You are on page 1of 32

LAPORAN PRAKTIKUM UNIT OPERASI PROSES II

MODUL ABSORBSI

Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Praswasti Pembangun Dyah Kencana Wulan, M.T.

Disusun oleh:
Kelompok 12 - Senin

Derryadi Angputra (1606887131)


Febrianti Ayu A.F. (1306370764)
Irvi Nurul Jannah S. (1606831395)
Kirana Widiani L. (1606826880)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
APRIL 2019

1 Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas Laporan Praktikum UOP mengenai absorpsi. Tak luput rasa
terima kasih sebesar-besarnya kami ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Praswasti P.D.K.
Wulan, M.T. selaku dosen penanggung jawab modul ini dan tak luput juga kami
ucapkan kepada Sarah Vania selaku pembimbing kami sebagai asisten laboratorium
dalam melaksanakan praktikum absorpsi ini.
Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam pelaksanaan
ataupun penulisan laporan praktikum absorpsi terdapat kesalahan dari kami baik itu
kata-kata ataupun tindakan kami sangat di dalam ruangan laboratorium yang kurang
berkenan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya masukan-masukan yang
bermanfaat dan saran yang dapat membangun untuk kami ke depan.
Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-
baiknya, sehingga wawasan dan pengetahuan pembaca dapat berkembang.

Depok, April 2019

Tim Penyusun

2 Universitas Indonesia
DAFTAR ISI

APRIL 2019....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................v
1 BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................6
1.1 Latar Belakang................................................................................................6
1.2 Tujuan Percobaan............................................................................................6
1.3 Prinsip Kerja...................................................................................................6
1.4 Alat dan Bahan................................................................................................7
1.4.1 Alat Percobaan........................................................................................7
1.4.2 Bahan Percobaan.....................................................................................7
1.5 Prosedur Pecobaan..........................................................................................7
1.5.1 Absorbsi Gas CO2 dengan Menggunakan Solvent Air (Analisis Gas). . .7
1.5.2 Absorbsi Gas CO2 dengan Menggunakan Solvent NaOH (Analisis Cair)
8
2 BAB 2 LANDASAN TEORI..............................................................................10
2.1 Definisi Absorpsi..........................................................................................10
2.2 Laju Absorpsi................................................................................................10
2.3 Kolom Absorpsi............................................................................................11
2.4 Faktor yang Memengaruhi Absorpsi.............................................................15
2.5 Aplikasi Absorpsi..........................................................................................16
3 BAB 3 DATA PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA............................18
3.1 Data Percobaan.............................................................................................18
3.1.1 Percobaan 1: Absorbsi CO2 dengan Air Menggunakan Analisis Gas...18
3.1.2 Percobaan 2: Absorbsi CO2 dengan NaOH Menggunakan Analisis Cair
18
3.2 Pengolahan Data...........................................................................................19
3.2.1 Percobaan 1: Absorbsi CO2 dengan Air Menggunakan Analisis Gas...19
3 Universitas Indonesia
3.2.2 Percobaan 2: Absorbsi CO2 dalam larutan NaOH Menggunakan Analisis
Cair 21
BAB 4 ANALISIS.......................................................................................................24
4.1 Analisis Percobaan........................................................................................24
4.1.1 Percobaan 1: Absorbsi CO2 dengan Air Menggunakan Analisis Gas...24
4.1.2 Percobaan 2: Absorbsi CO2 dalam Larutan NaOH Menggunakan
Analisis Cair........................................................................................................25
4.2 Analisis Pengolahan Data dan Hasil Pengamatan........................................25
4.2.1 Absorbsi CO2 dengan Air Menggunakan Analisis Gas.........................25
4.2.2 Absorbsi CO2 dalam Larutan NaOH Menggunakan Analisis Cair.......26
4.3 Analisis Alat dan Bahan................................................................................27
4.4 Analisis Kesalahan........................................................................................28
BAB 5 KESIMPULAN...............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................30

4 Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Percobaan 1.........................................................................................19


Tabel 3.2 Data percobaan 2.........................................................................................20

5 Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Lokasi komposisi antar muka (interface)..............................................12


Gambar 2. 2 Kolom Absorpsi....................................................................................13
Gambar 2. 3 Struktur Absorber..................................................................................14
Gambar 2. 4 Packed Bed Column..............................................................................15
Gambar 2. 5 Plate Column.........................................................................................15
Gambar 2. 6 Spray Column........................................................................................16
Gambar 2. 7 Proses Absorpsi.....................................................................................17
Gambar 2. 8 Proses Pembuatan Asam Nitrat.............................................................18

