ada Trikiasis Tidak ada
Tidak ada Abses Tidak ada
OD Konjungtiva Tarsalis OS
Inferior
Tidak ada Lithiasis Tidak ada
Tidak ada Hordeolum Tidak ada
Tidak ada Kalazion Tidak ada
Tidak ada Membran Tidak ada
Tidak ada Pseudomembran Tidak ada
Tidak ada Papil/Giant Papil Tidak ada
Tidak ada Folikel/Cobble Stone Tidak ada
Tidak ada Simblefaron Tidak ada
Tidak ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Pucat Tidak ada
OD Konjungtiva Bulbi OS
Tidak ada Sekret Tidak ada
Tidak ada Kemosis Tidak ada
Tidak ada Papil Tidak ada
Tidak ada Folikel Tidak ada
Tidak ada Perdarahan Subkonjungtiva Tidak ada
Tidak ada Injeksi Siliar Tidak ada
Tidak ada Injeksi Konjungtiva Tidak ada
Tidak ada Pinguekula Tidak ada
Tidak ada Selaput Tidak ada
OD Sklera OS
Tidak ada Nodul Tidak ada
Tidak ada Warna Tidak ada
Tidak ada Stafiloma Tidak ada
Tidak ada Ruptur Tidak ada
OD Kornea OS
Jernih Kejernihan Jernih
Tidak ada Gambaran Kelainan Tidak ada
Ada Arkus Senilis Ada
Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Korpus Alienum Tidak ada
Tidak dilakukan Tes Fluoresein Tidak dilakukan
Tidak ada Tes Sensibilitas Tidak ada
(Refleks Kornea)
Tidak ada Perforasi Tidak ada
Tidak ada Vesikel/Bula Tidak ada
Tidak ada Ulkus Tidak ada
OD COA OS
Dalam Kedalaman Dalam
Tidak ada Flare Tidak ada
Tidak ada Hipopion Tidak ada
Tidak ada Hifema Tidak ada
OD Iris OS
Coklat tua Warna Coklat tua
Tidak ada Atrofi Tidak ada
Tidak ada Sinekia Anterior Tidak ada
Tidak ada Sinekia Posterior Tidak ada
Tidak ada Iris Bombe Tidak ada
Tidak ada Iridodialisis Tidak ada
OD Pupil OS
Ada Refleks Cahaya Langsung Ada
Ada Refleks Cahaya Tak Ada
Langsung
Tidak ada RAPD Tidak ada
Bulat Bentuk Bulat
3 mm Ukuran 3 mm
Sentral Letak Sentral
Isokoria Isokoria/Aniskoria Isokoria
Tidak ada Leukoria Tidak ada
OD Lensa OS
Keruh Kejernihan Keruh
Positif Shadow Test Positif
Sentral Letak Lensa Sentral
Tidak ada Refleks Kaca Tidak ada
OD Badan Kaca OS
Jernih Kejernihan Jernih
Tidak ada Flare Tidak ada
Tidak ada Sel Radang Tidak ada
Tidak ada Sel Darah Merah Tidak ada
Tidak ada Fibrosis Tidak ada
OD Funduskopi OS
+ Refleks Fundus +
Tidak pucat Warna Papil Tidak pucat
Batas Tegas Batas Papil Batas Tegas
0.3 Cup/Disc Ratio 0.3
2:3 Arteri/Vena Ratio 2:3
Normal Makula Lutea Normal
OD Tekanan Bola Mata OS
Tidak dilakukan Tonometri Schiotz Tidak dilakukan
N/P Tonometri Digital N/P
14 Tonometri Non-Kontak 15
OD Tes Konfrontasi OS
Sama dengan pemeriksa Lapang Pandang Sama dengan pemeriksa
IV. RESUME
Pasien seorang pria bernama bapak M berusia 79 tahun datang ke poliklinik mata
dengan keluhan pandangan buram pada kedua mata sejak 1 tahun SMRS. Pasien
mendeskripsikan pandangannya seperti berkabut yang mengganggu pengelihatan
pasien. Pandangan buram mengganggu aktivitas pasien yang hobi membaca. Pasien
juga mengeluhkan kedua matanya yang terasa lebih silau dari biasanya sejak 1 tahun
terutama apabila saat keluar rumah di siang hari, dan pasien merasa lebih nyaman saat
melihat di ruangan yang sinarnya lebih redup. Pasien memiliki riwayat diabetes
mellitus sejak tahun 1985 dan mengonsumsi obat metformin dan glimapirid namun
tidak teratur. Selain istri pasien tidak ada di keluarganya yang menderita keluhan yang
sama. Pada pemeriksaan fisik terdapat arkus senilis pada kedua mata serta kekeruhan
pada lensa dengan shadow test positif.
