You are on page 1of 17

Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

UPAYA PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA SECARA


KOMPREHENSIF
Istiana Heriani
Abstrak
Narkoba merupakan suatu zat atau substansi yang dapat menimbulkan ketagihan dan
ketergantungan bagi pemakainya. sampai dengan saat ini upaya penanggulangan
penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh lembaga formal pemerintah belum mampu
mengatasi ketergantungan pemakainya. masalah penyalahgunaan narkoba ini tidak tertangani
secara maksimal dipengaruhi oleh banyak factor. Penelitian ini akan menguraikan upaya
penanggulangan penyalahgunaan narkoba baik secara preventif maupun represif. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normative
Kata Kunci : Narkoba, Penyalahgunaan narkoba.

PENDAHULUAN jauh mengapa mereka sampai


mengkonsumsi atau menyalah-gunakan
Sampai dengan saat ini upaya
Narkoba. Penanggulangan penyalahgunaan
penanggulangan penyalahgunaan Narkoba
Narkoba yang dilakukan tersebut dapat
yang dilakukan oleh lembaga formal
mencapai sasaran yang diharapkan, maka
pemerintah (DepKes, Imigrasi, Bea dan
diajukan beberapa saran antara lain :
Culai, Polri, BNN, BNP, dan lain-lain)
maupun oleh lembaga swadaya 1) Perlunya peningkatan kualitas
masyarakat lainnya masih belum optimal, penyidik Polri khususnya pada
kurang terpadu dan cenderung bertindak Direktorat Narkoba, peningkatan
sendiri-sendiri secara sektoral. Oleh sebab anggaran penyelidikan dan
itu masalah penyalahgunaan Narkoba ini penyidikan kasus Narkoba,
tidak tertangani secara maksimal, sehingga peningkatan sarana dan prasarana
kasus penyalagunaan Narkoba makin hari pendukung, guna lebih
bukannya makin menurun tapi cenderung memberdayakan Polri dalam
semakin meningkat baik secara kualitas mengungkapkan kasus
maupun kuantitas. Disisi lain, belum ada penyalahgunaan Narkoba.
upaya pembinaan khusus terhadap 2) Melengkapi sarana deteksi
pengguna sebagai korban, karena masih Narkoba yang akan digunakan oleh
beranggapan bahwa para pengguna itu aparat Bea dan Cukai di pintu
adalah penjahat dan tanpa mendalami lebih masuk wilayah Indonesia, berupa

44
Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

detector canggih (x ray, scanning, bersifat yuridis normative, artinya dalam


dll), dog detector dan lain-lain melakukan pembahasan terhadap masalah
sehingga dapat menggagalkan yang ada, peneliti akan melihat pada
masuknya Narkoba ke Indonesia. ketentuan peraturan perundang-undangan
3) Perlu membuat Lembaga yang ada. Jenis penelitian ini adalah
Pemasyarakatan khusus Narkoba deskriptif, dan sumber bahan hokum yang
pada beberapa kota besar di digunakan dalam penelitian ini berasal dari
Indonesia, jika hal ini sulit tercapai bahan hokum primer, bahan hokum
maka perlu dilakukan pemisahan sekunder dan bahan hokum tersier. Data
sel antara narapidana Narkoba dan yang diperoleh dari hasil penelitian
narapidana bukan Narkoba. kepustakaan dan penelitian lapangan yang
4) Dilakukan revisi perundang- digunakan untuk memperkuat data hasil
undangan yang mengatur penelitian kepustakaan, selanjutnya akan
pemberian sanksi kepada pengguna dilakukan pengeditan data.
Narkoba khususnya bagi mereka
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
yang pertama kali menggunakan,
bukan diberikan pidana kurungan Penyalahgunaan dalam
tetapi berupa peringatan keras, penggunaan narkoba adalah pemakaian
pembinan sosial seperti kerja sosial obat-obatan atau zat-zat berbahaya dengan
dan sebagainya. tujuan bukan untuk pengobatan dan
penelitian serta di gunakan tanpa
Dari latar belakang yang tersurat dalam
mengikuti aturan serta dosis yang benar.
pendahuluan di atas dapat ditarik suatu
Dalam kondisi yang cukup, wajar atau
rumusan masalah bagaimanakah
sesuai dosis yang dianjurkan dalam dunia
penanggulangan penyalahgunaan narkoba
kedokteran saja maka pengguna narkoba
dan upaya pendekatan penanggulangan
secara terus-menerus akan mengakibatkan
penyalahgunaan narkoba secara
ketergantungan, depedensi, adiksi, atau
komprehensif ?
kecanduan.
METODE PENELITIAN
Penyalahgunaan narkoba
Metode pendekatan masalah yang merupakan suatu pola penggunaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat fatologik dan harus menjadi
45
Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