6 Universitas Indonesia
1 BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Absorpsi merupakan peristiwa pelarutan suatu bahan dari fasa gas ke fasa cair.
Tujuan dari operasi absorpsi dalam industri adalah untuk meningkatkan nilai guna
dari suatu zat dengan cara merubah fasa dan mengurangi pengotor (pemurnian).
Selain itu, tujuan umum absorpsi adalah memisahan gas tertentu dari campuran gas-
gas ataupun campuran gas-cair. Prinsip dasar absorpsi adalah perpindahan massa
yang memanfaatkan besarnya difusivitas molekul-molekul gas pada larutan tertentu.
Atas dasar inilah, praktikan menulis laporan praktikum absorbsi ini dimana
praktikan akan membahas lebih dalam tentang proses absorbsi yang terjadi pada
sistem gas-gas maupun gas-cair untuk lebih memperdalam proses absorbsi itu sendiri
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan praktikum absorpsi adalah sebagai berikut
a. Menentukan laju absorpsi CO2 dan mempelajari pola absorbsi CO2 dengan air
menggunakan alat analisa gas yang tersedia.
b. Menentukan laju absorpsi CO2 dan mempelajari pola absorpsi CO2 dengan
larutan NaOH menggunakan alat analisis larutan yang tersedia.
1.3 Prinsip Kerja
Absorbsi merupakan peristiwa pelarutan suatu bahan dari fasa gas ke fasa cair
dengan tujuan memisahkan komponen tertentu. Prinsip dasar absorbsi adalah
perbedaan kelarutan antara komponen terlarut (solut) pada gas dan solvent (pelarut).
Komponen yang akan dipisahkan harus memiliki kelarutan yang besar terhadap
solvent. Prinsip kerja absorbsi yaitu absorbsi dilakukan dalam kolom absorbsi dimana
gas yang mengandung solut masuk dari bagian bawah kolom dan liquid sebagai
solvent masuk dari bagian atas kolom kemudian akan terjadi kontak antara gas dan
liquid pada packed bed. Pada kontak tersebut terjadi perpindahan massa yaitu solut
pada gas akan larut dan terbawa oleh solvent.

7 Universitas Indonesia
1.4 Alat dan Bahan
1.4.1 Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
1. Menara absorbsi
2. Tangki Gas CO2
3. Tangki Air dan NaOH
4. Gelas Ukur
5. Labu Erlenmeyer
6. Labu Ukur
7. Pipet Tetes
8. Buret
9. Statif
10. Stopwatch
1.4.2 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
1. Air
2. Larutan NaOH
3. Larutan HCl
4. Larutan BaCl2 5%wt
5. Gas CO2
6. Phenolpthalein (PP)
7. Methyl Orange (MO)
1.5 Prosedur Pecobaan
Percobaan absorbsi terbagi menjadi dua, yaitu absorbsi gas CO 2 menggunakan
solvent air (analisis gas) dan absorbsi gas CO2 menggunakan solvent NaOH (analisis
cair).
1.5.1 Absorbsi Gas CO2 dengan Menggunakan Solvent Air (Analisis Gas)
Prosedur percobaan analisis gas sebagai berikut:
1. Mengisi kedua globes dengan alat analisis absorbsi, yaitu larutan NaOH
dengan konsentrasi 1 M. Dalam mengisi larutan NaOH kedalam globes,
praktikan harus memastikan level globes semula berada pada skala 0.
2. Mengisi tangki penampung sirkulasi air / NaOH dengan air bersih sebanyak
¾ volume tangki.
3. Mengatur bukaan C2 dan C3 agar berada pada posisi tertutup, kemudian
dengan menggunakan control valve untuk aliran udara tertutup (C2 dan C3),
8 Universitas Indonesia
kemudian praktikan menyalakan pompa dan mengatur laju alir air yang
mengalir disepanjang kolom absorbsi melalui bukaan control valve C1 agar
memiliki laju 3 L/min.
4. Menyalakan kompresor untuk mengalirkan udara, kemudian praktikan
mengatur laju alir udara yang memasuki kolom absorbsi agar bernilai 30
L/min dengan cara mengatur bukaan control valve C2.
5. Membuka pressure regulating valve pada tabung gas CO2 dan mengatur laju
alir gas CO2 kedalam kolom absorbsi agar bernilai 3 L/min dengan cara
mengatur bukaan control valve C3.
6. Menunggu kolom absorbsi untuk beroperasi selama 15 menit agar keadaan
tunak tercapai, barulah setelah itu praktikan mengambil sampel gas CO2
secara simultan pada titik sampel S1 dan S2. Data yang diperoleh praktikan
adalah perubahan ketinggian larutan NaOH dala globes (V1 dan V2).
1.5.2 Absorbsi Gas CO2 dengan Menggunakan Solvent NaOH (Analisis Cair)
Prosedur percobaan analisis cair sebagai berikut :
1. Mengisi tangki penampung sirkulasi air / NaOH dengan air bersih sebanyak
22 liter, kemudian menambahkan larutan NaOH sebanyak 3.75 liter kedalam
air bersih di dalam tangki.
2. Mengatur bukaan C2 dan C3 agar berada pada posisi tertutup, kemudian
dengan menggunakan control valve untuk aliran udara tertutup (C2 dan C3),
kemudian praktikan menyalakan pompa dan mengatur laju alir air yang
mengalir disepanjang kolom absorbsi melalui bukaan control valve C1 agar
memiliki laju 3 L/min.
3. Menyalakan kompresor untuk mengalirkan udara, kemudian praktikan
mengatur laju alir udara yang memasuki kolom absorbsi agar bernilai 30
L/min dengan cara mengatur bukaan control valve C2.
4. Membuka pressure regulating valve pada tabung gas CO2 dan mengatur laju
alir gas CO2 kedalam kolom absorbsi agar bernilai 3 L/min dengan cara
mengatur bukaan control valve C3.

