You are on page 1of 8

HUBUNGAN GUIDED IMAGERY NYERI PADA ANAK SAAT

PEMASANGAN INFUS USIA 6 - 13 TAHUN DI RUANG ANAK


LANTAI 5 RUMAH SAKIT SUMBER WARAS
2019

Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEPERAWATAN

OLEH : RIANATA SITUMEANG

NIM .2018-12-034

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Sint Carolus


PROGRAM S1 KEPERAWATAN

JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur kehadirat .. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan
Guided Imagery Nyeri Pada Anak Saat Pemasangan Infus Usia 6 - 13 Tahun Di
Ruang Anak Lantai 5 Rumah Sakit Sumber Waras ” Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program
Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bimbingan,
arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan berbahagia ini
penulis ingin mengucapkan rasa hormat, simpati serta terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada :

1. ....................... selaku Dekan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus.

2. ........................ Selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Sint Carolus dan
selaku Dewan Penguji I.

3. Seluruh staf dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Sint Carolus.

4. Teman-teman seperjuangan PSIK Sint Carolus dan keluarga besar yang telah
banyak membantu dan mensupport penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga segala bentuk bantuan dari semua pihak bernilai ibadah dan mendapat
balasan dari ...... Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat
penulis harapkan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Penulis
BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan

Nyeri pada anak merupakan suatu hal yang kompleks, individual, subjektif dan
hal yang umum terjadi. Nyeri dapat diartikan sebagai suatu perasaan tidak nyaman
atau tidak menyenangkan yang sering dialami oleh individu (Andarmoyo 2013). Nyeri
pada anak yang tidak segera diatasi akan berdampak secara fisik maupun perilaku.
Dampak fisik dari nyeri terbagi atas dampak akut (jangka pendek), yang ditandai
dengan peningkatan laju metabolisme dan curah jantung, kerusakan respon insulin,
peningkatan produksi kortisol dan meningkatnya retensi cairan. Adapun dampak
kronis (jangka panjang), dimana nyeri berlangsung terus menerus dan dalam waktu
yang lama, akan meningkatkan ketidak mampuan melakukan aktivitas.

Anak yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit seringkali


mendapatkan pengalaman dari berbagai prosedur invasif yang perlu dijalani.
Pemasangan infus merupakan salah satu tindakan invasif awal yang menentukan
keberhasilan prosedur tindakan selanjutnya. Apabila kesan pertama saat dilakukan
prosedur tindakan anak merasa nyaman, untuk dilakukan tindakan selanjutnya akan
lebih mudah, karena dalam persepsi anak tindakan sebelumnya tidak menyakitkan. Hal
ini sebagaimana konsep atraumatic care yang seharusnya dilakukan perawat.
Atraumatic care adalah ketentuan dalam konsep perawat terapeutik, yang dilakukan
perawat melalui tindakan menghilangkan atau meminimalkan tekanan psikologis dan
fisik yang dialami oleh anak dan keluarga dalam sistem perawatan kesehatan
(hockenberry & Wilson, 2009).

Prosedur pemasangan infus kali ini merupakan prosedur invasif yang sering
dilakukan pada perawatan anak di rumah sakit (Wang, Sun & Chen, 2008). Adanya
prosedur penusukan vena dalam pemasangan infus dapat menimbulkan rasa cemas,
takut, dan nyeri pada anak (Wang, Sun, & Chen, 2008). Teknik pengurangan nyeri
pada dasarnya dikategorikan menjadi dua yaitu farmakologi dan nonfarmakologi.
Farmakologi termasuk obat-obatan yang dapat mengurangi nyeri, sedangkan
nonfarmakologi meliput distraksi, relaksasi, stimulasi kutaneus dan imajinasi
terpimpin (guided imagery).

Reaksi anak prasekolah terhadap prosedur, terutama prosedur pemasangan


infus yang menimbulkan nyeri, anak cenderung mendorong orang yang akan
melakukan prosedur agar menjauh, mencoba mengamankan peralatan atau berusaha
mengunci diri di tempat yang aman ( Wong, 2009). Maka dengan terhambatnya
atau dengan tidak dilakukannya pemasangan infus, tentunya dapat menimbulkan
masalah seperti gangguan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, asupan nutrisi
menjadi tidak terpenuhi, dan terapi obat yang semestinya diberikan menjadi
terhambat. Hal ini tentunya akan menimbulkan masalah yang dapat memperberat
kondisi anak dan menghambat proses penyembuhan serta membuat anak.

