You are on page 1of 12

Mujiyati, Rohmawati dan Ririn / 2017

DETERMINAN PERSEPSI MENGENAI ETIKA ATAS


PENGGELAPAN PAJAK
(TAX EVASION)

Mujiyati1
* Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta
* Mujiyati@ums.ac.id 1
Fitria Riski Rohmawati2
* Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta
* b2001303113@student.ums.ac.id 2
Wahyu Hening Ririn P2
* Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta
* b200130327@student.ums.ac.id 2

Abstract
This study aims to examine the factors that influence the perception of ethics on tax evasion in the lecturers and
students of Muhammadiyah University of Surakarta. The variables used in this study are the dependent variables,
namely the perception of ethics on tax evasion, while the independent variables used Are justice, taxation systems,
discrimination, the quality of tax services, and the possibility of fraud detection.

The sample in this research is lecturer and student at university muhammadiyah surakarta. Sample collection
method used in this research is convenience sampling taken 84 sample lecturer and 100 student sample. The data
used in this study is the primary data by using questionnaires. Data analysis in this research is assisted by using
SPSS program. Data analysis technique used is multiple linear regression.

The result of the research shows that significant at level 0,05 variable of system of taxation to lecturer,
discrimination on lecturer and student, and quality of tax service to lecturer and student have significant influence
to perception about ethics on tax evasion. While the variable of justice in lecturer and student, system of taxation to
student, and possibility of detection of fraud on lecturer and student have no effect and insignificant to perception
about ethics of tax evasion.

Keywords: ethical perception, tax evasion, justice taxation system, discrimination, quality of tax service, possible
fraud detection.

Pendahuluan secara langsung dan digunakan untuk keperluan


Sumber penerimaan keuangan di Indonesia Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
salah satu pokok utamanya bersumber dari pajak. Akan tetapi tidak banyak rakyat yang dapat
Peranan pajak sangat dominan terhadap pendapatan merasakan apa yang telah mereka keluarkan. Selain
Negara. Besar-kecilnya pajak akan menetukan itu, dikatakan penerimaan pajak meningkat setiap
kapasitas anggaran negara, baik untuk pembiayaan tahunnya, tetapi bentuk dari pengeluaran negara
anggaran rutin maupun pembangunan. Menurut tersebut masih belum jelas dirasakan oleh masyarakat.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1, ayat 1 Apabila hal tersebut terus-menerus berlanjut,
menyatakan bahwa “pajak adalah kontribusi wajib dikhawatirkan akan mengakibatkan keengganan rakyat
pajak kepada Negara yang terhutang oleh orang untuk membayar pajak bahkan akan cenderung
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan menggelapkan pajak (Pulungan, 2015). Terdapat
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan perbedaan pandangan mengenai pajak antara

1
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 3(1), 2018
Mujiyati, Rohmawati dan Ririn / 2017

pemerintah dengan wajib pajak. Pemerintah sangat merugikan pihak lainnya. Dengan adanya hal tersebut
memerlukan penerimaan pajak untuk pembiayaan membuat wajib pajak tidak segan untuk melakukan
penyelenggaraan negara dan pembangunan. Pajak penggelapan pajak karena mereka berasumsi beban
merupakan sumber sumber penerimaan terbesar bagi pajak yang akan dikeluarkan tidak akan dikelola
negara, sehingga pemerintah mengharapkan wajib dengan baik dan sehingga timbul anggapan perilaku
pajak untuk patuh membayar pajak dengan tersebut etis dan wajar dilakukan (Indriyani, Nurlaela
mengeluarkan peraturan-peraturan perpajakan. Di dan Wahyuningsih, 2016).
pihak lain, wajib pajak memandang bahwa Penelitian ini bertujuan membandingkan
pembayaran pajak merubahan suatu beban yang apakah ada perbedaan antara persepsi dosen dan
nantinya dapat mengurangi pendapatannya. Wajib mahasiswa mengenai etika atas penggelapan pajak (tax
pajak berusaha akan meminimalkan membayar pajak evasion). Faktor yang akan diuji dalam penelitian ini
dengan tujuan untuk memaksimalkan jumlah laba adalah Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi,
yang diterima. Kualitas Pelayanan Pajak, dan Kemungkinan
Ada beberapa cara yang digunakan wajib pajak Terdeteksinya Kecurangan pada dosen dan mahasiswa
untuk meminimalkan beban pajaknya, yaitu: Tax Universitas Muhammadiyah Surakarta.
planning (perencanaan pajak), Tax avoidance
(penghindaran pajak) dan Tax evasion (penggelapan Kajian Pustaka dan Pengembangan
pajak). Tax planning adalah upaya wajib pajak untuk
Hipotesis
meminimalkan beban pajak melalui skema yang
Teori Atribusi (Atribution Theory)
memang telah jelas diatur dalam peraturan perundang-
Pada dasarnya teori atribusi menurut Robbins
undangan perpajakan. Perencanaan pajak dapat
(1996) dalam Mukharoroh (2014) menyatakan bahwa
dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan yang
bila seorang individu mengamati prilaku seseorang,
masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful)
maka mereka akan mencoba untuk menentukan apakah
maupun yang melanggar peraturan perpajakan
perilaku tersebut ditimbulkan secara internal atau
(unlawful). Tax avoidance adalah suatu usaha
eksternal. Perilaku yang disebabkan secara internal
meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan
adalah perilaku yang dipengaruhi dari dalam diri
celah-celah ketentuan perpajakan suatu negara yang
individu, sedangkan perilaku yang disebabkan secara
ada. Tax avoidance bisa jadi tidak melanggar hukum,
eksternal adalah perilaku yang dipengaruhi dari luar
namun sebenarnya upaya ini bertentangan dengan
individu, artinya individu akan berperilaku bukan
tujuan dibuatnya peraturan perundang-undangan. Tax
karena keinginannya sendiri, melainkan karena
evasion adalah suatu usaha untuk menghindari pajak
desakan atau keadaan yang tidak bisa terkontrol.
terutang dengan cara melanggar undang-undang
perpajakan, misalnya wajib pajak tidak melaporkan
Perpajakan
pendapatan yang sebenarnya. Sulitnya penerapan tax
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro,SH dalam
planning dan tax avoidance membuat seseorang wajib
Mardiasmo (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada
pajak cenderung untuk melakukan tax evasion (Silaen,
kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
2015).
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
Perilaku penggelapan pajak merupakan perilaku
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
ilegal karena melanggar undang-undang atau peraturan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
yang berlaku. Namun dalam penerapannya perilaku
tersebut akan menjadi etis atau wajar untuk dilakukan. Penggelapan Pajak
Mengingat banyaknya tindakan yang tidak seharusnya Menurut Mardiasmo (2011) penggelapan pajak
dilakukan oleh para pemimpin yaitu seperti adalah usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk
menyalahgunakan dana pajak untuk kepentingan meringankan beban pajak dengan cara yang tidak legal
pribadi ataupun kelompok, tidak tersistematisnya atau melanggar undang-undang. Dalam hal ini, wajib
sistem perpajakan, dan adanya peraturan perpajakan pajak mengabaikan ketentuan formal perpajakan yang
yang dianggap hanya menguntungkan satu pihak dan