9 Universitas Indonesia
5. Menunggu kolom absorbsi untuk beroperasi selama 15 menit agar keadaan
tunak tercapai, barulah setelah itu praktikan mengambil sampel secara
simultan pada titik sampel S4 dan S5 sebanyak 25 ml untuk setiap titik
sampel.
6. Meneteskan 1 tetes PP pada sampel S4 pada tabung 1 kemudian melakukan
titrasi pada sampel S4 dengan larutan HCl sampai warna sampel S4 menjadi
bening. Mencatat jumlah HCl yang digunakan (T1). Setelah itu meneteskan 1
tetes MO pada sampel S4 yang sama kemudian melakukan titrasi dengan
larutan HCl sampai warna sampel S4 menjadi merah muda. Mencatat jumlah
HCl yang digunakan (T2).
7. Meneteskan larutan BaCl2 pada sampel S4 pada tabung 2 dengan jumlah
BaCl2 sebanyak T2 dikalikan dengan faktor 1,1 dan meneteskan 1 tetes PP
kemudian melakukan titrasi dengan HCl hingga warna larutan menjadi putih.
Mencatat jumlah HCl yang digunakan (T3).
8. Melakukan prosedur 6 dan 7 untuk sampel S5.

10 Universitas Indonesia
2 BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Absorpsi


Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Absorpsi dapat dilakukan pada gas-gas atau cairan yang relatif
berkonsentrasi rendah maupun konsentrat. Prinsip absorpsi adalah dengan
memanfaatkan besarnya difusivitas molekul-molekul gas pada larutan tertentu.
Dengan demikian, bahan yang memiliki koefisien partisi hukum Henry (tekanan
uap/kelarutan) rendah sangat disukai dalam proses absorpsi. Pada proses absorpsi,
campuran gas tersebut biasanya terdiri dari gas inert dan gas yang larut dalam cairan.
Cairan yang digunakan juga umumnya ntidak mudah menguap dan larut dalam gas.
Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik
(pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi
kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih
dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu absorpsi kimia
mengungguli absorpsi fisik. Tujuan dari operasi absorpsi dalam industri adalah untuk
meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya, mengurangi
impurities (pemurnian).

2.2 Laju Absorpsi


Laju absorbsi adalah besaran yang menunjukkan kecepatan solut diabsorb.
Laju absorbsi dapat ditunjukkan dalam 4 cara menggunakan koefisien individual atau
koefisien keseluruhan berdasarkan pada fasa gas atau liquid. Laju absorbsi per unit
volume packed column ditunjukkan dalam beberapa persamaan dimana x dan y
adalah fraksi mol komponen yang diabsorb :
r=k y a( y − y i)
r=k x a(x −xi )
¿
r=K y a( y− y )
r=K x a(x ¿ −x)

11 Universitas Indonesia
Komposisi antar-muka (yi,xi) dapat diperoleh dari diagram garis operasi
menggunakan persamaan dibawah :
y− y i k x a
=
( x i−x) k y a
Driving force keseluruhan dapat dengan mudah ditentukan sebagai garis
vertikal atau horizontal pada diagram x-y. Koefisien keseluruhan diperoleh dari kya
dan kxa menggunakan slope lokal kurva kesetimbangan.
1 1 m
= +
K ya ky a kx a
1 1 1
= +
K x a k x a mk y a

Gambar 2. 1 Lokasi komposisi antar muka (interface)

2.3 Kolom Absorpsi


Kolom absorpsi adalah suatu kolom atau vessel tempat terjadinya proses
pengabsorpsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung
tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh
komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair
dari komponen tersebut.

12 Universitas Indonesia
Gambar 2. 2 Kolom Absorpsi.

Kolom absorpsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fase
mengalir berlawanan arah (counter current) yang dapat menyebabkan komponen
kimia ditransfer dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap
reaktor kimia. Proses ini dapat berupa absorpsi gas, distilasi, pelarutan yang terjadi
pada semua reaksi kimia.
Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan kebawah
menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa gas dan
fasa cair mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan gas dari bawah
menara ke dalam pelarut air sprayer yang diumpankan dari bagian atas menara.
Peristiwa absorpsi ini terjadi pada sebuah kolom yang berisi packing dengan dua
tingkat. Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan dari gas yang
dimasukkan tadi.
Pada kolom absorpsi ini yang perlu diperhatikan adalah pada dasarnya ini
adalah alat dimana diciptakan bidang (permukaan) kontak antar fasa yang luas.
Makin luas permukaan antar fasanya makin baik. Hal ini dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu:
 Penyebaran (dispersi) cairan dalam gas
 Penyebaran (dispersi) gas dalam cairan
Struktur dari absorber dapat dilihat dalam Gambar 2.2. Penjelasannya adalah
sebagai berikut :

13 Universitas Indonesia
 Bagian atas:
- Sebagai outlet dari gas yang telah mengalami kontak dengan absorben.
- inlet dari absorben
- Spray untuk mengubah gas input menjadi fase cair.
 Bagian tengah:
- Packed tower untuk memperluas bidang permukaan sentuh sehingga
memudahkan proses absorpsi.
- Disini terjadi kontak antara absorben dengan fluida yang akan di absorpsi.
 Bagian bawah:
- Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reaktor, dan juga sebagai
outlet dari absorben untuk kemudian di-regenerasi.

Gambar 2. 3 Struktur Absorber

Secara umum kolom absorber dibagi menjadi tiga, yaitu:


 Packed Bed Column

14 Universitas Indonesia
Gambar 2. 4 Packed Bed Column.

 Plate Column

Gambar 2. 5 Plate Column.

