You are on page 1of 8
WAWASAN PEMECAHAN KEMACETAN LALU LINTAS KOTA BESAR Oleh Ofyar Z. Tamin Pade giirennya, porsoalan lat linias sepertl kemacetan, delay serta polus! ingkungan menimbulkan kerugian besar bag! ‘pengguna jalan raya. Betapa beser kerugian yang timbul akibat pemborosan bahan bokar, pemborosan waktu, pomborosan tenaga maupun rendahnya tingkat kenyamanan beralylintas dalam situasikemacelan yang semakin ruin dan Kian melvas cb ota-kota bosar. Jka diniai dengan rapiah, maka kerugian tersebut tantu akan terhitung tidak keel, Dengan demikian, maka perlu dipikkan laiternat pemecahan massleh alu lntas, Knususnya masalah kemacetan yang terjadl di kotarkota beser. ‘Tingkat urbanisasi kota kota besar di indonesia saat ini berada dalam tahap pertumbuhan yang tinggi, seperti juga terjadi di negara-negara berkembang pada umumnya, Hal ini merupaken akibat dart taj pertumbuhan ekonomi yang pesat pula. Salah satu implikasinya, adalah peningkatan kebutuhan penduduk dalam metakukan pergerakan. Dalam kaitan itu, maka pemilikan kendaraan pribadi (seperti mobil) akan memberikan keuntungan yang besar dalam menunjang mobilitas pergerakan. Pengguriaan kendaraan pribadi akan meningkatkan kesempatan seseorang dalam bekerja, rekreasi serta melakuken kegiatan sosial lainnya. Peningkatan pemilikan kendaraan pribadi (mobil) merupakan cerminan interakst entara peningkatan taraf hidup dan kebutuhan mobilitas penduduk di perkotaan. Dalam hal ini, Keuntungan penggunaan jalan digunakan untuk meningkatkan kemakmuran dan mobiltas penduduk Namun demikian, pesatnya peningkatan peng- gunaan kendaraan pribadi dapat menimbulkan sejumiah dampak negatif yang tak terhindarkan. Selain dapat menurunkan mutu kehidupan terutama i kawasan pusat kota serta menimbulkan masalah kemacetan lalu lintas dengan berbagai implikasinya, maka peningkatan penggunaan kendaraan pribadi menjadi sumber polusi udara dan suara tethadap lingkungan perkotaan. Di Kota Jakarta misalnya, tercatat 84% dari jumlah kendaraan yang berlalu lintas di jalan raya adalah kendaraan pribadi, dan 45% di antaranya hanya berpenumpang 1 (satu) orang, yakni pengemudinya. Fakta tersebut menunjukkan, penggunaan kendaraan pribadi sudah tidak efisien lagi. Akibataya, pemantaatan uangjalan--yangmemang sudah terbatas~- menjadi sangat rendah, Dalam hat ini, penggunaan kendaraan umum jelas memiliki efektivitas pemanfaatan ruang jalan yang lebih tinggi. ‘Tantangan yang harus dihadapi olen pemerintah, termasuk perencana transportasi, adalah masalah kemacetan lalu fintas serta pelayanan angkutan umum. Masalah tersebut umumnya timbul di kota-kota yang berpenduduk 2 juta jiwa lebih, seperti Jakarta, Bandung, Medan dan Surabaya. Pada tahun 2000 diperkirakan masaleh lalv lintas akan timbul pula di kota-kota Semarang, Palembang, Ujung Pandang dan Bogor, menyusul kemudian Malang, Yogyakarta, Bandar Lampung serta beberapa ibukota propinsi fainnya. ‘Ofyar Z, Tamin, adalah staf pengajar Jurusan Tek Sipil FTSPATB Jamal PWK- 10 Nomor 4/Teiwulen WiJun 1992 Sejauh ini, pihak pemerintah telah metancarkan berbagai upaya dalam menanggulangi masalah ialu lintas tersebut. Di samping peningkatan kapasitas jaringan jalan yang ada serta pembangunanjaringan jalan baru, jugaditempuh rekayasa dan pengelotaan lalu lintas (traffic engineering and management), khususnya menyangkut pelayanan engkutan umum. Namun