You are on page 1of 20

KEPANITERAAN KLINIK

LAPORAN KASUS STASE ILMU KESEHATAN MATA SILOAM


KATARAK SENILIS IMATUR ODS

Disusun oleh:
Irdza Ghiffary Lutfi

Pembimbing:
dr. Endang M Johani, Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2019
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bapak M
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 58 tahun
Tempat tinggal : Karawaci
Status pernikahan : Sudah menikah
Pekerjaan : Pensiun

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis terhadap pasien pada tanggal 29 Januari
2019 pukul 15.30 di ruang poliklinik lantai 2 Rumah Sakit Umum Siloam

Keluhan Utama
Pandangan kedua mata buram seperti berkabut sejak 1 tahun SMRS

Keluhan Tambahan
Kedua mata sering terasa silau sejak 1 tahun SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan pandangan buram pada kedua mata sejak 1 tahun
SMRS. Pasien mendeskripsikan pandangannya seperti berkabut yang mengganggu
pengelihatan pasien. Pandangan buram mengganggu aktivitas pasien yang hobi
membaca.
Pasien juga mengeluhkan kedua matanya yang terasa lebih silau dari biasanya
sejak 1 tahun terutama apabila saat keluar rumah di siang hari, dan pasien merasa lebih
nyaman saat melihat di ruangan yang sinarnya lebih redup.
Selain keluhan-keluhan yang sudah disebutkan, pasien menyangkal adanya
gejala mata merah, nyeri, pusing, maupun mual dan muntah.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah memiliki gejala serupa sebelumnya. Pasien memiliki
riwayat operasi usus buntu 20 tahun yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi
dan diabetes mellitus. Pasien juga tidak memiliki riwayat trauma, mata merah berulang,
asma, tuberkulosis maupun alergi.

Riwayat Penyakit Keluarga


Istri pasien mengeluhkan keluhan yang mirip dengan pasien dan telah di
diagnosis katarak pada kedua matanya dengan 1 mata telah dilakukan tindakan operasi.
Pasien menyangkal memiliki anggota keluarga lainnya dengan keluhan serupa.
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat hipertensi, maupun glaucoma.

Riwayat Sosial dan Kebiasaan


Pasien adalah seorang pensiunan, sebelumnya semasa muda pasien bekerja di
pengadilan. Keseharian pasien saat ini berada di rumah melakukan pekerjaan rumah
yang ringan dengan hobi membaca .Riwayat merokok, mengkonsumsi alkohol maupun
obat-obatan terlarang disangkal oleh pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
● Keadaan umum: tampak sakit ringan
● Tingkat kesadaran: compos mentis
● GCS: 15
Status Oftalmologi
OD Inspeksi OS

OD Visual Aquity OS

20/70 20/100

OD Gerak Bola Mata OS

+ Nasal +

+ Temporal +

+ Superior +

+ Inferior +

+ Nasal Superior +
+ Nasal Inferior +

+ Temporal Superior +

+ Temporal Inferior +

OD Kedudukan Bola Mata OS

Orthoporia Posisi Orthoporia

Tidak ada Eksoftalmus Tidak ada

Tidak ada Enoftalmus Tidak ada

Tidak ada Eksotropia Tidak ada

Tidak ada Esotropia Tidak ada

Tidak ada Eksoforia Tidak ada

OD Palpebra Superior OS
Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Merah/Ekimosis Tidak ada
Tidak ada Benjolan/Tumor Tidak ada
Tidak ada Ptosis Tidak ada
Tidak ada Pseudoptosis Tidak ada
Tidak ada Lagoftalmus Tidak ada
Tidak ada Blefarospasm Tidak ada
Tidak ada Entropion Tidak ada
Tidak ada Ektropion Tidak ada
Tidak ada Trikiasis Tidak ada
Tidak ada Abses Tidak ada
Tidak ada Madarosis Tidak ada
Tidak ada Xanthelasma Tidak ada

OD Palpebra Inferior OS
Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Merah/Ekimosis Tidak ada
Tidak ada Benjolan/Tumor Tidak ada
Tidak ada Ptosis Tidak ada
Tidak ada Pseudoptosis Tidak ada
Tidak ada Lagoftalmus Tidak ada
Tidak ada Blefarospasm Tidak ada
Tidak ada Entropion Tidak ada
Tidak ada Ektropion Tidak ada
Tidak ada Trikiasis Tidak ada
Tidak ada Abses Tidak ada