 Spray Column

15 Universitas Indonesia
Gambar 2. 6 Spray Column.

2.4 Faktor yang Memengaruhi Absorpsi


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jalannya proses absorbsi,
diantaranya :
 Luas pemukaan kontak
Semakin besar permukaan gas dan pelarut yang kontak, maka laju absorpsi yang
terjadi juga akan semakin besar. Hal ini dikarenakan, permukaan kontak yang
semakin luas akan meningkatkan peluang gas untuk berdifusi ke pelarut.
 Laju alir fluida
Jika laju alir fluida semakin kecil, maka waktu kontak antara gas dengan pelarut
akan semakin lama. Dengan demikian, akan meningkatkan jumlah gas yang
berdifusi.
 Konsentrasi gas
Perbedaan konsentrasi merupakan salah satu driving force dari proses difusi yang
terjadi antar dua fluida.
 Tekanan operasi
Peningkatan tekanan akan meningkatkan efisiensi pemisahan.
 Temperatur komponen terlarut dan pelarut
Temperatur pelarut hanya sedikit berpengaruh terhadap laju absorpsi.
 Kelembaban Gas
16 Universitas Indonesia
Kelembaban yang tinggi akan membatasi kapasitas gas untuk mengambil kalor
laten, hal ini tidak disenangi dalam proses absorpsi. Dengan demikian, proses
dehumidification gas sebelum masuk ke dalam kolom absorber sangat dianjurkan.

2.5 Aplikasi Absorpsi


Terdapat beberapa aplikasi absorpsi dalam industry, seperti :
 Proses Pembuatan Formalin
Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari
reaktor yang berupa gas yang mempunyai suhu 182 0C didinginkan pada
kondensor hingga suhu 55 0C,dimasukkan ke dalam absorber. Keluaran dari
absorber pada tingkat I mengandung larutan formalin dengan kadar formaldehid
sekitar 37 – 40%. Bagian terbesar dari metanol, air,dan formaldehid dikondensasi
di bawah air pendingin bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa
metanol dan formaldehid dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter
current contact dengan air proses. Skema proses absorpsi yang terjadi dapat dilihat
pada Gambar 2.8.

Gambar 2. 7 Proses Absorpsi.

 Proses Pembuatan Asam Nitrat


Tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom
absorpsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 dan
reaksi absorpsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat. Kolom absorpsi mempunyai
17 Universitas Indonesia
empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks masuk yaitu air umpan
absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam lemah. Dua fluks keluar yaitu asam
nitrat produk dan gas buang. Kolom absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam
nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx gas buang tidak lebih
dari 200 ppm.

Gambar 2. 8 Proses Pembuatan Asam Nitrat.

18 Universitas Indonesia
3 BAB 3
DATA PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Percobaan


3.1.1 Percobaan 1: Absorbsi CO2 dengan Air Menggunakan Analisis Gas
Kondisi operasi:
 Konsentrasi NaOH = 0,1 M
 P = 36,9 mmH2O
 Tkolom = 25 oC
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh data percobaan berikut:
Tabel 3.1 Data Percobaan 1
Variabel Keterangan Nilai
Laju alir L/menit L/s
Laju alir air masuk ke kolom
F1 3 0,05
absorpsi
Laju alir udara masuk ke kolom
F2 30 0,5
absorpsi
Laju alir gas CO2 masuk ke
F3 3 0,05
kolom absorpsi
Volume mL
Volume gas CO2 dan udara
V1 62
(sampel) dari kolom absorpsi
Volume gas CO2 (sampel) terlarut
V2 2,2
dalam NaOH dari kolom absorpsi

3.1.2 Percobaan 2: Absorbsi CO2 dengan NaOH Menggunakan Analisis Cair


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukkan, diperoleh data percobaan
sebagai berikut:

L L
F1=3 =0,05
menit s

L L
F2 =30 =0,5
menit s

19 Universitas Indonesia
L L
F3 =3 =0,05
menit s

Tabel 3.2 Data percobaan 2

Sumber T1 (mL) T2 (mL) T3 (mL)

S4 (Outlet) 1 3 1,5

S5 (Inlet) - 7 -

Keterangan:

T1 = Volume HCl untuk menetralisir NaOH dan mengubah karbonat menjadi


bikarbonat

T2 = Total volume HCl yang ditambahkan hingga mencapai end point kedua
atau volume HCl yang digunakan untuk menetralkan basa NaOH dan
Na2CO3 dalam ml

T3 = Volume asam yang ditambahkan untuk menetralkan NaOH (dalam ml)

3.2 Pengolahan Data


3.2.1 Percobaan 1: Absorbsi CO2 dengan Air Menggunakan Analisis Gas
Koefisien transfer massa gas dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut.
a. Menghitung kandungan CO2 pada sampel gas
Asumsi gas ideal, sehingga:
fraksi volume=fraksi mol=Y
Fraksi mol gas CO2 pada aliran gas masuk (Yi) adalah
F3 0,05 L /s
Y i= = =0,0909
F2 + F 3 0,5 L/s +0,05 L/s
Fraksi mol gas CO2 pada aliran gas keluar (Yo) adalah
V 2,2mL
Y o= 2 = =0,0355
V 1 62mL
b. Neraca massa pada kolom absorbsi
Neraca massa digunakan untuk menentukan kandungan gas CO2 pada sampel
gas pada packed column absorber. Persamaan yang digunakan adalah:
Finlet .Y inlet =F outlet .Y outlet +akumulasi
20 Universitas Indonesia
Finlet .Y CO inlet =F outlet . Y CO outlet + FCO terabsorbsi
2 2 2

