Professional Documents
Culture Documents
Suglyanto
Abstract
This study focuses on cognftive aspect of criminal act. Intervention of the criminal
thinking patterns merges the cognitive and spirituality principles. This Intervention called
Cognitive Spiritual Counselfng Program. The objective of this study Is to examine the influence
The sample consisted of women prisoners who were incarcerated In a county Jail In
Padang as control group (N = 10) and Bukittinggl as experimental group (N = 12). Level of the
The result ofANOVA repeated measures showed that F = 6,414, p = 0,020. It means this
program was effective to reduced the ten criminal thinking patterns. Three main pillar of this
program decreased the level of thinking error were readiness and willingness of the subject,
acceptance of the mentor and the material of the program. This program is unique considering
it merges the cognitive and spirituality principles to reduced the criminal thinking patterns. This
study also succesfu/ly revealed some factors that encouraged those criminal thinking patterns
after the program. Those factors were included the perception of sentence, society's
program would not successfully carried out without any other programs In prisons and should
prisoners
Indonesia terutama wanita pada tahun 2001 berakhir dengan pemenjaraan semakin
terjadi hampir 100 % sejak tahun 1994 bertambah. Tidak menutup kemungkinan ini
(www.correct.go.id 2005). Biro Pusat pun ber1aku bagi wanita, padahal tindakan
Statlstik (BPS, 1997) juga mencatat pada penahanan mengandung dampak buruk
tahun 1997 terjadi peningkatan jumlah tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi
narapidana wanita sebesar 97,24 % dari negara (Barlow, 1984; Pomeroy, etal, 2000;
Berbagai program dan kebijakan telah be rpikir. Hasilnya bahwa perlakuan tersebut
Program psikologi yang dinilai berhasil narapidana yang berk elakuan baik.
kognitif (Baro, 1999; Pearson, et al, 2002). pe mbinaan bagi warga binaan di lembaga
manusia memiliki potensi untuk menyerap prinsip-prinsip dasar pe ndekatan kognitif dan
pemikiran yang rasional dan irasional. Setiap aspek spiritualitas untuk mengu r ang i
sehingga dapat mengambH keputusan yang kriminal. Program KKS dirancang untuk
Yochelson dan Samenow (Hall, 2003) pemasyarakatan dan bisa dilakukan oleh
pelaku tindak kriminal. Kognisi atau pola pikir KK S d i l aku k an se c ara berkelompok
kriminalitas ini dapat dimodifikasi karena yang digunakan dalam program KKS adalah
diperoleh dari proses belajar. Oleh sebab itu, perilaku kriminal merupakan hasil dari proses
untuk mengatasi tekanan ( C ole & splritualitas yang lebih tinggi. Spiritualitas
Pargament, 1999; Kaye & R aghaavan, 2 002; be rhubungan erat dengan kekuatan yang
Pomeroy, et al, 2 000). M asuk penjara lebih (maha) tinggi y aitu Tuhan (King, 1996).
merupakan sumber tekanan bagi i ndividu Spiritualitas bagi seorang yang beragama
(Pomeroy, et al, 2000). Spiritualitas membuat harus selalu dikaitkan dengan agama.
individu terus berta han menghadapi tekanan Misalnya bagi seorang yang b eragama Islam
kehidupan s eperti berada di penjara, (muslim), rnakna hidup yang tidak didasari
mendorong ndividu
i untuk terus berharap ajaran slam
I akan sia-sia karena hanya
dan tid ak mudah putus asa. D engan be rsifat keduniawian atau materi semata dan
demikian hidup akan dapat dijalani dengan tidak akan mendatangkan kebahagiaan yang
dukungan agama sebagai bekal datam yang bisa dilakukan untuk mengatasi
peluang c ukup be sar dalam mengubah terhadap aspek kognitif penyebab kriminal.
