Professional Documents
Culture Documents
Air VA
Vw
Ww Water
Total Total
weight volume W V
(= W) (= V)
Ws solid Vs
(a) (b)
Soil element in natural state Three phases of the soil element
Berat volume tanah (γ) merupakan rasio antara berat dan volume total
tanah. Berat volume dapat juga dinyatakan dalam berat butiran padat, kadar
air, dan volume total (Braja M. Das, 1995).
Keterangan :
V = Volume air raksa = volume tanah
W2 = Berat air raksa yang tumpah (gram)
B.J Raksa = Berat jenis air raksa (13,6 gram/cm3)
Menghitung berat volume tanah
W
γ= .............................................. (1.3)
V
Keterangan :
γt = Berat volume tanah (gram/cm3)
W = Berat contoh tanah (gram)
Tanah basah W1
Tanah kesring Ws
V = Volume tanah (cm3)
Kadar Air
Rumus dasar untuk mengetahui atau mencari nilai specific gravity adalah :
W4
Gs =(W ………………………………. (1.5)
3+ W4 )- W2
Keterangan :
Gs = specific gravity
B. Dokumentasi Praktikum
ᵧ=
d
12.8
9.765
= 1.31
Percobaan Sampel 2:
Berat tanah (gram)
W1 = 14.2
Volume tanah (cm3)
109.8
V= = 8.074
13,6
ᵧ= d
10.2
8.0745
= 1.26
Percobaan Sampel 3:
Berat tanah (gram)
W1 = 16.5
Volume tanah (cm3)
127.6
V= = 9.382
13,6
ᵧ= d
12.1
9.382
= 1.29
Tes Nomor 1
(65.2-60.4)
𝜔c = (60.4-47.6)
×100% = 37.50%
Tes nomor 2
(63.6-59.7)
𝜔c = ×100% = 37.86%
(59.7-49.4)
Tes nomor 3
(66.9-62.5)
𝜔c = ×100% = 36.36%
(62.5-50,4)
piknometer.
3. Memasukkan air kedalam piknometer sampai permukaan air di leher
piknometer. Kemudian piknometer ditimbang.
4. Piknometer yang berisi air dan tanah dikocok selama ±10 menit
sehingga air dan tanah bercampur.
5. Setelah dikocok, busa pada leher piknometer dibersihan menggunakan
tissue sampai busa pada leher piknometer hilang.
6. Air yang bercampur tanah dibuang dan piknometer dibersihkan.
7. Air yang sudah bersih dimasukkan kedalam piknometer, dan suhu air
diukur menggunakan thermometer.
B. Dokumentasi Praktikum.
Keterangan :
W1 = Berat cawan kosong.
W2 = Berat cawan + tanah basah.
W3 = Berat cawan + tanah kering.