2
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 3(1), 2018
Mujiyati, Rohmawati dan Ririn / 2017

menjadi kewajibannya, memasulkan dokumen, atau Menurut Murni, et al (2013) dalam Tobing
mengisi data dengan tidak lengkap dan tidak benar. (2015), pelayanan petugas pajak terhadap wajib pajak
cukup menentukan dalam pengambilan keputusan
Etika wajib pajak membayar pajak. Hal tersebut disebabkan
Etika berasal dari kata ethos sebuah kata dari karena wajib pajak telah memberikan kontribusi yang
Yunani, yang diartikan identik dengan moral atau besar kepada negara dengan membayar pajak. Ketika
moralitas dan dijadikan sebagai pedoman atau ukuran wajib pajak merasa pelayanan yang diberikan
bagi tindakan manusia dengan penilaian baik atau kepadanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan,
buruk dan benar atau salah (Untung, 2012 dalam maka wajib pajak cenderung akan melakukan
Abrahams dan Kristanto, 2016). kecurangan yaitu penggelapan pajak, dan sebaliknya
jika pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak
Keadilan sudah baik dan dapat memenuhi harapan wajib pajak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka wajib pajak akan cenderung patuh membayar
keadilan memiliki kata dasar adil yang berarti sama pajak.
berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpegang
pada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang- Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan
wenang. Siahaan (2010) dalam Ningsih dan Pusposari Kecurangan adalah tindakan melawan hukum,
(2014)membagi tiga aspek keadilan yang perlu penipuan berencana, dan bermakna ketidakjujuran
diperhatikan dalam penerapan pajak, antara lain (Yetmi, Darmayanti, dan Muslim, 2014).
keadilan dalam penyusunan dan pelaksanaan undang- Kemungkinan terdeteksinya kecurangan adalah
undang pajak, serta keadilan dalam penggunaan uang seberapa besar kemungkinan terdeteksi kecurangan
pajak. jika dilakukan pemeriksaan (Rahman, 2013). Pasal 1
angka 25 Undang-undang Nomor 16 tahun 2009
Sistem Perpajakan tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun
sistem merupakan perangkat unsur yang secara teratur dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang
saling berkaitan sehingga membentuk suatu susunan dilaksanakan secara objektif dan profesional
tertentu. Sistem perpajakan yang baik menurut berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
Suminarsasi (2012) dalam Abrahams dan Kristanto kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau
(2016) adalah pengelolaan uang pajak yang dapat untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
dipertanggungjawabkan, petugas pajak yang kompeten ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
dan tidak korup serta prosedur perpajakan yang tidak
berbelit-belit. Pengaruh Keadilan Terhadap Persepsi Mengenai
Etika Atas Penggelapan Pajak.
Diskriminasi Dengan tingkat keadilan yang tinggi akan
Menurut Danandjaja (2003) dalam Abrahams meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
dan Kristanto (2016), diskriminasi adalah perlakuan pemerintah, sehingga akan timbul rasa percaya dan
yang tidak seimbang terhadap perorangan, atau aman ketika masyarakat membayarkan uang pajak.
kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat Sehingga masyarakat khususnya dosen akan
kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti beranggapan bahwa penggelapan pajak yang
berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau melanggar aturan dan merugikan masyarakat secara
keanggotaan kelas-kelas sosial. Diskriminasi dalam luas merupakan tindakan yang tidak etis untuk
bidang perpajakan menunjuk pada kondisi dimana dilakukan.
pemerintah memberikan pelayanan perpajakan dengan Berdasarkan penelitian sebelumnya Ningsih
tidak seimbang terhadap masyarakat maupun wajib dan Pusposari (2014) menunjukkan bahwa keadilan
pajak. berpengaruh terhadap persepsi mengenai etika atas
penggelapan pajak, yaitu semakin tinggi tingkat
Kualitas Pelayanan Pajak keadilan di pemerintahan suatu negara, maka

3
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 3(1), 2018
Mujiyati, Rohmawati dan Ririn / 2017

