You are on page 1of 20

DAPATKAH TEORI FRAUD TRIANGLE MENJELASKAN KECURANGAN

DALAM LAPORAN KEUANGAN?

Dwi Ratmono
Yuvita Avrie Diany
Agus Purwanto
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

ABSTRACT

The objective of this study is to test the ability of fraud triangle theory to explain financial
statement fraud phenomena. To achieve the objective, this research examines factors which
affect financial statement fraud. Based on fraud triangle theory, there are three variables
hypothesized affect fraud which are pressure, opportunity and rationalization. This study
uses data of 27 companies which did financial statement fraud and 27 other companies as
pair matched sample. Data collected from annual report published by website Indonesian
Stock Exchange (IDX). Data then analyzed using logistic regression analysis. The result of
this study shows significant positive relation between pressure and opportunity with financial
statement fraud. Rationalization is not supported as determinant of financial statement fraud.
This study provides partial support for fraud triangle theory in explaining financial statement
fraud phenomena.

Keywords: financial statement fraud, pressure, opportunity, rationalization,

PENDAHULUAN (SFAC) No.1 mengenai tujuan dari


Laporan keuangan merupakan salah pelaporan keuangan, salah satunya adalah
satu bentuk alat komunikasi oleh manajer menyediakan informasi yang berguna untuk
puncak kepada bawahannya serta kepada para investor dan kreditor yang sudah ada
pihak luar perusahaan untuk maupun para investor dan kreditor potensial
menginformasikan aktivitas perusahaan dalam membuat suatu keputusan yang
selama periode waktu tertentu. Pelaporan rasional mengenai investasi, kredit, serta
keuangan ini ditujukan kepada para pihak keputusan lain yang sejenis. Menyadari
yang terkait sebagai bentuk pentingnya kandungan informasi dalam
pertanggungjawaban perusahaan atas aliran laporan keuangan menjadikan para manajer
dana investasi dan kredit yang masuk ke termotivasi untuk meningkatkan kinerja
perusahaan, serta untuk menjaring adanya perusahaan dengan begitu eksistensi
investor baru yang tertarik untuk perusahaan akan tetap terjaga. Namun
menanamkan modal. Tertuang dalam terdapat beberapa kasus di mana manajer
Statement of Financial Accounting Concept gagal dalam mencapai tujuan kinerjanya

DAPATKAH TEORI FRAUD TRIANGLE MENJELASKAN KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN?


100 Dwi Ratmono
Yuvita Avrie Diany
Agus Purwanto
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
sehingga informasi yang akan tampil dalam Meskipun demikian, kemampuan teori
laporan keuangan tidak akan memuaskan. tersebut dalam menjelaskan fenomena
terkadang manajemen rela melakukan kecurangan laporan keuangan belum banyak
kecurangan supaya informasi dalam laporan terbukti secara empiris.
keuangan terlihat baik. sebagai upaya dalam Skousen et al. (2009) telah menguji
mencegah perbuatan tersebut maka menjadi secara empiris kemampuan teori fraud
tugas bagi auditor untuk mendeteksi adanya triangle tersebut dalam menjelaskan terjadi
kecurangan. kecurangan laporan keuangan. Namun,
Standar Auditing Seksi 316 (PSA no. dalam konteks Indonesia, temuan tersebut
70) (IAPI,2013) menyatakan bahwa auditor belum tentu dapat digeneralisir. Oleh karena
tidak dapat memperoleh keyakinan absolut itu, masih menjadi pertanyaan penelitian
namun auditor harus dapat memperoleh tentang generalisasi temuan penelitian
keyakinan memadai bahwa salah saji terdahulu tersebut. Hal ini karena kondisi
material dalam laporan keuangan dapat sosial, politis, budaya, dan ekonomi serta
terdeteksi, termasuk salah saji material faktor regulasi tata kelola perusahaan
sebagai akibat dari kecurangan. Audit harus (corporate governance) yang berbeda.
secara khusus menaksir risiko salah saji Perbedaan konteks institusional yaitu
material dalam laporan keuangan sebagai Indonesia termasuk kluster negara-negara
akibat dari kecurangan dan harus code law dengan tingkat perlindungan
mempertimbangkan taksiran risiko ini dalam investor yang lemah dan sistem tata kelola
mendesain prosedur audit yang akan two-tiers boars systems (Leuz dkk., 2003;
dilaksanakan. Saat melakukan penaksiran Djankov dkk, 2008) mungkin membatasi
ini, auditor harus mempertimbangkan faktor generalisasi temuan terdahulu ke dalam
risiko kecurangan yang berdasarkan pada konteks Indonesia. Penelitian ini
teori fraud triangle oleh Cressey (1953). berkontribusi dalam memberikan bukti
Cressey (1953) menyatakan jika kecurangan empiris tentang kemampuan teori fraud
laporan keuangan disebabkan oleh tiga triangle dalam menjelaskan fenomena
kondisi, yaitu tekanan (pressure), kecurangan laporan keuangan di Indonesia.
kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi
TELAAH TEORITIS DAN
(rationalization) yang sering disebut dengan
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
fraud triangle. Teori ini telah diadopsi
Cressey (1953) menyatakan sebuah
dalam standar auditing dan dianggap sebagai
teori yang dikenal sebagai fraud triangle,
salah literatur utama dalam menjelaskan
yaitu bahwa terdapat tiga kondisi yang
fenomena kecurangan laporan keuangan.
Jurnal Akuntansi dan Auditing
Volume 14/No. 2 Tahun 2017: 100-117
101
selalu hadir saat terjadi kecurangan laporan pembenaran atas tindakannya. Pembenaran
keuangan. Ketiga kondisi tersebut adalah ini bisa terjadi saat pelaku ingin
tekanan (pressure), kesempatan membahagiakan keluarga dan orang-orang
(opportunity), dan rasionalisasi yang dicintainya, pelaku merasa berhak
(rationalization) yang kemudian dikenal mendapatkan sesuatu yang lebih (posisi,
dengan istilah fraud triangle. Tekanan gaji, promosi) karena telah lama mengabdi
adalah dorongan yang menyebabkan pada perusahaan, atau pelaku mengambil
seseorang melakukan kecurangan. Pada sebagian keuntungan karena perusahaan
umumnya yang mendorong terjadinya telah menghasilkan keuntungan yang besar.
kecurangan adalah kebutuhan finansial tapi Hall (dalam Rustendi, 2009)
banyak juga yang hanya terdorong oleh mengemukakan bahwa mereka yang terlibat
keserakahan. Tekanan situasional berpotensi dalam tindak kecurangan didorong oleh
muncul karena adanya kewajiban keuangan interaksi antara kekuatan dalam kepribadian
yang melebihi batas kemampuan yang harus individu dengan lingkungan eksternal.
diselesaikan manajemen. Kesempatan Dalam hal ini risiko terjadinya kecurangan
adalah peluang yang memungkinkan cenderung akan semakin besar apabila
kecurangan terjadi. Biasanya disebabkan seseorang berada dalam tekanan situasional,
karena pengendalian internal suatu ada kesempatan, dan yang bersangkutan
organisasi yang lemah, kurangnya memiliki integritas yang rendah. Di bawah
pengawasan, atau penyalahgunaan ini disajikan skema interaksi di antara
wewenang (Gagola, 2011). Rasionalisasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan
menjadi elemen penting dalam terjadinya kecurangan.
kecurangan karena pelaku mencari

