You are on page 1of 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HAMBATAN MOBILITAS FISIK

NAMA : IHDA LUTHFIYAH


NIM : 16.1896.P
PRODI : DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

PEKAJANGAN PEKALONGAN

2018-2019
LAPORAN PENDAHULUAN

HAMBATAN MOBILITAS FISIK

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
a. Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah
dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi
diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit
khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan
perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi
gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah
sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam (Mubarak, 2008).
b. Imobilisasi
Imobilisasi adalah suatu keadaan dimana penderita harus istirahat di tempat
tidur,tidak bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau gangguan pada
alat/organ tubuh yang bersifat fisik atau mental. Dapat juga diartikan sebagai
suatu keadaan tidak bergerak / tirah baring yang terus – menerus selama 5 hari
atau lebih akibat perubahan fungsi fisiologis (Bimoariotejo, 2009).
2. Tujuan Mobilisasi
a. Memenuhi kebutuhan dasar
b. Mencegah terjadinya trauma
c. Mempertahankan tingkat kesehatan
d. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari
e. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
3. Jenis Mobilitas dan Imobilitas
a. Jenis Mobilitas
1) Mobilitas penuh
2) Mobilitas sebagian
b. Jenis Imobilitas
1) Imobilisasi fisik
2) Imobilisasi intelektual
3) Imobilitas emosional
4) Imobilitas sosial
4. Etiologi
a. Gaya hidup, mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-
nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).
b. Ketidakmampuan, kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang
untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
c. Tingkat energi
d. Usia
5. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur
gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan
isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot
memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja
otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya,
menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi
dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak
menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus
mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi
irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra
indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan
tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan
pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang
berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu
keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang
bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh
dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan
aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh
dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak
beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital,
membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel
darah merah.
6. Manifestasi Klinik
a. Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuai kebutuhan
b. Keterbatasan menggerakkan sendi
c. Adanya kerusakan aktivitas
d. Penurunan ADL dibantu orang lain atau dengan menggunakan alat
e. Malas untuk bergerak/mobilitas
f. Penurunan fungsi tulang.
7. Komplikasi
a. Perubahan Metabolik
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
e. Perubahan Sistem Pernapasan
f. Perubahan Kardiovaskular
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
h. Perubahan Sistem Integumen
i. Perubahan Eliminasi
j. Perubahan Perilaku
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar–X tulang
b. CT scan (Computed Tomography)
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging)
d. Pemeriksaan Laboratorium
9. Penatalaksanaan
a. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien
b. Ambulasi dini
c. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih
kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta
meningkatkan fungsi kardiovaskular.
d. Latihan ROM pasif dan aktif
e. Latihan napas dalam dan batuk efektif
f. Melakukan postural drainase
g. Melakukan komunikasi terapeutik

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobilitas.
b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan mobilitas
c. Riwayat Keperawatan Keluarga
d. Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya
riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
e. Mengkaji Fungsional Klien
1) Tingkat kemampuan aktivitas

TINGKAT
KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITAS

0 Mampu merawat sendiri secara penuh


1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
3
peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
4
berpartisipasi dalam perawatan

2) Rentang Gerak (Range Of Motion)

DERAJAT
GERAK SENDI RENTANG
NORMAL

Adduksi: gerakan lengan ke lateral dari


posisi samping ke atas kepala, telapak
Bahu 180
tangan menghadap ke posisi yang paling
jauh.
Fleksi: angkat lengan bawah ke arah
Siku 150
depan dan ke arah atas menuju bahu.
Pergelangan Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah
80-90
tangan bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi: luruskan pergelangan tangan
80-90
dari posisi fleksi
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke
70-90
arah belakang sejauh mungkin
Abduksi: tekuk pergelangan tangan ke sisi
ibu jari ketika telapak tangan menghadap 0-20
ke atas.
Adduksi: tekuk pergelangan tangan ke
arah kelingking telapak tangan 30-50
menghadap ke atas.
Fleksi: buat kepalan tangan 90
Ekstensi: luruskan jari 90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke
Tangan dan 30
belakang sejauh mungkin
jari
Abduksi: kembangkan jari tangan 20
Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari
20
posisi abduksi

3) Derajat kekuatan otot

SKALA PERSENTASE KARAKTERISTIK


KEKUATAN NORMAL
(%)

0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot
dapat di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan
minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh
yang normal melawan gravitasi dan
tahanan penuh

2. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul


a. Gangguan mobilitas fisik
b. Nyeri akut
c. Intoleransi aktivitas
d. Defisit perawatan diri (Tarwoto & Wartonah, 2003)