masyarakatnya akan memiliki persepsi bahwa Berdasarkan penelitian sebelumnya


penggelapan pajak merupakan tindakan yang tidak Suminarsasi dan Supriyadi (2011), dan Ningsih dan
etis. Dengan demikian hipotesis yang diajukan: Pusposari (2014) menunjukkan bahwa Semakin
H1: Keadilan berpengaruh terhadap persepsi banyak bentuk diskriminasi dalam suatu negara, maka
mengenai etika atas penggelapan pajak. masyarakatnya memiliki persepsi bahwa penggelapan
pajak etis dilakukan. Dengan demikian hipotesis yang
diajukan:
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Persepsi
Mengenai Etika Atas Penggelapan Pajak. H3: Diskriminasi berpengaruh terhadap persepsi
mengenai etika atas penggelapan pajak.
Kemudahan sistem perpajakan yang ada akan
mendorong kemauan masyarakat untuk membayar
pajak (Suminarsasi dan Supriyadi, 2011). Dengan Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap
sistem perpajakan yang baik akan memberikan Persepsi Mengenai Etika Atas Penggelapan Pajak.
kemudahan dan mendorong kemauan masyarakat Dengan adanya kualitas pelayanan pajak yang
dalam melakukan kewajiban perpajakan, serta baik, pengelolaan uang pajak dengan bijaksana,
mempercayai pemerintah dalam mengelola uang pajak petugas pajak yang berkompeten dan tidak korupsi,
sesuai aturannya. Sehingga, masyarakat khususnya serta prosedur pembayaran pajak yang tidak berbelit-
dosen akan beranggapan bahwa penggelapan pajak belit, akan meningkatkan kepercayaan masyarakat
yang melanggar aturan dan merugikan masyarakat terhadap fiskus dan mendorong kemauan membayar
secara luas merupakan tindakan yang tidak etis untuk pajak, sehingga ketika wajib pajak merasa pelayanan
dilakukan yang diberikan kepadanya tidak sesuai dengan apa
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang diharapkan, maka wajib pajak cenderung akan
Suminarsasi dan Supriyadi (2011), dan Ningsih dan melakukan kecurangan yaitu penggelapan pajak, dan
Pusposari (2014) menunjukkan bahwa semakin baik sebaliknya jika pelayanan yang diberikan oleh petugas
sistem perpajakannya maka perilaku penggelapan pajak sudah baik dan dapat memenuhi harapan wajib
pajak dipandang sebagai perilaku yang tidak etis, pajak maka wajib pajak akan cenderung patuh
sebaliknya semakin tidak baik sistem perpajakannya membayar pajak.
maka perilaku penggelapan pajak dipandang sebagai Berdasarkan penelitian sebelumnya Tobing
perilaku yang cenderung etis. Dengan demikian (2015) menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pajak
hipotesis yang diajukan: berpengaruh terhadap persepsi mengenai etika atas
penggelapan pajak. Hal ini dikarnakan semakin tinggi
H2: Sistem perpajakan berpengaruh terhadap persepsi kualitas pelayanan pajak maka prilaku penggelapan
wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak. pajak dipandang sebagai prilaku yang tidak etis untuk
dilakukan, sebaliknya semakin tidak baik kualitas
pelayanan pajak maka prilaku penggelapan pajak
Pengaruh Diskriminasi Terhadap Persepsi
dipandang sebagai prilaku yang cenderung etis untuk
Mengenai Etika Atas Penggelapan Pajak.
dilakukan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
Semakin banyak peraturan perpajakan yang
dianggap sebagai bentuk diskriminasi yang merugikan, H4: Kualitas Pelayanan Pajak berpengaruh terhadap
maka masyarakat akan cenderung untuk tidak patuh persepsi mengenai etika atas penggelapan pajak.
terhadap aturan. Ketidakpatuhan ini dapat berakibat
pada masyarakat yang enggan membayar pajak
(Ariyanti, 2013) dalam (Ningsih dan Pusposari, 2014). Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya
Sehingga, masyarakat khususnya dosen akan Kecurangan Terhadap Persepsi Mengenai Etika
beranggapan penggelapan pajak merupakan tindakan Atas Penggelapan Pajak.
yang etis untuk dilakukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Yetmi, Darmayanti, dan Muslim (2014)

4
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 3(1), 2018
Mujiyati, Rohmawati dan Ririn / 2017

menyimpulkan bahwa kemungkinan terdeteksinya terstruktur yang sama pada setiap orang, kemudian
kecurangan tidak berpengaruh signifikan terhadap semua jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah,
persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak. Hal dan dianalisis Sugiyono (2014) dalam Abrahams dan
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristanto (2016).
Pulungan (2015) yang menyimpulkan bahwa Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh dosen tetap dan mahasiswa aktif Strata Satu (S1)
terhadap penggelapan pajak, yang berarti semakin Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
tinggi kemungkinan terdeteksinya kecuranngan, maka angkatan tahun 2013, 2014, dan 2015 di universitas
tingkat penggelapan pajak semakin rendah. muhammadiyah surakarta. Jumlah minimal sampel
H5: Kemungkinan terdeteksinya kecurangan ditentukan dengan menggunakan rumus solvin.
berpengaruh terhadap persepsi mengenai etika atas Berdasarkan data dari BPSDM total dosen tetap
penggelapan pajak. tercatat sebanyak 534 orang dan dan data dari kaprodi
akuntansi total mahasiswa tercatat sebanyak 1260
orang di universitas muhammadiyah surakarta.
Perbedaan persepsi mengenai etika atas
penggelapan pajak pada dosen dengan mahasiswa Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
universitas muhammadiyah surakarta.
Berdasarkan penelitian terdahulu di atas Keadilan (Variabel Independen)
menunjukkan bahwa penentuan variabel sebagai Menurut Banu (2008) dalam Elmiza, Fauziati
Determinan Perspsi Mengenai Etika Atas Penggelapan dan Yunilma (2014) mengatakan keadilan pajak
Pajak yang nampak bebeda-beda. Hal tersebut yang merupakan salah satu asas dalam aturan perpajakan,
mendasari untuk melakukan penelitian lebih lanjut tetapi dalam hal pelaksanaan hal tersebut sering
mengenai Determinan Perspsi Mengenai Etika Atas dianggap masyarakat tidak sesuai dengan maksud
Penggelapan Pajak pada dosen dan mahasiswa. keadilan yang menjadi asas dari perpajakan. Variabel
Sehubung dengan hal tersebut dalam penelitian ini ini diukur dengan instrumen pengukuran dalam bentuk
menggunakan variabel variabel Keadilan, Sistem kuesioner dengan lima skala likert. Untuk setiap
Perpajakan, Diskriminasi, Kualitas Pelayanan Pajak pemilihan responden atau jawaban diberi skor 1 untuk
dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, maka “Sangat Setuju (SS),” skor 2 untuk “Setuju (S),” skor 3
dapat dibuat kerangka konseptual dan rangkaian untuk “Netral (N),” skor 4 untuk “Tidak Setuju (TS),”
hipotesisi sebagai berikut : dan skor 5 untuk “Sangat Tidak Setuju (STS).”

