Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Jakarta
2016/2017
DAFTAR ISI
COVER
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 46
B. Saran ............................................................................................................................ 47
2
KATA PENGANTAR
Dengan segala ucapan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan kemurahannya maka kelompok kami dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Teori Kepribadian ini. Tugas makalah yang kami selesaikan bertema
semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini dari
penulisan makalah kelompok kami ini, oleh karena itu sangat kami harapkan
saran dan kritik yang positif dan membangun untuk perbaikan kesempurnaan
3
BAB I
PENDAHULUAN
hubungan interaksi antara satu individu dengan individu lainnya adalah psikologi
kepribadian. Psikologi ini mempelajari pribadi manusia yang sangat unik, dan
dibangun atas berbagai asumsi tentang hakikat dan martabat manusia menjadi
melahirkan berbagai teori yang beragam sesuai dengan perspektif pemikiran dan
seseorang secara psikologis. Salah satu contoh struktur kepribadian yang paling
4
B. Rumusan Masalah
kepribadian ?
C. Tujuan pembahasan
1. Tujuan umum diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dua batu pijakan yang membuat teori psikoanalisis Sigmund Freud yang
menarik, yang pertama adalah pembahasan mengenai seks dan agresi yang
terus populer. Kedua, oleh pengikutnya yang antusias juga setia, di mana
kesepian seperti dalam mitos, membuat teori ini tersebar luas, karena
tidak begitu umum pada masa kini, gangguan tersebut cukup menjadi masalah,
cukup tepat untuk mengatakan bahwa histeria adalah penyakit yang popular
pada masa itu. Selain itu juga analisis terhadap mimpinya sendiri, dan
penelitian yang ketat, dan observasi yang dilakukan secara subjektif terhadap
sampel pasien yang jumlahnya terbatas yang kebanyakan berasal dari kelas
menengah juga kalangan kelas atas. Ia tidak menghitung data yang diperolehnya
6
B. Struktur Kepribadian
Sampai dengan tahun 1920-an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan
ketiga unsur tesebut. Kemudian pada tahun 1923, Freud mengenalkan tiga
model struktural yang lain, yaitu das es, das ich, dan das uber ich. Struktur baru
ini untuk melengkapi gambaran mental, terutama dalam fungsi dan tujuannya.
adalah bagian terkecil dari gunung es, yaitu bagian puncak yang dapat dilihat,
sementara alam tidak sadar menjadi bagian bawah yang tidak terlihat dari
gunung es tersebut.
dalam beragama merupakan tindakan tidak sadar yang berasal dari libido yang
berusaha untuk memenuhi kepuasan insting) dan rahim tempat ego dan super
binatang lain, dilahirkan dengan sejumlah insting dan motivasi. Insting yang
paling dasar adalah tangisan anak yang baru lahir kedunia, sebagai bentuk
7
Ketika lahir, kekuatan motivasi dalam diri tentunya belum dipengaruhi oleh dunia
luar. Freud menyebut inti kepribadian yang belum tercemar ini sebagai id.
motivasi dan energi psikis dasar, yang sering disebut insting atau impuls.
Maksudnya bahwa id itu merupakan sumber dari insting kehidupan (eros) atau
yang bersifat primitif, tidak logis, tidak rasional, dan orientasinya bersifat fantasi
(maya).
Id merupakan libido murni atau energi psikis yang bersifat irasional dan
dunia luar.
1. Refleks
8
Freud meyakini bahwa mimpi merupakan usaha pemenuhan keinginan atau
dorongan yang tidak terpenuhi dalam kondisi nyata. Berbagai halusinasi pada
orang yang mengalami gangguan jiwa merupakan contoh dari proses primer ini.
Namun yang jelas proses primer ini tidak dapat mengurangi ketegangan atau
memenuhi keinginan, maka cara atau proses baru perlu dikembangkan. Atas
dasar kebutuhan inilah komponen kepribadian kedua terbentuk, yaitu Ego (Das
Ich).
Struktur lain adalah ego yang berhubungan dengan id. Ego sering disebut
energi id kepada saluran yang dapat diterima secara sosial. Ego yang membuat
prinsip realitas (reality priciple) peran utama ego adalah menjembatani antara id
dengan kondisi lingkungan atau dunia luar (external social world) yang
dengan realita.