Hall (2003) mencoba menerapkan terapi kesalahan berpikir penyebab kriminal dan
kognitif dengan pendekatan agama untuk terbentuknya pikiran baru maka setelah
bagaimana pandangan dan pemahamannya al, 2002). Michigan Reformatory di Iona telah
dan nalurinya. Pemahaman yang ketiru ini Thinking Productively (STP) yang terdiri dari
merupakan hasil proses berpikir dua tahap yaitu STP tahap 1 dan tahap 2.
berdasarkan informasi dari Hngkungan yang Narapidana yang mengikuti STP tahap 1
tidak sesuai dengan Islam. Perspektif kognitif menunjukkan penurunan dalam hal perilaku
merupakan hasil dari keblasaan buruk partislpasl pada STP tahap 2 menunjukkan
kriminal yang didasarl oleh pola plkir kriminal. prinsip kognitif dan aspek spiritua1itas untuk
selama lebih dari satu dekade. Kriminatitas kesalahan berplkir adalah konfrontasl,
kontinum yang luas dari proses berpikir. Sisi kemauan, memantapkan keteguhan hati,
non kriminal terletak pada kutub yang diberi memfas l lltasi asertifitas, m e neguhkan
nama "pikiran dan tlndakan yang konsistensi, memupuk minat sosial, bermain
yang bermoral, memenuhi kewajiban dan dan tugas · rumah { Werner , 1982).
mematuhi peraturan dan hukum. Kutub di Pendekatan spiritualitas yang dipakai dalam
seberangnya adalah kutub kriminal atau program KKS adalah menurut ajaran Islam.
pikir keliru yang mendorongnya melakukan adalah cer i ta - cer i ta hikmah, materl
kesalahan berpikir para pelaku tindak merupakan bentuk spiritualitas yang banyak
kriminal yaitu berpikiran tertutup, diri baik, diri digunakan dalam terapi karena dengan
adalah korban, menyerah saja, pamrih, tidak berdoa maka individu akan memiliki harapan
berpikir panjang, ketakutan pada diri sendiri, (Kaye & Raghaavan, 2002).
percaya hukum rimba, diri istimewa dan Para peserta program KKS diminta
mendorong munculnya tindakan kriminal. panjang, ketakutan pada diri sendiri, percaya
Pemandu menjelaskan bagaimana ajaran hukum rimba, merasa diri istimewa dan
menjelaskan tentang potensi manusia dan dua kelompok pretes dan posies. Kelompok
fungsi akal. Peserta diajak untuk memlkirkan, eksperimen dfberikan perlakuan yaitu
"Siapa saya ? Darimana saya berasal ? program KKS sedangkan kelompok kontrol
Untuk apa saya hidup ? Akan kemana saya dijadikan sebagai pembanding yang tidak
dirinya. Kemudian akan dijelaskan tentang difakukan sebelum dan setelah program
perilaku kriminal didasari oleh pola pikir yang adalah 2 kali pertemuan per minggu total 7
salah tentang bagaimana lndivldu memenuhi kali pertemuan, setama 120 menit. Setiap
berplkir antara sebelum dengan sesudah yang dlbahas saat itu. Peserta lain
Program Konseling Kognitif Spiritual dapat bentuk kesalahan berpikir dan menjelaskan
Variabel bebas dalam penelitian inl keislaman yang berkaitan dengan bentuk
berplklran tertutup, menganggap diri baik, kognitir, empati, dan mampu membina
menganggap diri adalah korban, menyerah hubungan interpersonal dengan orang lain.
melibatkan semua warga binaan wanita yang berpikir penyebab kriminal pada semua
kelompok kontrol dipilih secara acak oleh eksperimen dimulai satu minggu setelah
dilakukan oteh warga binaan wanita adafah perkenalan antara peneliti dan peserta
Skala 10 BKB digunakan untuk menilai data terkumpul dilakukan pengolahan dan
terdiri darl 4 pllihan, yaitu Sering, Kadang Konseling Kognitif Spiritual terhadap
kadang, Jarang Sekali, Tidak Pemah. Skor kesalahan berpikir penyebab kriminal
berkisar antara 0-3. Skar O untuk pitihan dilakukan analisis varian campuran terhadap
jawaban Tidak Pernah, dan 3 untuk pilihan hasil pretes dan postes kedua kelompok.