Uji Beda Sistem Perpajakan (Variabel Independen)


Untuk menguji perbedaan persepsi mengenai Menurut Resikno, Rini dan Novitasari (2014)
etika atas penggelapan pajak pada dosen dengan sistem perpajakan adalah cara yang digunakan oleh
mahasiswa di universitas muhammadiyah surakarta pemerintah untuk memungut atau menarik pajak dari
dikembangkan hipotesis keenam sebagai berikut : rakyat dalam rangka membiayai pembangunan dan
pengeluaran pemerintah lainnya. Variabel ini diukur
H6 : Tidak ada perbedaan persepsi mengenai etika dengan instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner
atas penggelapan pajak pada dosen dengan dengan lima skala likert. Untuk setiap pemilihan
mahasiswa di universitas muhammadiyah surakarta. responden atau jawaban diberi skor 1 untuk “Sangat
Setuju (SS),” skor 2 untuk “Setuju (S),” skor 3 untuk
Metode Penelitian “Netral (N),” skor 4 untuk “Tidak Setuju (TS),” dan
Penelitian ini merupakan penelitian empiris, skor 5 untuk “Sangat Tidak Setuju (STS).”
untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi mengenai etika atas penggelapan pajak pada Diskriminasi (Variabel Independen)
dosen dan mahasiswa di universitas muhammadiyah menurut Nickerson et al. (2009) dalam Ningsih
surakarta. Desain penelitian ini adalah jenis penelitian dan Pusposari (2014) menjelaskan pemerintah
kuantitatif, yaitu dengan menggunakan pertanyaan dikatakan melakukan bentuk diskriminasi apabila

5
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 3(1), 2018
Mujiyati, Rohmawati dan Ririn / 2017

kebijakan yang diterapkan hanya menguntungkan mengatakan penggelapan pajak kadang-kadang


pihak tertentu saja, dan pihak lain dirugikan. Adanya dipandang etis atau bahkan selalu etis. Pandangan
diskriminasi yang dilakukan pemerintah akan tersebut tentunya dilandasi oleh alasan-alasan dan
mendorong sikap masyarakat untuk tidak setuju fenomena yang ada di masyarakat.Variabel ini diukur
dengan kebijakan yang berlaku. Variabel ini diukur dengan instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner
dengan instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner dengan lima skala likert. Untuk setiap pemilihan
dengan lima skala likert. Untuk setiap pemilihan responden atau jawaban diberi skor 1 untuk “Sangat
responden atau jawaban diberi skor 1 untuk “Sangat Setuju (SS),” skor 2 untuk “Setuju (S),” skor 3 untuk
Setuju (SS),” skor 2 untuk “Setuju (S),” skor 3 untuk “Netral (N),” skor 4 untuk “Tidak Setuju (TS),” dan
“Netral (N),” skor 4 untuk “Tidak Setuju (TS),” dan skor 5 untuk “Sangat Tidak Setuju (STS).”
skor 5 untuk “Sangat Tidak Setuju (STS).”
Teknik Analisis Data
Kualitas Pelayanan Pajak(Variabel Independen) Analisis dalam penelitian ini menggunakan
Menurut Murni, et al (2013) dalam Tobing, persamaan regresi linier berganda. Analisis ini
(2015) yaitu bentuk aktivitas atau kegiatan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh lebih dari satu
dilakukan oleh kantor pelayanan pajak terhadap variabel independen terhadap variabel dependen.
pemenuhan kebutuhan wajib pajak dalam
mengimbangi harapan wajib pajak. Kemauan wajib Hasil dan Pembahasan
pajak untuk membayar pajak tergantung kualitas Uji Kualitas Data
pelayanan petugas pajak. Variabel ini diukur dengan Semua instrumen kuesioner yang meliputi
instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner dengan variabel keadilan, sistem perpajakan, diskriminasi,
lima skala likert. Untuk setiap pemilihan responden kualitas pelayanan pajak, kemungkinan terdeteksinya
atau jawaban diberi skor 1 untuk “Sangat Setuju (SS),” kecurangan, dan persepsi mengenai etika atas
skor 2 untuk “Setuju (S),” skor 3 untuk “Netral (N),” penggelapan pajak mempunyai rhitung > rtabel, maka
skor 4 untuk “Tidak Setuju (TS),” dan skor 5 untuk semua item pertanyaan tersebut dapat dinyatakan valid
“Sangat Tidak Setuju (STS).” mengukur suatu variabel. Hasil analisis reliabilitas
diketahui bahwa seluruh item pertanyaan dari masing-
Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan masing variabel dalam penelitian ini adalaah reliabel.
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk Hal ini ditunjukkan oleh nilai cronbach alpha dari
mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau masing-masing variabel bernilai lebih dari 0,60
keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan Pengujian Asumsi Klasik
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan Hasil uji Kolmogorov-Smirnov Z pada dosen
perundang-undangan perpajakan (Mardiasmo menunjukkan sebesar 0,473 dan pada mahasiswa
2011:52). Variabel ini diukur dengan instrumen menunjukkan sebesar 0,189, maka dapat disimpulkan
pengukuran dalam bentuk kuesioner dengan lima skala bahwa data berdistribusi normal, karena p (sig.) >
likert. Untuk setiap pemilihan responden atau jawaban 0,05. Hasil uji multikolineritas menunjukkan bahwa
diberi skor 1 untuk “Sangat Setuju (SS),” skor 2 untuk seluruh variabel independen memiliki nilai VIF kurang
“Setuju (S),” skor 3 untuk “Netral (N),” skor 4 untuk dari 10 dan nilai tolerance > 0,1, sehingga dapat
“Tidak Setuju (TS),” dan skor 5 untuk “Sangat Tidak disimpulkan bahwa model tidak terjadi
Setuju (STS).” multikolinearitas. Kemudian hasil uji
heteroskedastisitas menunjukkan bahwa semua
Persepsi Mengenai Etika Atas Penggelapan Pajak
variabel bebas menunjukkan nilai sig lebih besar dari
(Variabel Dependen)
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua
Variabel kelima yaitu presepsi mengenai etika
variabel bebas dari heteroskedastisitas.
atas penggelapan pajak. McGee (2006) dalam Ningsih
dan Pusposari (2014) pada penelitiannya menemukan
Pengujian Hipotesis
penggelapan pajak tidak etis, namun ada beberapa

