You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMUBUHAN BAKTERI


Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Mikrobiologi yang dibimbing oleh ibu
Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si,.M.Si dan bapak Fauzi Akhbar Anugrah, M.Si

Disusun oleh:
Kelompok 2:
1. Adi Romiansyah ( 170342615592)
2. Hilda Dwi Anjani (170342615583)
3. Lina Anjarwati (170342615523)
4. M. Fatikunnaja (170342615506)
5. RaudhaturFatiha ( 150342600367)
Offering G / 2017
S1 Biologi

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2019
PENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

A. TUJUAN :
a. Untuk mempelajari pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri.
b. Untuk menentukan titik kematian termal bakteri.

B. DASAR TEORI
Suhu merupakan faktor fisik yang berpengaruh pada suatu laju pertumbuhan diantaranya
tersebut terhadap reaksi kimia dan stabilitas struktur molekul protein (Prescott et al, 2002). Pada
suatu reaksi kimia nantinya akan meningkat ketika meningkatnya suhu, hal ini disebabkan karena
peningkatan suhu dapat meningkatkan energi kinetik reaktan . Pertumbuhan dapat diartikan
sebagai hasil metabolisme, suatu reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel yang dikatalisis oleh
enzim. Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba, selain itu faktor abiotik lain seperti pH, kelembapa, cahaya, nutrisi juga
dapat mempengaruhi (Jewetz, 2008). Setiap mikroba memiliki kisaran suhu dan suhu optimum
tertentu untuk pertumbuhannya. Menurut Maskum dan Biomed (2010), berdasarkan kisaran suhu
pertumbuhan , mikroba dapat dibedakan atas tiga kelompok yaitu sebagai berikut :

1. Psikrofil, yaitu mikroba yang memiliki kisaran suhu pertumbuhan 0-20o C


2. Mesofil, yaitu mikroba yang memiliki kisaran suhu pertumbuhan 20-45O C
3. Termofil, yaitu mikroba yang memiliki kisaran suhu pertumbuhan 45o C

Suhu dapat mempengaruhi organisme dalam dua cara yang berlawanan yaitu; apabila suhu
naik, kecepatan mikroorganisme naik dan pertumbuhan dipercepat. Sebaliknya, apabila suhu
turun, kecepatan metabolisme juga turun dan pertumbuhan dipercepat, kemudian apabila suhu naik
atau turun, tingkat pertumbuhan mungkin terhenti, komponen sel menjadi tidak aktif dan sel-sel
dapat mati (Pelczar, 2012). Digunakan dua istilah untuk menyatakan resistensi bakteri terhadap
panas, yaitu waktu kematian termal dan waktu pengurangan desimal. Waktu kematian termal
mengacu pada periode waktu terpendek yang dibutuhkan untuk mematikan suatu suspensi bakteri
pada suhu tertentu dibawah keadaan tertentu (Qurotulaini, 2015). Waktu pengurangan desimal
mengacu pada pengurangan khusus dalam hal umlah sel hidup, yaitu lamanya waktu dalam menit
untuk mengurangi populasi sebesar 90% (Pelczar, 2007). Dapat disimpulkan dari penertian
tersebut yaitu lamanya waktu dalam menit yang dibutuhkan oleh kurva waktu kematian termal
untuk menglami satu pengurangan logaritmik, hubungan waktu dan suhu adalah kritis untuk
menetapkan kerentanan mikroorganisme terhadap panas (Pelczar, 2012).
C. ALAT DAN BAHAN

Alat

1. Beaker glass
2. Tabung kultur
3. Termometer
4. Laminar Air Flow
5. Water Bath
6. Jarum inokulasi berkolong
7. Inkubator
Bahan

1. Biakan murni bakteri


2. Medium nutrient cair
3. Medium NA

D. CARA KERJA
Disediakan 7 tabung kultur yang berisi medium nutrien cair dan diberi kode A1 - A7

Diinokulasikan 1 ose biakan bakteri yang tersedia ke dalam medium tersebut, lalu
diinkubasikan pada suhu 37˚C selama 1x 24 jam

