You are on page 1of 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

ASFIKSIA
1. Pengertian Kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernafasan secara spontan dan
teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir. Bayi
mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau mungkin mengalami
asfiksia beberapa saat setelah lahir (asfiksia sekunder)

2. Anamnesis Faktor risiko antepartum, intrapartum atau periode postnatal

3. Pemeriksaan  Stage 1 (mild) : hiperalertness, tonus normal, reflek isap lemah, reflek moro
Fisik menurun, miosis, kejang
 Stage 2 (moderate) : letargi, hipotoni ringan, reflek isap lemah/tidak ada,
refelek moro menurun, miosis, kejang fokal atau multifocal
 Stage 3 (severe) : stupor, tonus lumpuh, deserebrasi intermiten, reflek isap
dan moro tidak ada, respon pupil terhadap cahaya menurun
4.Pemeriksaan Laboratorium : darah perifer lengkap. Bila fasilitas tersedia :analisis gas
Penunjang darah, kultur darah, elektrolit serum, BUN, kreatinin.
5.Kriteria  Tidak ada pernafasan atau nafas megap megap atau pernafasan lambat
Diagnostik ( kurang dari 30 kali per menit )
 Pernafasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi ( pelukan dada )
 Tangisan lemah
 Warna kulit pucat dan biru
 Tonus otot lemah atau terkulai
 Denyut jantung tidak ada atau perlahan (kurang dari 100 kali per menit)
6.Terapi/ Tindakan Semua bayi yang nenunjukkan tanda – tanda asfiksia memerlukan
perawatan dan perhatian segera
Penatalaksanaan :
1. langkah awal
2. langkah resusitasi

Langkah awal:

- Mencegah kehilangan panas dengan jalan menyiapkan tempat


melakukan pertolongan di tempat yang kering dan hangat
- Memposisikan bayi dengan baik, yaitu dengan kepala bayi setengah
tengadah ( sedikit ekstensi ) atau mengganjal bahu bayi dengan kain,
kernudian bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia,
kemudian mengeringkan bayi dengan kain yang kering dan hangat dan
diganti kain yang basah dengan yang kering dan hangat sambil
memberikan rangsangan taktil
- Memposisikan kembali bayi, sambil dinilai : usaha nafas, denyut
jantung dan wama kulit

Keterangan :

Cara membersihkan jalan nafas bayi

 Membersihkan jalan nafas dengan ketentuan


1. Bila air ketuban bersih tidak bercampur mekonium, dihisap melalui
mulut kemudian hidung

2. Bila air ketuban bercampur mekonium, bila bayi menangis nafas


teratur, lakukanasuhan bayi baru lahir normal. Bila bayi mengalami
depresi, tidak menangis, lakukan upaya maksimal untuk
membersihkan jalan nafas dengan membuka mulut lebar-lebar dan
menghisap agak dalam tetapi pelan.

 Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jantung dan warna
kulitnya
1. Bila bayi menagis, atau sudah bemafas dengan teratur, wama kulit
kemerahan, lakukan asuhan bayi baru lahir normal

2. Bila bayi tidak menangis atau bernafas megapmegap atau wama kulit
bayi biru atau pucat atau denyut jantung kurang dari 100 kali per
menit lanjutkan langkah resuitasi dengan melakukan ventilasi tekanan
positif

Selanjutnya Lihat Langkah Resusitasi

Keterangan

Cara memposisikan bayi dan membersihkan jalan nafas bayi :


 Posisikan bayi untuk berbaring pada punggungnya atau miring dengan
kepala / leher sedikit diekstensikan untuk membuka jalan nafasnya dan
memudahkan aliran udara. Hindarkan hiperekstensi kepala, atau menekuk
kepala ke arah dada karena kedua manuver ini dapat menghalangi jalan
nafas bayi
 Jika belum dilakukan, klem dan potong tali pusat untuk memungkinkan
posisi yang seswi dengan bayi
 Gunakan penghisap lendir dan kondisi disinfeksi tinggi / steril atau
bola karet penghisap yang baru dan bersih untuk menghisap lendir
dimulut, kemudian hidung bayi secara halus dan lembut. Hisap mulut
terlebih dulu untuk memastikan tidak ada sesuatu yang dapat teraspirasi
oleh bayi saat hidungnya diisap. Jangan menghisap jalan nafas dengan
kuat atau dalamdalam karena hal ini dapat menyebabkan jantung bayi
melambat atau bayi berhenti nafas. Penghisapan lendir secara hatihati
akan membersihkan cairan dan lendir dari jalan nafas dan dapat
merangsang bayi untuk memulai bernafas.

Rangsangan taktil
Jika bayi baru lahir mulai bernafas secara memadai setelah tubuhnya
dikeringkan dan lendirnya dihisap, berikan rangsangan taktil secara
singkat. Pada saat melakukan rangsangan taktil, pastikan bahwa bayi
diletakkan dalam posisi yang benar dan jalan nafasnya telah bersih.