6
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 3(1), 2018
Mujiyati, Rohmawati dan Ririn / 2017

Analisis Regresi Linier Berganda Sedangkan Regresi untuk Mahasiswa adalah


Hasil analisis regresi linier berganda dapat sebagai berikut:
dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
PEPP = 8,614 + 0,218 KD + 0,212 SP + 0,527 DS –
Tabel 1. 0,345 KPP + 0,297 KTK+ ε
Hasil Analisis Regresi pada Dosen
Berdasarkan persamaan regresi linier diatas
Unstan
dapat diinterpretasikan bahwa nilai koefisien regresi
dardized t Sig.
Variabel masing-masing mempunyai nilai positif dan negatif.
Coefficients
Jika bernilai positif dapat diartikan bahwa apabila
B
semakin tinggi keadilan, Sistem Perpajakan,
(Constant) 36,536 8,437 0,000
Diskriminasi, Kualitas Pelayanan Pajak dan
Keadilan -0,132 -0,926 0,357
Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan maka Dosen
Sistem
-0,849 -9,163 0,000 dan Mahasiswa masih ada yang menganggap
Perpajakan
penggelapan pajak etis untuk dilakukan. Kemudian
Diskriminasi 0,326 2,261 0,027 jika bernilai negatif dapat diartikan bahwa apabila
semakin tinggi keadilann, Sistem Perpajakan,
Kualitas
Diskriminasi, Kualitas Pelayanan Pajak dan
Pelayanan -0,319 -2,272 0,026
Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan maka Dosen
Pajak
dan Mahasiswa menganggap bahwa penggelapan
Kemungkinan
pajak tidak etis untuk dilakukan.
Terdeteksinya -0,269 -1,579 0,118
Kecurangan Uji t
Berdasarkan hasil analisis uji t dapat diketahui
bahwa Pada variabel Keadilan menunjukkan nilai sig
Tabel 2. sebesar 0,357 untuk Dosen dan 0,121 untuk
Hasil Analisis Regresi pada Mahasiswa Mahasiswa, nilai signifikan keduanya lebih besar dari
Unstan 0,05 dan thitung < ttabel (1,991 untuk dosen dan 1,986
dardized t Sig. untuk mahasiswa) maka H1 ditolak. Pada variabel
Variabel
Coefficients Sistem Perpajakan menunjukkan nilai sig sebesar
B 0,000 untuk dosen dan 0,074 mahasiswa, nilai
(Constant) 8,641 2,813 0,006 signifikan untuk dosen lebih kecil dari 0,05 dan t hitung
Keadilan 0,218 1,563 0,121 > ttabel (1,991) maka H2 untuk persepsi dosen diterima,
Sistem sedangkan Nilai signifikan untuk mahasiswa lebih
0,212 1,809 0,074
Perpajakan besar dari 0,05 dan t hitung < ttabel (1,986) maka H2 untuk
Diskriminasi 0,527 3,736 0,000 persepsi mahasiswa ditolak. Pada variabel
Kualitas Diskriminasi menunjukkan nilai sig sebesar 0,027
Pelayanan -0,345 -2,539 0,013 untuk dosen, dan 0,000 untuk mahasiswa, nilai
Pajak signifikan keduanya lebih kecil dari 0,05 dan t hitung >
Kemungkinan ttabel (1,991 untuk dosen dan 1,986 untuk mahasiswa)
Terdeteksinya 0,297 1,679 0,096 maka H3 diterima.
Kecurangan Pada variabel Kualitas Pelayanan Pajak
menunjukkan nilai sig sebesar 0,026 untuk dosen dan
0,013 untuk mahasiswa, nilai signifikan keduanya
Hasil analisis regresi linier berganda untuk lebih kecil dari 0,05 dan t hitung > ttabel (1,991 untuk
Dosen adalah sebagai berikut: dosen dan 1,986 untuk mahasiswa) maka H4 diterima.
Pada variabel Kemungkinan Terdeteksinya
PEPP = 36,536 – 0,132 KD – 0,849 SP + 0,326 DS –
Kecurangan menunjukkan nilai sig sebesar 0,118
0,319 KPP - 0,269 KTK+ ε

7
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 3(1), 2018
Mujiyati, Rohmawati dan Ririn / 2017