Ego berkembang dari id semasa bayi antara usia usia 1 dan 2 tahun, saat
dengan dunia luar. Sementara id tetap tak berubah, ego terus mengembangkan
tidak realistis dan tidak sudi untuk tunduk. Terkadang ego sanggup mengekang
dorongan id yang serba kuat dan mencari kesenangan, tetapi terkadang id yang
9
pencapaian kepusaan, hanya dalam prosesnya, ego berdasar pada “secondary
memori, dsb. Melalui proses tersebut ego merumuskan suatu rencana untuk
itu disebut reality testing (pengujian keberadaan objek pemuasan di dunia nyata).
2. Seluruh energi (daya) ego berasal dari id, sehingga ego tidak terpisah
dari id.
sekitar.
pengembangbiakannya.
Begitu anak memasuki usia lima atau enam tahun, mereka mengidentifikasi diri
mereka dengan orang tua dan mulai belajar apa yang seharusnya dan tidak
kesenangan dari id dan prinsip realistis dari ego. Superego berkembang dari
ego, dan sama seperti ego tidak memiliki sumber energi sendiri. Akan tetapi,
10
superego berbeda dalam satu hal penting, superego tidak mempunyai kontak
dengan dunia luar sehingga tuntutan superego akan kesempurnaan pun menjadi
tingkah laku yang baik atau buruk. Individu menginternalisasi berbagai norma
sosial tersebut. Dalam arti, individu menerima norma-norma sosial atau prinsip-
Superego berkembang pada usia sekitar 3 atau 5 tahun. Pada usia ini anak
hati (conscience) dan ego ideal. Mekanisme terbentuknya kata hati dan ego ideal
itu disebut introjeksi. Freud tidak membedakan kedua fungsi ini secara jelas,
hukuman atas perilaku yang tidak pantas dan mengajari kita tentang hal-hal yang
mendapatkan imbalan atas perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-
hal yang sebaiknya dilakukan. Suara hati yang primitif datang dari kepatuhan
anak pada standar orang tua karena takut kehilangan rasa cinta dan dukungan
Superego memang tidak bisa memproduksi represi sendiri, tetapi superego bisa
11
dengan ketat serta menilai tindakan dan niat dari ego. Freud (1933/1964)
secara tegas maupun dibagi oleh sekat yang jelas. Perkembangan ketiga
wilayah ini bervariasi antar individu yang berbeda. Bagi sebagian orang,
inferior. Sedangkan bagi yang lain, ego dan superego bergantian mengendalikan
muncul siklus di mana rasa percaya diri dan rasa menghukum diri sendiri muncul
bergantian. Dengan terbentuknya superego ini, berarti pada diri individu telah
masyarakat.
tujuan-tujuan moralistik.
Superego serupa dengan hati nurani, namun lebih dalam lagi. Kita dapat berpikir
dalam diri-namun sebagian dari superego tidak dapat kita sadari. Maksudnya,
kita tidak selalu sadar akan dorongan moral dalam diri yang menekan dan
12
C. Dinamika Kepribadian Freud
dari energi psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang dimiliki.
a. Distribusi Energi
kompleks. Sistem energi ini berasal dari makanan yang dikonsumsi dan
aktivitas fisik dan energi psikis untuk aktivitas psikis. Berdasarkan doktrin
energi psikis atau sebaliknya. Ini sesuai dengan kaidah fisika, bahwa
energi tidak dapat hilang, tetapi dapat pindah dan berubah bentuk. Freud
dan insting.
13
Dorongan bekerja sebagai tekanan motivasional yang konstan. Sebagai
stimulus internal tidak bisa dihindari. Setiap dorongan yang ada memiliki
Gagasan mengenai dorongan ini sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh Freud
14
Insting hidup juga disebut juga Eros adalah dorongan yang menjamin survival
mendorongnya untuk bertingkah laku secara positif atau konstruktif. Insting ini
berfungsi untuk melayani tujuan manusia agar tetap hidup dan berkembang.
Insting ini meliputi dorongan jasmaniah, seperti seks, lapar dan haus. Insting ini
seperti : seni lukis, musik, kerjasama, dan cinta. Insting hidup mencakup
dorongan yang berhubungan dengan ego awal dan insting seksual. Freud
terpenting adalah insting seks. Freud meyakini bahwa seluruh tubuh dialiri libido.