OD Area Lakrimal dan OS


Pungtum Lakrimal
Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Hiperemi Tidak ada
Tidak ada Fistula Tidak ada
Tidak ada Benjolan/Tumor Tidak ada
Tidak ada Lakrimasi Tidak ada
Tidak ada Epifora Tidak ada
Tidak ada Sekret Tidak ada
Tidak ada Hipersekresi Tidak ada

OD Konjungtiva Tarsalis OS
Superior
Tidak ada Lithiasis Tidak ada
Tidak ada Hordeolum Tidak ada
Tidak ada Kalazion Tidak ada
Tidak ada Membran Tidak ada
Tidak ada Pseudomembran Tidak ada
Tidak ada Papil/Giant Papil Tidak ada
Tidak ada Folikel/Cobble Stone Tidak ada
Tidak ada Simblefaron Tidak ada
Tidak ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Pucat Tidak ada

OD Konjungtiva Tarsalis OS
Inferior
Tidak ada Lithiasis Tidak ada
Tidak ada Hordeolum Tidak ada
Tidak ada Kalazion Tidak ada
Tidak ada Membran Tidak ada
Tidak ada Pseudomembran Tidak ada
Tidak ada Papil/Giant Papil Tidak ada
Tidak ada Folikel/Cobble Stone Tidak ada
Tidak ada Simblefaron Tidak ada
Tidak ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Pucat Tidak ada
OD Konjungtiva Bulbi OS
Tidak ada Sekret Tidak ada
Tidak ada Kemosis Tidak ada
Tidak ada Papil Tidak ada
Tidak ada Folikel Tidak ada
Tidak ada Perdarahan Subkonjungtiva Tidak ada
Tidak ada Injeksi Siliar Tidak ada
Tidak ada Injeksi Episklera Tidak ada
Tidak ada Injeksi Perikorneal Tidak ada
Tidak ada Injeksi Konjungtiva Tidak ada
Tidak ada Pinguekula Tidak ada
Tidak ada Tumor dan Nevus Tidak ada
Tidak ada Selaput Tidak ada

OD Sklera OS
Tidak ada Nodul Tidak ada
Tidak ada Warna Tidak ada
Tidak ada Stafiloma Tidak ada
Tidak ada Ruptur Tidak ada
OD Kornea OS
Jernih Kejernihan Jernih
Tidak ada Gambaran Kelainan Tidak ada
Ada Arkus Senilis Ada
Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Korpus Alienum Tidak ada
Tidak dilakukan Tes Fluoresein Tidak dilakukan
Tidak ada Tes Sensibilitas Tidak ada
(Refleks Kornea)
Tidak ada Perforasi Tidak ada
Tidak ada Vesikel/Bula Tidak ada
Tidak ada Ulkus Tidak ada

OD COA OS
Dalam Kedalaman Dalam
Tidak ada Flare Tidak ada
Tidak ada Hipopion Tidak ada
Tidak ada Hifema Tidak ada
OD Iris OS
Coklat tua Warna Coklat tua
Tidak ada Atrofi Tidak ada
Tidak ada Sinekia Anterior Tidak ada
Tidak ada Sinekia Posterior Tidak ada
Tidak ada Iris Bombe Tidak ada
Tidak ada Iridodialisis Tidak ada
OD Pupil OS
Ada Refleks Cahaya Langsung Ada
Ada Refleks Cahaya Tak Ada
Langsung
Tidak ada RAPD Tidak ada
Bulat Bentuk Bulat
3 mm Ukuran 3 mm
Sentral Letak Sentral
Isokoria Isokoria/Aniskoria Isokoria
Tidak ada Leukoria Tidak ada
OD Lensa OS
Keruh Kejernihan Keruh
Positif Shadow Test Positif
Sentral Letak Lensa Sentral
Tidak ada Refleks Kaca Tidak ada
OD Badan Kaca OS
Jernih Kejernihan Jernih
Tidak ada Flare Tidak ada
Tidak ada Sel Radang Tidak ada
Tidak ada Sel Darah Merah Tidak ada
Tidak ada Fibrosis Tidak ada
OD Funduskopi OS
+ Refleks Fundus +
Tidak pucat Warna Papil Tidak pucat
Batas Tegas Batas Papil Batas Tegas
0.3 Cup/Disc Ratio 0.3
2:3 Arteri/Vena Ratio 2:3
Normal Makula Lutea Normal
OD Tekanan Bola Mata OS
Tidak dilakukan Tonometri Schiotz Tidak dilakukan
N/P Tonometri Digital N/P
14 Tonometri Non-Kontak 15
OD Tes Konfrontasi OS
Sama dengan pemeriksa Lapang Pandang Sama dengan pemeriksa
Tes Buta Warna (Ishihara)
Normal (tidak buta warna)