Gambar 1.1
Faktor Penyebab Kecurangan

DAPATKAH TEORI FRAUD TRIANGLE MENJELASKAN KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN?


102 Dwi Ratmono
Yuvita Avrie Diany
Agus Purwanto
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Salah satu teori yang melandasi penelitian (principal), namun di sisi lain manajer juga
ini adalah teori agensi (agency theory). memiliki kepentingan memaksimumkan
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan kesejahteraan mereka. Perbedaan
bahwa teori agensi dapat menjelaskan kepentingan yang terjadi pada diri manajer
hubungan yang terjadi antara pemilik dan inilah yang memicu adanya agency problem
pemegang saham (principal) dengan sehingga pelanggaran seperti memanipulasi
manajemen (agent). Dalam sebuah laporan keuangan dapat terjadi.
perusahaan, manajer berperan sebagai agent
Berikut disajikan gambar kerangka
yang secara moral bertanggung jawab untuk
pemikiran yang menunjukkan hubungan
mengoptimalkan keuntungan para pemilik
antarvariabel:

Gambar 1.2
Kerangka Pemikiran

Tekanan manajemen akan sengaja untuk


memanipulasi labanya demi mendapatkan
Salah satu kondisi yang selalu hadir
pendapatan. Tekanan juga bisa timbul saat
saat terjadi kecurangan laporan keuangan
kinerja perusahaan berada pada titik di
adalah tekanan (Cressey, 1953). Tekanan
bawah rata-rata kinerja industri (Skousen et
dapat terjadi saat manajemen sedang
al., 2009). Kondisi seperti ini menunjukkan
membutuhkan uang untuk memenuhi
bahwa perusahaan sedang dalam kondisi
kebutuhan pribadinya misalnya tekanan
tidak stabil karena tidak mampu
untuk biaya pengobatan, tekanan dari
memaksimalkan aset yang dimiliki serta
keluarga yang menuntut keberhasilan secara
tidak dapat menggunakan sumber dana
ekonomi, serta pola hidup mewah (Rustendi,
investasi secara efisien. Kinerja perusahaan
2009). Bonus akhir tahun akan menjadi
yang buruk akan berdampak pada kurangnya
sumber penghasilan yang besar sehingga
aliran dana yang masuk ke dalam
DAPATKAH TEORI FRAUD TRIANGLE MENJELASKAN KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN?
102 Dwi Ratmono
Yuvita Avrie Diany
Agus Purwanto
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
perusahaan, terutama dana yang didapatkan bisnis sebagai salah satu alat untuk
dari para investor potensial. Namun semakin mencegah terjadinya kasus kecurangan.
banyak aliran dana yang masuk dalam Salah satu komponen yang berperan penting
perusahaan tentunya semakin banyak pula dalam proses penerapan tata kelola
beban yang ditanggung manajemen untuk perusahaan yang baik adalah komite audit.
melunasi hutang perusahaan. Untuk menguji Peranan komite audit dalam menjamin
hubungan antara tekanan dengan kecurangan kualitas pelaporan keuangan perusahaan
laporan keuangan, maka penelitian ini akan telah menjadi sorotan sejak terjadi skandal
menguji H1 yang dirumuskan sebagai akuntansi yang menjadi perhatian publik
berikut: (Pamudji dan Trihartati, n.d.). Untuk
H1. Tekanan berpengaruh positif terhadap menguji hubungan antara kesempatan
terjadinya kecurangan laporan keuangan. dengan kecurangan laporan keuangan, maka
penelitian ini akan menguji H2 yang
Kesempatan
dirumuskan sebagai berikut:
Kesempatan akan timbul saat sistem
pengendalian internal perusahaan lemah H2. Kesempatan berpengaruh positif
(Gagola, 2011). Perusahaan dengan terhadap terjadinya kecurangan laporan
pengendalian internal yang lemah akan keuangan.
memiliki banyak celah yang menjadikan
Rasionalisasi
kesempatan bagi manajemen untuk
Rasionalisasi lebih sering
memanipulasi transaksi. Adanya informasi
dihubungkan dengan sikap dan karakter
asimetri yang terjadi antara pemilik
seseorang yang membenarkan nilai-nilai etis
perusahaan selaku prinsipal dan manajemen
yang sebenarnya tidak baik (Rustendi,
selaku agen juga bisa menjadi sebuah
2009). Rendahnya integritas yang dimiliki
kesempatan untuk melakukan kecurangan
seseorang menimbulkan pola pikir di mana
laporan keuangan. Informasi asimetri
orang tersebut merasa dirinya benar saat
dialami oleh prinsipal saat seluruh tindakan
melakukan kecurangan, sebagai contoh
yang dilakukan manajemen tidak bisa
manajemen membenarkan untuk melakukan
diawasi secara langsung. Menyadari peluang
praktek manajemen laba. Penyimpangan
yang timbul dari kondisi ini memberikan
yang dilakukan manajemen juga disebut
peluang bagi manajemen untuk melakukan
dengan moral hazard problem. Moeller
kecurangan laporan keuangan. Konsep Good
(dalam Rustendi, 2009) menyatakan bahwa
Corporate Governance (GCG) semakin
banyaknya praktik kecurangan yang banyak
banyak dikemukakan oleh para praktisi

Jurnal Akuntansi dan Auditing


Volume 14/No. 2 Tahun 2017: 100-117
103
terjadi menjadi salah satu pemicu METODE PENELITIAN
manajemen untuk melakukan hal yang sama Variabel penelitian
seperti perusahaan lain sehingga manajemen Variabel dependen dalam penelitian
menganggap bahwa kecurangan adalah ini adalah kecurangan laporan keuangan.
suatu hal yang biasa dilakukan. Untuk Pengukuran kecurangan laporan keuangan
menguji hubungan antara rasionalisasi menggunakan dummy, dimana 1 untuk
dengan kecurangan laporan keuangan, maka menunjukkan perusahaan yang melakukan
penelitian ini akan menguji H3 yang kecurangan laporan keuangan, dan 0 jika
dirumuskan sebagai berikut: sebaliknya. Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
H3. Rasionalisasi berpengaruh positif
tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi.
terhadap kecurangan laporan keuangan.
Karena variabel tersebut sulit untuk diukur
secara langsung maka dibuatlah proksi atas
tiap variabel.