Libido ini bersumber dari erotogenic zones yaitu bagian-bagian tubuh yang
sangat peka terhadap rangsangan (seperti: bibir/mulut, anus, dan organ seks)
diperoleh bukan hanya dari organ genital, dan cara mencapainya juga bervariasi,
semua tingkah laku yang dimotivasi oleh insting hidup mirip dengan tingkah laku
seksual. Bagi Freud semua aktivitas yang memberi kenikmatan dapat dilacak
mengarahkan libido pada ego sendiri. Kondisi ini dikenal dengan narsisme
menjadi libido objek. Akan tetapi, di masa puber, remaja seringkali kembali
15
penampilan dan ketertarikan pribadi lainnya. Ini membuktikan bahwa kemunculan
terhadap diri sendiri hingga taraf menengah, umum terjadi pada hampir semua
orang.
Manifestasi kedua dari eros adalah cinta, yang berkembang pada saat
mengarahkan libido pada objek atau orang lain. Ketertarikan seksual pertama
pada anak-anak adalah pada orang yang merawatnya, biasanya ibu. Akan tetapi,
cinta seksual yang terbuka kepada anggota keluarga umumnya ditekan sehingga
memunculkan cinta jenis kedua. Freud menyebut cinta jenis kedua ini sebagai
seksual ini terhambat atau ditekan. Cinta yang lazimnya dirasakan orang kepada
saudara sekandung atau orang tua umumnya memiliki tujuan yang terhambat.
Dua dorongan seksual lain yang juga saling terkait adalah sadisme, yaitu
kebutuhan akan kesenangan seksual dengan cara menimbulkan rasa sakit atau
dipandang sebagai kelainan seksual. Sadisme menjadi kelainan pada saat tujuan
(Freud,1933/1964).
atau menyakiti diri sendiri. Seorang masokis mengalami kesenangan seksual dari
penderitaan yang diakibatkan oleh rasa sakit dan perasaan dipermalukan yang
dipicu, baik oleh diri sendiri ataupun oleh orang lain. Oleh karena seorang
masokis bisa menimbulkan rasa sakit pada dirinya sendiri, maka mereka tidak
16
2. Insting mati (death instink: thanatos)
bertingkah laku yang bersifat negatif atau destruktif. Freud meyakini bahwa
konstansi dari Fechner yaitu bahwa semua proses kehidupan itu cenderung
oleh karena itu tujuan hidup adalah mati. Hidup itu sendiri tiada lain hanya
perjalanan ke arah mati. Dia beranggapan bahwa insting ini merupakan sisi
jelas, oleh karena itu tidak begitu dikenal. Freud, gagal menunjukan sumber
fisik dari insting mati dan energi apa yang dipakai. Insting mati mendorong
untuk merusak diri sendiri. Devriatif dari insting ini adalah tingkah laku
agresif, serupa dengan dorongan seksual, agresi bersifat fleksibel dan bisa
membunuh, atau bunuh diri dan memukul orang lain). Sebagian agresif dapat
pengawasan lingkungan (oleh polisi), dan olah raga. Ada juga yang tersalur
17
Sepanjang hidup, dorongan untuk hidup dan mati terus bergulat untuk
saling menaklukan. Akan tetapi, di saat yang sama, keduanya tunduk pada
prinsip kenyataan yang mewakili tuntutan dari luar. Tuntutan dunia nyata
secara langsung, tersembunyi, dan tanpa halangan. Hal inilah yang sering
c. Konflik
id, ego, dan superego adalah hal yang biasa (rutin). Karena id
2. Dorongan seks dan agresi dirintangi secara lebih teratur (reguler) dari
d. Kecemasan
18
Kecemasan ini dapat dilacak dari kekhawatiran ego akan dorongan id
oleh sensasi fisik oleh ego sebagai isyarat adanya bahaya yang
kecemasan. Akan tetapi, baik id, superego, maupun dunia luar terkait
maya (hayalan) dari orang tua atau orang yang otoritas lebih tinggi.
19
- Kecemasan realistis (realistic anxiety), adalah respon terhadap
ancaman dari dunia luar atau perasaan takut terhadap bahaya yang
realistis ini berbeda dari rasa takut karena tidak mencakup objek
Ketiga kecemasan ini, umumnya sulit dipisahkan satu dari yang lainnya
dan tidak tergambar dengan jelas. Biasanya, kecemasan ini muncul dalam
mengamankan ego karena memberi sinyal bahwa ada bahaya didepan mata
(Freud, 1933/1964). Kecemasan memungkinkan ego yang selalu siaga ini tetap
yang mengintai membuat kita bersiaga untuk melawan atau melindungi diri.
represi, yang kemudian mengurangi rasa sakit akibat kecemasan tadi (Freud,
1933/1964). Apabila ego tidak punya pilihan untuk melindungi diri, maka
kecemasan tak akan bisa ditoleransi. Oleh karena itu, perilaku melindungi diri ini
bermanfaat melindungi ego dari rasa sakit akibat kecemasan. Setiap orang
berusaha untuk membebaskan diri dari kecemasan ini yang dalam usahanya
20
pertahanan ego merupakan proses mental yang berujuan untuk mengurangi
tingkahlaku sadar.
diubah.