Jika banyaknya CO2 yang terabsorbsi dinyatakan sebagai F a , maka


F a=FCO terabsorbsi dalam L/s, sehingga persamaan diatas menjadi
2

( F 2+ F 3 ) Y i−( F 2 + ( F3 −Fa ) ) Y o=F a


Maka, jumlah CO2 yang terabsorbsi adalah:
(Y −Y o)(F 2 + F3 )
F a= i
(1−Y o )
(0,0909−0,0355)( 0,5 L /s+ 0,05 L/ s)
F a=
(1−0,0355)
F a=0,0316 L/s
c. Konversi satuan ke dalam gmol/s
Jumlah CO2 yang terabsorbsi dikonversi menjadi satuan gmol/s (G a), dengan
menggunakan persamaan:
o
T kolom (¿ C)+273,15
273,15 K
¿
Fa P kolom ( mmHg)
G a= ( 22,42 L/mol )(
760 mmHg )¿
Dengan asumsi bahwa P = 36,9 mmH2O, maka Pkolom adalah:
36,9
Pkolom =760+ =762,7132mmHg
13,6
Dengan Tkolom = 25 oC, maka nilai Ga adalah:
T kolom (¿ o C)+273,15
273,15 K
¿
Fa P kolom ( mmHg)
G a= ( 22,42 L/mol
−3
)(
760 mmHg )¿

Ga=1,2959 ×10 gmol/ s


d. Nilai Koefisien Transfer
Nilai Ga merupakan jumlah CO2 yang terabsorpsi di dalam air. Maka,
perhitungan untuk nilai koefisien transfer mass (K og) dapat dihitung
menggunakan persamaan:
P

K og=

dimana:
Ga
(
ln 1
P0
A . AH P 1−P0 ) ( )
K og = koefisien transfer massa gas (gmol/atm.m2.detik)
AH = volume kolom absorber, yaitu

21 Universitas Indonesia
π 2 −3 3
AH = ×(0,075) × 1,4=6,19 ×10 m
4
P1 = fraksi mol inlet (Yi) dikalikan tekanan total kolom
P1=0,0909 ×762,7132 mmHg=69,3376 mmH =0,0912 atm
P0 = fraksi mol outlet (Yo) dikalikan dengan tekanan total kolom
P0=0,0355 ×762,7132 mmHg=27,0763 mmH =0,0356 atm
A = luas spesifik (440 m2/m3)
Sehingga diperoleh:
0,0912

)( )
−3 ln
K og=
( 1,2959 ×10 gmol/ s
2 3
440 m /m ×6,19. 10 m−3 3
0,0356
0,0912−0,0356
K og=8,05 × 10−3 gmol /atm. m2 . s
3.2.2 Percobaan 2: Absorbsi CO2 dalam larutan NaOH Menggunakan Analisis Cair
Untuk menentukan nilai dari koefisian transfer massa gas dengan larutan NaOH,
dilakukkan perhitungan sebagai berikut:
a. Menghitung Jumlah CO2 Terabsorbsi Berdasarkan Senyawa CO2 Terabsorb

1. Menghitung Fraksi Mol Gas CO2 Inlet dan Outlet

Karena diasumsikan gas CO2 meripakan gas ideal, maka dianggap fraksi mol gas
CO2 sama dengan fraksi volumenya, sehingga :

V1 F3
Y i= =
V 2 F 2+ F 3

0,05
Y i= =0,0909
0,5+0,05

Fraksi mol CO2 keluar dapat dihitung dengan :

V 1 62 mL
Y 0= = =28,1818
V 2 2,2 mL

2. Menghitung Laju Alir CO2 Inlet dan Outlet

Laju alir CO2 masuk dapat dihitung dengan persamaan :

22 Universitas Indonesia
F 2+ F 3 P Kolom 273
G i=( )( )( )
22,42 760 T Kolom +273

Gi= ( 0,5+ 0,05 762,71


22,42 )( 760 )( 273
21,3+273 )

Gi=0,02284 gmol /s

Dengan asumsi tidak ada pressure drop terjadi, laju alir gas CO2 keluar dihitung
sebagai :

1−Y i
Go=Gi ( 1−Y o )
1−0,0909 gmol gmol
Go=0 ,02284 ( 1−28,1818 ) s Go=−7,6388 ×10
−4
s

3. Menghitung Laju Alir Gas CO2 yang Terabsorbsi

Ga=Gi −Go

−4 gmol
Ga=0,02284−(−7,6388× 10 )=0,0236
s

b. Menghitung Jumlah CO2 Terabsorbsi Berdasarkan Senyawa NaOH Terurai

Konsentrasi NaOH yang masuk dan keluar dapat dihitung dari persamaan
stoikiometri untuk titrasi sebagai berikut :

mol ekuivalen basa=mol ekuivalen asam

( nbasa × Cbasa ) × V basa=( nasam ×C asam ) × V asam

1. Menghitung Konsentrasi NaOH yang Masuk dan Keluar

23 Universitas Indonesia
Dalam titrasi ini, senyawa asam yang digunakan adalah HCl 0,2 M dan senyawa
basa yang digunakan adalah NaOH.