perhatian segenap pihak atau elemen b. Psikotropika adalah zat atau obat
masyarakat. Meskipun sudah terdapat baik alamiah maupun sintesis
banyak informasi yang menyatakan bukan narkotika yang berkhasiat
dampak negative yang di timbulkan oleh psikotropika melalui pengaruh
penyalahgunaan dalam mengkonsumsi selektif pada susunan saraf pusat
narkoba, tapi hal ini belum member angka yang menyebabkan perubahan khas
yang cukup signifikan dalam mengurangi pada aktifitas mental dan perilaku.
tingkat penyalahgunaan narkoba. c. Golongan I, meliputi : MDMA
(Ectasy), N-etil MDA, MMDA
Ada beberapa jenis-jenis narkoba
yang terdapat kandungan ectasy.
yang diatur dalam peraturan perundang-
Golongan II, yang meliputi :
undangan di atas, sebagaimana berikut ini :
Amfetamina (Sabu-sabu),
a. Narkotika adalah zat atau obat Deksamfetamina, Fenetilena.
yang berasal dari tanaman baik Golongan III, meliputi :
sintesis maupun semi sintesis yang Amobarbital, Buprenorfina,
dapat menyebabkan penurunan Butalbital. Golongan IV, meliputi :
atau perubahan kesadaran, Diazepam (Nipam/BK/Magadon),
hilangnya rasa, mengurangi sampai Nitrazepam.
menghilangkan rasa nyeri dan d. Minuman keras adalah minuman
dapat menimbulkan beralkohol tetapi bukan obat, yang
ketergantungan yang dibedakan terbagi dalam tiga golongan.
dalam golongan-golongan tertentu. Golongan A berkadar alkohol 1-5
Golongan I, meliputi: tanaman %, Golongan B berkadar alkohol 5-
papaver somniverum, opium, 20 %, Golongan C berkada alkohol
tanaman koka-daun koka-kokain 20-50 %.
mentah-kokaina, heroin-morphine,
Ada beberapa faktor yang dapat
ganja. Golongan II, meliputi :
mempengaruhi penyalahgunaan narkoba,
Alfesetilmetadol, Benzetidin,
yaitu :
Betametadol. Golongan III,
meliputi : Asetihidroteina, 1. Faktor diri, yaitu Keingintahuan yang
Dokstroprosifem, Dihidro-kodenia. besar untuk mencoba, tanpa sadar atau

46
Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

berpikir panjang tentang akibatnya pub, diskotik, karaoke. Namun karena


dikemudian hari, keinginan untuk tempat tersebut dinilai tidak aman maka
mencoba-coba karena penasaran, tempat transaksinya berpindah-pindah
keinginan untuk bersenang-senang, supaya terhindar dari petugas kepolisian.
keinginan untuk dapat diterima dalam Demikian pula sasaran peredaran narkoba
satu kelompok atau lingkungan pada mulanya juga terbatas pada kalangan
tertentu, dan lari dari permasalahan, tempat hiburan malam, tetapi kemudian
kebosanan dan kegetiran hidup. merambah kepada mahasiswa, pelajar,
2. Faktor lingkungan sosial, yaitu eksekutif, bisnisman dan masyarakat luas.
pengaruh yang ditimbulkan dari
Narkoba merupakan suatu zat atau
lingkungan sosial pelaku, baik
substansi yang dapat menimbulkan
lingkungan sekolah, pergaulan dan
ketagihan dan ketergantungan bagi
lain-lain. Hal tersebut dapat terjadi
pemakainya. Proses terjadinya ketergan-
karena benteng pertahanan dirinya
tungan dapat secara bertahap yang pada
lemah, sehingga tidak dapat
garis besarnya dapat dijelaskan sebagai
membendung pengaruh negatif dari
berikut :
lingkungannya. Pada awalnya mungkin
sekedar motif ingin tahu dan coba-coba a. Tahap pengenalan awal.
terhadap hal yang baru, kemudian
Pada tahap ini terjadi
kesempatan yang memungkinkan serta
konsumsi Narkoba untuk
didukung adanya sarana dan prasarana.
pertama kalinya oleh
Tapi lama kelamaan dirinya
seseorang baik secara sengaja
terperangkap pada jerat
karena alasan medis atau
penyalahgunaan narkoba.
karena ketidaktahuan/secara
3. Faktor kepribadian : rendah diri,
tidak sengaja mengkonsumsi
emosi tidak stabil, lemah mental.
Narkoba, misalkan
Untuk menutupi itu semua dan biar
minumannya dicampur
merasa eksis maka melakukan
Narkoba oleh orang lain. Pada
penyalahgunaan narkoba.
umumnya orang tersebut
Tempat peredaran narkoba pada belum merasakan ”reaksi
mulanya di tempat-tempat hiburan, seperti enak” (halusinasi dan eforia)
47
Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