Mekanisme pertahanan diri dapat juga diartikan sebagai reaksi-reaksi yang tidak
disadari dalam upaya melindungi diri dari emosi atau perasaan yang
akan mengarah pada perilaku yang kompulsif, repetitif, juga neoritis. Oleh karena
yang tersisa pada kita untuk memuaskan dorongan-dorongan id. Sehingga ego
21
ancamannya. Semua jenis mekanisme pertahanan ego ini berkembang, karena
sehingga kita tidak merasa cemas. Fungsi ini dilakukan oleh ego, sebagai usaha
yang strategis oleh ego untuk menghadapi impuls id yang tidak dapat diterima
1. Represi (Repression)
dilakukan dapat menimbulkan perasaan bersalah (guilty feeling) dan konflik yang
kalau ego tidak mampu menekan impuls kompleks tertekan yang mengganggu,
impuls itu mencari jalan keluar melalui celah-celah antiteksis yang saling
22
b. Represi + Simptom histerik: Seorang pilot menjadi buta walaupun secara
setiap menekan rasa marahnya, memilih menuruti orang lain dari pada
keinginan sendiri agar tidak perlu timbul rasa marah yang harus ditekan.
d. Represi + fobia: Pria yang takut dengan barang yang terbuat dari karet .
waktu masa kecil dia pernah dihukum berat ayahnya karena meletuskan
balon karet hadiah adiknya. Karet kini menjadi pemicu ingatan meskipun
Masyarakat tidak memperkenankan ekspresi seks dan agresi total tanpa batas.
hukuman atau tekanan, mereka kemudian belajar merasa cemas begitu mereka
kepada represi total atas dorongan agresi maupun seksual, sering kali
berkepanjangan.
yang terselubung.
23
Dorongan yang mengalami tekanan tersebut juga bisa tersalurkan lewat mimpi,
Pembentukan reaksi ini merupakan penggantian sikap dan tingkah laku dengan
penggantian perasaan itu dari negatif ke positif, meskipun teradang dari positif ke
negatif juga ada. Contoh dari pembentukan reaksi bisa dilihat dari seorang
perempuan muda yang sangat marah dan benci pada ibunya. Oleh karena ia
tahu bahwa masyarakat menuntut anak untuk sayang pada orang tua, maka
kesadaran akan rasa benci pada sang ibu akan membuatnya merasakan
kecemasan yang besar. Guna menghindari rasa sakit akibat kecemasan itu,
cinta. Akan tatapi “cinta“-nya pada sang ibu tidaklah tulus. Cintanya terlalu
melihat perasaan yang ada di balik rasa cintanya, tetapi perempuan muda tadi
harus menipu dirinya sendiri dan berpegang pada pembentukan reaksinya, yang
3. Pengalihan (Displacement)
Freud meyakini bahwa pembentukan reaksi terbatas hanya pada satu objek
tunggal. Manakala objek kateksis asli tidak dapat dicapai karena rintangan
(sosial, alami), dorongan itu direpres kembali kedalam alam bawah sadar, atau
24
ego menawarkan kateksis objek baru, yang berarti mengalihkan dari objek satu
adalah kompromi antara id dengan realitas ego, sehingga disebut dengan reaksi
masih muda.
Kemampuan untuk mengalihkan objek ini adalah mekanisme yang paling kuat
nilai, sikap, dan ciri kepribadian orang dewasa menjadi ada berkat mekanisme
pengalihan ini. Bila sekiranya tidak dapat dialihkan dan tidak dapat dibagi-bagi,
maka tidak ada perkembangan kepribadian, dan orang hanya akan menjadi robot
(melakukan tindakan yang pasti dan tetap dengan seluruh dorongan insting).
