You are on page 1of 6

JESS 6 (1) (2017)

Journal of Educational Social Studies

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess

Perilaku Menyimpang dan Tindak Kekerasan Siswa SMP di Kota Pekalongan

Ani Yuniati , Suyahmo & Juhadi

Prodi Ilmu Pengetahuan Sosial, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan. Di sekolah selain mendapat pendidikan akademik siswa
Diterima: juga dididik untuk berperilaku yang baik sesuai tata tertib sekolah dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Maret 2017 Namun ternyata masih ada siswa yang berperilaku menyimpang seperti berkelahi dan pacaran yang melebihi batas.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis bentuk perilaku menyimpang remaja SMP di Kota Pekalongan, faktor
Disetujui:
penyebab siswa berperilaku menyimpang serta peran guru IPS dan PKn dalam upaya pencegahan dan
April 2017
penanggulangan perilaku menyimpang siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan meneliti
Dipublikasikan: perilaku siswa di SMPN 4, 5, 7, 8, 10 dan 15 Pekalongan. Data diperoleh dari informan yaitu petugas Polres
Juni 2017 Pekalongan Kota, guru, siswa dan orang tua siswa. Metode pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara
________________ dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis domain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perilaku menyimpang yang dilakukan siswa SMP di Kota Pekalongan berupa tindak kekerasan/perkelahian dan
Keywords:
pacaran melebihi batas. Perilaku menyimpang tersebut disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
deviant behavior,
internal berupa gangguan cara berpikir, gangguan emosional, dan keimanan/religiusitas yang kurang. Sedangkan
the students, faktor eksternal berupa keluarga yang tidak utuh, pendidikan yang salah dalam keluarga, lingkungan pergaulan,
the teacher’s role rasa setia kawan siswa dan adanya kesepakatan siswa dalam satu kelas yang bersifat negatif. Peran guru IPS dan
____________________ PKn dalam upaya pencegahan dan penanggulangan perilaku menyimpang siswa adalah memberikan pengarahan
dan nasihat melalui pembelajaran di dalam kelas dan menjadi sahabat siswa di luar kelas yang dapat memberi
masukan bagi siswa untuk menyelesaikan masalahnya. Saran yang diberikan dari penelitian ini yaitu agar
pembinaan terhadap siswa dilakukan secara intensif baik dari sekolah, orang tua, Komite Sekolah, maupun oleh
pakar ahli dari Pemerintah Daerah (Kepolisian, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Badan Narkotika Nasional,
dan lain-lain).

Abstract
___________________________________________________________________
The school is one of the educational environment. In schools besides getting academic education of students also are taught to
behave properly in accordance school rules and norms in society. But there are still a student misbehaves like fighting and going
over the limit. The purpose of this study was to analyze the form of deviant behavior in adolescents junior Pekalongan, causes
the student misbehaves and the role of social studies teachers and Civics in preventing and addressing student misconduct. This
study used a qualitative approach by examining the behavior of student in SMPN 4, 5, 7, 8, 10 and 15 Pekalongan. Data
obtained from informants namely Kota Pekalongan district police officers, teachers,students and parents. Data were collected by
observation, interview and documentation study. Analyzed using domain analysis. The results showed that there was misconduct
committed by junior high school students in Pekalongan form of violence/fighting and dating that exceed the limit. The deviant
behavior is caused by internal factors and external factors. Internal factors such as disruption way of thinking, emotional
disturbances, and faith/religiosity lacking. While external factors such as non-intact families, education is wrong in the family,
milieu, sense of solidarity of students and their students in a class agreement that is negative. IPS and Civics teacher’s role in
preventing and addressing student misconduct is to provide guidance advice through learning activities in the classroom and be
a friend of the students outside the classroom to provide input for the student to resolve the problem. The advice given from this
research that in order to provide guidance to students intensively both from schools, parents, the School Committe, as well as by
expert of experts from the Local Goverment (Police, Department of Education, Department of Health, the National Narcotics
Agency, and others).