Tabel 1.1
Proksi Variabel

Variabel Proksi
Tekanan GPM NPM SCHANGE ACHANGE CATA SALAR SALTA INVSAL
LOSS NCFO HIGHGR LEV FREEC OSHIP OWN ROA
Kesempatan RECEIV INVENT ACSIZE ACINDP ACMEET ACEXP TURN
Rasionalisasi AUDCHANGE AUDREPORT

Tekanan Proksi yang digunakan untuk stabilitas


Loebbecke et al. dan Bell et al. keuangan adalah gross profit margin
(dalam Skousen et al., 2009) (GPM), net profit margin (NPM), sales
mengindikasikan bahwa saat perusahaan change (SCHANGE), asset change
sedang dalam masa pertumbuhan di bawah (ACHANGE).
rata-rata industri, manajemen bisa saja
Pada saat arus kas operasi negatif
memanipulasi laporan keuangan untuk
terjadi berulang-ulang saat melaporkan
meningkatkan performa perusahaan. Kondisi
earning growth juga berhubungan dengan
perusahaan yang tidak stabil akan
stabilitas keuangan (Skousen et al., 2009).
menimbulkan tekanan bagi manajemen
Arus kas operasi negatif menandakan bahwa
karena kinerja perusahaan terlihat menurun
perusahaan tidak mampu menghasilkan kas
di mata publik sehingga akan menghambat
dari aktivitas utama perusahaan. Kondisi
aliran dana investasi di tahun mendatang.

DAPATKAH TEORI FRAUD TRIANGLE MENJELASKAN KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN?