Foto Mata Pasien


Dilakukan Shadow Test pada kedua mata pasien.
OD OS

IV. RESUME
VI. DIAGNOSIS KERJA
Katarak Senilis Imatur ODS

VII. SARAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


● Pemeriksaan laboratorium lengkap (CBC, BT, CT, GDS)
● Biometri
● Retinoskopi
VIII. TATALAKSANA
Medikamentosa
● Noncort 0.6 ml ED 6 dd gtt 1 (3 hari sebelum operasi)
● Lefofloxacin 0.6 ml ED 6 dd gtt 1 (3 hari sebelum operasi)
Non-Medikamentosa
● Edukasi pasien untuk menggunakan pelindung mata terutama saat keluar dari
rumah untuk mengurangi gejala silau dan melindungi mata dari partikel debu
● Edukasi pasien mengenai persiapan dan prosedur operasi
● Edukasi pasien mengenai prognosis serta risiko komplikasi dari operasi
Tindakan
● Ekstraksi katarak OD/OS dengan implant IOL OD/OS

IX. PROGNOSIS
Ad vitam ODS : Bonam
Ad functionam ODS : Dubia ad bonam
Ad sanationam ODS : Dubia ad bonam
Ad comesticam ODS : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Lensa mata merupakan sebuah struktur bikonveks bersifat transparan dan avaskuler
yang terletak di belakang iris dan pupil yang digantung oleh zonula zinn atau
suspensory ligament. Lensa merupakan organ pengelihatan yang berfungsi untuk
memfokuskan cahaya yang masuk ke mata agar sampai ke macula. Lensa merupakan
struktur yang avascular dimana nutrisi dan ekskresi hasil metabolism lensa
berlangsung melalui aqueous humor di sekitarnya. Pada orang dewasa diameternya
adalah 9mm dan ketebaan anteroposteriornya sekitar 5mm.
Lensa terdiri dari beberapa bagian yaitu kapsul, lapisan epitel, korteks dan nukleus.
Kapsul lensa adalah lapisan elastis dan transparan yang terdiri dari kolagen tipe IV.Sel
hidup pada lensa hanya terdapat pada bagian epitel lensa yang terdapat dibawah kapsul
bagian anterior. Sel epitel ini akan bermitosis dan pada bagian ekuator berelongasi
memanjang menjadi serat lensa yang membentuk korteks lensa dengan bagian tengah
yang semakin padat membentuk nucleus. Sejalan dengan pertambahan usia, komponen
protein pada lensa akan berubah sehingga indeks refraksi dan kejernihannya pun
berubah.

Definisi
Katarak didefinisikan sebagai kekeruhan pada lensa mata oleh sebab apapun
yang mengakibatkan berkurangnya cahaya yang diterima oleh retina. Berkurangnya
cahaya yang diterima retina dapat menyebabkan gangguan pada tajam pengelihatan.
Penyakit ini termasuk dalam kategori mata tenang dengan visus turun perlahan, dan
merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di indonesia. Survei kesehatan pengelihatan
dan pendengaran oleh Depkes RI tahun 1993-1996 menunjukkan bahwa angka
kebutaan di Indonesia adalah 1,5% dengan penyebab utama yaitu katarak (0,78%).
Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek, seperti dari segi
usia terkenanya katarak, etiologi, morfologi dan juga maturitasnya.
Berdasarkan kejadian, katarak dapat terbagi atas:
● Katarak kongenital: kekeruhan lensa yang sudah didapat sejak lahir
● Katarak juvenil: katarak pada usia 3 bulan hingga dibawah 9 tahun
● Katarak pre-senilis: katarak pada usia 30 - <50 tahun
● Katarak senilis: kekeruhan lensa yang terjadi akibat proses fisiologis seiring
dengan bertambahnya usia. Biasanya akan terjadi pada umur 50 tahun ke atas
Dari segi etiologinya, katarak dapat terbagi atas:
● Katarak berhubungan dengan usia
● Trauma
● Metabolik  diabetes, galaktosemia, obat-obatan steroid