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6390
Kampus Unnes Kelud Utara III, Semarang, 50237
e-ISSN 2502-4442
E-mail: aniyuniatismplimapekalongan@gmail.com

1
Ani Yuniati, Suyahmo & Juhadi / JESS 6 (1) (2017) : 1 - 6

PENDAHULUAN kekerasan, berkelahi dengan siswa lain, bicara


tidak sopan, berani pada orang tua, melakukan
Menurut Undang-undang Nomor 21 perbuatan tidak senonoh, berpacaran melebihi
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional batas, dan sebagainya. Semua tingkah laku yang
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses masyarakat (norma agama, etika, peraturan
pembelajaran agar peserta didik secara aktif sekolah dan keluarga, dan lain-lain) dapat disebut
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki sebagai perilaku menyimpang (Wirawan Sarlito,
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, 2006).
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta Remaja di SMP adalah kelompok remaja
keterampilan yang diperlukan dirinya, awal dan remaja pertengahan yang usianya
masyarakat, bangsa dan negara. Sementara itu, antara 12 sampai 17 tahun. Masa remaja ini
Ki Hajar Dewantara dalam Rachman (2011), penuh guncangan, terdapat berbagai benturan
mengemukakan bahwa pendidikan adalah upaya antara berbagai kebutuhan (Mohamad, 1998
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti dalam Khuzaiyah, 2015). Pada masa remaja awal
(kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan terjadi peningkatan fluktuasi emosi dari tinggi ke
tubuh anak. Untuk mewujudkan kesempurnaan rendah. Emosi remaja berubah-ubah. Kadang
hidup anak-anak kita bagian-bagian itu tidak remaja bisa terlalu ekstrim dalam
boleh dipisahkan. mengungkapkan emosi dirinya. Selain itu remaja
Pendidikan dilaksanakan melalui tiga cenderung mengalami depresi (Santrock, 2007
lingkungan pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dalam Khuzaiyah, 2015). Depresi dan emosi
dan masyarakat. Sekolah merupakan tempat yang tidak tersalurkan dengan baik dapat
pendidikan formal bagi anak untuk memberikan berakibat buruk pada remaja seperti berkelahi
pendidikan sesuai dengan kurikulum pendidikan atau tawuran. Sadarjoen (2006) di dalam
yang berlaku. Di sekolah anak mendapatkan Widianingsih (2009), mengemukakan bahwa
pendidikan, bimbingan dan pembinaan dari masalah pokok remaja adalah berpangkal pada
pendidik dan tenaga kependidikan agar menjadi pencarian identitas diri. Sejauh mana remaja
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia mampu meraih identitas diri tergantung dari
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang sejauh mana remaja mampu mengendalikan
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki emosi saat merasa tersinggung oleh seseorang di
pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani sekitarnya serta menempatkan diri dengan wajar
dan rohani, kepribadian yang mantap dan dalam relasinya dengan teman sebaya. Apabila
mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan hal itu tidak dapat diraih maka remaja dapat
dan kebangsaan. berperilaku menyimpang.
Agar pendidikan di sekolah berjalan Kita sangat prihatin dengan perilaku
dengan baik dan tertib, sekolah membuat menyimpang yang dilakukan remaja baik di
peraturan sekolah. Peraturan sekolah berlaku sekolah maupun di masyarakat. Remaja adalah
untuk seluruh warga sekolah. Peraturan sekolah generasi penerus bangsa. Apabila banyak remaja
dilengkapi dengan sanksi bagi pelanggarnya. yang berperilaku menyimpang akan menjadi
Meskipun di sekolah sudah ada peraturan masalah besar bagi bangsa kita, karena nasib
sekolah yang dilengkapi dengan sanksi, namun bangsa kita di masa yang akan datang terletak di
masih ada siswa yang berperilaku tidak sesuai tangan generasi muda. Apabila generasi
dengan aturan sekolah, seperti: datang terlambat, mudanya mengalami kebobrokan moral, maka
tidak masuk sekolah tanpa izin, merokok, malaki bangsa ini akan mengalami kemunduran.
teman, berani pada guru, berkelahi, dan Berdasarkan latar belakang tersebut dapat
sebagainya. Selain itu ada pula siswa yang dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
berperilaku menyimpang dari norma-norma yang Bagaimanakah bentuk-bentuk perilaku
berlaku di masyarakat seperti: bertindak menyimpang remaja SMP di Kota Pekalongan,