( n HCl ×C HCl ) × V HCl


C NaOH ,inlet =
n NaOH ×V NaOH

( 1× 0,2 ) ×1,5
C NaOH ,inlet = =0,03 M
1 x 10

( n HCl ×C HCl ) × V HCl


C NaOH ,outlet =
n NaOH ×V NaOH

( 1× 0,2 ) ×0
C NaOH ,outlet = =0 M
1 ×10

2. Menghitung Fraksi Mol NaOH Inlet dan Outlet

NaOH ,∈¿−C NaOH , out


C¿
F
G NaOH = 1 ¿
2

0,05
GNaOH = ( 0,03−0 )=7,5 ×10−4
2

c. Menghitung Jumlah CO2 Terabsorbsi Berdasarkan Senyawa Na2CO3


Terbentuk

1. Menghitung Konsentrasi Na2CO3 yang Masuk dan Keluar

Pada titrasi ini, senyawa asam yang digunakan adalah HCl 0,2 M dan senyawa
basanya adalah Na2CO3. Volume HCl adalah pengurangan T2 dengan T3,
sehingga diperoleh :

24 Universitas Indonesia
( nHCl × C HCl ) ×V HCl
C Na2 CO3, inlet =
nNa 2CO 3 × V N a 2CO 3

( 1 ×0,2 ) ×(3−1,5)
C Na2 CO3, inlet = =0,03 M
1× 10

( nHCl ×C HCl ) ×V HCl


C Na2 CO3, outlet =
nNa 2CO 3 × V Na 2CO 3

( 1 ×0,2 ) ×(7−0)
C Na2 CO3, outlet = =0,14 M
1× 10

2. Menghitung Na2CO3 yang terbentu dari Absorbsi CO2

Na2 CO 3,∈¿−C Na 2CO 3,out


C¿
GNa2 CO 3=F 1 ¿

GNa 2CO 3=0,05 (0,03−0,14 )

−3
GNa 2CO 3=−5,5 ×10

25 Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS

4.1 Analisis Percobaan


4.1.1 Percobaan 1: Absorbsi CO2 dengan Air Menggunakan Analisis Gas
4 Percobaan ini memiliki tujuan yaitu mengetahui jumlah CO2 yang terabsorbsi
oleh air dan menghitung koefisien transfer massa gas menggunakan analisis gas
dari sampel gas CO2 yang tidak terabsorbsi air. Peralatan yang digunakan pada
percobaan ini adalah peralatan Hempl gas dengan menggunakan prinsip dasar
absorbs yaitu perpindahan massa dari senyawa konsentrasi tinggi ke senyawa
dengan konsentrasi lebih rendah. Berdasarkan percobaan, konsentrasi CO2 lebih
tinggi sehingga akan terabsorbsi ke air yang memiliki konsentrasi lebih rendah.
Jummlah gas CO2 yang terabsorbsi dapat dihitung dengan selisik fraksi mol anara
CO2 saat masuk dan keluar pada packed bed column.
5 Pada percobaan ini menggunakan hukum Avogadro yaitu fraksi mol CO2 dapat
dianggap sama dengan fraksi volume CO2 dengan asumsi bahwa gas CO2 adalah
gas ideal. Pada percobaan, tidak semua gas CO2 yang dialirkan di packed bed
column terabsorbsi karena pressure drop sehingga gas yang tidak terabsorbsi
keluar melalui CO2 keluaran. Gas CO2 yang tidak terabsorbsi dialirkan menuju
peralatan analisis gas guna menghitung CO2 yang tidak terabsorbsi dengan cara
menghitung selisih CO2 yang masuk ke kolom dengan CO2 keluar.
6 Piston pada peralatan Hempl berguna untuk mendorong CO2 yang akan
dianalisis. Gas sisa pada absorbtion globe akan didorong oleh piston agar keluar
dari sistem dalam keadaan vakum. Tujuan nya agar tidak ada gas yang tercampur
dengan gas yang akan dianalisis. Piston ditarik kembali untuk menarik CO2 yang
tidak terabsorbsi oleh air. Selanjutnya piston didorong untuk memasukkan
sampel gas ke absorbtion globe yang diisi dengan NaOH.
7 Data yang didapatkan pada percobaan ini adalah volume CO2 yang terabsorbsi
NaOH yang dapat dilihat dengan skala ketinggian yang dapat digunakan untuk
menghitung jumlah CO2 yang keluar. Temperatur pada percobaan ini tidak terlalu