untuk Dosen dan 0,096 untuk Mahasiswa, nilai menjadi kewajiban seluruh warga negara yang wajib
signifikan keduanya lebih besar dari 0,05 dan t hitung < dibayarkan dan penggelapan pajak merupakan
ttabel (1,991 untuk dosen dan 1,986 untuk mahasiswa) tindakan yang tidak etis. Sedangkan hasil penelitian
maka H5 ditolak. menunjukkan hasil positif dan tidak berpengaruh
untuk Mahasiswa. Dengan adanya berbagai tindak
Uji F kecurangan yang terjadi di pemerintahan, tentu dapat
Hasil uji F diperoleh nilai Fhitung pada Dosen mendorong mahasiswa untuk cenderung berpikir lebih
sebesar 26,982 lebih besar dari Ftabel 2,33 dan sig < baik tidak membayar pajak daripada uang tersebut
0,05 yaitu 0,000 < α = 0,05. Sedangkan pada akan habis dikorupsi oleh pemerintah. Hal ini
Mahasiswa sebesar 13,497 lebih besar dari Ftabel 2,31 menunjukkan bahwa penggunaan uang yang
dan sig < 0,05 yaitu 0,000 < α = 0,05. Maka dapat bersumber dari pajak secara adil ataupun tidak adil,
disimpulkan bahwa secara keseluruhan variabel- tidak akan berpengaruh terhadap persepsi masyarakat
variabel independen yang meliputi keadilan, sistem khususnya mahasiswa mengenai etika atas
perpajakan, diskriminasi, kualitas pelayanan pajak, dan penggelapan pajak karena kepercayaan mahasiswa
kemungkinan terdeteksinya kecurangan mempunyai terhadap pemerintah mulai berkurang dan cenderung
pengaruh secara bersama-sama terhadap persepsi berpendapat penggelapan pajak selalu etis dilakukan.
mengenai etika atas penggelapan pajak. Hasil dari analisis penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ningsih dan Pusposari
(2014) dan Suminarisasi dan Supriyadi (2011) yang
Uji Koefisien Determinasi (R2) mengemukakan adil atau tidaknya suatu keadilan tidak
Hasil analisis diketahui untuk nilai adjusted R2, berpengaruh terhadap persepsi mengenai etika atas
dalam analisis regresi linier berganda, untuk dosen penggelapan pajak.
angka koefisien determinasi atau adjusted R2 sebesar
0,610. Hal ini berarti bahwa 61% variabel persepsi
Pengaruh sistem perpajakan terhadap persepsi
mengenai etika atas penggelapan pajak dapat
mengenai etika atas penggelapan pajak
dijelaskan oleh variabel keadilan, sistem perpajakan,
Hasil penelitian menunjukkan hasil negatif
diskriminasi, kualitas pelayanan pajak, dan
untuk Dosen. Dengan adanya sistem perpajakan yang
kemungkinan terdeteksinya kecurangan, sedangkan
baik pengelolaan uang pajak yang dapat
sisanya yaitu 39 % dijelaskan oleh variabel-variabel
dipertanggungjawabkan, petugas pajak yang kompeten
lain di luar penelitian ini. Sedangkan untuk mahasiswa
dan tidak korupsi, dan juga prosedur perpajakan yang
angka koefisien determinasi atau adjusted R2 sebesar
tidak berbelit-belit akan membuat wajib pajak enggan
0,387. Hal ini berarti bahwa 38,7 % variabel persepsi
untuk menggelapkan pajak. Sehingga penggelapan
mengenai etika atas penggelapan pajak dapat
pajak dianggap sebagai perilaku yang tidak etis.
dijelaskan oleh variabel keadilan, sistem perpajakan,
Sedangkan hasil penelitian menunjukkan hasil positif
diskriminasi, kualitas pelayanan pajak, dan
dan tidak berpengaruh untuk Mahasiswa. Dengan
kemungkinan terdeteksinya kecurangan, sedangkan
adanya pengelolaan uang pajak tidak jelas, ditambah
sisanya yaitu 61,3 % dijelaskan oleh variabel-variabel
lagi petugas pajaknya justru melakukan tindakan
lain di luar penelitian ini.
korupsi uang pajak, maka Wajib Pajak enggan untuk
Pembahasan melaporkan kewajibannya dengan jujur, mereka akan
Pengaruh keadilan terhadap persepsi mengenai cenderung untuk menggelapkan pajak, karena dia
etika atas penggelapan pajak merasa bahwa sistem pajak yang ada belum cukup
Hasil penelitian menunjukkan hasil negatif dan baik mengakomodir segala kepentingan. Sehingga
tidak berpengaruh untuk Dosen. Jadi, penggunaan sistem perpajakan tidak dapat mempengaruhi persepsi
uang yang bersumber dari pajak adil atau tidak adil mahasiswa terhadap etika penggelapan pajak.
tidak akan berpengaruh terhadap persepsi dosen Hasil dari analisis penelitian dosen ini
mengenai etika penggelapan pajak karena pajak sudah sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih
dan Pusposari (2014) Suminarisasi dan Supriyadi

8
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 3(1), 2018
Mujiyati, Rohmawati dan Ririn / 2017