Pemasangan infus dan perawatan luka (Canbulat, Inal, dan Sönmezer, 2014).
Banyak penelitian lain yang menyatakan bahwa teknik distraksi efektif digunakan
untuk mengurangi nyeri serta kecemasan pada anak, kebanyakan penelitian di atas
dilakukan pada anak usia sekolah serta pada tindakan seperti pemasangan infus,
perawatan luka, pengambilan sampel darah dan tingkat stres. Belum banyak yang
meneliti bagaimana pengaruh distraksi visual dengan kartu yang disenangi anak
terhadap nyeri saat pemasangan infus pada anak usia prasekolah (3-6 tahun).

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah


pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan. Keseriusan nyeri dialami oleh anak saat pemasangan infus memang
banyak mendapatkan perhatian lebih dari berbagai golongan masyarakat, seperti yang
dialami seseorang ayah yang merasa takut karena anaknya mengalami rasa nyeri yang
sangat sampai menangis histeris dengan jangkau yang lama. Pada waktu pemasangan
yang pertama gagal karena sulit mendapat aliran darah, untuk pemasangan yang
kedua orang tua tersebut meninggalkan anaknya karena tidak tega melihat anaknya.
Setelah itu anaknya menangis dengan kuat bahkan lebih kuat dan histeris dan
sebelunya didampingi sang ayah . Bio-fisiko-sosio- priktual pasien, sesuai waktu
yang ditentukan, menerapkan prinsip aseptik, aman, nyaman, ekonomis, frifasi
dan keutamaan oleh pasien, serta selalu melaksanakan perbaikan tindakan
berdasarkan respon pasien (Hamdani & Purwati, 2010).
Dalam rangka peningkatan mutu asuhan keperawatan di RS, Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik DEPKES RI dalam menyusun standar asuhan
keperawatan dan secara resmi standar asuhan keperawatan diperlakukan untuk
diterapkan diseluruh RS indonesia (SK. Dirjen yang net : No YM 00.03.2.6.7637/
193). Dalam standar asuhan keperawatan ini terdiri dari kriteria-kriteria yang harus
dienuhi, seperti dalam beberapa kriteria pada standar intervensi yang berpodoman
pada 14 komponen dasar (Hamdani & Purwati, 2010).

Populasi anak yang dirawat di rumah sakit mengalami peningkatan yang


meningkatan yang sangat dramatis. Persentase anak yang dirawat di rumah sakit saat
ini menggalami masalah yang serius dan kompleks dibandingkan dengan kejadian
hospitalisasi pada tahun-tahun sebelumnya. Mc Cherty dan Kozat mengatakan
empat juta anak dalam satu tahun mengalami hospitalisasi (Hamdani & Purwati,
2010). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas presentase rawat inap di indonesia dalam
satu tahun terakhir sebesar 2,3% dari sebelum penduduk indonesia. Anak usia 5-
14 tahun yang mengalami rawat inap karena menderita penyakit ISPA sebesar
15,4%, penyakit TB paru sebesar 0,3%, Hepartitis sebesar 0,2%, Diare 5,1%, Malaria
sebesar 0,3% Asama sebesar 3,9%, dan Kanker sebesar 0,1% (Utara, 2015).
Pemasangan Infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk
memasaukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh.terapi intravena adalah masukkan
jarum atau kanula ke dalam vena (pembulu balik) untuk dilewati cairan
infus/pengobatan ,dengan tujuan agar sejumlah cairan atau obat dapat masuk ke
dalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu.

Berdasarakan penelitian Nur Awaliah Rasyid, 2010. Mengatakan hasil penelitian


berdasarkan Data dari RSUD H.A Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulu kumba
menunjukkan bahwa dari 2368 anak yang di rawat tahun 2009, 867 anak (36,6 %)
adalah anak dengan usia 6-12 tahun. Sedangkan anak usia sekolah (6-12 tahun) yang
dirawat dari bulan Januari sampai September 2010 sebanyak 868 anak (37,7 %) dari
2301 anak yang di rawat. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah anak usia
sekolah yang di rawat pada periode yang sama sebanyak 216 anak (33,1 %). Dari
seluruh anak yang dirawat, 100 % anak tersebut mendapatkan tindakan invasif
pemasangan infus (Data RSUD H.A Sultan Dg Raja Kab. Bulukumba, 2010). Hasil
wawancara sederhana peneliti dengan seorang perawat pelaksana ruang IRD serta
seorang anak yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD H.A Sultan Dg Raja
Kab. Bulukumba, didapatkan bahwa teknik non farmakologis untuk mengurangi
nyeri pada pemasangan infus belum dilakukan sedangkan anak mengatakan dia
merasa sangat nyeri saat dilakukan tindakan pemasangan infus.