Cawan No 32
51−45,6
wc =45,6−38,1 𝑋 100 = 72%
Test no.2
Cawan No 36
62,4−59
wc = 59−54,3 𝑋 100 = 72,34%
Cawan No 44
56,7−52,1
wc = 52,1−45,8 𝑋 100 = 73,02%
Test no.3
Cawan No 51
55−51,8
wc = 51,8−47,3 𝑋 100 = 71,11 %
Cawan No 52
60,9−55,3
wc = 55,3−47,7 𝑋 100 = 73,68 %
Test no.4
Cawan No 54
58,9−54,7
wc = 54,7−49 𝑋 100 = 73,68 %
Nomor Cawan 36 44 26 32 51 52 54 22
Berat Cawan, W1 (gram) 54,3 45,8 48,9 38,1 47,3 47,7 49 52,6
Berat Cawan + Tanah Basah,
62,4 56,7 58,2 51 55 60,9 58,9 64
W2 (gram)
Berat Cawan + Tanah
59 52,1 54,3 45,6 51,8 55,3 54,7 59,2
Kering, W3 (gram)
Kadar Air, Wc (%)
(𝑊2 − 𝑊3) 72,34 73,02 72,22 72,00 71,11 73,68 73,68 72,73
𝑥100%
(𝑊3 − 𝑊1)
Jumlah Pukulan (N) 19 22 29 33
Untuk mendapatkan batas cair, maka dari data kadar air dan jumlah
pukulan dihubungkan dalam grafik yang ditunjukkan dari gambar 2.8. Nilai
dari batas cair yaitu nilai dari kadar air dengan jumlah pukulan 25. Untuk
nilai batas cair yang digunakan perhitungan dalam sub-bab 2.3 yaitu asumsi
batas cair pada percobaan ketukan hanya diatas 25 kali dengan merata – rata
71,11+73,68+73,68+72,73
data LL (liquid limid) = = 72,8 %
4
90.00
80.00
72.80 70.00
Kadar Air, W %
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
1 Jumlah Ketukan 10 25 100
Nilai kadar air dari empat (4) percobaan yang didapatkan kemudian
dihubungkan dengan jumlah pukulan seperti yang ditunjukkan pada gambar
2.6. Kemudian nilai batas cair didapat dari kadar air dengan jumlah pukulan
25 dan diperoleh nilai batas cair 72.8%.
Dari hasil percobaan batas plastis, didapatkan data dalam Tabel 2.2
Tabel 2.2. Data Batas Plastis (Plastic Limit)
) Test No 1 2
Nomor Cawan 17 4
B. Dokumentasi Praktikum
350,8-183,2
Wc= X 100 % = 48,71
13,6 x (37,9-12,6 )
350,8−183,2
Wc= X 100 % = 48,10 %
13,6 x (36,6-17,4 )
Perhitungan nilai SL
SL1 = Kadar Air mula-mula - Kadar Air
= 53,75% - 48,71% = 5,05%
Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan data pada tabel 2.3. berikut:
Nomor Cawan 13 27
(𝑊2 − 𝑊3)
Wi = 𝑥100% 53,75 52,60
(𝑊3 − 𝑊1)
(𝑊4 − 𝑊5)
W= 𝑥100% 48,71 48,10
13, 𝑥(𝑊3 − 𝑊1)
Hasil yang didapatkan berbeda 0,55 %. Hal ini bisa terjadi karena pada
saat pengisian adonan ke cawan masih ada udara yang belum terisi,
sehingga hasilnya terdapat perbedaan.
2.3. Kesimpulan
Gradasi baik apabila tidak ada partikel yang menyolok dalam suatu
perentang distribusi, gradasi tanah buruk jika partikel tanah yang berbutir
besar terhadap keloncatan ukuran yang mencolok dan gradasi tanah
sebagian jika partikel tanah tersebut mempunyai ukuran yang seragam
antara satu dengan yang lain.
Tabel 3.2. Klasifikasi Tanah untuk Lapisan Tanah Dasar Jalan Raya
( Sistem AASHTO).
Dari tabel 3.7. Hasil data analisa ayakan dapat di plot pada gambar
3.4. Dengan sumbu X adalah diameter butiran tanah, sedangkan Y adalah
persentase butiran tanah yang lolos ayakan.
Dari hasil plot data tersebut maka dapat diketahui data D60, D30, dan
D10 yang kemudian digunakan untuk menghitung Cu dan Cc yang berguna
untuk menentukan jenis tanah berdasarkan metode Unified atau USCS.
Dikarenakan metode Unified atau USCS tidak digunakan maka tidak perlu
mencari Cu dan Cc.