Disiapkan 2 buah medium lempeng NA, lalu buatlah garis dengan menggunakan spidol
pada bagian luar dari dasar cawan petri sehingga membuat 4 kuadrat

Diberi kode A1 - A4 pada keempat kuadran cawan 1, dan kode A5 - A8 pada cawan 2

Dipanaskan tujuh tabung kultur tersebut. Tabung A1 dan A2 dipanaskan dengan hot
plate dengan suhu 40˚C - 50˚C, tabung A3 dan A4 dipanaskan dengan water bath
dengan suhu 60˚C - 70˚C, dan tabung A5 - A7 dipanaskan dengan kompor dengan suhu
80˚C - 100˚C

Diletakkan tabung-tabung kultur tersebut pada rak tabung dan biarkan pada suhu kamar

Diinokulasikan biakan bakteri dalam ketujuh tabung kultur tersebut pada permukaan
medium lempeng NA secara zig-zag menggunakan jarum inokulasi berkolong
sebanyak 1 ose, sesuai dengan kode kuadran. kuadran dengan kode A8 digunakan
sebagai kontrol yang tidak diinokulasikan dengan bakteri

Diinkubasikan biakan bakteri pada medium lempeng NA tersebut pada suhu 37˚C
selama 1 x 24 jam

Diamati pertumbuhan bakteri pada tiap kuadran dan dicatat ada atau tidak adanya
pertumbuhan bakteri

E. DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan
No Suhu (˚C) Hasil Keterangan
1. Kontrol - Tidak ada pertumbuhan bakteri
2. 40 +++ Pertumbuhan bakteri sangat banyak
3. 50 +++ Pertumbuhan bakteri sangat banyak
4. 60 ++ Pertumbuhan bakteri banyak
5. 70 +++ Pertumbuhan bakteri sangat banyak
6. 80 +++ Pertumbuhan bakteri sangat banyak
7. 90 + Pertumbuhan bakteri sedikit
8. 100 - Tidak ada pertumbuhan bakteri

F. ANALISIS DATA
Pada praktikum pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri, dilakukan perlakuan
terhadap koloni bakteri. Bakteri diberi perlakuan berupa pemanasan pada suhu 40oC, 50oC,
60oC, 70oC,80oC, 90oC maupun 100oC yang setelah itu diinokulasikan pada medium
lempeng NA, ditunggu selama 1 x 24 jam untuk melihat hasil pertumbuhan bakteri pada
medium tersebut. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa bakteri yang dipanaskan
pada suhu 40oC pertumbuhan bakteri yang ada sangat banyak (+++), kemudian pada suhu
50oC pertumbuhan bakteri yang ada sangat banyak (+++) dan pada suhu 60 oC
pertumbuhan bakteri yang ada banyak (++). Adapun pada bakteri yang dipanaskan pada
suhu 70oC dan 80oC adanya pertumbuhan bakteri yang ada sangat banyak (+++), pada suhu
90 oC pertumbuhan bakteri ada sedikit (+) dan pada suhu 100 oC dan kontrol tidak terlihat
adanya pertumbuhan bakteri yang terjadi pada medium lempeng NA(-). Sehingga dari data,
diketahui bahwa bakteri yang dapat tumbuh hanya pada suhu 40oC sampai 90oC.
Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan sementara yaitu, bahwa dengan
pemberian perlakuan suhu berpengaruh pada pertumbuhan bakteri, dengan melihat jumlah
banyak sedikitnya perumbuhan bakteri yang ada pada media NA padat tersebut dan hal
tersebut telah sesuai dengan teori yang ada.