104 Dwi Ratmono
Yuvita Avrie Diany
Agus Purwanto
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
seperti ini akan berdampak buruk pada ukuran investasi sebesar total aktivanya
perusahaan karena arus kas biasanya dimana aspek ini diukur dengan proksi sales
digunakan oleh investor dalam menganalisis to total asset (SALTA) yang memiliki
mengenai kinerja perusahaan masa depan. hubungan negatif dengan kecurangan
Albrecht (dalam Skousen et al., 2009) pada laporan keuangan.
penelitian sebelumnya menggunakan proksi Persons (dalam Gagola, 2011)
rasio arus kas operasi terhadap aset (CATA) menunjukkan tindakan manajemen yang
untuk mengukur stabilitas keuangan dapat memanipulasi akun persediaan
perusahaan yang memiliki hubungan negatif misalnya perusahaan memilih untuk tidak
dengan kecurangan laporan keuangan. mencatat jumlah yang tepat dari nilai
Albrecth (dalam Gagola, 2011) persediaan yang sudah usang. Persediaan
menyatakan bahwa kecurangan bisa usang membuat jumlah barang yang tersedia
dilakukan dengan mencatat adanya untuk dijual akan menurun sehingga
penjualan fiktif. Adanya tambahan saldo perusahaan tidak bisa mendapatkan laba
dari penjualan fiktif tersebut maka saldo secara maksimal dari kegiatan produksinya.
piutang dagang akan meningkat sehingga Mengacu pada penelitian Gagola (2011)
pendapatan perusahaan seolah-olah akan yang menggunakan proksi inventory to total
bertambah pula. Berdasarkan penelitian asset (INVSAL) dalam stabilitas keuangan
yang dilakukan oleh Gagola (2011) proksi yang memiliki hubungan positif terhadap
sales to account receivable (SALAR) kecurangan laporan keuangan.
berhubungan positif dengan kecurangan Hayn (dalam Lou dan Wang, 2009)
laporan keuangan. menunjukkan bahwa tingkat cross-sectional
Perusahaan dengan kemampuan pengembalian laba (atau harga) perusahaan
manajemen yang baik dalam menggunakan yang dilaporkan mengalami kerugian jauh
aset akan tetap survive dan mempunyai lebih lemah dibandingkan perusahaan yang
keunggulan kompetitif. Hal ini dikuatkan melaporkan keuntungan. Adanya kerugian
oleh hasil penelitian Persons (dalam Gagola, dari aktivitas utama perusahaan menandakan
2011) bahwa ketidakmampuan dalam bahwa perusahaan tidak bisa
penggunaan aset perusahaan memberikan memaksimalkan penjualannya sehingga para
motivasi bagi manajer untuk terlibat dalam investor tidak akan menerima dividen pada
kecurangan pelaporan keuangan. tahun tersebut. Mengacu pada penelitian
Kemampuan penggunaan aset secara baik sebelumnya oleh Lou dan Wang (2009)
mengindikasikan bahwa perusahaan mampu bahwa perusahaan yang melaporkan adanya
menghasilkan volume usaha tertentu untuk
Jurnal Akuntansi dan Auditing
Volume 14/No. 2 Tahun 2017: 100-117
105
kerugian (LOSS) akan berpengaruh positif periode sebelumnya. Untuk mengetahui
terhadap kecurangan laporan keuangan. tingkat pertumbuhan yang ekstrim,
Skousen et al. (2009) menyatakan penelitian ini menggunakan pengukuran
bawa ketidakmampuan untuk menghasilkan Krishnan (dalam Lou dan Wang, 2009)
arus kas positif dalam pertumbuhan laba dengan proksi pertumbuhan aset perusahaan
yang dilaporkan akan berkaitan dengan berbanding pertumbuhan aset industri
stabilitas keuangan. Penelitian yang sama (HIGHGR) yang memiliki hubungan positif
juga dilakukan oleh Lou dan Wang (2009) dengan kecurangan laporan keuangan.
bahwa ada hubungan positif yang terjadi Kemampuan untuk mendapatkan
antara arus kas operasi negatif dengan pinjaman dari luar perusahaan serta
kecurangan laporan keuangan. Arus kas kemampuan untuk membayar pinjaman
negatif akan berdampak pada penilaian tersebut dianggap sebagai tekanan yang
investor karena arus kas dapat digunakan bersumber dari faktor eksternal. Vermeer
untuk meramalkan kinerja perusahaan di serta Press dan Weintrop (dalam Skousen et
masa depan. Arus kas biasanya juga al., 2009) melaporkan bahwa saat dihadapi
digunakan sebagai pembanding kinerja antar dengan pelunasan pinjaman maka manajer
perusahaan. Jika perusahaan mengalami arus kemungkinan melakukan diskresionari
kas operasi negatif maka perusahaan akrual. Manajer dapat merasa tertekan
tersebut sedang dalam kondisi tidak stabil sebagai dampak dari kebutuhan untuk
dan menimbulkan suatu tekanan bagi menghasilkan tambahan pinjaman atau
manajemen. Berdasarkan uraian tersebut pembiayaan modal supaya tetap kompetitif,
maka proksi arus kas operasi negatif misalnya dengan adanya sumber
berhubungan positif (NCFO) dengan pembiayaan maka memungkinkan untuk
kecurangan laporan keuangan. dilakukan program penelitian dan
Bell dan Carcello (dalam Lou dan pengembangan. Leverage digunakan sebagai
Wang, 2009) membuktikan bahwa proksi tekanan eksternal di mana leverage
pertumbuhan perusahaan secara cepat dan yang tinggi akan menimbulkan tekanan pada
drastis merupakan faktor risiko signifikan manajemen sehingga terjadi hubungan
atas kemungkinan kecurangan pelaporan. positif terhadap kecurangan laporan
Tingkat pertumbuhan perusahaan secara keuangan.
drastis biasanya dilakukan dengan praktek Ross et al. (dalam Tarjo, 2003)
manajemen laba dalam bentuk taking bath menyatakan bahwa aliran kas bebas (free
dimana manajemen menjadikan laba cash flow) biasanya menimbulkan konflik
perusahaan meningkat secara drastis dari kepentingan antara pemegang saham dan
DAPATKAH TEORI FRAUD TRIANGLE MENJELASKAN KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN?
106 Dwi Ratmono
Yuvita Avrie Diany
Agus Purwanto
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
manajer, dimana manajer berkeinginan dana perusahaan yang secara luas untuk
yang ada digunakan untuk investasi pada mengindikasikan seberapa efisien aset telah
proyek-proyek yang menguntungkan karena digunakan. ROA biasanya dipakai untuk
pada masa mendatang akan menambah menilai kinerja manajer serta menentukan
insentif bagi manajer. Dechow et al. (dalam besarnya bonus yang akan diberikan.
Skousen et al., 2009) menunjukkan bahwa Summers dan Sweeney (dalam Skousen et
bila suatu perusahaan memiliki sumber dana al., 2009) melaporkan bahwa ROA akan
internal yang memadai, manajer cenderung menunjukkan perbedaan yang signifikan
untuk terlibat dalam kecurangan pelaporan antara perusahaan yang melakukan
keuangan. Mengacu pada penelitian kecurangan dengan perusahaan yang tidak
Skousen et al. (2009), proksi aliran kas melakukan kecurangan, di mana nilai ROA
bebas (FREEC) memiliki hubungan positif yang dihasilkan perusahaan dengan tindak
dengan kecurangan laporan keuangan. kecurangan lebih tinggi dibandingkan
Beasley, COSO, dan Dunn (dalam dengan yang tidak melakukan tindak
Skousen et al., 2009) mengindikasi saat kecurangan sehingga memiliki hubungan
eksekutif memiliki porsi kepemilikan di positif dengan kecurangan laporan
dalam perusahaan, maka situasi keuangan keuangan.
pribadi mereka juga akan dipengaruhi oleh
kondisi keuangan perusahaan. Tekanan Kesempatan
manajemen untuk memenuhi kebutuhan Pada laporan keuangan terdapat
keuangan pribadinya menjadi faktor pemicu akun-akun tertentu yang besarnya saldo
untuk melakukan kecurangan dengan ditentukan oleh perusahaan berdasarkan
meningkatkan laba perusahaan sehingga suatu estimasi, misalnya akun piutang tak
porsi dividen yang akan dihasilkan juga tertagih dan akun persediaan usang.