dari Narkoba karena memang meningkatkan dosis


tidak ada niat/maksud untuk pemakaian guna meng-
mendapatkan atau mengetahui hasilkan efek atau reaksi yang
reaksi dari Narkoba yang diharapkan. Konsumsi
terkonsumsi tadi. Narkoba sudah menjadi
kebiasaan dan 95 % sampai 99
b. Tahap rekreasional
% orang yang telah memasuki
Pada tahap ini seseorang telah tahap ini akan berlanjut
dengan sengaja untuk coba- menjadi ketergantungan.
coba atau iseng ingin
d. Tahap adiksi/ketagihan
mengetahui reaksi dari
Narkoba. Biasanya mereka Pada tahap ini dapat
akan merasakan reaksi dipastikan 100 % akan
halusinasi dan eforia sesuai menjadi ketergan-tungan baik
yang diharapkan, sehingga secara fisik, psikologis dan
secara psikologis dan efek sosial. Penggunaan Narkoba
farmakologis akan mendorong akan dilakukan setiap hari dan
orang tersebut mengulanginya kalau tidak menggunakan
lagi, misalkan mengkonsumsi maka semua aktifitas atau
Narkoba setiap ada pesta atau pekerjaan rutin menjadi
pada acara-acara tertentu atau terganggu. Mereka merasa
setiap bulan sekali dan sudah tidak bisa hidup tanpa
seterusnya. Narkoba.

c. Tahap habitual/kebiasaan e. Tahap


dependensi/ketergantungan
Para pengguna sudah
mengkonsumsi Narkoba Sama dengan tahap adiksi
secara teratur misalnya tiap yaitu telah terjadi
minggu atau dua hari sekali. ketergantungan baik secara
Pada tahap ini telah terjadi fisik, psikologis dan sosial,
toleransi, yaitu mereka harus bedanya mereka yang telah

48
Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

memasuki tahap ini sudah liver, otak (susunan saraf),


tidak merasakan lagi nikmat jantung, kulit dan lain-lain.
atau ”reaksi enak” dari
c. Selain itu dapat secara tidak
narkoba, sedangkan pada
langsung menyebabkan
tahap adiksi mereka masih
penyakit lain yang lebih serius
dapat menikmati ”reaksi enak”
diakibatkan perilaku
seperti halusinasi, eforia dan
menyimpang karena pengaruh
lain-lain. Mereka yang masuk
narkoba, seperti tertular
dalam tahap ini
HIV/AIDS, Hepatitis C,
mengkonsumsi narkoba
penyakit kulit dan kelamin,
bertujuan hanya untuk
dan lain-lain.
menghi-langkan rasa sakit
yang berlebihan dan supaya d. Terjadi gangguan kepribadian
tidak dianggap sebagai orang dan psikologis secara drastis
gila. seperti berubah menjadi
pemurung, pemarah, pemalas
5. Dampak Penyalahgunaan
dan menjadi masa bodoh.
Narkoba
e. Dapat menyebabkan kematian
Penyalahgunaan narkoba ini akan
yang disebabkan karena over
memberikan dampak yang sangat
dosis atau kecelakaan karena
luas dan kompleks sebagai
penurunan tingkat kesadaran.
berikut:
f. Dampak terhadap keluarga
a. Dampak terhadap
antara lainnya Mencuri uang
pribadi/individu pemakai
atau menjual barang-barang di
b. Terjadi gangguan fisik dan rumah guna dibelikan
penyakit yang diakibatkan narkoba.
langsung dari efek samping
g. Perilaku di luar dapat
narkoba seperti kerusakan dan
mencemarkan nama baik
kegagalan fungsi organ-organ
keluarga. Keluarga menjadi
vital, seperti merusak ginjal,
tertekan karena salah satu
49
Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