IX. PROGNOSIS
Ad vitam ODS : Bonam
Ad functionam ODS : Dubia ad bonam
Ad sanationam ODS : Dubia ad bonam
Ad comesticam ODS : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Lensa mata merupakan sebuah struktur bikonveks bersifat transparan dan avaskuler
yang terletak di belakang iris dan pupil yang digantung oleh zonula zinn atau
suspensory ligament. Lensa merupakan organ pengelihatan yang berfungsi untuk
memfokuskan cahaya yang masuk ke mata agar sampai ke macula. Lensa merupakan
struktur yang avascular dimana nutrisi dan ekskresi hasil metabolism lensa
berlangsung melalui aqueous humor di sekitarnya. Pada orang dewasa diameternya
adalah 9mm dan ketebaan anteroposteriornya sekitar 5mm.
Lensa terdiri dari beberapa bagian yaitu kapsul, lapisan epitel, korteks dan nukleus.
Kapsul lensa adalah lapisan elastis dan transparan yang terdiri dari kolagen tipe IV.Sel
hidup pada lensa hanya terdapat pada bagian epitel lensa yang terdapat dibawah kapsul
bagian anterior. Sel epitel ini akan bermitosis dan pada bagian ekuator berelongasi
memanjang menjadi serat lensa yang membentuk korteks lensa dengan bagian tengah
yang semakin padat membentuk nucleus. Sejalan dengan pertambahan usia, komponen
protein pada lensa akan berubah sehingga indeks refraksi dan kejernihannya pun
berubah.
Definisi
Katarak didefinisikan sebagai kekeruhan pada lensa mata oleh sebab apapun
yang mengakibatkan berkurangnya cahaya yang diterima oleh retina. Berkurangnya
cahaya yang diterima retina dapat menyebabkan gangguan pada tajam pengelihatan.
Penyakit ini termasuk dalam kategori mata tenang dengan visus turun perlahan, dan
merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di indonesia. Survei kesehatan pengelihatan
dan pendengaran oleh Depkes RI tahun 1993-1996 menunjukkan bahwa angka
kebutaan di Indonesia adalah 1,5% dengan penyebab utama yaitu katarak (0,78%).
Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek, seperti dari segi
usia terkenanya katarak, etiologi, morfologi dan juga maturitasnya.
Berdasarkan kejadian, katarak dapat terbagi atas:
● Katarak kongenital: kekeruhan lensa yang sudah didapat sejak lahir
● Katarak juvenil: katarak pada usia 3 bulan hingga dibawah 9 tahun
● Katarak pre-senilis: katarak pada usia 30 - <50 tahun
● Katarak senilis: kekeruhan lensa yang terjadi akibat proses fisiologis seiring
dengan bertambahnya usia. Biasanya akan terjadi pada umur 50 tahun ke atas
Dari segi etiologinya, katarak dapat terbagi atas:
● Katarak berhubungan dengan usia
● Trauma
● Metabolik diabetes, galaktosemia, obat-obatan steroid
Derajat Katarak
Manifestasi Klinis
Penderita katarak biasanya mengeluhkan adanya pengelihatan yang buram seperti
terhalang kabut yang tidak dapat diperbaiki dengan penggunaan kacamata. Sebelum
lensa mengeruh, proses penuaan pada lensa akan menyebabkan lensa bertambah tebal
sehingga terjadi miopisasi akibat titik focus yang “tertarik” ke depan retina. Hal
tersebut membentuk gejala khas yang disebut sebagai second sight, dimana penderita
presbiopia tidak lagi membutuhkan kacamata untuk melihat dekat namun pandangan
jauh menjadi buram.