2
Ani Yuniati, Suyahmo & Juhadi / JESS 6 (1) (2017) : 1 - 6

apakah faktor-faktor yang menyebabkan Penelitian ini menggunakan model analisis


terjadinya perilaku menyimpang pada remaja, domain yaitu dengan cara membaca data yang
dan bagaimanakah peran guru IPS dan PKn diperoleh secara menyeluruh sehingga
dalam upaya pencegahan dan penanggulangan didapatkan domain atau ranah apa saja. Diambil
perilaku menyimpang remaja SMP di Kota data yang sesuai yaitu domain perilaku
Pekalongan? Tujuan dari penelitian ini adalah menyimpang siswa berupa tindak kekerasan,
untuk menganalisis bentuk-bentuk perilaku perkelahian siswa dan pacaran melebihi batas.
menyimpang remaja SMP di Kota Pekalongan,
faktor-faktor yang menyebabkan perilaku HASIL DAN PEMBAHASAN
menyimpang remaja, serta peran guru IPS dan
PKn dalam upaya mencegah dan menanggulangi Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang Siswa
perilaku menyimpang remaja SMP di Kota Bentuk-bentuk perilau menyimpang yang
Pekalongan. menjadi objek penelitian adalah perilaku
menyimpang yang dilakukan siswa SMP di Kota
METODE Pekalongan berupa tindak kekerasan dan pacaran
melebihi batas. Data beberapa kasus kekerasan
Metode penelitian yang digunakan dalam yang dilakukan siswa SMP masuk Unit PPA
penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan Polres Pekalongan Kota. Data tersebut dapat
lokasi penelitian di SMPN 4, SMPN 5, SMPN 7, dilihat pada Tabel 1.
SMPN 8, SMPN 10 dan SMPN 15. Informan Dari Tabel 1 dapat diketahui kasus
dalam penelitian ini adalah petugas Polres kekerasan yang dilakukan siswa SMP di Kota
Pekalongan Kota, guru, siswa dan orang tua Pekalongan yang datanya masuk Unit PPA
siswa. Petugas Polres Pekalongan sebanyak Polres Pekalongan Kota pada Tahun 2016 berupa
3 orang, guru sebanyak 18 orang, siswa sebanyak kekerasan fisik dan kekerasan seksual. Kekerasan
15 orang, dan orang tua siswa sebanyak 5 orang. fisik terdiri atas kasus pengeroyokan (berasal dari
Sekolah yang diteliti dan siswa yang dijadikan SMPN 5 dan SMPN 7) dan kasus kekerasan
informan diambil melalui snowball sampling terhadap anak dari SMPN 8. Kasus kekerasan
dengan data awal dari Unit PPA Polres seksual berupa kasus persetubuhan dengan
Pekalongan Kota. Fenomena atau peristiwa yang korban siswa SMPN 16 dan siswa MTs Salafiyah
diamati adalah perilaku siswa yang menyimpang NU Tirto Pekalongan Selain kasus yang tercatat
berupa tindak kekerasan antar siswa dan pacaran di Unit PPA Polres Pekalongan Kota, juga
melebihi batas. Fenomena diamati sejak bulan terdapat kasus lain berupa perkelahian,
Agustus sampai dengan November 2016. pengeroyokan, tindak kekerasan dan pacaran
Dokumen yang diperlukan adalah tata tertib melebihi batas yang dilakukan oleh siswa SMPN
siswa, catatan pelanggaran tata tertib siswa, 4, SMPN 5, SMPN 7, SMPN 8, SMPN 10 dan
catatan home visit, dan buku nilai. Teknik SMPN 15 Pekalongan. Kasus-kasus perilaku
pengumpulan data menggunakan wawancara menyimpang tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
mendalam, observasi dan studi dokumentasi.

Tabel 1. Kasus Kekerasan Siswa SMP Unit PPA Polres Pekalongan Kota Tahun 2016
Jenis kasus Asal siswa Penyelesaian
Pengeroyokan SMPN 5 Pekalongan Mediasi-kesepakatan
Pengeroyokan SMPN 7 Pekalongan Mediasi-kesepakatan
Kekerasan SMPN 8 Pekalongan Sidang peradilan
Persetubuhan MTs NU Tirto Pekl Diversi
Persetubuhan SMPN 16 Pekalongan Sidang peradilan
Sumber: Unit PPA Polres Pekalongan Kota, 2016

3
Ani Yuniati, Suyahmo & Juhadi / JESS 6 (1) (2017) : 1 - 6

Perilaku menyimpang yang dilakukan Menurut Mead, gerak atau sikap isyarat (gesture)
siswa seperti dalam Tabel 2 jika dianalisis dari organisme pertama sebagai rangsangan
menggunakan teori interaksionisme simbolik khusus yang menimbulkan tanggapan dari
didorong oleh rangsangan berupa simbol gerak organisme kedua (Mead dalam Ritzer dan
dan ucapan yang ditanggapi dengan tindakan Goodman, 2004).
negatif yang memuaskan dorongan hatinya.