anggota keluarganya menjadi GERAM, GANAS dan lain-lain. Namun


target operasi polisi dan sayangnya kegiatan mereka masih
menjadi musuh masyarakat. cenderung belum konsisten dan belum
berkesinambungan. Mereka lebih banyak
2. Dampak terhadap
untuk menyoroti dan mencari kelemahan
masyarakat/lingkungan social.
dan kesalahan yang dilakukan oleh
Pendekatan penanggulangan penyidik/aparat penegak hukum dari pada
penyalahgunaan narkoba di Indonesia saat melakukan kemitraan, dengan kata lain
ini belum benar-benar terpadu dan terlihat kadar kemitraannya dengan aparat
setiap instansi atau kelompok masyarakat penegak hukum masih meragukan.
bekerja sendiri-sendiri sehingga hasil yang
Dengan dibentuknya BKNN
diperoleh belum optimal. Sebenarnya
(Badan Koordinasi Narkotika Nasional)
banyak instansi selain Polri yang memiliki
yang kemudian diubah menjadi BNN ,
tugas memberantas penyalahgunaan
yang lebih bersifat operasional, maka
narkoba. Belum ada upaya pembinaan
terlihat jelas bahwa penanganan kasus
khusus terhadap pengguna sebagai korban,
penyalagunaan Narkoba menjadi lebih
karena masih beranggapan bahwa para
terkoordinasi, lebih banyak kasus
pengguna itu adalah penjahat dan tanpa
terungkap dan juga lebih banyak barang
mendalami lebih jauh mengapa mereka
bukti dapat disita. Dan yang lebih penting
sampai mengkonsumsi atau
lagi adalah akan lebih banyak lagi generasi
menyalahgunakan narkoba.
muda terselamatkan dari bahaya Narkoba.
Peran serta masyarakat sangat
Faktor-faktor Penanggulangan
rendah karena mereka masih berpan-
Penyalahgunaan Narkoba
dangan bahwa pemberantasan
penyalahgunaan narkoba adalah tugas dan a. Faktor internal.
tanggung jawab polisi. Dengan demikian
1). Kebijakan pimpinan Polri
mereka kurang peduli dan kurang
untuk membentuk
berpartisipasi aktif dalam upaya
Direktorat Narkoba pada
penanggulangan penyalahgunaan narkoba.
tingkat Markas Besar
Ada beberapa LSM yang peduli dalam
maupun tingkat Polda
penyalahgunan narkoba seperti GRANAT,
50
Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

telah membuat saat ini merupakan


penanggulangan kekuatan yang bisa
penyalahgunaan Narkoba diberdayakan dalam
di Indonesia khususnya pembe-rantasan
menjadi lebih fokus dan penyalahgunaan Narkoba
terarah, se-hingga di Indonesia.
diharapkan memperoleh
b. Faktor Kelemahan.
hasil yang optimal.
1). Secara umum kualitas
2). Telah adanya organ dalam
personil Polri masih
struktur organisasi Polri
sangat rendah, khususnya
yang secara tegas
dalam bidang
mengatur tugas pokok
penyelidikan dan
dan tugas-tugas dalam
penyidikan kasus
pemberantasan
Narkoba.
penyalahgunaan Narkoba
baik secara pre-emtif, 2). Sikap moral dan perilaku
preventif, represif, kuratif beberapa oknum Polri
dan rehabilitatif. Tugas yang masih ada yang
pre-emtif dan preventif menyimpang, cenderung
lebih diperankan oleh mencari keuntungan
fungsi Intelijen, pribadi, dengan cara
Binamitra, Samapta dan mengkomersialkan kasus
Dokkes, tugas represif Narkoba dan bahkan ada
lebih dipe-rankan oleh yang menjadi backing
fungsi Reserse dan tugas mereka, dan lain seba-
kuratif dan rehabi-litatif gainya.
lebih diperankan oleh
3) Keterbatasan sarana dan
fungsi Dokkes.
prasarana yang dimiliki
3). Secara umum kuantitas oleh Polri merupakan
personil Polri yang ada kendala dalam mengejar

51
Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

dan menangkap kelom- memberantas masalah


pok pengedar. penyalahgunaan Narkoba.