26 Universitas Indonesia
tinggi agar CO2 dapat terdifusi ke air karena kelarutan CO2 ke air berbanding
terbalik dengan temperature.
4.1.2 Percobaan 2: Absorbsi CO2 dalam Larutan NaOH Menggunakan Analisis Cair
8 Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari absorbsi CO2 dengan NaOH
menggunakan alat analisis larutan dan mengetahui laju absorbsi CO2 dalam air
dengan analisis NaOH yang mengalir kedalam absorbsi. Absorben yang
digunakan adalah larutan NaOH yang akan membentuk garam Natrium
Bikarbonat setelah bereaksi dengan CO2.
9 Percobaan ini dilakukan dengan mengatur laju alir udara masuk sebesar 30
L/menit, laju alir larutan 3L/menit. Aliran tersebut dimasukkan ke kolom
absorbsi yang kecil agar waktu kontak antara NaOH dan CO2 lebih besar
sehingga semakin banyak CO2 yang terabsorbsi. Setelah mengatur laju alir, alat
dibiarkan selama 15 menit agar keadaan alat menjadi steady state. Setelah itu
sampel diambil, titrasi dilakukan untuk menganalisis tingkat keasaman larutan.
Jumlah CO2 terabsorbsi dapat diketahui dengan mencari jumlah NaOH dan
Na2CO3 dalam sampel yang dihitung dengan titrasi dengan titran HCl.
10 Terdapat 2 sampel yang akan dititrasi yaitu S4 dan S5. Digunakan indicator
Phenolphthalein untuk menandakan ketika sampel sudah mencapai titik
kesetimbangan setelah titrasi, setelah menggunakan Phenolphthalein, digunakan
juga indicator Methyl Orange untuk mendeteksi asam karbonat. Setelah itu
dilakukan juga titrasi sampel yang sudah ditambahkan BaCl 2. Penambahan BaCl2
dilakukan untuk menetralkan NaOH agar HCl tidak bereaksi dengan Na2CO3.
Titrasi dengan indicator Phenolphthalein kembali dilakukan dengan HCl untuk
mendapatkan T3.

4.2 Analisis Pengolahan Data dan Hasil Pengamatan


4.2.1 Absorbsi CO2 dengan Air Menggunakan Analisis Gas
Diasumsikan bahwa CO2 dan udara memiliki sifat layaknya gas ideal sehingga
konsentrasi dapat dicari dengan mengetahui laju alir gas dan volumenya. Fraksi mol
CO2 pada inlet diketahui melalui perbandingan laju alir masuk CO 2 terhadap total laju
alir masuk udara bersama dengan CO2 yang terkandung di dalamnya. Fraksi mol CO2
27 Universitas Indonesia
pada outlet dapat dicari dengan perbandingan volume CO2 yang telah terabsorpsi oleh
NaOH pada globe (V3) dengan volume CO2 bersama udara yang keluar di outlet dan
dapat dihitung dengan membaca volume pada piston (V2).
Perhitungan mendapatkan bahwa fraksi CO2 pada inlet yaitu 0.0909 pada inlet
dan 0.0355 pada outlet. Didapatkan berat fraksi mol inlet lebih besar daripada outlet,
yang mana mengartikan bahwa terjadi absorpsi CO2 oleh NaOH sehingga komposisi
CO2 bisa berkurang pada outlet.
Didapatkan pula laju absorpsi CO2 yaitu sebesar 0,0316 L/s atau 1,2959 x 10-3
gmol/s. Koefisien transfer massa yang didapatkan pada praktikum analisis gas yaitu
8,05 x 10-3 gmol/atm.m2.s.
4.2.2 Absorbsi CO2 dalam Larutan NaOH Menggunakan Analisis Cair
Laju absorpsi dari CO2 didapatkan dengan melakukan perhitungan terhadap
data volume CO2 terabsorp, NaOH terurai, dan Na2CO3 yang terbentuk dengan reaksi
seperti berikut.
C O2 +2 NaOH → N a2 C O3 + H 2 O
Berdasarkan hukum laju reaksi, laju absorpsi gas dapat dinyatakan juga
dengan laju pengurangan NaOH dan laju pembentukan Na2CO3.
Pertama, laju absorpsi ditinjau berdasarkan jumlah CO2 terabsorp. Dengan
melakukan perhitungan terhadap fraksi CO2 pada inlet dan outlet, didapatkan laju alir
gas CO2nya. Selisih antara inlet dan outlet merupakan laju alir gas CO2 terabsorpsi
dengan nilai sebesar 0,0236 gmol/s.
Apabila ditinjau berdasarkan NaOH yang terurai dan Na2CO3 terbentuk, perlu
dilakukan titrasi terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah volume HCl dan BaCl2
yang dibutuhkan sampai dapat menetralkan NaOH dan mengubah karbonat menjadi
bikarbonat. Penambahan HCl mengubah larutan menjadi pink karena indicator PP
yang diteteskan sebelumnya lalu menjadi bening. Pada titrasi selanjutnya digunakan
indicator MO sehingga penambahan HCl menyebabkan perubahan warna menjadi
kuning. Volume titrasi ini dapat menentukan konsentrasi NaOH dan Na2CO3 di inlet
dan outlet menggunakan persamaan stoikiometri titrasi asam-basa. Saat meninjau
NaOH, didapatkan bahwa laju alir absorpsinya adalah 7,5 ×10
−4
sedangkan hasil
28 Universitas Indonesia
tinjauan terhadap Na2CO3 menunjukkan laju absorpsi −5,5 ×10
−3
. Berdasarkan
koefisien reaksi, seharusnya laju absorpsi yang ditinjau dari NaOH adalah 2 kali dari
pembentukan Na2CO3. Kesalahan terhadap perhitungan ini akan dibahas pada bab
analisis kesalahan.
Dengan membandingkan hasil perhitungan pada percobaan absorpsi CO 2
dalam air (Ga=0,0236 gmol/s) dan gas (Ga=1,2959 x 10 -3 gmol/s) dapat disimpulkan
bahwa absorpsi dengan air lebih efektif dibandingkan dengan absorpsi dengan gas.
Hal ini dikarenakan pada analisis cair, absorpsi yang dilakukan merupakan absorpsi
kimiawi yang melibatkan adanya reaksi, sedangkan pada analisis gas yang terjadi
hanyalah absorpsi fisika dimana spesi hanya cenderung membentuk ikatan Van der
Waals dan tidak memiliki ikatan antar molekul sekuat absorpsi kimiawi.
4.3 Analisis Alat dan Bahan
Percobaan absorbsi ini menggunakan kolom absorbsi dengan beberapa
komponen penyusun. Kolom absorbsi sendiri merupakan tempat terjadi kontak antara
absorben (air dan NaOH) dan absorbat (gas CO 2). Kolom absorbsi memiliki packing
yang terbuat dari plastik yang berguna untuk membuat aliran air menjadi turbulen
agar kontak absorben dan absorbat menjadi lebih optimal. Selain kolom absorbsi
terdapat flowmeter dan Apparatus Hempl. Flowmeter pada percobaan ini berguna
untuk menentukan laju alir masukkan dari air, udara dan gas CO 2. Sedangkan
Apparatus Hempl berguna untuk mengetahui jumlah absorbat yang terabsorbsi
dengan prinsip penarikan piston agar ketinggian fluida pada labu bergerak naik
sampai piston tidak dapat ditarik. Selain itu juga terdapat tangki untuk menampung
absorben yang digunakan untuk melarutkan gas CO2 dan sebagai pembuatan larutan
absorben NaOH untuk proses absorbsi.
Pada percobaan ini juga terdapat beberapa bahan yaitu absorben (NaOH dan
air), absorbat (gas CO2), BaCl, HCl, indicator Phenolphthalein (PP) dan indicator
Methyl Orange (MO). Absorben digunakan untuk menyerap absorbat melalui proses
absorbsi. HCl digunakan sebagai titran pada proses titrasi, dengan indicator PP dan
MO. BaCl digunakan unduk mengendapkan ion karbonat pada natrium karbonat
menjadi barium karbonat.