Berdasarkan data rekam medik yang didapatkan oleh peneliti di rumah sakit
Sumber waras Jakarta, ditemukan data anak yang di infus berjumlah ... anak pada
tahun 2018, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian faktor yang
mempengaruhi respon nyeri dalam pemasangan infus pada anak hospitalisasi di
rumah sakit Sumber waras Jakarta merupakan salah satu rumah sakit swasta yang
mempunyai ruangan perawatan anak. Peneliti mendapatkan hasil dari wawancara
yang dilakukan pada perawat di ruang anak didapatkan bahwa hampir semua anak
yang dirawat diruang anak mendapatkan prosedur pemasangan infus. Reaksi anak saat
dipasang infus adalah menangis, takut dan mengeluh nyeri. Prosedur pemasangan
infus dilakukan berdasarkan rekomendasi dari dokter, selama prosedur pemasangan
infus, perawat sudah melakukan upaya menurunkan nyeri dan kecemasan anak.
Perawat melakukan upaya menurunkan nyeri dengan melibatkan orang tua selama
prosedur, melakukan teknik relaksasi untuk anak dengan usia yang lebih besar dan
memberi stimulus dingin pada kulit dengan alkohol.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mencoba untuk


mengembangkan penelitian tentang “Hubungan Guided Imagery Nyeri Pada
Anak Saat Pemasangan Infus Usia 6 - 13 Tahun di Ruang Anak Lantai 5
Rumah Sakit Sumber Waras Grogol Jakarta Barat”

1.2 Rumusan Masalah

Rumah sakit merupakan tempat dimana anak sering mengalami prosedur


medis yang menyakitkan dan tak terduga seperti pemasangan infus sehingga
menimbulkan stress situasional dan kecemasan yang mengarahkan pada pengalaman
yang tidak menyenangkan bagi anak. Reaksi yang ditunjukkan juga bermacam-
macam sesuai dengan usia mereka. Anak-anak cenderung bertindak agresif yaitu
sebagai pertahanan diri, bertindak dengan mengekspresikan secara verbal yaitu
dengan mengeluarkan kata-kata mendesis, membentak dan sebagainya, serta dapat
bersikap dependent yaitu menutup diri, tidak kooperatif. Untuk mengurangi nyeri
tersebut maka sebaiknya dilakukan tindakan non farmakologis seperti teknik
Guided Imagery Imagery Nyeri Pada Anak Saat Pemasangan Infus Usia 6 - 13. Namun
sebaiknya perlu pula diketahui tingkat nyeri yang dirasakan anak pada saat
pemasangan infus setelah diberi teknik distraksi.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan pengaruh terapi guided imagery terhadap tingkat nyeri pada anak
terhadap pemasangan infus dengan teknik Guided Imagery.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat nyeri pada anak terhadap pemasangan infus


dengan teknik guided imagery.

2. Menganalisis pengaruh terapi guided imagery terhadap pemasangan


infus.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukan penelitian ini adalah :

1.5.1 Bagi Rumah Sakit

Memberi masukan bagi rumah sakit dalam meningkatkan kualitas


pelayanan kesehatan khususnya pada anak yang mendapat tindakan pemasangan
infus.

1.5.2. Bagi Pendidikan

Sebagai sumbangan ilmiah dan masukan untuk pengembangan ilmu


pengetahuan keperawatan di Indonesia khususnya dapat senantiasa berkembang
dan meningkatkan pemahaman tentang pemasangan infus pada anak.

1.5.3. Bagi Penelitian


Sebagai data untuk penelitian lebih lanjut dalam kaitannya dengan proses
keperawatan anak dalam hal tindakan pemasangan infus sekaligus memberi
masukan bagi peningkatan mutu asuhan keperawatan anak.

1.5.4. Bagi Peneliti

Sebagai bahan pengetahuan untuk mendapatkan pengalaman dan


meningkatkan kemampuan diri dalam bidang penelitian serta menambah pengetahuan
tentang tinkat nyeri yang dirasakan anak usia sekolah pada pemasangan infus dengan
teknik distraksi.

You might also like