4) Minimnya anggaran untuk 3). Hubungan yang harmonis


pengungkapan kasus yang telah terjalin antara
Narkoba. instansi terkait, akan
memudahkan dalam
c. Faktor eksternal.
melakukan koordinasi,
1). Adanya Undang-Undang sehingga proses
No. 5 Tahun 1997 tentang penanggulangan
Psiko-tropika dan penyalahgunaan Narkoba
Undang-Undang No. 22 secara holistik dapat
Tahun 1997 tentang berhasil secara optimal.
Narkotika serta Keppres
4) Terbentuk beberapa LSM
RI No. 17 Tahun 2002
yang peduli terhadap
tentang Badan Narkotika
permasa-lahan Narkoba
Nasional, merupakan
seperti GRANAT,
payung hukum yang
GANAS dan GERAM,
mengatur
yang perwakilan atau
penanggulangan
cabangnya tersebar
penyalahgunaan Narkoba,
hampir di seluruh
sehing-ga tidak membuat
Indonesia. Hal ini dapat
aparat penegak hukum
dijadikan mitra Polri
menjadi ragu-ragu dalam
dalam melaku-kan upaya
menjalankan penegakan
penanggulangan
hukum khususnya yang
penyalahgunaan Narkoba
berkaitan dengan
melalui kegiatan yang
penyalahgunaan Narkoba.
bersifat pre-emtif,
2). Dukungan masyarakat dan preventif, kuratif dan
pemerintah terhadap Polri rehabilitatif.
khu-susnya dalam

52
Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

d. Faktor Politik, Ekonomi, Perubahan sosial yang cepat


Sosial, dan Budaya. seperti modernisasi dan
globalisasi membuat
Situasi politik yang tidak
masyarakat dituntut untuk
stabil dan tingginya penya-
selalu menyesuaikan diri
lahgunaan wewenang seperti
dengan lingkungan sosial yang
korupsi dan kolusi dapat
serba baru dan serba
memudahkan masuknya
mendunia. Hal ini membuat
Narkoba ke negara kita,
masyarakat menjadi stress
karena banyak pejabat yang
sehingga terjadi gangguan
bisa disuap sehingga
seperti insomnia (sulit tidur),
peredaran Narkoba dapat
kelelahan fisik dan mental
merajalela. Sebaliknya
karena tingginya tingkat
peredaran Narkoba juga bisa
persaingan dan lain-lain.
membuat situasi politik
Kondisi demikian
menjadi kacau dan tidak stabil.
menyebabkan permintaan
Krisis ekonomi yang belum masyarakat untuk
benar-benar pulih menggunakan Narkoba menja-
menyebabkan tingginya angka di meningkat.
pengangguran dan kemis-
Adakalanya dalam suatu
kinan sehingga memudahkan
kebiasaan tertentu, misalnya di
masyarakat untuk dipengaruhi
daerah Aceh, berpandangan
untuk menyalahgunakan
bahwa Ganja itu merupakan
Narkoba. Hal ini merupakan
sejenis sayur yang bermanfaat
sifat manusiawi yang selalu
untuk kesehatan karena sejak
menginginkan jalan pintas
jaman dahulu nenek
dalam memperoleh
moyangnya mengkonsumsi
keuntungan yang besar dalam
Ganja sebagai sayur/penyedap
jangka waktu singkat guna
makanan dan tidak terjadi
mengatasi permasalahan
gangguan. Selain itu mereka
ekonominya.
juga berpendapat bahwa
53
Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