29 Universitas Indonesia
4.4 Analisis Kesalahan
Terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan praktikan saat percobaan,
diantaranya:
- Flowmeter yang digunakan tidak konstan sehingga data kurang akurat.
- Sebagian gas CO2 yang terabsorbsi terbuang ke udara sehingga CO 2 yang
diambil sampel tidak akurat.
- Valve bagian atas pada alat absorbsi gas terbuka sehingga terdapat udara yang
terbuang ke atmosfir sehingga tidak terabsorbsi.
- Pembuatan larutan NaOH tidak memiliki kelarutan yang sesuai.
- Pengambilan sampel NaOH tidak tepat sehingga tidak dapat dilakukan titrasi
untuk analisis cair.

30 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
• Absorbsi adalah suatu peristiwa perpindahan massa yang melibatkan pelarutan
suatu bahan dari fasa gas ke fasa cair.
• Absorpsi dapat pula ditingkatkan dengan cara memperluas permukaan kontak.
Pada percobaan ini digunakan packing untuk memperbesar luas permukaan
kontak. Selain itu, dapat juga dengan meningkatkan laju alir dari fluida baik gas
maupun cairan yang melewati kolom absorbsi.
• Tujuan dari operasi absorpsi adalah memisahkan gas tertentu dari campuran gas-
gas dengan menggunakan pelarut.
• Proses absorpsi gas CO2 dalam larutan air dengan kondisi operasi laju alir air
masuk = 3 liter/menit (F1), laju alir udara masuk = 30 liter/menit (F 2) dan laju alir
gas CO2 masuk = 3 liter/menit (F3) menunjukkan hasil yang efektif.
• Berdasarkan data yang didapat, analisis absorpsi CO2-Air dengan metode analisis
gas menghasilkan nilai laju absorpsi CO2 sebesar 0,0316 L/s atau 1,2959 x 10-3
gmol/s., analisis absorpsi CO2-NaOH dengan metode analisis larutan adalah
7,5 ×10−4 , sedangkan hasil tinjauan terhadap Na2CO3 menunjukkan laju
absorpsi −5,5 ×10−3 .
• Berdasarkan hasil yang di dapat, disimpulkan bahwa absorpsi dengan air lebih
efektif dibandingkan dengan absorpsi dengan gas. Hal ini dikarenakan pada
analisis cair, absorpsi yang dilakukan merupakan absorpsi kimiawi yang
melibatkan adanya reaksi, sedangkan pada analisis gas yang terjadi hanyalah
absorpsi fisika dimana spesi hanya cenderung membentuk ikatan Van der Waals
dan tidak memiliki ikatan antar molekul sekuat absorpsi kimiawi.

31 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Annesini, M., Marrelli, L., Piemonte, V. and Turchetti, L. (2016). Mass Transfer
Coefficient. Artificial Organ Engineering, pp.23-31.
Han, J., Eimer, D. and Melaaen, M. (2013). Liquid Phase Mass Transfer Coefficient
of Carbon Dioxide Absorption by Water Droplet. Energy Procedia, 37, pp.1728-
1735.
McCabe, W., Smith, J. and Harriott, P. (1993). Unit operations of chemical
engineering. New York: McGraw-Hill.
New York: McGraw-Hill.
Perry, Robert H. dan Don W. Green. 1999. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook
7th ed.
Treyball, Robert. 1981. Mass Transfer Operation. Malaysia: McGraw-Hill.

32 Universitas Indonesia

You might also like