25
jumlahnya akan menumpuk tegangan dan dapat menjadi sumber motivasi yang
4. Fiksasi (Fixation)
frustasi dan kecemasan yang terlalu kuat. Secara umum, pertumbuhan psikis
tetapi proses pendewasaan secara psikologis tidaklah bebas dari momen stres
dan kecemasan. Bila menikmati kenyamanan karena merasa puas pada tahap
pada tahap fiksasi itu dapat terus menerus diredakan. Misalnya kecemasan dan
orang tuanya. Secara teknis, fiksasi merupakan keterikatan permanen dari libido
bicara bisa jadi memiliki fiksasi oral, sebagaimana mereka yang terobsesi pada
5. Regresi (Regression)
Regresi merupakan pengulangan kembali tingkah laku yang cocok bagi tahap
traumatik. Upaya ini mengatasi kecemasan dengan bertingkah laku yang tidak
26
yang dulu pernah dialami. Pada saat libido melewati tahap perkembangan
tertentu, di masa-masa penuh stres dan kecemasan, libido bisa kembali ke tahap
yang sebelumnya. Salah satu cara yang umum diambil oleh orang dewasa dalam
pola perilaku sebelumnya yang lebih aman dan nyaman serta mengarahkan
libidonya ke objek-objek yang lebih primitif dan familiar. Pada kondisi stres yang
ekstrem, seorang dewasa bisa berbaring dalam posisi meringkuk seperti bayi
suaminya, atau berbaring sepanjang hari ditempat tidur dan bersembunyi dibalik
6. Proyeksi
terprojeksi dari objek eksternal kepada diri orang itu sendiri. Pengubahan ini
dihukum)
akan malu.
27
Jenis proyeksi yang ekstrem adalah paranoid (paranoia), yaitu kelainan
kuat berupa rasa cemburu terhadap orang lain dan merasa dikejar-kejar
oleh orang lain. Paranoid tidak selalu muncul akibat proyeksi, tetapi
7. Introyeksi (Introjection)
Mekanisme untuk mengundang serta “menelaah“ sistem nilai atau standar orang
melakukan introyeksi atau mengadopsi perilaku, nilai atau gaya hidup seorang
bintang film. Introyeksi ini memberikan remaja tersebut rasa menghargai diri
f. Sublimasi
melindungi ego dari kecemasan. Akan tetapi, setiap mekanisme tersebut tidak
sosial. Sublimasi merupakan represi dari tujuan genital dari Eros dengan cara
menggantinya ke hal-hal yang bisa diterima, baik secara kultural ataupun sosial.
28
Tujuan sublimasi diungkapkan secara jelas terutama melalui pencapaian kultural
kreatif, seperti pada seni, musik, juga sastra, lebih tepatnya, pada segala bentuk
pada umumnya memberikan manfaat pada individu dan tak berbahaya bagi
masa anak (usia 0 – 5 tahun ) atau usia pra-genital mempunyai peranan yang
child is the father of man“ (“anak adalah ayah manusia“). Berdasarkan hal ini,
29
memperoleh kepuasan“. Ketegangan itu bersumber kepada empat aspek,
sebagai berikut:
menimbulkan perubahan aspek psikologis, dan juga ada tuntutan baru dari
b. Frustasi, Orang yang tidak pernah frustasi tidak akan berkembang. Jika anak
dimanja (over protection) tidak akan berkembang rasa tanggung jawab dan
kemandiriannya.
c. Konflik, ini terjadi antara id, ego dan superego. Apabila individu dapat
kepribadian.
seksual pragenital selama empat atau lima tahun pertama setelah kelahiran.