tanaman Ganja diperlukan hukum menggunakan


narkotika terhadap orang lain
untuk menyuburkan dan
dan memberikan narkotika
membuat kualitas tanaman Golongan I untuk digunakan
orang lain, dipidanan dengan
lain seperti tembakau menjadi
pidana penjara paling lama
lebih baik. 15 (lima belas) tahun dan
denda paling banyak Rp.
Pengaturan Narkoba Dalam Perundang- 750.000.000,00 (tujuh ratus
lima puluh juta rupiah); Ayat
undangan (2) menggunakan narkotika
terhadap orang lain atau
1. Landasan Hukum memberikan narkotika
Golongan II untuk digunakan
Landasan hukum yang berupa orang lain, dipidana dengan
pidana penjara paling lama
peraturan perundang-undangan 10 (sepuluh) tahun dan denda
dan konvensi yang sudah paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus
diratifikasi cukup banyak, di juta rupiah); Ayat (3)
antaranya adalah : menggunakan narkotika
terhadap orang lain atau
a. UU Nomor 22 Tahun 1997 memberikan narkotika
Golongan III untuk digunakan
tentang Narkotika orang lain, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5
Pasal 1 ayat (1) Narkotika (lima) tahun dan denda paling
adalah zat atau obat yang banyak Rp. 250.000.000,00
berasal dari tanaman atau (dua ratus lima puluh juta
bukan tanaman baik sintetis rupiah).
maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan Pasal 85 ayat (1) Barang siapa
penurunan atau perubahan tanpa hak dan melawan
kesadaran, hilangnya rasa, hukum menggunakan
mengurangi sampai narkotika Golongan I bagi diri
menghilangkan rasa nyeri, sendiri, dipidana penjara
dan dapat menimbulkan paling lama 4 (empat) tahun;
ketergantungan, yang Ayat (2) menggunakan
dibedakan ke dalam golongan- narkotika Golongan II bagi
golongan sebagaimana diri sendiri, dipidana dengan
terlampir dalam Undang- pidana penjara paling lama 2
undang ini atau yang (dua) tahun;Ayat (3)
kemudian ditetapkan dengan menggunakan narkotika
Keputusan Menteri Kesehatan. Golongan III bagi diri sendiri,
dipidana dengan pidana
Pasal 84 ayat (1) Barang siapa penjara paling lama 1 (satu)
tanpa hak dan melawan tahun.
54
Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

b. UU Nomor 5 Tahun 1997 dan Psikotropika Tahun


tentang Psikotropika. 1988.

Pasal 1 ayat (1) Psikotropika 1. Ruang Lingkup Konvensi


adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis Konvensi bertujuan untuk
bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui meningkatkan kerjasama
pengaruh selektif pada internasional yang lebih
susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas efektif terhadap berbagai
pada aktivitas mental dan aspek peredaran gelap
perilaku.
narkotika dan psikotropika.
Pasal 3 ayat (1) Tujuan
Untuk tujuan tersebut, para
pengaturan di bidang
psikotropika adalah menjamin pihak akan menyelaraskan
ketersediaan psikotropika
peraturan perundang-
guna kepentingan pelayanan
kesehatan dan ilmu undangan dan prosedur
pengetahuan;
administrasi masing-masing
Ayat (2) mencegah terjadinya sesuai Konvensi ini dengan
penyalahgunaan psikotropika;
tidak mengabaikan asas
Ayat (3) memberantas
kesamaan kedaulatan,
peredaran gelap psikotropika;
keutuhan wilayah negara,
Pasal 4 ayat (1) Psikotropika
hanya dapat digunakan untuk serta asas tidak mencampuri
kepentingan pelayanan urusan yang pada
kesehatan dan/atau ilmu
pengetahuan. hakekatnya merupakan

Ayat (2) Psikotropika masalah dalam negeri


golongan I hanya dapat masing-masing.
digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan. a. Kejahatan dan Sanksi
Ayat (3) Selain penggunaan
sebagaimana dimaksud pada Tanpa mengabaikan
ayat (2), psikotropika prinsip-prinsip hukum
golongan I dinyatakan sebagai
barang terlarang. masing-masing, Negara-

c. Konvensi Pemberantasan negara Pihak dari Konvensi

Peredaran Gelap Narkotika akan mengambil tindakan

55
Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

yang perlu untuk diatur dalam peraturan perundang-


menetapkan sebagai undangan sebagaimana disebutkan di atas.
kejahatan setiap peredaran Hukum pidana menganut asas legalitas,
gelap narkotika dan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1
psikotropika. Pengertian ayat (1) KUHP yang menegaskan : “Tiada
peredaran mencakup suatu perbuatan dapat dipidanakan
berbagai kegiatan dari awal kecuali atas kekuatan aturan pidana
sekali, yaitu mulai dari dalam perundang-undangan yang telah
penanaman, produksi, ada, sebelum perbuatan dilakukan”.
penyaluran, lalulintas, Perkara narkotika termasuk perkara yang
pengedaran, sampai ke didahulukan dari perkara lain untuk
pemakaiannya, termasuk diajukan ke pengadilan guna penyelesaian
untuk pemakaian pribadi. secepatnya. Tentang
Terhadap kejahatan tersebut
Ketentuan Pidana Narkotika diatur
di atas, dapat dikenakan
dalam UU No. 35 Tahun 2009, Bab XII,
sanksi berupa pidana
Pasal 78 s/d 100. Bagi pelaku delik
penjara atau bentuk
narkotika dapat dikenakan pidana penjara
perampasan kemerdekaan,
sampai dengan 20 tahun atau maksimal
denda dan penyitaan aset
dengan pidana mati dan denda sampai Rp.
sejauh dapat dibuktikan
25 Milyar. Demikian juga bagi pelaku
sebagai hasil dari kejahatan.
delik psikotropika, dalam UU No. 22
Di samping itu pelakunya
tahun 1997, Bab XIV tentang Ketentuan
dapat dikenakan
Pidana, Pasal 59-72, dapat dikenai
pembinaan, purnarawat,
hukuman pidana penjara sampai 20 tahun
rehabilitasi, atau reintegrasi
dan denda sampai Rp. 750 juta. Berat
sosial.
ringannya hukuman tergantung pada
tingkat penyalahgunaan narkoba, apakah
sebagai pemakai, pengedar, penyalur,
Ketentuan Pidana
pengimpor atau pengekspor, produsen
Penyalahgunaan Narkoba termasuk ilegal, sindikat, membuat korporasi dan
kualifikasi perbuatan pidana (delict) yang sebagainya. Kalau dilihat ketentuan
56
Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