Kekeruhan yang tidak merata pada lensa dapat menyebabkan perubahan indeks refraksi
yang dapat menimbulkan gejala melihat ganda atau diplopia. Bentuk diplopia yang
terjadi adalah diplopia monocular dimana jika satu mata ditutup, bayangan ganda tidak
hilang. Selain itu kekeruhan yang tidak merata juga mengakibatkan cahaya yang masuk
difokuskan terpencar-pencar pada retina sehingga menimbulkan silau (glare) pada
penderita katarak.
Faktor risiko
Usia tua merupakan faktor risiko dari katarak karena katarak senilis atau katarak yang
berhubungan dengan usia merupakan jenis katarak yang paling sering terjadi. Diabetes
mellitus merupakan salah satu faktor risiko dari katarak karena pada kondisi
hiperglikemia, enzim polyol dehydrogenase yang seharusnya memecah sorbitol
berjumlah sedikit sehingga terjadi penumpukan sorbitol di lensa mata sehingga terjadi
kondisi hipertonik yang menarik cairan akuos ke lensa dan merusak arsitektur lensa.
Selain itu rokok berperan dalam pembentukan katarak melalui dua cara yaitu, pertama
paparan asap rokok yang berasal dari tembakau dapat merusak membrane sel dan serat
yang ada pada mata. Kedua yaitu, merokok dapat menyebabkan antioksidan dan enzim-
enzim di dalam tubuh mengalami gangguan sehingga dapat merusak mata (Ulandari,
2014). Merokok menyebabkan penumpukan molekul berpigmen 3-
hydroxikhynurinine dan chomophores yang menyebabkan terjadinya penguningan
warna lensa. Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya karbamilasi dan
denaturasi protein.
Tatalaksana
Pengobatan definitive yang merupakan pilihan terbaik untuk memperbaiki fungsi
pengelihatan pada penderita katarak adalah melalui operasi katarak. Prinsip dari
operasi katarak adalah dengan mengeluarkan lensa yang keruh dan menggantinya
dengan implan yang disebut dengan intra ocular lens (IOL).
Teknik operasi katarak paling mutakhir saat ini adalah dengan teknik fakoemulsifikasi
dimana operasi berlangsung menggunakan mesin yang bekerja berdasarkan getaran
ultrasound untuk memecah-mecah lensa menjadi fragmen berukuran lebih kecil untuk
kemudian diaspirasi.
Intracapsular Cataract Extraction ( ICCE) Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh
lensa besama kapsul. Dapat dilakukan pada zonula Zinn telah rapuh atau bergenerasi
dan mudah diputus. Pada katarak ekstraksi intrascapular tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. Akan tetapi
pada tehnik ini tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang
masih mempunyai segmen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada
pembedahan ini yaitu astigmat, glaucoma, uveitis, endoftalmitis dan perdarahan,
sekarang jarang dilakukan
Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) adalah tindakan pembedahan pada lensa
katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul
lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan
tesebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan
endotel, kemungkinan akan dilakukan bedah glaucoma, mata dengan predisposisi
untuk tejadinya prolaps badan kaca, mata yang sebelumnya mengalami ablasi retina.
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder.
Small Incision Cataract Surgery (SICS) SICS adalah salah satu teknik operasi katarak
yang pada umumnya digunakan di Negara berkembang. Teknik ini biasanya
menghasilkan hasil visus yang bagus dan sangat berguna untuk operasi katarak dengan
volume yang tinggi. Teknik ini dilakukan dengan cara insisi 6 mm pada sclera (jarak 2
mm dari limbus), kemudian dibuat sclera tunnel sampai di bilik mata depan. Dilakukan
CCC, hidrodiseksi, hidrideliniasi dan disini nucleus dikeluarkan dengan manual,
korteks dikeluarkan dengan aspirasi dan irigasi kemudian dipasang IOL in the bag.
Phacoemulsifikasi adalah teknik yang paling mutakhir. Hanya diperlukan irisan yang
sangat kecil saja. Dengan menggunakan getaran ultrasonic yang dapat menghancurkan
nukleus lensa. Sebelum itu dengan pisau yang tajam, kapsul anterior lensa dikoyak.