kenyataan menunjukkan, bahwa masolah lalu lintas berkembang semakin kompleks, akibat ketimpangan antara kepesatan peningkatan kebutuhan transportasi dan rendahnya kemampuan penyediaan fasilitas transportasi. Pertumbuhan panjang dan luas lvas jalan di Kota Bandung, misalnya, dalam kurun 1978-1983 hanya berkisar 2%-4%, Sedangkan jumlah kendaraan dalam kurun yang sama meningkat sebesar 9%-19%. Pada gilirannya, persoalan lalu lintas seperti kema- ‘cetan, delay serta polusi lingkungan menimbulkan kerugian besar bagi pengguna jalan raya, Betapa besar kerugian yang timbul akibat pemborosan bahan bakar, pemborosan waktu, pemborosan tenaga maupun rendahnya tingkat kenyamanan bberlalu lintas dalam situasi kemmacetan yang semakin rutin dan kian meluas di kota-kota besar. Jka dinilai dengan rupiah, maka kerugian tersebut tentu akan terhitung tidak kecil. Dengan demikian, maka perlu dipikirkan altematif pemecahan masalan lalu lintas, khususnya masalah kemacetan yang terjadi di kota-kota besar. Jalur Pendekatan Makro Untuk memperoteh alternatif pemecahanmasalah lalu lintas, maka terlebih dahulu perlu dipehami sistem transportasi secara menyeluruh (makro). ‘Agar pemahaman dapat dilakukan lebih mendalam, maka sistem transportasi makro yang mencakup beberapa sub sistem yang saling berkaitan dapat digambarkan secara skematis (inet Gambar 1). Sub sistem "Kebutuhan Transportasi" (KT) merupakan pola kegiatan pada sistem guna lahan yang dapat mencakup kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya. Untuk melangsungkan segenap kegiatan tersebut, dibutuhkan pergerakan sebagai penunjang guna memenuhi kebutuhan bersangkutan. Pergerakan (manusia dan/etau barang) tersebut tentumemerlukan sarana (moda angkutan) maupun prasarana (media tempat moda angkutan dapat bergerak). Secara umum prasarana transportasi (PT) meliputi jalan raya rel kereta api, terminal bus, stasiun kereta api, bandar udara dan pelabuhan faut. Interaksi antara "Kebutuhan Transportasi" (KT) dan *Prasarana Transportasi" (PT) akan menghasilkan pergerakan (manusia darVatau barang) berbertuk lalu lintas Kendaraan maupun pejalan kaki, Suatu pola pergerakan yang aman, nyaman, cepat, murah serta sesuai lingkungannya akan dapat tercipta jika diterapkan suatu sistem rekayasa dan manajemen falu lintas (RL & MLL) untuk pengeturannya. Gambar Sistem Transportasi Makro KEBUTUHAN TRANSPORTASI «ko, Nomor 4/Triwulan Wuni 1992 EKAVASA DAN MANAJEMEN LALU LINTAS (RL & KELENBAGAAN (K) PRASARANA TRANSPORTAS!| en urna PW 11 Ketiga sub sistem tersebut (KT, PT dan RL & MLL) akan saling mempengaruhi, seperti terlinat pada gambar di atas. Perubahan sistem KT jelas akan berpengaruh terhadap sistem PT, terlihat dari perubahan tingkat pelayanan pada sistem pergerakan, Sebaliknya, perubahan sistem PT akan berpengaruh terhadap sistem KT, terlihat dari peningkatan mobilitas dan tingkat aksesibittas pada sistem pergerakannya. Di samping itu, sistem RLL & MLL berperan penting dalam mengakomodasi suatu sistem pergerakan guna menciptakan sistem pergerakan yang aman, nyaman, cepat, murah serta sesuai dengan ling- kungannya. Sub sistem RLL & MLL ini sudah barang tentu mempengaruhi sub sistem KT maupun PT. Dalam interaksi antarsub sistem tersebut, maka terlibat sejumlah individu, kelompok, lembaga, pemerintah maupun swasta. Bappenas, Bappeda, Pemda, Ditjen Bangda berperan penting dalam penentuan