Pada anak dan orang dewasa, dorongan seksual bisa dipuaskan oleh organ-
30
organ selain genital. Mulut juga anus adalah bagian-bagian yang sensitif
1. Fase Oral
aktivitas oral,tetapi selain itu, mereka juga memperoleh kesenangan dari perilaku
mengisap tersebut. Pada masa ini libido didistribusikan ke daerah oral sehingga
oral dapat menimbulkan gejala regresi yaitu berbuat seperti bayi atau anak yang
sangat bergantung kepada orang tuanya atau banyak tuntutan yang harus
dipenuhi dan juga perasaan iri hati. Reaksi dari gejala tersebut dapat dinyatakan
diam membisu. Ketika perkembangan kepribadian yang terfiksasi pada tahap ini
memasukkan zat-zat yang menarik ke dalam mulut mereka. Fiksasi ini menjadi
berbicara, dekat (mungkin terlalu dekat) dengan orang lain, dan terus menerus
mencari pengetahuan. Anak yang mendapat kepuasan berlebihan pada tahap ini
31
2. Fase Anal
Tahap ini berada pada usia kira-kira 2 sampai 3 tahun. Pada tahap ini libido
duburnya penuh dengan ampas makanan dan peristiwa buang air besar yang
kepuasan, rasa tenang atau rasa nikmat. Peristiwa ini disebut erotik anal. Fase
training)
Kesenangan narsistis juga masokis ini menjadi pondasi dari karakter anal
Erotisme anal ini berubah menjadi segitiga anal (triad anal) dari sikap
32
serba teratur, kikir, dan keras kepala yang khas pada orang dewasa
dengan karakter anal. Pada tahap oral dan anal, tak ada perbedaan
maskulin dari kekuatan dan sadisme, atau orientasi pasif dengan kualitas
3. Fase Falik
Tahap ini berlangsung kira-kira usia 4 sampai 5 tahun. Pada usia ini anak
rasa senang. Pada tahap ini, anak masih bersikap “selfish“, sikap
orang lain. Freud meyakini bahwa anatomi adalah takdir perbedaan fisik
terpenting pada masa ini adalah timbulnya oedipus kompleks, yang diikuti
fenomena castration anxiety (dikebiri pada laki-laki) dan penis envy (pada
perempuan).
33
Oedipus kompleks adalah kateksis objek seksual anak laki-laki ingin
4. Identifikasi menjadi ritual akhir dari oedipus kompleks, yang sesudah itu
Ketika oedipus complex ini hilang atau ditekan, maka anak laki-laki pun
kekuatan sifat feminin yang ada pada dirinya. Biasanya identifiksinya adalah
pada ayah, tetapi ini tidak sama dengan pra-oedipal. Anak laki-laki ini tidak lagi
memilah perilaku baik dan buruk. Melakukan introyeksi atau meleburkan otoritas
ayahnya ke dalam egonya sendiri dan menanam benih superego yang dewasa.
Superego yang tumbuh mengambil alih larangan dari si ayah atas perilaku inses
dan memastikan agar oedipus kompleks ini terus ditekan (Freud, 1933/1964).
34
Penis Envy pada anak perempuan menurut Freud, menyadari dan
bahwa mereka tidak memiliki penis seperti anak laki-laki dan pria dewasa.
Dengan asumsi dasar pada masa atau tempat dimana pria memiliki kedudukan
yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Penilaian ini dilihat dari perbedaan, yaitu
perasaan rendah diri dan kecemburuan akan penis. Dalam pandangan Freud,
meskipun ia tidak dapat memiliki penis, ia bisa memiliki bayi ketika ia tumbuh
pada anak laki-laki; di mana anak perempuan memiliki fantasi dirinya digoda oleh
melahirkan dirinya tanpa penis. Libido anak perempuan ini beralih pada ayah,
yang bisa memuaskan keinginan memiliki penis denga cara memberi seorang
bayi, sebagi pengganti penis. Hasrat untuk berhubungan seksual dengan ayah
serta perasaan benci pada ibu dikenal oedipus complex sederhana pada
perempuan pada tahap falik. Bahwa hubungan seperti itu tidak ada perbedaan
35
anatomi mengarahkan perkembangan seksual pada laki-laki dan perempuan
setelah fase falik ke jalan yang berbeda. Tidak semua anak perempuan,
benci pada ibunya. Pada masa pra-Oedipal mengetahui tentang kasrasi mereka
Agar perkembangan kepribadian anak pada tahap ini dapat berjalan dengan
2. Ibu memerankan diri yang feminin, ramah gembira, dan penuh kasih
sayang.
3. Ayah berperan sebagai figur yang menerapkan prinsip realitas, tidak lari
dianut.
tidak munafik.
Freud sering kali mengusulkan berbagai teori tanpa didukung oleh bukti klinis
36
fakta, sekalipun ia sama sekali tak punya bukti pendukung yang memadai. Freud
setelah lama berteori, menyiratkan bahwa Freud tidak hanya melihat perempuan
berbeda dari laki-laki, tetapi juga sebagai sebuah misteri yang tak dipahami oleh
laki-laki.