cenderung lebih besar. Berdasarkan Kesalahan secara sengaja dalam menentukan
pernyataan tersebut penelitian ini estimasi untuk menilai saldo piutang tak
menggunakan proksi persentase saham tertagih dan menilai saldo persediaan usang
perusahaan yang dimiliki manajer (OSHIP) menjadi sebuah kesempatan bagi
dan persentase manajemen yang memiliki manajemen untuk melakukan kecurangan.
proporsi saham di atas 5% (5%OWN) Summers dan Sweeney (dalam Skousen et
memiliki hubungan positif dengan al., 2009) menyatakan bahwa manajer akan
kecurangan laporan keuangan. fokus terhadap kedua akun tersebut jika
ROA biasanya digunakan sebagai berniat melakukan manipulasi pada laporan
pengukuran untuk kinerja operasi keuangan. Mengacu pada penelitian
Jurnal Akuntansi dan Auditing
Volume 14/No. 2 Tahun 2017: 100-117
107
sebelumnya, proksi rasio perubahan piutang meningkatkan kualitas laporan keuangan
pada penjualan selama dua tahun sehingga akan terjadi hubungan negatif
(RECEIVABLE) dan rasio perubahan antara proksi keahlian keuangan yang
persediaan pada penjualan selama dua tahun dimiliki komite audit (ACEXP) dengan
(INVENTORY) akan berpengaruh positif kecurangan laporan keuangan.
terhadap kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan Surat Edaran dari
Penelitian terdahulu Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. SE-
mendokumentasikan hubungan antara 008/BEJ/12-2001 tanggal 7 Desember 2001
independensi anggota komite audit dengan serta Pembentukan dan Pedoman
integritas serta kualitas laporan keuangan. Pelaksanaan Komite Audit Nomor IX.I.5
Pamudji dan Trihartati (n.d.) membuktikan menurut BAPEPAM mengenai keanggotaan
bahwa perusahaan dengan komite audit yang komite audit, disebutkan bahwa jumlah
independen cenderung tidak melakukan anggota komite audit minimal tiga orang,
kecurangan karena komite audit memiliki termasuk ketua komite audit. Semakin
fungsi pengawasan untuk menjamin bahwa banyak jumlah anggota akan semakin
manajemen melakukan tugasnya dengan meningkatkan efektivitas pengawasan
baik, sehingga terjadi hubungan negatif sehingga manajemen tidak memiliki
antara proksi independensi komite audit kesempatan untuk melakukan kecurangan.
(ACINDP) dengan kecurangan laporan Berdasarkan uraian di atas maka proksi
keuangan. jumlah anggota komite audit (ACSIZE)
Pembentukan dan Pedoman berpengaruh negatif pada kecurangan
Pelaksanaan Komite Audit Nomor IX.I.5 laporan keuangan.
menurut BAPEPAM mengenai keanggotaan Peraturan Nomor IX.I.5 mengenai
komite audit merekomendasikan adanya Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan
minimal satu anggota komite audit yang Komite Audit oleh BAPEPAM menyatakan
memiliki keahlian akuntansi atau keuangan bahwa komite audit wajib mengadakan rapat
dengan asumsi bahwa anggota tersebut secara berkala minimal sekali dalam tiga
dapat meningkatkan keefektifan kinerja. bulan, yang artinya dalam setahun komite
Ahli finansial dengan pengetahuan dan audit harus mengadakan pertemuan minimal
keahlian tertentu, diharapkan mereka dapat empat kali. Semakin banyak pertemuan yang
memandu anggota komite audit lainnya dilakukan oleh para komite audit maka akan
untuk mengidentifikasi pertanyaan yang semakin efektif pula pengawasan yang
dapat memberi tantangan pada manajemen dilakukan, sehingga kesempatan untuk
dan audit eksternal, serta dapat melakukan kecurangan bisa diminimalisir.
DAPATKAH TEORI FRAUD TRIANGLE MENJELASKAN KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN?
108 Dwi Ratmono
Yuvita Avrie Diany
Agus Purwanto
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Abbot et al. (dalam Ika dan Ghazali, 2012) baru masih belum mengerti kondisi
membuktikan perusahaan dengan komite perusahaan secara keseluruhan di samping
audit yang mengadakan pertemuan minimal itu jangka waktu proses audit yang terbatas
empat kali dalam setahun cenderung tidak menjadi kendala dalam proses audit untuk
melakukan re-statement laporan keuangan mendeteksi adanya kecurangan tersembunyi.
sehingga akan terjadi hubungan yang negatif Penelitian ini akan menggunakan proksi
antara jumlah rapat tahunan komite audit perubahan auditor independen
dengan kecurangan laporan keuangan (AUDCHANGE) yang berpengaruh positif
(ACMEET). terhadap kecurangan laporan keuangan.
Kompleksitas dan ketidakstabilan Francis and Krishnan (dalam
struktur organisasi perusahaan ditandai Skousen et al., 2009) menyimpulkan bahwa
dengan tingginya perputaran posisi manajer kelebihan dari penggunaan diskresionari
senior, konsultan, dan jajaran direksi akrual menyebabkan opini audit tidak wajar.
(Skousen et al., 2009). Adanya pergantian Tindakan manajemen laba tersebut tentunya
struktur jajaran direksi biasanya diikuti karena manajemen merasionalkan
dengan praktek manajemen laba karena perbuatannya. Proksi AUDREPORT
mendekati masa akhir jabatannya digunakan untuk mengukur rasionalisasi
manajemen akan memaksimalkan bonus yang memiliki pengaruh negatif terhadap
akhir tahun (Rama, n.d.). Manajemen laba kecurangan laporan keuangan.
juga bisa dilakukan saat manajemen tidak
Populasi dan Sampel Penelitian
bisa mencapai target perusahaan yang
Populasi dalam penelitian ini adalah
berdampak pada pergeseran jabatan.
perusahaan non-keuangan yang terdaftar di
Mengacu pada penelitian sebelumnya
Bursa Efek Indonesia antara tahun 2008
digunakan proksi jumlah direksi yang
sampai 2012. Sampel pada penelitian ini
meninggalkan perusahaan selama dua tahun
diambil dengan metode purposive sampling,
(TURN) yang memiliki hubungan positif
yaitu penentuan sampel atas dasar
dengan kecurangan laporan keuangan.
kesesuaian karakteristik dan kriteria tertentu.
Kriteria pemilihan sampel pada penelitian
Rasionalisasi
ini adalah sebagai berikut:
Beberapa penelitian mengindikasi
1. Sampel merupakan perusahaan sektor
bahwa insiden kegagalan audit meningkat
non-keuangan yang melakukan
saat terjadi pergantian auditor dalam
kecurangan menurut laporan sanksi yang
perusahaan (Skousen et al., 2009). Hal ini
dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan
disebabkan karena auditor independen yang
Jurnal Akuntansi dan Auditing
Volume 14/No. 2 Tahun 2017: 100-117
109
(OJK). Kriteria ini dikarenakan terdapat dijadikan sebagai proksi variabel
perbedaan karakteristik antara independen.
perusahaan pada sektor non-keuangan
Metode Analisis
dengan perusahaan sektor keuangan
Metode regresi logistik digunakan
dalam pelaporan keuangan. Selanjutnya
untuk melihat hubungan perusahaan yang
dilakukan pemadanan sampel (paired
melakukan kecurangan laporan keuangan
matching) dengan sampel merupakan
dengan teori fraud triangle. Variabel
perusahaan sektor non-keuangan yang
dependen yang digunakan merupakan
tidak melakukan kecurangan dan
variable binary, yaitu apakah perusahaan
sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek
melakukan kecurangan atau tidak. Variabel
Indonesia. Pemadanan perusahaan non-
independen yang digunakan dalam model ini
kecurangan berdasarkan nilai total aset
adalah tekanan, kesempatan, dan
perusahaan dan jenis industri.
rasionalisasi yang diproksikan ke dalam
2. Perusahaan memiliki data terkait
beberapa kategori. Persamaan yang dibentuk
penelitian ini seperti akun-akun tertentu
dengan menggunakan regresi logistik adalah
untuk memenuhi rasio keuangan yang
sebagai berikut:

Ln (F/1-F) = β0 + β1 GPM + β2 NPM + β3 SCHANGE + β4 ACHANGE+ β5 CATA + β6


SALAR + β7 SALTA + β8 INVSAL + β9 HIGHGR + β10 LOSS + β11 NCFO + β12 LEV + β13
FREEC + β14 OSHIP + β15 5%OWN + β16 ROA + β17 RECEIVE + β18 INVENT + β19
ACMEET + β20 ACINDP + β21 ACEXP + β22 ACSIZE + β23 TURN + β24 AUREPORT +
β25 AUCHANGE + e

Keterangan: SCHANGE : perbandingan perubahan


Ln (F/1-F) : dummy variabel dimana 1 penjualan perusahaan
untuk perusahaan yang dengan industri
melakukan kecurangan, 0 ACHANGE : persentase perubahan aset
jika sebaliknya selama 2 tahun sebelum
β0 : konstanta kecurangan
GPM : gross profit margin CATA : rasio arus kas operasi
NPM : net profit margin terhadap aset
SALAR : penjualan/piutang dagang
SALTA : penjualan/total aset

DAPATKAH TEORI FRAUD TRIANGLE MENJELASKAN KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN?


110 Dwi Ratmono
Yuvita Avrie Diany
Agus Purwanto
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
INVSAL : persediaan/total aset ACSIZE : 1 jika komite audit
HIGHGR : 1 jika tingkat pertumbuhan berjumlah 3 orang atau
aset perusahaan lebih besar lebih, 0 jika sebaliknya
dari pertumbuhan industri, 0 ACMEET : 1 jika pertemuan komite
jika sebaliknya audit minimal 4 kali
LOSS : 1 jika perusahaan setahun,0 jika sebaliknya
mengalami kerugian selama TURN : jumlah direksi
2 tahun sebelum meninggalkan perusahaan
kecurangan, 0 jika selama 2 tahun sebelum
sebaliknya kecurangan
NCFO : 1 jika perusahaan arus kas AUDCHANGE : 1 jika terjadi perubahan
operasi negatif selama 2 auditor selama 2 tahun
tahun sebelum kecurangan, sebelum kecurangan, 0 jika
0 jika sebaliknya sebaliknya
LEV : rasio leverage AUDREPORT : 1 jika opini wajar selama 2
FREEC : arus kas bersih operasi tahun sebelum kecurangan,
dikurangi dividen dan 0 jika sebaliknya
belanja modal e : disturbance eror
OSHIP : komposisi saham yang
dimiliki manajemen
HASIL PENELITIAN DAN
5%OWN : komposisi saham diatas 5%
PEMBAHASAN
yang dimiiliki manajemen
Analisis Univariate dengan Uji Mann-
ROA : rasio return on asset
Whitney
RECEIV : (piutangt/penjualant) –
Berdasar prosedur pengujian
(piutangt-1/penjualant-1)
Skousen et al. (2009) maka sebelum
INVENT : (persediaan/penjualant) –
dilakukan pengujian hipotesis dengan
(persediaan-1/penjualant-1)
analisis multivariat maka dilakukan analisis
ACINDP : 1 jika seluruh anggota
univariat dengan uji Mann-Whitney. Uji ini
komite audit berasal dari
dilakukan untuk mengetahui proksi variabel
luar, 0 jika sebaliknya
independen yang dapat membedakan secara
ACEXP : 1 jika satu anggota komite
signifikan antara perusahaan yang
audit memiliki keahlian
melakukan kecurangan laporan keuangan
keuangan, 0 jika sebaliknya
dan perusahaan yang tidak melakukan

Jurnal Akuntansi dan Auditing


Volume 14/No. 2 Tahun 2017: 100-117
111
kecurangan. Proksi yang memiliki nilai Penggunaan uji Mann-Whitney ini mengacu
signifikansi kurang dari 0,05 menandakan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
bahwa proksi tersebut mampu membedakan oleh Skousen et al. (2009). Berikut hasil uji
kategori pada variabel dependen sehingga Mann-Whitney:
proksi tersebut yang selanjutnya akan
digunakan pada analisis regresi logistik.
Tabel 1.2
Hasil Uji Mann-Whitney
Mann-Whitney Mann-Whitney
b Proksi
Sig. Sig.
GPM 0,411 OSHIP 0,316
NPM 0,005 FREEC 0,392
SCHANGE 0,749 OWN 0,153
ACHANGE 0,154 ROA 0,004
CATA 0,551 RECEIV 1,000
SALAR 0,364 INVENT 0,545
SALTA 0,002 ACEXP 0,045
INVSAL 0,058 ACSIZE 0,556
LOSS 0,278 ACMEET 0,488
NCFO 0,005 TURN 0,735
LEV 0,539 AUDCHANGE 0,738

Pada tabel uji Mann-Whitney Ln (F/1-F) = β0 + β1 NPM + β2 SALTA + β3


pemilihan proksi yang akan digunakan pada NCFO+ β4 ROA + β5 ACEXP + e
analisis regresi logistik adalah proksi yang
memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05. Uji Hipotesis
Berdasarkan tabel di atas maka proksi yang Pengujian hipotesis dalam penelitian
dipilih adalan net profit margin (NPM), ini akan dilakukan dengan menggunakan
sales to total asset (SALTA), negative cash model regresi logistik. Penggunaan model
flow (NCFO), return on asset (ROA), dan regresi logistik karena variabel dependen
audit committee expertise (ACEXP). (kecurangan laporan keuangan) merupakan
Selanjutnya penelitian ini akan menyajikan data non-metrik, dimana kode 1 jika
analisis logistik regresi dengan persamaan perusahaan melakukan kecurangan laporan
yang sudah dikurangi yaitu hanya terdiri dari keuangan dan 0 jika perusahaan tidak
variabel eksplanatori dari hasil uji Mann- melakukan kecurangan laporan keuangan.
Whitney. Berikut persamaan regresi logistik Setelah mendapatkan model regresi logistik
yang akan dipakai: yang fit yang tidak memerlukan modifikasi
model, maka pengujian hipotesis dapat

DAPATKAH TEORI FRAUD TRIANGLE MENJELASKAN KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN?


112 Dwi Ratmono
Yuvita Avrie Diany
Agus Purwanto
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
dilakukan. Hasil pengujian hipotesis parsial. Berikut hasil uji regresi logistik:
dilakukan dengan menggunakan uji secara

Tabel 1.3
Hasil Uji Regresi Logistik

Hipotesis Proksi B S.E. Wald Sig.


NPM -1.091 1.124 0.942 0.332
H1 SALTA -1.391 0.679 4.196 0.041
(Tekanan) NCFO 2.445 1.281 3.642 0.056
ROA -17.927 12.899 1.932 0.165
H2 ACEXP -2.684 1.363 3.880 0.049
(Kesempatan) Constant 3.412 1.583 4.645 0.031