G. PEMBAHASAN
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat
morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang
sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan
pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan
nutrisinya, tetapi menunjukkan respon yang menunjukkan respon yang berbeda-beda.
Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrient
serta faktor lingkungan yang sesuai (Pelczar & Chan, 1986). Faktor biotik yang
mempengaruhi pertumbuhan bakteri terdiri atas makhluk hidup, sedangkan untuk faktor
abiotik terdiri atas factor-faktor alam dan factor-faktor kimia (Dwidjoseputro, 1984)
Praktikum kali ini, bakteri dari koloni 1 dibiakkan menggunakan medium nutrient
cair yang dbuat pada 7 tabung yang diberi kode A1 – A7 selama 1 x 24 jam untuk kemudian
di panaskan dengan suhu 40˚C pada tabung A1, suhu 50 ˚C pada tabung A2, suhu 60˚C
pada tabung A3, suhu 70 ˚C pada tabung A4, suhu 80 ˚C pada tabung A5, suhu 90 ˚C pada
tabung A5 dan suhu 100 ˚C pada tabung A7. Perbedaan perlakuan pemanasan masing-
masing tabung berisi bakteri tersebut adalah untuk melihat pengaruh dari suhu-suhu
tersebut dalam pertumbuhan bakteri dan untuk melihat titik kematian termal pada bakteri.
Setelah melalui proses pemanasan tersebut, masing-masing bakteri pada tabung A1 – A7
diinokulasikan pada permukaan medium lempeng NA secara zigzag pada masing-masing
kuadran A1-A7 yang sudah ditentukan, dan kuadran dengan label A8 digunakan untuk
control. Medium tersebut di inkubasikan selama 1 x 24 jam dengan suhu 37 ˚C untuk
melihat ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri.
Berdasarkan hasil pengamatan pada medium lempeng NA yang sudah
diinkubasikan tersebut, yaitu pada kuadran A1 dan A2 yang dipanaskan dengan suhu 40
˚C dan 50 ˚C terdapat pertumbuhan bakteri yang sangat banyak, hasil ini dilihat dengan
cara kualitatif, yaitu terlihat adanya pertumbuhan bakteri yang sangat banyak ditandai
dengan banyak nya pertumbuhan sel bakteri pada medium NA padat tersebut. Kemudian
pada kuadran A3 yang dipanaskan dengan suhu 60 ˚C terdapat pertumbuhan bakteri yang
cukup banyak namun tidak sebanyak pada kuadran A1 dan A2, hal tersebut terjadi dapat
dikarenakan bakteri yang diinokulasikan dari medium cair tidak sebanyak pada kuadran
A1 dan A2, juga dapat dikarenakan tidak semua bakteri yang diinokulasikan dari tabung
A3 tersebut dapat hidup pada suhu 60 ˚C. Pada kuadran A4 dan A5 yang dipanaskan
dengan suhu 70 ˚C - 80 ˚C juga terdapat sangat banyak pertumbuhan bakteri, lalu kuadran
A6 yang dipanaskan dengan suhu 90 ˚C hanya terdapat sedikit pertumbuhan bakteri,
sedikitnya pertumbuhan bakteri tersebut dapat dikarenakan hanya beberapa bakteri yang
masih dapat bertahan pada suhu 90 ˚C tersebut. Terakhir, pada kuadran A7 yang
dipanaskan dengan suhu 100 ˚C tidak terdapat bakteri yang tumbuh pada medium tersebut,
hal tersebut dapat diakibatkan karena bakteri sudah tidak mampu bertahan pada suhu
tersebut karena bakteri memiliki suhu optimum dalam pertumbuhannya dan pada suhu
itulah titik termal kematian pada bakteri koloni 1. Hasil pada praktikum ini sesuai dengan
teori yang ada (Dwiidjoseputro, 1984) dalam bukunya yang berjudul Dasar Dasar
Mikrobiologi mengungkapkan bahwa bakteri bakteri memiliki batasan suhu tertentu untuk
bakteri bisa tetap bertahan hidup.
Berdasarkan penjabaran hasil pengamatan tersebut bakteri pada koloni 1 masuk
dalam kelompok bakteri mesofilik dan juga termofilik, karena bakteri tersebut masih dapat
bertahan hidup dalam rentang suhu 40 ˚C sampai 90 ˚C.
H. KESIMPULAN
1. Pada praktikum Pengaruh Suhu Terhadap pertumbuhan bakteri diberi beberapa
perlakuan suhu terhadap koloni bakteri. Suhu yang diberikan adalah 40˚C - 50˚C,
60˚C-70˚C, 80˚C - 100˚C. Perlakuan suhu ini untuk mengetahui daya tahan bakteri
terhadap suhu suhu tertentu, selain itu dapat diketahui pula titik kematian termal
bakteri.
2. Dari hasil praktikum didapatkan hasil bahwa bakteri hanya dapat tumbuh pada suhu
40˚C-90˚C sedangkan untuk perlakuan suhu 100˚C bakteri tidak mengalami
pertumbuhan. Pada kuadran A7 yang dipanaskan dengan suhu 100 ˚C tidak terdapat
bakteri yang tumbuh pada medium tersebut, hal tersebut dapat diakibatkan karena
bakteri sudah tidak mampu bertahan pada suhu tersebut karena bakteri memiliki suhu
optimum dalam pertumbuhannya dan pada suhu itulah titik termal kematian pada
bakteri koloni 1.