pidananya sebenarnya sudah cukup berat. penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan


Tapi dalam praktek peradilan, seringkali melalui pendekatan-pendekatan dan
hakim menjatuhkan pidana yang sangat beberapa cara, adapun hal tersebut adalah :
ringan hanya beberapa bulan saja atau
1) Meningkatkan iman dan taqwa
malah dibebaskan kepada pelaku
melalui pendidikan agama dan
penyalahgunaan narkoba. Tentu saja ini
keagamaan baik di sekolah maupun di
tidak membuat si pelaku menjadi jera. Hal
masyarakat. Bukan hanya itu, bahkan
ini yang kadang membuat masyarakat
anak yang masih dalam kandungan
menjadi tidak puas dan timbul kesan
Sang Ibupun usaha mendidik anak
negatif kepada lembaga peradilan yang
tersebut sudah harus dilaksanakan
dinilai tidak sungguh-sungguh dalam
yaitu dengan jalan kedua orangtuanya
menegakkan hukum untuk menjerat pelaku
selalu berakhlak dan berbudi baik,
penyalahgunaan narkoba. Itulah salah satu
menyempurnakan ibadah,
sisi kelemahan dari undang-undang
memperbanyak bersedekah, membaca
narkotika yang tidak mencantumkan batas
Al Qur’an, berpuasa, dan berdoa
minimum ancaman hukuman kepada para
kepada Allah dengan tulus agar anak
pelaku penyalahgunaan narkoba.
yang akan lahir nanti dalam bentuk
Diharapkan dengan adanya batas
fisik yang sempurna dan merupakan
minimum hukuman, pelaku
anak yang berjiwa shaleh.
penyalahgunaan narkoba akan berpikir
2) Meningkatkan peran keluarga melalui
ulang melakukan tindakannya.
perwujudan keluarga sakinah, sebab
peran keluarga sangat besar terhadap
pembinaan diri seseorang. Hasil
Upaya Penanggulangannya
penelitian menunjukkan bahwa anak-
Mengingat betapa dahsyatnya anak nakal dan brandal pada
bahaya yang akan ditimbulkan oleh umumnya adalah berasal dari
Narkoba dan betapa cepatnya tertular para keluarga yang berantakan (broken
generasi muda untuk mengkonsumsi home). Dan unit terkecil dari
Narkoba, maka diperlukan upaya-upaya masyarakat adalah rumah tangga. Di
konkrit untuk mengatasinya. Dalam upaya sinilah tempat pertama bagi anak-
mencegah atau penanggulangan masalah anak memperoleh pendidikan perihal
57
Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