Pengaruh Rasio Margin Laba Bersih dengan proksi penjualan dibagi total aset
Terhadap Kecurangan Laporan (SALTA) terhadap probabilitas suatu
Keuangan perusahaan melakukan tindakan kecurangan
Berdasarkan pengujian hipotesis laporan keuangan diperoleh koefisien
menunjukkan bahwa untuk variabel tekanan negatif sebesar 1,391 dengan signifikansi
dengan proksi marjin laba bersih (NPM) sebesar 0,041. Nilai signifikansi yang lebih
terhadap probabilitas suatu perusahaan kecil daripada 0,05 menunjukkan bahwa
melakukan tindakan kecurangan laporan SALTA memiliki pengaruh signifikan
keuangan diperoleh koefisien negatif sebesar terhadap probabilitas suatu perusahaan
1,091 dengan signifikansi sebesar 0,332. melakukan tindakan kecurangan laporan
Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 keuangan. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa NPM tidak memiliki dapat disimpulkan bahwa nilai SALTA yang
pengaruh signifikan terhadap probabilitas semakin besar mencerminkan bahwa
suatu perusahaan melakukan tindakan perusahaan dapat menggunakan asetnya
kecurangan laporan keuangan sehingga secara baik sehingga tindak kecurangan
dapat disimpulkan bahwa marjin laba bersih tidak terjadi.
bukan sebagai faktor risiko kecurangan. Penelitian ini bertentangan dengan
hasil yang didapat oleh Skousen et al.
Pengaruh Rasio Perputaran Aset (2009) namun konsisten dengan penelitian
Terhadap Kecurangan Laporan yang dilakukan Persons (1995) bahwa
Keuangan ketidakmampuan dalam penggunaan aset
Berdasarkan pengujian hipotesis perusahaan memberikan motivasi bagi
menunjukkan bahwa untuk variabel tekanan manajer untuk terlibat dalam kecurangan

Jurnal Akuntansi dan Auditing


Volume 14/No. 2 Tahun 2017: 100-117
113
pelaporan keuangan. Hasil yang sama juga keuangan diperoleh koefisien negatif sebesar
ditunjukkan pada penelitian Prajanto (2012). 17,927 dengan signifikansi sebesar 0,165.
Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,10
Pengaruh Adanya Arus Kas Operasi menunjukkan bahwa ROA tidak memiliki
Negatif Terhadap Kecurangan Laporan pengaruh signifikan terhadap probabilitas
Keuangan suatu perusahaan melakukan tindakan
Berdasarkan pengujian hipotesis kecurangan laporan keuangan.
menunjukkan bahwa untuk variabel tekanan Hal ini karena ROA digunakan untuk
dengan proksi arus kas operasi negatif tujuan jangka pendek padahal manajer juga
(NCFO) terhadap probabilitas suatu harus memikirkan program jangka panjang
perusahaan melakukan tindakan kecurangan agar dapat meningkatkan keuntungan
laporan keuangan diperoleh koefisien positif perusahaan secara keseluruhan (Hutomo,
sebesar 2,445 dengan signifikansi sebesar 2012). Penelitian ini konsisten dengan hasil
0,056. Nilai signifikansi yang lebih besar penelitian Skousen et al. (2009) yang
daripada 0,05 menunjukkan bahwa NCFO menyatakan bahwa ROA bukanlah sebagai
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap faktor risiko tekanan dalam mengidentifikasi
probabilitas suatu perusahaan melakukan kemungkinan tindak kecurangan pelaporan
tindakan kecurangan laporan keuangan. keuangan.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat Berdasarkan hasil interpretasi untuk
disimpulkan bahwa NCFO bukan sebagai variabel tekanan, dari seluruh proksi yang
faktor risiko kecurangan. Hasil penelitian ini diuji hanya didapat empat proksi yang lolos
konsisten dengan penelitian yang dilakukan uji Mann-Whitney. Keempat proksi tersebut
oleh Lou dan Wang (2009) yang tidak kemudian dilakukan uji hipotesis
berhasil membuktikan keterkaitan antara menggunakan uji regresi logistik dan
proksi NCFO dengan kecurangan laporan didapat satu proksi yang signifikan pada
keuangan. nilai 0,05 yaitu proksi rasio perputaran aset
(SALTA). Berdasarkan hasil uji hipotesis
Pengaruh Rasio ROA Terhadap dapat disimpulkan bahwa variabel tekanan
Kecurangan Laporan Keuangan berpengaruh terhadap probabilitas
Berdasarkan pengujian hipotesis perusahaan melakukan kecurangan laporan
menunjukkan bahwa untuk variabel tekanan keuangan yang diproksikan dengan SALTA
dengan proksi return on asset (ROA) sehingga H1 didukung.
terhadap probabilitas suatu perusahaan
melakukan tindakan kecurangan laporan
DAPATKAH TEORI FRAUD TRIANGLE MENJELASKAN KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN?
114 Dwi Ratmono
Yuvita Avrie Diany
Agus Purwanto
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Pengaruh Keahlian Keuangan yang laporan keuangan dengan menggunakan
dimiliki Komite Audit Terhadap pendekatan teori fraud triangle. Berdasarkan
Kecurangan Laporan Keuangan hasil uji yang telah dilakukan maka dapat
Berdasarkan pengujian hipotesis disimpulkan bahwa hasil uji Man-Whitney
menunjukkan bahwa untuk variabel tidak semua proksi mampu membedakan
kesempatan dengan proksi keahlian nilai rata-rata sampel perusahaan yang
keuangan komite audit (ACEXP) terhadap melakukan kecurangan dan yang tidak
probabilitas suatu perusahaan melakukan melakukan kecurangan. Proksi yang
tindakan kecurangan laporan keuangan memiliki perbedaan yang signifikan adalah
diperoleh koefisien negatif sebesar 2,684 net profit margin (NPM), sales to total asset
dengan signifikansi sebesar 0,049. Nilai (SALTA), arus kas operasi negatif (NCFO),
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 return on asset (ROA), dan keahlian
menunjukkan bahwa ACEXP memiliki keuangan komite audit (ACEXP).
pengaruh signifikan terhadap probabilitas Berdasarkan hasil uji logistik regresi
suatu perusahaan melakukan tindakan didapat proksi SALTA yang berpengaruh
kecurangan laporan keuangan. Adanya ahli negatif dan signifikan terhadap kecurangan
keuangan atau akuntansi dalam keanggotaan laporan keuangan. Adanya ahli keuangan
komite audit dapat meningkatkan dalam keanggotaan komite audit (ACEXP)
pengawasan terhadap manajemen. Komite merupakan proksi yang dipakai untuk
audit yang bertugas mengawasi serta menggambarkan variabel kesempatan. Hasil
memeriksa laporan keuangan yang dibuat uji logistik regresi menunjukkan adanya
oleh manajemen maka dengan adanya ahli hubungan negatif antara keahlian keuangan
keuangan dalam keanggotaan komite audit yang dimiliki komite audit dengan
diharapkan dapat menjamin kebenaran kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini
laporan keuangan yang nantinya akan belum dapat memberikan bukti empiris
diberikan kepada dewan komisaris. Hasil keterkaitan antara variabel rasionalisasi
penelitian ini konsisten dengan penelitian dengan kecurangan laporan keuangan.
yang dilakukan oleh Prasetyo (2012). Penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan. Pertama, pemilihan proksi
KESIMPULAN dalam penelitian ini mungkin kurang
mampu untuk mendeteksi adanya
Penelitian ini bertujuan untuk
kecurangan laporan keuangan. Kedua,
menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
hipotesis 3 tidak dapat diuji dengan analisis
suatu perusahaan melakukan kecurangan
regresi logistik karena proksi yang
Jurnal Akuntansi dan Auditing
Volume 14/No. 2 Tahun 2017: 100-117
115
digunakan tidak lolos uji Mann-Whitney. and SAS No. 99, Skousen et al.
2009. Journal of Corporate
Hal ini disebabkan karena pemilihan proksi
Governance and Firm Performance.
untuk variabel rasionalisasi kurang mampu Vol. 13 h. 53-81
untuk mendeteksi adanya kecurangan Djankov, S. La Porta, R. Lopez-de-Silanes,
laporan keuangan. F dan Shleifer, A. 2008. The Law
and Economics of Self-dealing.
Atas dasar keterbatasan tersebut Journal of Financial Economics.
maka diharapkan penelitian selanjutnya Vol. 88. Hal: 430 - 465
untuk mengembangkan proksi untuk Gagola, Antonius S.C. 2011. “Analisis
variabel tekanan, kesempatan, dan Faktor Risiko Yang Mempengaruhi
Kecenderungan Kecurangan
rasionalisasi yang lebih mampu untuk Pelaporan Keuangan Perusahaan
mendeteksi adanya kecurangan laporan Publik Di Indonesia”. Tesis Tidak
Dipublikasikan, Program Studi
keuangan sesuai dengan kondisi Magister Akuntansi program Pasca
perekonomian Indonesia. Terutama untuk sarjana, Universitas Diponegoro