Lalu jarum ultrasonik ditusukkan ke dalam lensa, sekaligus menghancurkan dan
menghisap massa lensa keluar. Cara ini dapat dilakukan sedemikian halus dan teliti
sehingga kapsul posterior lensa dapat dibiarkan tanpa cacat. Dengan teknik ini maka
luka sayatan dapat dibuat sekecil mungkin sehingga penyulit maupun iritasi pasca
bedah sangat kecil. Irisan tersebut dapat pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan
jahitan sehingga memungkinkan pasien dapat melakukan aktivitas normal dengan
segera. Teknik ini kurang efektif pada katarak yang padat.
Pasien datang dengan keluhan pandangan buram pada kedua mata sejak
1 tahun sebelum masuk rumah sakit. Pasien mendeskripsikan pandangannya seperti
berkabut yang mengganggu pengelihatan pasien. Pandangan buram mengganggu
aktivitas pasien yang hobi membaca. Pasien merasakan bahwa pandangan pada mata
kirinya terasa lebih buruk dibandingkan dengan mata kanannya. Selain itu pasien juga
mengeluhkan pandangan yang silau pada kedua mata. Dari hasil anamnesis tersebut
katarak sudah dapat dicurigai untuk dijadikan diagnosis karena gejala yang dirasakan
pasien sesuai dengan literatur mengenai katarak.
Berdasarkan pemeriksaan oftalmologi pada pasien. Ditemukan arkus senilis
pada kornea pasien yang proses fisiologis deposisi kolesterol dan lemak di stroma lensa
yang sering terjadi pada orang tua. Ditemukan juga kekeruhan pada lensa kedua mata
pasien, serta pada shadow test ditemukan hasilnya positif. Shadow test adalah
pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat bayangan iris yang jatuh
pada lensa. Shadow test positif dapat menandakan adanya katarak stadium imatur,
dimana kekeruhan lensa belum terjadi secara menyeluruh sehingga bayangan masih
dapat terlihat. Berbeda dengan katarak stadium matur dimana shadow test akan
menunjukkan hasil negative karena kekeruhan lensa sudah terjadi secara menyeluruh,
sehingga bayangan iris tidakakan nampak pada lensa. dan hipermatur dimana akan
menunjukkan hasil pseudopositif.
Berdasarkan etiologinya, pasien tidak memiliki riwayat trauma sehingga
diagnosis banding seperti katarak traumatis dapat disingkirkan. Pasien juga tidak
memiliki hipertensi, konsumsi obat-obatan terutama steroid dalam jangka lama dan
paparan radiasi. Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus yang tidak terkontrol namun
katarak yang dialami pasien tidak datang secara tiba-tiba seperti apa yang ditemukan
pada katarak diabetik akut serta gejala yang dialami oleh pasien datang saat usia pasien
sudah lanjut sedangkan katarak diabetika biasa menyerang pasien dengan usia lebih
muda akibat diabetes tipe 1. Untuk menentukan derajat kematangan katarak, digunakan
slit lamp dan hasilnya menunjukkan bahwa kekeruhan belum menyeluruh sehingga
diagnosis untuk pasien adalah Katarak Senilis Imatur pada mata kanan dan kiri.
Terapi definitif dari katarak adalah operasi, sehingga pada pasien ini pun
disarankan untuk melakukan operasi ekstraksi katarak dengan pemasangan implant
IOL. Pada pasien ini, dilakukan operasi pada mata kiri terlebih dahulu karena dikatakan
lebih mengganggu dibandingkan yang kanan. Tiga hari sebelum operasi, pasien
diberikan terapi profilaksis yaitu antibiotik Noncort dan Lefofloxacin.
Pemeriksaan lanjutan yang disarankan kepada pasien adalah pemeriksaan
biometri untuk memeriksa panjang aksial bola mata secara akurat dan untuk
menentukkan kekuatan lensa intraokular yang akan ditanamkan pada pasien.
Retinoskopi dapat dilakukan untuk memeriksa keadaan retina pasien serta pemeriksaan
laboratorium sebelum dilakukan operasi.
DAFTAR PUSTAKA