Dari segi morfologi, katarak terbagi atas:


● Katarak nuklearis
Katarak nuklearis terjadi akibat adanya pertumbuhan serat-serat korteks ke arah
nukleus yang lama kelamaan menyebabkan sklerosis. Katarak jenis ini dapat ditandai
dengan adanya perubahan warna lensa menjadi kuning. Katarak ini juga dikaitkan
dengan adanya agregasi protein yang menyebabkan kekeruhan lensa. Progresivitas
katarak nuklearis tergolong lambat dan biasanya merupakan tipe katarak yang paling
dihubungkan dengan bertambahnya usia biasanya pasien mengalami miopisasi akibat
perubahan refraksi pada lensa yang mengakibatkan pandangan dekat pada penderita
presbiopia menjadi lebih baik. Hal ini disebut sebagai ‘second sight’. Pada beberapa
kasus dapat terjadi mononuklear diplopia akibat perbedaan indeks refraksi yang jauh
antara nukleus dan korteks. Apabila sudah memasuki tahap yang lebih parah, nukleus
dapat berubah warna menjadi merah (katarak nuklearis rubra), coklat (katarak
nuklearis brunescent) atau hitam (katarak nuklearis nigra).
● Katarak kortikalis
Katarak kortikalis adalah kekeruhan pada lensa pada bagian perifer korteks yang
tumbuh ke arah sentral. Pada awal pembentukan katarak kortikalis, terjadi perubahan
komposisi ion pada korteks lensa sehingga menyebabkan retensi natrium pada lensa
dan terjadi penarikan molekul air ke dalam lensa dan terjadi overhidrasi lensa.
Perubahan hidrasi ini akan menghasilkan celah dengan pola radiasi di sekitar daerah
ekuator dan lama kelamaan akan timbul kekeruhan di kortek lensa
Katarak ini biasanya bersifat bilateral namun seringnya asimetris. Gejala yang muncul
biasanya adalah rasa silau atau glare, contohnya saat melihat lampu mobil di malam
hari. Progresivitas dari katarak kortikalis sangat bervariasi, dimana pada beberapa
kasus kekeruhan korteks terjadi secara cepat namun di sisi lain ada yang
progresivitasnya lambat

● Katarak subkapsularis
Tipe katarak ini biasanya ditemukan pada pasien-pasien yang lebih muda dibandingkan
katarak kortikalis atau nuklearis. Kekeruhannya terdapat pada korteks di dekat kapsul
posterior bagian sentral, dan biasanya pada awal akan menimbulkan gangguan
pengelihatan karena adanya keterlibatan sumbu pengelihatan. Penyebab tersering dari
katarak subkapsularis selain karena faktor usia adalah konsumsi steroid dalam jangka
panjang, trauma serta radiasi. Gejala yang seringkali dijumpai adalah rasa silau yang
berlebihan saat melihat cahaya.

Dari segi maturitas, katarak terbagi atas:


● Katarak insipien
Stadium dimana kekeruhan lensa berupa bercak-bercak teratur. Kekeruhan biasanya
mulai dari perifer lensa yaitu di korteks anterior dengan bagian tengah yang masih
jernih. Kekeruhan akan lebih jelas terlihat apabila pupil pasien dilebarkan dengan
midriasil. Tajam pengelihatan pasien pada stadium ini biasanya masih bagus yaitu
20/20 apabila tidak ada kelainan refraksi.
● Katarak imatur
Stadium dimana pada lensa sudah nampak kekeruhan namun belum terjadi secara
keseluruhan. Saat dilakukan pemeriksaan shadow test, hasilnya akan positif karena
adanya bayangan iris yang jatuh di lensa. Lensa biasanya mulai menjadi cembung
karena adanya peningkatan tekanan osmotik, sehingga pada beberapa kasus terjadi
miopisasi. Lensa yang cembung juga dapat mengakibatkan bilik anterior mata menjadi
dangkal dan penyempitan sudut bilik mata.