proksi rasionalisasi perlu diperhatikan Hutomo, O.S. 2012. “Cara Mendeteksi


karena dalam penelitian ini tidak mampu Fraudulent Financial Reporting
dengan Menggunakan Rasio-Rasio
untuk menunjukkan adanya signifikansi. Finansial.” Skripsi Tidak
Selain itu, menggunakan objek penelitian Dipublikasikan, Fakultas Ekonomika
dan Bisnis, Universitas Diponegoro
yang lebih luas dengan memperpanjang
http://www.idx.co.id
tahun penelitian sehingga jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian akan lebih IAPI, 2013, Standar Profesional Akuntan
Publik, Pernyataan Standar Audit 70:
besar. Mengingat jumlah terjadinya Pertimbangan atas Kecurangan
kecurangan laporan keuangan hanya kisaran dalam Audit Laporan Keuangan
5% dari total kecurangan yang terjadi di Ika, S.R dan Nazli A.M. Ghazali. 2012
perekonomian. “Audit Committee Effectiveness
And Timeliness of Reporting:
Indonesian evidence.” Managerial
Auditing Journal, Vol. 27 No. 4 pp.
DAFTAR PUSTAKA 403-424

Albrecht, C., C. Turnbull, Y. Zang, and Jensen, M.C. dan W.H. Meckling. 1976.
C.J. Skousen. 2010. The relationship “Theory of The Firm: Managerial
Between South Korean Chaebols and Behaviour, Agency Cost, and
Fraud. “Management Research Ownership Structure”, Journal of
Review, Vol. 33, No. 3, h. 257-268 Financial Economics, Vol. 3, No. 4,
h. 305-360
Cressey, D. (1953). Other people’s money,
dalam: “Detecting and Predicting Leuz, C. Nanda, D. dan Wysocki. 2003.
Financial Statement Fraud: The Earning Management and Investor
Effectiveness of The Fraud Triangle Protection: An International

DAPATKAH TEORI FRAUD TRIANGLE MENJELASKAN KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN?


116 Dwi Ratmono
Yuvita Avrie Diany
Agus Purwanto
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Comparison. Journal of Financial Kepentingan Audit Internal). “Jurnal
Economics. Vol. 69. Hal: 505 - 527 Akuntansi, Vol. 4, No. 2, h. 705-714

Lou, Y.I. and Ming-Long Wang. 2009. Skousen, C.J., K.R. Smith, dan C.J.
Fraud Risk Factor Of The Fraud Wright. 2009. Detecting and
Triangle Assessing The Likelihood Predicting Financial Statement Fraud
Of Fraudulent Financial Reporting. : The Effectiveness of The Fraud
“Journal of Business & Economics Triangle and SAS no. 99. “Journal of
Research, Vol. 7, no. 2, h. 61-78 Corporate Governance and Firm
Performances, Vol 13, h. 53-81
Pamudji, S., dan A. Trihartati. n.d.
Pengaruh Independensi Dan Tarjo. 2003. “Analisis Free Cash Flow dan
Efektifitas Komite Audit Terhadap Kepemilikan Managerial terhadap
Manajemen Laba (Studi Empiris Kebijakan Hutang pada Perusahaan
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Publik di Indonesia.” Artikel yang
Terdaftar Di Bei). Artikel Tidak dipresentasikan pada Simposium
Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Nasional Akuntansi VI, Surabaya,
Universitas Diponegoro 16-17 Oktober 2003

Persons, O. 1995. Using financial


statement data to identify factors
associated with fraudulent financial
reporting. Journal of Applied
Business Research. Vol. 11, No. 3.
Hal: 38-46.

Prajanto, Agung. 2012. “Pengaruh Rasio


Keuangan dan Budaya Perusahaan
terhadap Kecurangan Pelaporan
Keuangan”. Tesis Tidak
Dipublikasikan, Program Studi
Magister Akuntansi program Pasca
sarjana, Universitas Diponegoro

Prasetyo, A.B. 2012. “Pengaruh


Karakteristik Komite Audit dan
Perusahaan terhadap Kecurangan
Pelaporan Keuangan.” Tesis Tidak
Dipublikasikan, Program Studi
Magister Akuntansi program Pasca
sarjana, Universitas Diponegoro

Rama, Radian Sri. n.d. “Manajemen Laba


(earning management) Dalam
Perspektif Etika Hedonism. “ Jurnal
Akuntansi dan Auditing Indonesia,
Vol. 7, No. 2, h. 183-208

Rustendi, Tedi. 2009. Analisis Terhadap


Faktor Pemicu Terjadinya Fraud
(Suatu Kajian Teoritis Bagi

Jurnal Akuntansi dan Auditing


Volume 14/No. 2 Tahun 2017: 100-117
117

You might also like