Tabel 2. Kasus Perilaku Menyimpang Remaja yang Diteliti


Nama sekolah Kasus Informan
SMPN 4 Pekl Perkelahian Bu Endah, By, Pd
SMPN 5 Pekl Tindak kekerasan Bu Rahma, Us
SMPN 5 Pekl Pacaran melebihi batas Bu Nur, Mi, Eg, Dm
SMPN 7 Pekl Pengeroyokan Bu Nita, Sr, Wn
SMPN 8 Pekl Pengeroyokan Bu Marni, Sm, Af
SMPN 10 Pekl Perkelahian Bu Khofifah, Sl
SMPN 15 Pekl Perkelahian Bu Dyah,Ir, Ro
SMPN 15 Pekl Pengeroyokan Bu Dyah, Bm
Sumber: Data Penelitian Ani Yuniati, 2016

Faktor-faktor Penyebab Perilaku Menyimpang penting bagi upaya memecahkan kesulitan dan
Siswa permasalahan hidup sehari-hari. Jika remaja
Faktor penyebab terjadinya tindak tidak mampu mengoreksi pikirannya yang salah
kekerasan dan pengeroyokan siswa dalam dan tidak sesuai realita yang ada, maka
penelitian ini terdiri atas dua faktor yaitu faktor pikirannya terganggu, kemudian dihinggapi
internal dan faktor eksternal (Kartono Kartini, bayangan semu sehingga pola reaktifnya menjadi
2014). Faktor internal adalah faktor yang berasal menyimpang.
dari dalam diri remaja itu sendiri, sedangkan Pada kasus lain, tindak kekerasan yang
faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari dilakukan Dn terhadap Us disebabkan faktor
luar diri remaja tersebut. Faktor penyebab tidak bisa mengendalikan emosi. Dn tidak
internal berupa gangguan berpikir dan terbiasa mengendalikan emosinya. Setiap ada
intelegensia pada diri remaja, gangguan perilaku atau ucapan teman yang tidak
emosional/perasaan, dan keimanan-religiusitas disukainya, dia langsung menggunakan
yang kurang kuat. Sedangkan faktor eksternal kekerasan dengan cara memukul atau
berupa faktor keluarga yang tidak utuh (broken menendang sehingga terjadilah perkelahian.
home), pendidikan yang salah dalam keluarga, Perilaku Dn ini sesuai dengan penelitian
faktor lingkungan masyarakat, rasa setia kawan Andriani bahwa perilaku agresif yang
kepada teman atau saudara, dan adanya dimanifestasikan dalam bentuk menyerang pihak
kesepakatan yang bersifat negatif. lain diawali dengan adanya niat yang diperkuat
Dalam penelitian ini perilaku oleh faktor pemicu, maka terjadi perilaku
menyimpang yang disebabkan faktor gangguan agresivitas (Andriani, 2009). Sedangkan perilaku
berpikir antara lain terjadi pada kasus menyimpang remaja yang disebabkan faktor
penggeroyokan terhadap Sarip yang dilakukan kurangnya keimanan dan pengamalan agama
Wn, Ri dan Mf. Wn tidak bisa berpikr dengan terjadi pada kasus Dm dan Eg. Akibat kurangnya
benar untuk mengatasi masalahnya, dia lebih keimanan dan pengamalan terhadap agamanya
suka menggunakan kekerasan dan perkelahian. mereka melakukan pacaran yang melebihi batas,
Padahal apabila Wn bisa berpikir dengan benar, yang tidak sesuai dengan norma agama maupun
masalah yang ada dapat diselesaikan dengan cara norma lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil
yang baik sehingga tidak terjadi tindak kekerasan. penelitian Wuryanti bahwa perilaku
Menurut Kartini Kartono (2014), berpikir menyimpang remaja antara lain dipengaruhi oleh