I. DISKUSI
1. Jelaskan macam pengaruh ketujuh macam suhu tersebut dalam percobaan ini terhadap
pertumbuhan bakteri!
Jawab:
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan bakteri yang tumbuh pada medium
lempengan agar pada suhu 40-50℃ memiliki jumlah koloni yang sangat banyak, kemudian
pada suhu 60 ℃ memiliki jumlah koloni yang lebih sedikit dari pada suhu sebelumnya,
sementara pada suhu 70-80℃ memiliki jumlah koloni yang banyak lagi, dan pada suhu
90℃ memiliki jumlah koloni yang sedikit, dan pada suhu 100℃ koloni tidak tumbuh lagi.
Artinya bakteri ini masih bisa tumbuh hingga suhu 90℃ meskipun jumlah bakterinya lebih
sedikit dari pada suhu dibawahnya dan baru pada suhu 100℃ bakteri tersebut tidak dapat
tumbuh lagi.
2. Suhu berapakah yang merupakan titik kematian termal bakteri-bakteri yanga digunakan
dalam percobaan ini?
Jawab:
Suhu kematian termal bakteri ini adalah pada suhu 100℃
3. Jelaskan mekanisme kematian bakteri akibat perlakuan dengan suhu-tinggi!
Jawab:
Mekanime kematian bakteri akibat suhu tinggi
Panas tinggi dapat mengubah fungsi senyawa – senyawa selular berupa perubahan
struktur protein (denaturasi), inaktivasi enzim, sehingga sistem metabolisme terganggu
(rusak) dan mengakibatkan tidak ada kegiatan sel (metabolisme / perbanyakan sel).
Pemanasan juga menyebabkan kerusakan membran sel, menyebabkan pembebasan fraksi
lipida membrane sehingga membran sel kehilangan sifat permeabilitas selektifnya. Selain
itu akibat pemanasan menyebabakan kerusakan DNAsehingga mengakibatkan kematian
sel
Kerusakan DNA disebabkan :
a. Pengaruh langsung
Putusnya ikatan hidrogen intramolekular DNA yang cukup → “kerusakan yang bersifat
irreversible”
b. Pengaruh tidak langsung

Karena inaktivasi enzim nuklease oleh panas


DAFTAR RUJUKAN
Dwidjoseputro. 1984. Dasar Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Jewetz et al. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Maksum, R., dan Biomed. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi
dan Kedokteran. Jakarta: EGC

Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI-Press

Pelczar, Michael. J et al. 2007. Dasar-dasar mikrobiologi 1. Jakarta : UI Press.

Pelczar, Michael. J et al. 2012. Dasar-dasar mikrobiologi 2. Jakarta : UI Press.

Prescott, L.M et al. 2002. Microbiology 5th ed. New York: Mc Graw Hill.

Qurotulaini. 2015. Pengaruh Suhu dan Waktu Pemanasan Terhadap Viabilitas dan Profil
Protein Isolat Staphyllococcus aureus Sebagai Bahan Vaksin. Skripsi. Jurusan Fisika
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim : Malang.
Lampiran

You might also like