● Katarak matur
Kekeruhan sudah mengenai seluruh bagian lensa. Hal ini diakibatkan karena adanya
deposisi ion kalsium. Lensa mata biasanya sudah tidak cembung lagi karena tekanan
osmotik lensa dengan cairan sekitar sudah seimbang. Pada stadium ini shadow test
yang dilakukan akan menunjukkan hasil negatif karena kekeruhan lensa sudah terjadi
secara menyeluruh, sehingga bayangan iris tidak akan nampak pada lensa.

● Katarak hipermatur
Pada stadium ini sudah terjadi degenerasi kapsul sehingga menyebabkan isi korteks
keluar dari kapsul lensa dan masu ke bilik depan mata. Hal ini menyebabkan lensa
menjadi lebih kecil, berwarna kuning dan kering. Pada keadaan lensa dengan kapsul
tebal, korteks yang menjadi cair tidak dapat keluar dan akan membantuk eperti
gambaran kantong susu. Hal ini dapat menyebabkan tenggelamnya nukleus ke arah
inferior, dan keadaan ini dinamakan sebagai katarak morgagnian.

Derajat Katarak

Derajat Katarak Secara Umum


● Derajat 1: nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari 6/12, tampak
sedikit kekeruhan dengan warna agak keputihan. Refleks fundus masih mudah
diperoleh. Usia penderita biasanya kurang dari 50 tahun.
● Derajat 2: Nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus antara 6/12 - 6/30,
tampak nukleus mulai sedikit berwarna kekuningan. Refleks fundus masih
mudah diperoleh.
● Derajat 3: Nukleus dengan kekerasan sedang, biasanya visus antara 6/30 - 3/60,
tampak nukleus berwarna kuning disertai kekeruhan korteks yang berwarna
keabu-abuan.
● Derajat 4: Nukleus keras, biasanya visus antara 3/60 - 1/60, tampak nukleus
berwarna kuning kecoklatan. Refleks fundus sulit untuk dinilai.
● Derajat 5: Nukleus sangat keras, biasanya visus hanya 1/60 atau lebih buruk.
Usia penderita sudah di atas 65 tahun. Tampak nukleus berwarna kecoklatan
bahkan sampai kehitaman. Katarak ini sangat keras dan disebut sebagai katarak
brunescence atau katarak nigra.

Manifestasi Klinis
Penderita katarak biasanya mengeluhkan adanya pengelihatan yang buram seperti
terhalang kabut yang tidak dapat diperbaiki dengan penggunaan kacamata. Sebelum
lensa mengeruh, proses penuaan pada lensa akan menyebabkan lensa bertambah tebal
sehingga terjadi miopisasi akibat titik focus yang “tertarik” ke depan retina. Hal
tersebut membentuk gejala khas yang disebut sebagai second sight, dimana penderita
presbiopia tidak lagi membutuhkan kacamata untuk melihat dekat namun pandangan
jauh menjadi buram.
Kekeruhan yang tidak merata pada lensa dapat menyebabkan perubahan indeks refraksi
yang dapat menimbulkan gejala melihat ganda atau diplopia. Bentuk diplopia yang
terjadi adalah diplopia monocular dimana jika satu mata ditutup, bayangan ganda tidak
hilang. Selain itu kekeruhan yang tidak merata juga mengakibatkan cahaya yang masuk
difokuskan terpencar-pencar pada retina sehingga menimbulkan silau (glare) pada
penderita katarak.

Faktor risiko
Usia tua merupakan faktor risiko dari katarak karena katarak senilis atau katarak yang
berhubungan dengan usia merupakan jenis katarak yang paling sering terjadi. Diabetes
mellitus merupakan salah satu faktor risiko dari katarak karena pada kondisi
hiperglikemia, enzim polyol dehydrogenase yang seharusnya memecah sorbitol
berjumlah sedikit sehingga terjadi penumpukan sorbitol di lensa mata sehingga terjadi
kondisi hipertonik yang menarik cairan akuos ke lensa dan merusak arsitektur lensa.(1)
Selain itu rokok berperan dalam pembentukan katarak melalui dua cara yaitu, pertama
paparan asap rokok yang berasal dari tembakau dapat merusak membrane sel dan serat
yang ada pada mata. Kedua yaitu, merokok dapat menyebabkan antioksidan dan enzim-
enzim di dalam tubuh mengalami gangguan sehingga dapat merusak mata (Ulandari,
2014). Merokok menyebabkan penumpukan molekul berpigmen 3-
hydroxikhynurinine dan chomophores yang menyebabkan terjadinya penguningan
warna lensa. Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya karbamilasi dan
denaturasi protein. (2)