4. Periode Laten
Tahap latensi antara usia 6 sampai 12 tahun (masa sekolah dasar). Tahap ini
merupakan masa tentang seksual, karena segala sesuatu yang terkait dengan
dengan orang lain). Belum memiliki perhatian khusus dengan lawan jenis (netral)
sehingga dalam bermain pun anak laki-laki akan berkelompok demikian pula
perempuan. Anak merasa malu bila diminta untuk duduk sebangku dengan
lawan jenisnya. Tahap ini sebagai perluasan kontak sosial dengan orang lain
Yang semula orang tua, sekarang meluas kepada guru, tokoh-tokoh, atau para
bintang (film, musik, dan olah raga). Tahap ini sebagian muncul oleh upaya
orang tua menghukum atau mencegah aktivitas seksual. Bila orang tua berhasil
seluruh aktivitas seksual untuk dirinya sendiri. Ayah akan menyingkirkan anak
bersatu, membunuh dan menyantap ayah tersebut. Secara individual anak terlalu
37
sebuah klan atau totem dan melarang bahwa didalam keluarga, membunuh ayah
dan berhubungan seksual adalah hal yang melanggar hukum. Begitu penekanan
ini tuntas maka masuk pada periode laten seksual. Seiring perkembangan
tidak disadari. Berlanjutnya masa laten ini diperkuat oleh supresi terus-menerus
oleh orang tua juga guru dan oleh perasaan-perasaan internal seperti rasa malu,
rasa bersalah, dan moralitas. Dorongan seksual, tentu saja, tetap ada di masa
laten ini, hanya saja ada hambatan dalam mencapai tujuan dari dorongan
sosial kultural. Selama periode ini, anak membentuk grup hal yang tak mungkin
biologis tidak terhenti. Pada tahun-tahun sebelum pubertas (antara umur enam
dan sebelas tahun), kelenjar adrenal mulai berkembang, dan terdapat lonjakan
yang distimulasi oleh kelenjar adrenal. Tidak heran bila ketertarikan seksual telah
muncul pada anak kelas empat, jauh sebelum individu mencapai kematangan
5. Periode Genital
Periode ini ditandai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja.
Tahap ini dimulai sekitar usia 12 atau 13 tahun. Ditandai dengan matangnya
memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual primer dan sekunder. Pada tahap ini
insting seksual dan agresif menjadi aktif. Mengembangkan motif untuk mencintai
38
orang lain, atau motif altruis (keinginan untuk memperhatikan kepentingan orang
lain). Impuls pregenital bangun kembali dan membawa aktivitas dinamis yang
impuls seks mulai disalurkan ke objek luar, seperti: ikut kegiatan kelompok, cinta
lain jenis, perkawinan dan keluarga. Terjadi perubahan dari anak narkistik
menjadi dewasa yang berorientasi sosial, realistik, dan altruistik. Selama masa
vagina yang sama seperti penis. Pada anak laki-laki melihat organ
Zona erogen yang lebih rendah terus menjadi alat yang memberikan kesenangan
bayi, yang membuat seseorang menghentikan tindakan mengisap ibu jari, tetapi
E. Kematangan
Fase genital berlanjut sampai orang tutup usia, di mana puncak perkembangan
39
bagi perkembangan karakter atau kepribadian individu pada masa dewasanya.
Menurut Freud indikator dari karakter atau pribadi yang sehat adalah
kelainan patologis (maladaptif) atau sifat neurotis (gangguan jiwa) yang dimiliki
sejak awal.
Freud adalah pemikir yang spekulatif juga inovatif, yang boleh jadi lebih tertarik
40
mengalami masalah kejiwaan. Oleh karena itu, psikoalisis dipandang juga
insting.
Yang menjadi fokus utama bimbingan dan konseling adalah represi yang tidak
Biasanya pasien diminta datang empat sampai lima kali dalam satu minggu, dan
Tujuan utama dari terapi psikoanalisis Freud yang berkembang kemudian adalah
mimpi. Lebih spesifik lagi, tujuan dari psikoanalisis adalah untuk memperkuat
organisasinya sehingga ego tersebut dapat mengambil alih id. Beberapa metode
1. Asosiasi bebas
Pasien diminta untuk mengutarakan setiap pikiran yang muncul dalam benaknya,
tanpa memandang apakah pikiran tersebut ada atau tidak ada hubungannya
41
ataupun menimbulkan rasa jijik. Tujuan asosiasi bebas adalah untuk sampai ke
alam tidak sadar dengan cara mulai dari ide yang disadari saat ini,
menelusurinya melalui serangkaian asosiasi, dan mengikuti kemana ide ini pergi.
