You are on page 1of 4

Tatalaksana

Pendekatan multidisiplin sangat penting bagi keberhasilan manajemen abses otak. Ahli bedah
saraf adalah inti tim, bekerja sama dengan ahli saraf, spesialis penyakit dalam dan radiologi.
Pendekatan ini termasuk evaluasi neuroradiologis, intervensi bedah, penggunaan antibiotik, dan
pemberantasan fokus infeksi primer. Pembentukan abses intrakranial adalah interaksi langsung
antara virulensi mikroorganisme yang menyinggung dan respon kekebalan dari sel inang.
Intracranial abscess formation is a direct interplay between the virulence of the offending
microorganism and the immune response of the host.[12] BAs usually require drainage in
addition to appropriate microbial therapy, so early neurosurgical consultation is
recommended.[2]
Although BA is essentially a surgical pathology, Arlotti et al.[75] recommend that choice of
patients for a medical approach must be made on an individual basis. These authors consider best
candidates for medical treatment to be those with a small abscess (<2.5 cm), in good initial
clinical condition (GCS > 12), and for whom the etiology is well-known (microorganism isolated
from material other than the abscess pus) recommendation grade C; or in the case of multiple
abscesses, after surgery of abscesses >2.5 cm or surgery of abscesses that cause a mass effect, or
in patients at serious risk of operation even if in these, the final decision must consider that the
prognosis is often bad in any case recommendation grade D

Terapi antimikrobal

Penundaan dari pemberian terapi antimikrobal akan menghasilkan prognosis yang lebih buruk.
Sebuah penelitian retrospektif melakukan sebuah studi dengan hasil median interval antara
diagnosis dan pemberian antibiotik awal adalah 2 hari.
Peniliti menyimpulkan bahwa terapi antibiotic harus segera dilaksanakan jika tanda klinis
menunjukkan tanda dari abses otak.

Pemilihan terapi antimikrobial awal harus berdasarkan organisme yang merupakan penyebab
dari penyakitnya.

Terapi awal harus dimulai dengan broad spectrum antibiotik yang dapat menembus sawar darah-
otak dan darah-LCS dalam konsentrasi yang adekuat. Antibiotik empiris harus mencakup
jangkauan pathogen anaerobik seperti sefalosporin generasi ketiga dan metronidazole, ditambah
dengan vancomycin jika terdapat riwayat trauma penetrasi atau riwayat bedah saraf dalam waktu
dekat, berdasarkan faktor predisposisi, dapat diberikan antibiotik setelah dilakukan drainase pus.
Sampel bakteri dari abses otak ini harus diambil sebelum penggunaan antibiotik atau setidaknya
maksimal 3 hari setelah pemberian awal terapi.
Jika hasil kultur negatif, pemberian antibiotik spectrum luas harus tetap diberikan sesuai dengan
predisposisi dan lokasi anatomi dari abses tersebut. Pemberian antiobiotik ini mencakup
penicillin, ampicillin, cefuroxime, chloramphenicol, co-trimoxazole, ceftazidime, dan metronidazole.

Brain Abscess (PDF Download Available). Available from:


https://www.researchgate.net/publication/264350456_Brain_Abscess [accessed Feb 24 2018].
). After organ transplanta-
tion, patients should receive empirical treatment
with a third-generation cephalosporin (ceftriax-
one or cefo taxime) plus metronidazole for bac-
terial brain abscess, trimethoprim–sulfamethoxa-
zole or sulfadiazine for infection with nocardia
species, and voriconazole for infection with fun-
gal species, especially aspergillus.

Brain Abscess (PDF Download Available). Available from:


https://www.researchgate.net/publication/264350456_Brain_Abscess [accessed Feb 24 2018].

Brain Abscess (PDF Download Available). Available from:


https://www.researchgate.net/publication/264350456_Brain_Abscess [accessed Feb 24 2018].
Brain Abscess (PDF Download Available). Available from:
https://www.researchgate.net/publication/264350456_Brain_Abscess [accessed Feb 24 2018].

You might also like