(2011) dan Silaen (2014) yang mengemukakan bahwa Pengaruh kemungkinan terdeteksinya kecurangan
semakin baik sistem perpajakannya maka perilaku terhadap persepsi mengenai etika atas penggelapan
penggelapan pajak dianggap sebagai perilaku yang pajak
tidak etis dilakukan. Sedangkan hasil dari penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan hasi negatif
mahasiswa sesuai dengan penelitian yang dilakukan dan tidak berpengaruh untuk Dosen. Ada atau tidaknya
oleh Elmiza, Fauziati, dan Yunilma (2014) yang kemungkinan terdeteksi kecurangan tidak
menyatakan sistem perpajakan tidak berpengaruh mempengaruhi persepsi mengenai etika atas
terhadap etika penggelapan pajak. penggelapan pajak, karena dosen tetap memiliki
persepsi bahwa penggelapan pajak tidak etis untuk
Pengaruh diskriminasi terhadap persepsi mengenai dilakukan. Sedangkan hasil penelitian menunjukkan
etika atas penggelapan pajak hasil positif dan tidak berpengaruh untuk Mahasiswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan hasi positif Ada atau tidaknya kemungkinan terdeteksinya
bagi persepsi mengenai etika atas penggelapan pajak. kecurangan mempengaruhi persepsi mengenai etika
Yang menyatakan bahwa semakin banyak bentuk atas penggelapan pajak, karena mahasiswa memiliki
diskriminasi dalam peraturan perpajakan yang berlaku, persepsi bahwa penggelapan pajak tetap etis untuk
maka penggelapan pajak merupakan persepsi yang etis dilakukan. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak
dan sebaliknya semakin rendah tingkat diskriminasi fiskus akan dapat memberikan peluang bagi wajib
maka penggelapan pajak merupakan persepsi yang pajak untuk bekerja sama dengan petugas, karena
tidak etis. adanya petugas yang mudah untuk disuap dengan cara
Hasil dari analisis penelitian ini sesuai dengan melakukan kompromi dan bekerja sama antara petugas
penelitian yang dilakukan oleh Ningsih dan Pusposari pajak dengan wajib pajak dengan imbalan tertentu.
(2014) Suminarisasi dan Supriyadi (2011) Elmiza, Sehingga kecurangan yang dilakukan oleh wajib pajak
Fauziati dan Yunilma(2014) dan Silaen (2015) yang akan sulit terdeteksi oleh pihak fiskus.
mengemukakan diskriminasi berpengaruh terhadap
persepsi mengenai etika atas penggelapan pajak. Hasil dari analisis penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yetmi, Darmayanti,
Pengaruh kualitas pelayanan pajak terhadap dan Muslim (2014), hasil penelitian menyatakan
persepsi mengenai etika atas penggelapan pajak bahwa kemungkinan terdeteksinya kecurangan tidak
Hasil penelitian ini menunjukkan hasi negatif berpengaruh terhadap persepsi penggelapan pajak.
bagi persepsi mengenai etika atas penggelapan pajak.
Ketika pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak
Simpulan
sudah baik dan dapat memenuhi harapan wajib pajak
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan
maka wajib pajak akan cenderung patuh membayar
pengujian dengan analisis regresi berganda yang telah
pajak, dan memandang penggelapan pajak sebagai
dilakukan untuk menguji hipotesis, maka kesimpulan
tindakan ilegal, tidak etis dan melanggar hukum.
dari penelitian ini adalah menurut dosen dan
Sebaliknya jika wajib pajak merasa pelayanan yang
mahasiswa H1 ditolak artinya keadilan tidak
diberikan kepadanya tidak sesuai dengan apa yang
berpengaruh terhadap persepsi mengenai etika atas
diharapkan, sehingga wajib pajak memandang
penggelapan pajak. Sistem Perpajakan menurut dosen
penggelapan pajak sebagai tindakan yang legal, etis
berpengaruh sedangkan mahasiswa tidak berpengaruh
dan tidak melanggar hukum maka wajib pajak
terhadap persepsi mengenai etika atas penggelapan
cenderung akan melakukan kecurangan yaitu
pajak, oleh karena itu menurut Dosen H2 diterima dan
penggelapan pajak.
menurut Mahasiswa H2 ditolak. Diskriminasi menurut
Hasil dari analisis penelitian ini sesuai dengan
dosen dan mahasiswa berpengaruh terhadap persepsi
penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2015) dan
mengenai etika atas penggelapan pajak, oleh karena itu
Rachmadi dan Zulaikha (2014) yang mengemukakan
H3 diterima. Kualitas Pelayanan Pajak menurut dosen
kualitas pelayanan pajak berpengaruh terhadap
dan mahasiswa berpengaruh terhadap persepsi
persepsi mengenai etika atas penggelapan pajak.
mengenai etika atas penggelapan pajak, oleh karena itu

9
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 3(1), 2018
Mujiyati, Rohmawati dan Ririn / 2017

H4 diterima. Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan [8] Handayani Wahyu (2013), “Atribusi” diakses
menurut dosen dan mahasiswa tidak berpengaruh melalui http://blogwahyu
terhadap persepsi mengenai etika atas penggelapan statistika.blogspot.com/2013/02/pengertian-
pajak, oleh karena itu H5 ditolak. atribusi-psikologi.html pada 29 oktober 2016
Kemudian setelah dilakukan uji beda, maka [9] Indrianto dan Supomo, “Metode Penelitian
hasilnya tidak ada perbedaan secara statistik persepsi Bisnis”, Edisi Pertama, Penerbit BPFE,
mengenai etika atas penggelapan pajak antara Dosen Yogyakarta, 2014
dengan Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah [10] Indriyani, Nurlaela dan Wahyuningsih.2016.
Surakarta “Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan,
Referensi Diskriminasi, Dan Kemungkinan Terdeteksinya
[1] Abrahams dan Kristanto.2016. “Persepsi Calon Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak
Wajib Pajak Dan Wajib Pajak Terhadap Etika Orang Pribadi Mengenai Perilaku Tax Evasion. ”.
Penggelapan Pajak Di Salatiga”. Berkala ISSN:2337-4349.
Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol 1 No [11] Kemenpen No 63 Tahun 2003 tentang Pedoman
1.Universitas Kristen Satya Wacana. Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
[2] Elmiza, Fauziati dan Yunilma. 2014. “Pengaruh [12] Kurniawati dan Toly. 2014. “Analisis Keadilan
Keadilan, Sistem Perpajakan, dan Diskriminasi Pajak, Biaya Kepatuhan, dan Tarif Pajak
terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai
Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.ejurnal Penggelapan Pajak Di Surabaya Barat”. Tax &
bunghatta vol 4 No 1. Universitas Bung Hatta. Accounting Review Vol 4 No 2. Universitas
[3] Febriana.2015. “Kualitas Pelayanan Pajak Di Kristen Petra.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonegoro”.e- [13] Linda, Tarjo, dan Muhammad. 2013. “Pengaruh
journal UNESA Vol 3 No8. Universitas Negeri Keadilan, Kualitas Pelayanan Pajak, dan
Surabaya. Kemungkinan Terdeteksinya kecurangan
[4] Fickar. (2014). Catatan Hukum tentang Terhadap Persepsi Wajib pajak Mengenai Tax
Penuntasan Eksekusi Kasus Pajak Asian Agri. Evasion”. Seri Kajian Ilmiah. Universitas
Diakses melalui Trunojoyo madura.
http://www.kompasiana.com/fickar15/ [14] Mardiasmo. 2011. “Perpajakan Edisi Revisi
catatanhukum-tentang-penuntasan-eksekusi- 2011”. Yogyakarta: Penerbit Andi.
kasus-pajak-asian-agri Pada 15 oktober 2016 [15] McGee et,al (2008). A Comparative Study on
[5] Friskianti dan Handayani. 2014. Pengaruh Self Perceived Ethics of Tax Evasion: Hong Kong Vs
Assessment System, Keadilan, Teknologi the United States.Hong Kong Baptist University
Perpajakan, Dan Ketidakpercayaan Kepada Pihak and Barry University. Journal of Business
Fiskus Terhadap Tindakan Tax Evasion. Ethics.(2008) 77:147-158
Accounting analysis journal. Universitas negeri [16] McGee, R.W., Nickerson,I.,
Semarang. Semarang. Pleshko.L.P.,Broihahn,M. 2012. “The Ethics Of
[6] Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Tax Evasion: An Investigation Into
Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19, Demographic Differences”. Journal of Legal,
Edisi 5”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ethical and Regulatory Issues, Volume 15,
Semarang. Number 1.
[7] Handayani dan Cahyonowati (2014). Analisis [17] Mujiyati dan M.Abdul Aris.2014.Perpajakan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persespsi Kontemporer. Surakarta: Muhammadiyah
Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak. University Press (MUP).
Semarang: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi [18] Mukharoroh. 2014. “Analisis Faktor-Faktor Yang
dan Bisnis Universitas Diponegoro. Diponegoro Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai
Journal of Accounting, Volume 3, Nomor 3, Penggelapan Pajak (Studi Empiris pada Wajib
tahun 2014, Hal 1-7.