39
Diameter butiran tanah (mm)
𝑊2 −𝑊1
Berat tanah basah, t = (4.1)
𝑉
𝛾𝑡
Berat volume kering, d = 𝑤 (%) (4.2)
1+ 100
Untuk suatu kadar air tertentu, berat volume kering maksimum secara
teoritis di dapat pada pori-pori sudah tidak ada udaranya lagi,yaitu pada saat
dimana derajat kejenuhan tanah = 100%. Jadi berat volume kering
maksimum (teoritis) pada suatu kadar air tertentu dengan kondisi “zero air
voids” yaitu kondisi dimana pori-pori tanah tidak mengandung udara sama
sekali dapat di hitung dengan persamaan 4.3 (Braja M. Das,1995)
𝛾𝑡
Berat volume kering (ZAV), dZAV = 𝑤 (%) 1 (4.3)
+
100 𝐺𝑠
Lee & Sued Kamp (1972) telah mempelajari kurva pemadatan dari 35
jenis tanah. Mereka menyimpulkan bahwa kurva pemadatan tanah tersebut
dibedakan hanya menjadi empat (4) tipe umum yang digambarkan pada
gambar 4.1.
Gambar 4.1 Bentuk umum kurva pemadatan untuk empat jenis tanah.
1.55
1.45
1.35
d
Rumus Berat volume kering dzav = w (%) 1
100
+Gs
Untuk mendapatkan nilai berat kering (d zav) maka dibuat grafik
hubungan kadar air dan berat volume kering serta berat kering zero air void.
3.5
dzav Optimum 3.37 gr/cm3
Berat Volume Kering gr/cm3
2.5
yd
yd zav
2
1.5
Dari Gambar 4.4. dan 4.6. maka didapat hasil sebagai berikut :
Kadar air optimum = 17.079%
Berat volume kering = 1,499 gr/cm3
1
w= X 100 %
45.8
= 2.1 %
Y = 0,72X – 8,5
Y = 0,72(110) – 8,5
= 70,7 lbs
Setelah perhitungan beban selesai, dilanjutkan dengan perhitungan
nilai CBR.
Sumber: Hasil Perhitungan (2019)
= 4,171 %
Penurunan
Bawah = 𝑋 100 %
3000
183,35
= 𝑋 100 %
3000
= 6,111 %
Penurunan 0,2”
Penuruan
Atas = 𝑋 100 %
4500
128,75
= 𝑋 100 %
4500
= 4,941 %
Tabel 4.8 Nilai CBR
Pembacaan 0,1” (%) 0,2” (%)
Atas 4,171 2,861
Bawah 6,111 4,941
Nilai kadar air sampel tanah yang diuji CBR, sebelum diuji 11.1 %
dan sesudah diuji sebesar 32.74%. Kadar air sesudah diuji CBR lebih besar
daripada kadar air sebelum diuji. Hal ini dikarenakan pada saat diuji CBR
pori-pori tanah telah dimampatkan sehingga kadar air berkurang.
250
200
Beban
150
100
50
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Penurunan
4.3. Kesimpulan
Dari hasil praktikum pengujian pemadatan tanah, didapatkan hasil
sebagai berikut :
Standard Proctor Test
- d Optimum = 1,499 gr/cm3
- Kadar Air Optimum = 17,079%
- dzav Optimum = 3.37 gr/cm3
4.1 Kesimpulan
Data yang didapat dari praktikum mekanika tanah 1 ini adalah:
Dari nilai kadar air sebesar 83,96% dan berat jenis (Gs) sebesar 2,551
dapat dinyatakan tanah yang diuji merupakan jenis tanah lempung dengan
mineral yang terkandung yaitu mineral halloysite.
Dengan nilai batas cair dan batas plastis yang dihasilkan, menunjukkan
bahwa indeks plastisitasnya > 17%. Artinya, tanah tersebut mengandung
plastisitasyang tinggi. Jika nilai indeks plastisitas dan batas cair tersebut
dihubungkan dalam bagan plastisitas, titik terletak di bagian jenis tanah
lempung anorganik.
Nilai Cu dan Cc menunjukkan bahwa pendistribusian ukuran butiran
termasuk memiliki gradasi yang baik (well gradation). Dengan data analisa
ayakan yang diperoleh, maka sistem klasifikasi tanah yang diuji yaitu