nilai-nilai sejak anak dilahirkan. Maka tokoh agama dan tokoh masyarakat
dengan demikian orang tua sangat serta aparat penegak hukum.
berperan pertama kali dalam 7) Melakukan dengan cara preventif
mendidik, mengajar, membimbing, (pencegahan), yaitu untuk membentuk
membina, dan membentuk anak- masyarakat yang mempunyai
anaknya dengan memelihara ketahanan dan kekebalan terhadap
kesejukan, ketentraman, kesegaran, narkoba. Pencegahan adalah lebih
keutuhan memberikan kasih sayang, baik dari pada pemberantasan.
pengorbanan, perhatian, teladan yang Pencegahan penyalahgunaan narkoba
baik, pengaruh yang luhur. dapat dilakukan dengan berbagai cara,
3) Menanamkan nilai-nilai agama (iman seperti pembinaan dan penyuluhan
dan ibadah), akhlak budi pekerti, serta pengawasan dalam keluarga,
disiplin dan prinsip-prinsip luhur penyuluhan oleh pihak yang
lainnya. kompeten baik di sekolah dan
4) Melakukan kontrol, filter, masyarakat, pengajian oleh para
pengendalian, dan koreksi seluruh ulama, pengawasan tempat-tempat
sikap anak-anaknya secara bijaksana hiburan malam oleh pihak keamanan,
baik di rumah maupun di luar dan pengawasan distribusi obat-obatan
keharmonisan rumah tangga sehingga ilegal dan melakukan tindakan-
anak-anak merasa tenang, nyaman, tindakan lain yang bertujuan untuk
aman, damai, bahagia, dan betah mengurangi atau meniadakan
tinggal di tengah-tengah pergaulan kesempatan terjadinya
keluarga setiap hari. penyalahgunaan narkoba.
5) Penanaman nilai sejak dini bahwa 8) Secara represif (penindakan), yaitu
Narkoba adalah haram sebagaimana menindak dan memberantas
haramnya Babi dan berbuat zina. penyalahgunaan narkoba melalui jalur
6) Meningkatkan peran orang tua dalam hukum dan berdasarkan hukum , yang
mencegah narkoba, di rumah oleh dilakukan oleh para penegak hukum
ayah dan ibu, di sekolah oleh atau aparat keamanan yang dibantu
guru/dosen dan di masyarakat oleh oleh masyarakat. Kalau masyarakat
mengetahui hal tersebut harus segera

58
Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

melaporkan kepada pihak yang untuk wajib menjalani rehabilitasi


berwajib ( kepolisian ) dan tidak medis dan rehabilitasi sosial.
boleh main hakim sendiri. 2. Selain memberikan kewengan yang
9) Dengan pendekatan melalui kuratif besar terhadap penegak hukum,
(pengobatan), bertujuan penyembuhan khususnya BNN, UU No. 35/2009 juga
para korban baik secara medis mewajibkan masyarakat untuk
maupun dengan media lain. Di berperan aktif dalam upaya
Indonesia sudah banyak didirikan pencegahan dan pemberantasan
tempat-tempat penyembuhan dan narkotika. Masyarakat dijadikan
rehabilitasi pecandu narkoba seperti seperti penyelidik dengan cara
yayasan titihan respati, pesantren- mencari, memperoleh, dan
pesantren, yayasan Pondok Bina memberikan informasi dan
Kasih dll. mendapatkan pelayanan dalam hal-hal
10) Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan tersebut. Dalam UU ini masyarakat
agar setelah pengobatan selesai para tidak diberikan hak untuk melakukan
korban tidak kambuh kembali penyuluhan, pendampingan dan
“ketagihan” narkoba. Rehabilitasi penguatan terhadap pecandu narkotika.
berupaya menyantuni dan 3. Peran serta masyarakat yang
memperlakukan secara wajar para dikumpulkan dalam suatu wadah oleh
korban narkoba agar dapat kembali ke BNN dapat menjadi suatu ketakutan
masyarakat dalam keadaan sehat tersendiri karena masyarakat
jasmani dan rohani. Kita tidak boleh mempunyai legitimasi untuk
mengasingkan para korban narkoba melakukan pencegahan dan
yang sudah sadar dan bertobat, supaya pemberantasan narkotika tanpa adanya
mereka tidak terjerumus kembali hak yang ditentukan oleh Undang-
sebagai pecandu narkoba. Undang.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Dikdik M Arief Mansyur, & Elisatris
1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun
Gultom, Urgensi Perlindungan
2009 yang juga mengatur ketentuan Korban Kejahatan, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2011.
mengenai putusan memerintahkan

59
Al’ Adl, Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014 ISSN 1979-4940

Heriadi Willy, Berantas Narkoba Tak


Cukup Hanya Bicara, Kedaulatan
Rakyat, Yogyakarta, UII Press
Yogyakarta, 2010.
Konvensi Pemberantasan Peredaran Gelap
Narkotika dan Psikotropika Tahun
1988
Advokasi pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba, BNN, 2007
UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika
UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika
Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun
2007
KUHAP dan Peraturan–peraturan
Pelaksanaanya, Kepolisian Negara
RI

60

You might also like