3. Intervensi Keperawatan
No Diangosa Tujuan (Noc) Intervensi (Nic)
Dx Keperawatan
1 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Latihan Kekuatan
fisik berhubungan asuhan keperawatan Ajarkan dan berikan dorongan pada
dengan kerusakan selama ...x 24 jam klien klien untuk melakukan program latihan
sensori persepsi menunjukkan: secara rutin
 Mampu mandiri total
 Membutuhkan alat Latihan untuk ambulasi
bantu Ajarkan teknik Ambulasi &
 Membutuhkan perpindahan yang aman kepada klien
bantuan orang lain dan keluarga.
 Membutuhkan Sediakan alat bantu untuk klien seperti
bantuan orang lain dan kruk, kursi roda, dan walker
alat Beri penguatan positif untuk berlatih
 Tergantung total mandiri dalam batasan yang aman.
Dalam hal :
Penampilan posisi
tubuh yang benar Latihan Keseimbangan
Pergerakan sendi dan Ajarkan pada klien & keluarga untuk
otot dapat mengatur posisi secara mandiri
 Melakukan dan menjaga keseimbangan selama
perpindahan/ ambulasi latihan ataupun dalam aktivitas sehari
: miring kanan-kiri, hari.
berjalan, kursi roda
Perbaikan Posisi Tubuh yang Benar
Ajarkan pada klien/ keluarga untuk
mem perhatikan postur tubuh yg benar
untuk menghindari kelelahan, keram &
cedera.
Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk
program latihan.
2 Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Management
berhubungan dengan Asuhan keperawatan Lakukan pengkajian nyeri secara
cedera fisik selama …. x 24 jam: komprehensif termasuk lokasi,
Pain Level, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Pain control, dan faktor presipitasi
Comfort level Observasi reaksi nonverbal dari
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan
 Mampu mengontrol Gunakan teknik komunikasi terapeutik
nyeri (tahu penyebab untuk mengetahui pengalaman nyeri
nyeri, mampu pasien
menggunakan tehnik Evaluasi pengalaman nyeri masa
nonfarmakologi lampau
untuk mengurangi Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
nyeri, mencari Tingkatkan istirahat
bantuan) Kolaborasikan dengan dokter jika ada
 Menyatakan rasa keluhan dan tindakan nyeri tidak
nyaman setelah nyeri berhasil
berkurang Monitor penerimaan pasien tentang
 Tanda vital dalam manajemen nyeri
rentang normal

3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Managemen Energi


berhubungan dengan Asuhan keperawatan Tentukan penyebab keletihan: nyeri,
kelemahan umum selama …. x 24 jam : aktifitas, perawatan , pengobatan
 Klien mampu Kaji respon emosi, sosial dan spiritual
mengidentifikasi terhadap aktifitas.
aktifitas dan situasi Evaluasi motivasi dan keinginan klien
yang menimbulkan untuk meningkatkan aktifitas.
Monitor respon kardiorespirasi
kecemasan
terhadap aktifitas : takikardi, disritmia,
yang berkonstribusi
dispnea, diaforesis, pucat.
pada intoleransi Monitor asupan nutrisi untuk
aktifitas. memastikan ke adekuatan sumber
 Klien energi.
mengungkapkan Monitor respon terhadap pemberian
secara verbal, oksigen : nadi, irama jantung, frekuensi
pemahaman tentang respirasi terhadap aktifitas perawatan
kebutuhan oksigen, diri.
pengobatan dan atau Letakkan benda-benda yang sering
alat yang dapat digunakan pada tempat yang mudah
meningkatkan dijangkau
toleransi terhadap
aktifitas. Terapi Aktivitas
 Klien mampu Rencanakan jadwal antara aktifitas dan
berpartisipasi dalam istirahat.
perawatan diri tanpa Kolaborasi dengan medis untuk
pemberian terapi, sesuai indikasi
bantuan atau dengan
bantuan minimal
tanpa menunjukkan
kelelahan
4 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan Bantuan Perawatan Diri: Mandi,
berhubungan asuhan keperawatan higiene mulut, penil/vulva, rambut,
dengan kerusakan selama... x24 jm kulit
neurovaskuler Klien mampu : Kaji kebersihan kulit, kuku, rambut,
 Melakukan ADL gigi, mulut, perineal, anus
mandiri : mandi, Bantu klien untuk mandi, tawarkan
hygiene mulut, kuku, pemakaian lotion, perawatan kuku,
penis/vulva, rambut, rambut, gigi dan mulut, perineal dan
berpakaian, toileting, anus, sesuai kondisi
makan-minum, Anjurkan klien dan keluarga untuk
ambulasi melakukan oral hygiene sesudah makan
 Mandi sendiri atau dan bila perlu
dengan bantuan Kolaborasi dgn Tim Medis / dokter gigi
tanpa kecemasan bila ada lesi, iritasi, kekeringan mukosa
 Terbebas dari bau mulut, dan gangguan integritas kulit.
badan dan
mempertahankan Bantuan perawatan diri : berpakaian
kulit utuh Kaji dan dukung kemampuan klien
 Mempertahankan untuk berpakaian sendiri
kebersihan area Ganti pakaian klien setelah personal
perineal dan anus hygiene, dan pakaikan pada ektremitas
 Berpakaian dan yang sakit/ terbatas terlebih dahulu,
melepaskan pakaian Gunakan pakaian yang longgar
sendiri Berikan terapi untuk mengurangi nyeri
 Melakukan keramas, sebelum melakukan aktivitas
bersisir, bercukur, berpakaian sesuai indikasi
membersihkan kuku,
berdandan Bantuan perawatan diri : Makan-
 Makan dan minum minum
sendiri, meminta Kaji kemampuan klien untuk makan:
bantuan bila perlu mengunyah dan menelan makanan
 Mengosongkan Fasilitasi alat bantu yg mudah
kandung kemih dan digunakan klien
bowel Dampingi dan dorong keluarga untuk
membantu klien saat makan

Bantuan Perawatan Diri: Toileting


Kaji kemampuan toileting: defisit
sensorik
(inkontinensia), kognitif (menahan
untuk toileting), fisik (kelemahan
fungsi/ aktivitas)
Ciptakan lingkungan yang
aman(tersedia pegangan dinding/ bel),
nyaman dan jaga privasi selama
toileting
Sediakan alat bantu (pispot, urinal) di
tempat yang mudah dijangkau
Ajarkan pada klien dan keluarga untuk
melakukan toileting secara teratur
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC
dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika

You might also like