sistem KT melalui kebijaksanaan regional maupun sektoral. Sementara itu, kebijaksanaan yang berkaitan dengan sistem prasarana transportasi (PT) ditentukan oleh Departemen Pethubungan seita Diljen Bina Marga Departemen PU. Sistem pergerakan (RL & MLL) ditentukan oleh DLLAJR, Polantas, masyarakat pengguna jalan dan sebagainya. Untuk melaksanakan berbagai kebijaksanaan tersebut tentu dibutunkan seperangkat sistem peraturan serta sistem panagakan hukum. Dengan demikian, maka pemerintah, swasta maupun masyarakat jelas terlibat langsung dalam upaya mewujudkan sisten transportasi yang mampu menunjang segenap kebutuhan pergerakan. Demikian puta dalam hal pemecahan masala ilu lintas, seperti kemacetan yang Kini timbul di kota-kota besar. Alternatif Pemecahan Masalah Masalah kemacetan falu lintas nampaknya sudah menjadi semacam ciri khusus kota-kota besar di negara berkembang, termasuk Indonesia. Pemecahan masalah kemacetan lalu lintas dapat diatasi dengan melibatkan sekaligus peran pemerintah, swasta dan tentunya masyarakat. Dengan pernyataan lain, masalah lalu lintas menjadi tanggung jawab bersama. Penanganan masalah tersebut perlu dilakukan secera serius dan tuntas, mengingat kerugian yang diakibatkannya relatif cukup besar. urnal PK - 12 Pada awal tulisan telah diungkapkan, bahwa masalah kemacetan lalu lintas dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain tingkat urbanisasi yang tinggi, pertambahan jumlah/pemilikan kendaraan yang pesat serta pelayanan angkutan umum yang belum efision. Namun demikian, penyebab utama masalah kemacetan lalu lintas adalah ketimpangan antara penyediaan prasarana transportasi yang mesih felalit rendah dibanding pertumbuhan kebutuhan transportasi yang tinggi. Pertumbuhan prasarana transportasi yang rendah, diKota Jakarta misalnya, terlihat dari rendahnyaluas, jalan dibandingkan dengan Iues kota bersangkutan. Faktor penghambat yang dirasakan benar, adalah keterbatasan dana dan waktu. Hal ini berkaitan dengan persyaratan yang ketat dalam penggunaan dana yang umumnya diperoleh dari bantuan tuar negeti (OECF, ADB, World Bank dan sebagainya). Pengetatan persyaratan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan semaksimal dan’ seefektif mungkin atas dana pinjaman tersebut. Untuk itu, dalam upaya peningkatan/penyediaan prasarana transportasi, pihak pemerintah telah melakukan berbagai studi serta melancerkan berbagai tindakan melalui instansi yang terkait Upaya yang cilakukan dalam hal ini, antara lain: + meredam atau memperlambat tingkat pertumbuhan kebutuhan transportast (KT); + meningkatkan pertumbuhan transportasi (PT), terutama memaksimalkan pemanfaatan prasarana yang ada dan belum berfungsi - semestinya: + memperlancar sistem pergerakan melalui penerapan kebijaksanaan rekayasa dan manajemen lalu lintas (RLL & MLL) Untuk memberikan gambaran tentang penanganan masalah (kemacetan) falu lintas melalui upaye- upaya tersebut, dipaparkan berikut ini dengan kesus Kota Jakarta. Kebutuhan Transportasi Untuk mengatasi tingkat urbanisasi yang tinggi serta menghindarkan arus ulang-alik, maka salah satu upaya yang ditempuh adalah membangun kota satelit atau kota baru, seperti Bumi Serpong Demai (BSD). Fungsinya, antara lain, mengurangi intensitas kegiatan di Kota Jakerta seita menehan (menjadi fites) arus migrasi ke Kota Jakarta, Nomer 4/Frivulan IWdunl 1982

You might also like