Tatalaksana
Pengobatan definitive yang merupakan pilihan terbaik untuk memperbaiki fungsi
pengelihatan pada penderita katarak adalah melalui operasi katarak. Prinsip dari
operasi katarak adalah dengan mengeluarkan lensa yang keruh dan menggantinya
dengan implan yang disebut dengan intra ocular lens (IOL).
Teknik operasi katarak paling mutakhir saat ini adalah dengan teknik fakoemulsifikasi
dimana operasi berlangsung menggunakan mesin yang bekerja berdasarkan getaran
ultrasound untuk memecah-mecah lensa menjadi fragmen berukuran lebih kecil untuk
kemudian diaspirasi.
ANALISA KASUS

Pasien datang dengan keluhan pandangan buram pada kedua mata sejak
1 tahun sebelum masuk rumah sakit. Pasien mendeskripsikan pandangannya seperti
berkabut yang mengganggu pengelihatan pasien. Pandangan buram mengganggu
aktivitas pasien yang hobi membaca. Pasien merasakan bahwa pandangan pada mata
kirinya terasa lebih buruk dibandingkan dengan mata kanannya. Selain itu pasien juga
mengeluhkan pandangan yang silau pada kedua mata. Dari hasil anamnesis tersebut
katarak sudah dapat dicurigai untuk dijadikan diagnosis karena gejala yang dirasakan
pasien sesuai dengan literatur mengenai katarak.
Berdasarkan pemeriksaan oftalmologi pada pasien. Ditemukan arkus senilis
pada kornea pasien yang proses fisiologis deposisi kolesterol dan lemak di stroma lensa
yang sering terjadi pada orang tua. Ditemukan juga kekeruhan pada lensa kedua mata
pasien, serta pada shadow test ditemukan hasilnya positif. Shadow test adalah
pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat bayangan iris yang jatuh
pada lensa. Shadow test positif dapat menandakan adanya katarak stadium imatur,
dimana kekeruhan lensa belum terjadi secara menyeluruh sehingga bayangan masih
dapat terlihat. Berbeda dengan katarak stadium matur dimana shadow test akan
menunjukkan hasil negative karena kekeruhan lensa sudah terjadi secara menyeluruh,
sehingga bayangan iris tidakakan nampak pada lensa. dan hipermatur dimana akan
menunjukkan hasil pseudopositif.
Berdasarkan etiologinya, pasien tidak memiliki riwayat trauma, penyakit
metabolic seperti diabetes mellitus dan hipertensi, konsumsi obat-obatan terutama
steroid dalam jangka lama dan paparan radiasi sehingga diagnosis banding seperti,
katarak traumatis dan katarak komplikata akibat penyakit metabolic dapat
disingkirkan. Untuk menentukan derajat kematangan katarak, digunakan slit lamp dan
hasilnya menunjukkan bahwa kekeruhan belum menyeluruh sehingga diagnosis untuk
pasien adalah Katarak Senilis Imatur pada mata kanan dan kiri.
Terapi definitif dari katarak adalah operasi, sehingga pada pasien ini pun
disarankan untuk melakukan operasi ekstraksi katarak dengan pemasangan implant
IOL. . Pada pasien ini, dilakukan operasi pada mata kanan terlebih dahulu karena
dikatakan lebih mengganggu dibandingkan yang kiri. 3 hari sebelum operasi, pasien
harus meminum antibiotik Noncort dan Lefofloxacin sebagai terapi profilaksis sebelum
operasi.
Pemeriksaan biometri disarankan untuk memeriksa panjang aksial bola mata
secara akurat dan untuk menentukkan kekuatan lensa intraokular yang akan
ditanamkan pada pasien. Retinoskopi dapat dilakukan untuk memeriksa keadaan retina
pasien serta pemeriksaan laboratorium sebelum dilakukan operasi.

You might also like