2. Transferensi
Mengacu pada perasaan seksual atau agresif yang kuat, baik positif maupun
transferensi ini berangkat dari pengalaman masa lalunya terutama dengan orang
tua. Reaksi transferensi pasien dipengaruhi oleh prasangka yang tidak realistik
3. Resistensi
neurotik yang dialami pasien dapat juga menimbulkan sikap resisten passien
terhadap proses terapeutik. Sikap ini dipicu juga oleh ketidaksadaran dan
pertahanan diri yang terancam. Resistensi, yaitu beragam respon tidak sadar
pasien yang menghambat kemajuan proses terapi, ini dinyatakan dalam banyak
Ternyata tidak semua kenangan masa lalu bisa atau sebaliknya dibawa ke alam
sadar. Penanganan ini tidak efektif untuk psikosis atau penyakit menetap
sembuh pasien bisa mengalami psikis lain. Idealnya, ketika penanganan analitis
berhasil, pasien tidak lagi menderita gejala yang membuatnya terhambat. Bisa
42
menggunakan energi psikis untuk melakukan fungsi ego dan mereka berhasil
mengalami perubahan kepribadian yang berarti, tetapi menjadi seperti yang bisa
c. Analisis Mimpi
Dalam teori psikoanalisis, mimpi memiliki tingkatan isi: isi yang jelas merupakan
jalan cerita mimpi dan isi yang tersembunyi, terdiri dari ide, emosi, dan dorongan
yang dimanifestasikan dalam jalan cerita mimpi. Ketika tidur kontrol kesadaran
menurun, dan mimpi adalah ungkapan isi-isi tidak sadar. Freud menggunakan
analisis mimpi untuk mengubah muatan manifes pada mimpi menjadi muatan
atau deskripsi sadar yang disampaikan oleh orang yang bermimpi. Ini
sehari-hari.
keinginan. Biasanya muncul pada yang mengalami kelainan sres pasca trauma
43
(posttraumatic stress disorder) yang berulang memimpikan pengalaman yang
Mimpi mencoba menyelinap dari alam bawah sadar ke alam sadar. Sehingga
yang bermimpi itu. Setelah muatan laten dari mimpi ini terdistorsi dan perasaan
yang terkait mengalami hambatan atau muncul dalam bentuk yang berlawanan,
maka muatan mimpi tersebut muncul dalam bentuk manifes yang bisa diingat
44
Pemahaman bahwa mimpi adalah upaya untuk memenuhi keinginan juga
berlaku pada mimpi tentang kecemasan. Ada tiga jenis kecemasan, yaitu mimpi
dicintai, dan mimpi gagal dalam ujian. Muatan laten diubah menjadi muatan
manifes melalui kerja mimpi (dream work). Kerja mimpi tersebut mencapai tujuan
45
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
utama Freud adalah menyadarkan bahwa proses tidak sadar memiliki pengaruh
yang cukup besar terhadap kepribadian. Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki
yang lain, yaitu id (das es), ego (das ich), dan superego (das uber ich). Semua
motivasi dapat dirunut kembali pada dorongan seksual dan agresif. Perilaku
masa kecil yang berhubungan dengan seks dan agresi biasanya akan
Freud menetapkan teori mengenai manusia yang secara ilmiah tepat sebagai
psikoseksual Freud menyatakan bahwa individu terjadi lima tahapan tahap oral,
tahap anal, tahap phalik, tahap laten, tahap genital. Freud juga mengembangkan
bahwa mimpi adalah cara yang terselubung untuk mengekspresikan impuls tidak
46
pengasuhan anak. Namun pada dasarnya psikoanalisis dapat memberi
dan sebagainya. Kritik terhadap teori Freud sangat banyak, tidak ada teori yang
menerima kritik sebanyak Freud. Kritik yang paling serius adalah teori Freud
risetnya secara sistematik sehingga sangat sulit untuk menilai kerjanya. Tanpa
pengukuran kuantitatif, dan tanpa bukti saling hubungan antar gejala, nilai
prediktif dari teori meragukan, dengan kata lain teori ini tidak ilmiah. Bahkan ada
yang menganggap psikoanalisis itu bukan ilmu tetapi sekedar cara untuk
47
B. Saran
dosen pengampu mata kuliah yang bersangkutan Ibu Pradipta Christy P.,
M.Psi., Psikolog. Kelompok kami juga membuka dan memberikan diri untuk
menerima saran dan kritik yang sehat serta membangun dari pihak para
pembaca yang lain untuk hasil yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk semua perhatian
dan dukungan yang ada sampai terselesaikannya makalah ini dengan hasil
48
DAFTAR PUSTAKA
Salemba Humanika.
Remaja Rosdakarya.
49