Tabel.1
Eta
JK db MK F p Kuadrat
Sumber
Pada Tabel 1, nilai F sebesar6,414 (p= 0,020) membuktikan bahwa hipotesis penelitian
yaitu Program KKS dapat menurunkan tingkat kesalahan berpikir penyebab kriminal diterima
atau terbukti. Nilai eta kuadrat sebesar 0,243 berarti bahwa Program KKS memberikan
pretes postes
Pengukuran
kesalahan berpikir pada kelompok kontrol subjek, baik secara lisan ataupun melalui
terjadi karena adanya interaksi antar warga ditulis pada awal sesl. menyatakan bahwa
blnaan wanita di dalam LP. Pada umumnya mereka mau berubah dan sangat bersyukur
subjek di kelompok kontrol masuk penjara ketika ada yang membimbing. P eserta
narkobanya sehingga dimungkinkan terjadi kembali dengan durasi waktu yang f ebih
subjek. Hal ini sesuai dengan uraian Pemandu mampu menun j ukkan
intensif datam kelompok baik teknik ataupun yang spontan dan tulus terhadap
program KKS memberikan pengaruh yang pemandu dan peserta dalam program KKS
kesalahan berpikir warga binaan wanita kelompok seperti ni akan membuat peserta
i
dan kehangatan pemandu, m ateri program. menerapkan apa yang telah mereka pelajari.
nyaman menjalankan tugasnya karena paling berhasil diperbaikl dalam program ini
penerimaan yang baik dari petugas dan adalah kesalahan berpikiran tertutup, tidak
kesediaan peserta mengikuti program pikir panjang dan merasa diri istimewa .
kognltif dan aspek spiritual yang secara yang mencerminkan kesalahan berpikir
bertahap menggunakan prlnsip sebab akibat seperti penggunaan kata •sefalu", ·saya pasti
sehlngga dapat mengaktifkan proses berplkir akan", "tidak seorang pun". Peserta kurang
subjek. Peserta difasilitasi untuk menggali disiplin dalam menyelesalkan tugas rumah
kesalahan berpiklmya dan menyadari bahwa padahal salah satu kekuatan terapi I
diberlkan melalul umpan balik permainan rumah (Werner, 1982). Jumlah anggota
akan hubungan dengan pencipta yakni adalah 7 orang atau maksimal 10 orang.
menjalani hldup sesuai dengan aturan Jumlah peserta yang melebihi kapasitas
seperti simpul kehldupan, lingkar wilayah perhatian dan kesempatan yang sama untuk
penjagaan harapan. Pada umumnya peserta lebih hafal pada peserta yang aktif, peserta
meyakini bahwa la masih punya kesempatan membentuk forum sendlri dengan berbicara
unluk menjadi lebih baik, menjadi lebih dengan leman sebelahnya karena pemandu
terbuka terhadap perubahan dan tidak lagi berbicara dengan peserta lain tanpa
pada subjek adalah menganggap bahwa diri tingkat kesalahan berplklr warga binaan
adalah korban dan segala sesuatu baik tetap tinggi sehlngga menghambat
orang ataupun benda adatah untuk dimiliki. keberhasllan program KKS dalam
Para peserta meyaklnl bahwa mereka adalah menurunkan kesalahan berplkir. Faktor
korban terutama dari kondlsl ekonomi yang penghambat tersebut meliputi persepsi
berpikir warga binaan wanita di lembaga Justice and Behavior, 26, 466-484.
KKS ditentukan oleh tiga pilarutama program Biro Pusat Statistik. 1997. Data Tindak
Panjang dan Diri lstimewa. Empat faktor Wiley & Sons Inc.
KKS dalam menurunkan kesalahan berpikir Cote, B & Pargament, K. 1999. Re-Creating
dapat diidentifikasi dengan tepat. Program Kaye, J., & Raghavan, S. K. 2002. Spirituality
sendiri tapi merupakan bagian pembinaan di Religion and Health, 41, 231-242.
343 351.
Criminal Justice and Behavior, 30, Ohlsen, M. M .1970. Group Counseling. New
Inc.
Criminology. Toronto: Little, Brown Pearson, F. S., Upton, D.S., Cleland, C. M., &
behavioral I cognitif-behavioral
Pomeroy, E. C., Kiam, R., & Green D. L. 2000. narkoba pada tahun 2001 di
26(3), 322-337.
http:/lwww.correct.go.id/ind/stsubs