10
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 3(1), 2018
Mujiyati, Rohmawati dan Ririn / 2017

Pajak Pribadi di Kota Semarang)”. Skripsi. [28] Silaen.2015. “Pengaruh Sistem Perpajakan,
Semarang: Universitas Diponegoro. Diskriminasi, Teknologi Dan Informasi
[19] Nasikhudinisme . (2015), “Tax Evasion dan Tax Perpajakan Terhadap Persepsi Wajib Pajak
Avoidance”, diakses melalui Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax
https://nasikhudinisme.com/tag/tax-evasion-dan- Evasion)”. JOM FEKON Vol 2 No 2. Universitas
tax-avoidance/ pada tanggal 3 Oktober 2016 Riau.
[20] Ningsih dan Pusposari. 2015. “Determinan [29] Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”, Penerbit
Persepsi Mengenai Etika Atas Penggelapan Pajak Alfabeta, Bandung, 2009
(Tax Evasion) (Studi Kasus pada Mahasiswa [30] Sultoni. (2013). PMK 16/PMK.03/2013 Makin
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Meneguhkan DJP. Diakses melalui
Universitas Brawijaya)”. Jurnal. Universitas http://www.pajak,go.id/content/article/pmk-
Brawijaya. Malang. 16pmk032013makin-meneguhkan-djp pada 10
[21] Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 Oktober 2016
tentang zakat atau sumbangan keagamaan [31] Suminarsasi dan Supriyadi.2011.”Pengaruh
[22] Prasetyo, Sigit. 2010. “Persepsi Etis Penggelapan Keadilan,Sistem Perpajakan dan Diskriminasi
Pajak Bagi Wajib Pajak Di Wilayah Surakarta”. terhadap Persepsi Wajib Pajak mengenai Etika
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.Jurnal
Maret. Surakarta. Simposium Nasional Akuntansi XV. Universitas
[23] Pulungan.2015. “Pengaruh Keadilan, Sistem Gajah Mada.Yogyakarta.
Perpajakan, Dan Kemungkinan Terdeteksinya [32] Tobing.2015. “Pengaruh Keadilan Pajak,
Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Kualitas Pelayanan Pajak, Kemungkinan
Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Terdeteksinya Kecurangan, Sanksi
Evasion)”. JOM FEKON Vol 2 No 1. Universitas Perpajakan,Dan Tarif Pajak Terhadap Persepsi
Riau. Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak”. jom
[24] Puspareni (2012), “Atribusi” diakses melalui FEKON Vol 2 No 2.
http://puspareni.blogspot.com [33] Trihastutie. 2009. Penghindaran atau
/2012/05/atribusi.html pada 1 November 2016 penggelapan pajak?
[25] Rachmadi dan Zulaikha. 2014. Faktor-Faktor http://trihastutie.wordpress.com diakses pada 01
Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Oktober 2016 pukul 07.35
Orang Pribadi Atas Perilaku Penggelapan Pajak [34] Ulfa (2015). Pengaruh Kemungkinan
(studi empiris pada wajib pajak terdafatar di KPP Terdeteksinya Kecurangan, Teknologi dan
pratama semarang candisari). Diponegoro Journal Informasi Perpajakan, dan Kepercayaan Pada
Of Accounting. Semarang:Universitas Otoritas Pemerintah Terhadap Penggelapan Pajak
Diponegoro. (Studi Empiris pada Orang Pribadi Yang
[26] Rahman,I. S. 2013. “Pengaruh Keadilan, Sistem Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Perpajakan, Diskriminasi, dan Kemungkinan Senapelan Pekanbaru). Pekanbaru: Fakultas
Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Ekonomi Universitas Riau.Volume 2 Nomor 2.
Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak [35] Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
(Tax Evasion)”. Skripsi. Jakarta: Jurusan mengenai Ketentuan Umum Perpajakan.
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis [36] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
[27] Reskino, Rini dan Novitasari (2014). Persepsi Cara Perpajakan.
Mahasiswa Akuntansi Mengenai Penggelapan [37] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39
Pajak. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Syarif Hidayatullah. Jurnal InFestasi, Volume 10 [38] Waluyo. 1999. ”Perpajakan Indonesia”. Jakarta:
No. 1, Hal. 49-63 Penerbit Salemba Empat

11
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 3(1), 2018
Mujiyati, Rohmawati dan Ririn / 2017

[39] Wicaksono, Kunto Adi. 2014. Etika Penggelapan


Pajak (Tax Evasion): Perbedaan Persepsi
Mahasiswa Ekonomi, Hukum dan Psikologi.
Gajah Mada Journal of Accounting. Universitas
Gajah Mada.
[40] Yetmi, Darmayanti dan Muslim.2014. “Faktor-
faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak
Mengenai Penggelapan Pajak”. Jurnal
Universitas Bung Hatta Volume 1 Nomor 5.
Universitas Bung Hatta.

12
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 3(1), 2018

You might also like