Rangsangan taktil harus dilakukan secara lembut dan hatihati

 Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki, atau tangan


(ekstremitas) satu atau dua kali
 Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi satu atau dua kali

Proses menghisap lendir, pengeringan dan merangsang bayi tidak


berlangsung lebih dari 30 sampai 60 detik dari sejak lahir hingga proses
tersebut selesai. Jika bayi terus mengalami kcsulitan bernafas, segera mulai
tindakan ventilasi aktif terhadap, bayi. Meneruskan rangsangan pada bayi yg
tidak memberi memberi respon untuk bernafas hanya akan membuang
waktu yang berharga dan membahayakan kesehatan dan kenyamanan bayi.

Rangsangan yang kasar, keras atau terus menerus, tidak akan banyak
menolong dan malahan dapat membahayakan bayi.

Langkah Resusitasi:

1. Bila bayi menangis atau bemafas megapmegap atau warna kulit bayi biru
atau pucat atau denyut jantung kurang 100 kali per menit, lakukan
langkah resusitasi dengan melakukan ventilasi tekanan positif
2. Tetapi sebelumnya periksa dan yakinkan bahwa alat resusitasi berupa
balon resusitasi dan sungkup muka telah tersedia dan berfungsi baik
(lakukan tes untuk balon dan sungkup muka)
3. Cuci tangan dan memakai sarung tangan sebelum memegang atau
memeriksa bayi
4. Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan dada
bagian atas, letakkan pada alas dan lingkungan yang hangat
5. Periksa ulang posisi bayi dan yakinkan kepala dalam posisi setengah
tengadah (sedikit ekstensi)
6. Letakkan sungkup muka pada wajah bayi dan harus menutup dagu,
hidung dan mulut sehingga terbentuk semacamt lekatan antara sungkup
dan wajah
7. Tekan balon resusitasi yang telah dihubungkan dengan oksigen dengan
dua jari atau dengan seluruh jari tangan tergantung pada ukuran balon
resusitasi
8. Periksa lekatan dengan melakukan ventilasi dua kali dan periksa gerakan
dada
9. Bila lekatan baik (tidak bocor) dan terlihat gerakan dada, maka lakukan
ventilasi dengan menggunakan oksigen, bila tidak tersedia oksigen
gunakan udara ruangan
10. Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 – 60 x/menit dengan tekanan
yang tepat dengan melihat gerakan dada, maik turun selama ventilasi
11. Bila dada naik turun dengan baik berarti ventilasi adekuat
12. Bila dada tidak naik, periksa lekatan sungkup yang tidak abik, reposisi
kepala, periksa sumbatan jalan nafas, isap lendir.
13. Lakukan ventilasi selama 30 detik : kemudian lakukan penilaian segera
tentang pernafasa, denyut jantung da warna kulit :
 Bila frekuensi nafas normal (30-60x /menit), frekuensi jantung >
100x /menit, bayi kemerahan, hentikan ventilasi, lakukan kontak
kulit dengan kulit ibunya, lakukan asuhan normal bayi baru lahir
(menjaga bayi tetap hangat, mulai pemberian ASI dini dan
pencegahan terhadap infeksi dan pemberian imunisasi)
 Bila bayi belum bernafas spontan atau frekuensi jantung <
100x /menit ulangi lagi ventilasi selama 30 detik, kemudian lakukan
penilai ulang
 Bila bayi bernafas, tetapi terlihat cekungan dinding dada, maka
lakukan ventilasi dengan mengupakan oksigen
 Bila bayi masih tidak bernafas, nafas megapmegap teruskan
bantuan nafas dengan ventilasi tekanan positif
 Bila frekuensi jantung < 60x/ menit, teruskan ventilasi, mulai
kompresi dada, pertimbangkan intubasi endotracheal.
 Lakukan penilaian setiap 30 cetik, dengan menilai usaha
nafas,Denyut jantung dan warna kulit
 Jika bayi tidak bernafas secaral teratur setelah ventilasi selama 20
menit,
• Pasang pipa nasogastrik untuk mengurangi atau mengosongkan
udara dalam lambung, bila bayi kembung

• Segera rencanakan untuk melakukan penanganan lanjutan

 Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan denyut
jantung bayi setelah ventilasI lama 20 menit, hentikan ventilasi,
bayi dinyatakan meninggal dan beri bantuan emosional pada
keluarga

Perawatan pasca resusitasi


Setelah bayi berhasil dilakukan resusitasi, maka segera lakukan asuhan bayi
normal dengan :

a. Menjaga bayi tetap hangat: kontak kulit dengan ibu atau rawat di
incubator

b. Menyusui dengan ASI sedini mungkin

c. Mencegah infeksi dan pemberian imunisasi (bila tersedia)

7. Edukasi  Penjelasan tentang perjalananan penyakit, komplikasi dan prognosis.


 Rencana perawatan
8. Prognosis Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam

9. Kepustakaan 1. Kosim, MS dkk: Asfiksia pada bayi, dalam Buku Acuan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar, Depkes RI 2005, hal: 69 – 78.
2. Kattwinkel, J: Penggunaan balon dan sungkup resusitasi, dalam Buku
Panduan Resusitasi Neonatus, American Acedemic of Pediatric hal: 3-1
s/d 3-20.

You might also like