4
Ani Yuniati, Suyahmo & Juhadi / JESS 6 (1) (2017) : 1 - 6

kurangnya kesadaran terhadap ajaran agama Dm dan Eg juga karena faktor lingkungan
(Wuryanti, 2012). Selain itu juga sesuai dengan masyarakat. Akibat pergaulan dengan teman-
yang dikemukakan Rochele bahwa agama adalah teman yang suka berperilaku menyimpang maka
salah satu kekuatan cultural yang memancarkan Dm ikut-ikutan berperilaku menyimpang.
pengaruh kepada anak remaja (Putra, 2012). Masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup
Remaja yang kurang kuat penanaman agama- besar terhadap kenakalan renaja, karena setelah
keimanannya akan cenderung mengiyakan si anak lahir di keluarga, tempat pendidikan
terhadap nilai yang sebenarnya berlawanan secara non formal adalah di masyarakat
dengan nilai agama. (Mu’awanah, 2012). Jika ia menjumpai hal yang
Perilaku menyimpang remaja yang tidak baik di masyarakat, ia bisa meniru dan
disebabkan oleh faktor eksternal yaitu faktor berperilaku menyimpang.
keluarga yang tidak harmonis atau broken home Perilaku menyimpang remaja yang
antara lain terjadi pada kasus Sd yang disebabkan oleh faktor membela teman/saudara
mengeroyok Abraham. Orang tua Sd bercerai terjadi pada kasus perkelahian Pd di SMPN 4 dan
kemudian ayahnya menikah lagi. Sd tidak mau kasus perkelahian antara siswa SMPN 9 dan
tinggal bersama ibu tirinya, ia memilih tinggal SMPN 10 Pekalongan. Mereka memiliki rasa
dengan neneknya. Nenek Sd kurang bisa setia kawan, namun tidak tepat karena saudara
mengawasi dan mendidiknya, sehingga Sd sering atau teman yang dibela berperilaku menyimpang.
berperilaku menyimpang dari tata tertib sekolah Sedangkan perilaku menyimpang remaja yang
maupun norma-norma yang berlaku. Kenakalan disebabkan oleh kesepakatan yang negatif terjadi
remaja dapat terjadi dari broken home, karena pada kasus pengeroyokan terhadap Noval di
anak kurang mendapatkan kasih sayang dan kelas VII-C SMPN 15 Pekalongan. Karena
perhatian orang tua (Mu’awanah, 2012). kesepakatan kelas yang negatif, yaitu
Penelitian Ngudiana (2011) juga menunjukkan mengeroyok beramai-ramai terhadap siswa yang
bahwa ada pengaruh ketidakutuhan orang tua membuat gaduh di kelas, maka seluruh siswa
terhadap perilaku menyimpang remaja. laki-laki dalam kelas itu melakukan
Perilaku menyimpang remaja yang pengeroyokan terhadap Noval yang dianggap
disebabkan pendidikan yang salah dalam melanggar kesepakatan kelas karena membuat
keluarga terjadi pada kasus Dn. Tindak kegaduhan di kelas.
kekerasan yang dilakukannya karena orang
tuanya salah dalam mendidik. Orang tua Dn Peran Guru IPS dan PKn dalam Upaya
memberi kebebasan kepadanya untuk berbuat Mencegah dan Mengatasi Perilaku
apa saja, bahkan berkelahi diacungi jempol, Menyimpang Siswa
sehingga Dn sering bertindak kekerasan dan Guru IPS dan PKn berperan penting
berkelahi dengan teman-temannya. Apa yang dalam upaya mencegah dan mengatasi perilaku
terjadi pada Dn sesuai dengan pendapat Sri menyimpang siswa. Mata pelajaran IPS dan PKn
Lestari yang mengemukakan bahwa pengasuhan menyiapkan peserta didik untuk menjadi warga
orang tua memiliki dampak terhadap masyarakat dan warga negara yang baik. Peran
perkembangan individu. Gaya pengasuhan orang guru IPS dan PKn dalam upaya pencegahan dan
tua yang tidak tepat dapat berakibat negatif pada penanggulangan perilaku menyimpang siswa
anak (Lestari, 2008). dilakukan melalui kegiatan di dalam kelas
Faktor lingkungan masyarakat maupun di luar kelas. Di dalam kelas melalui
berpengaruh terhadap perilaku menyimpang kegiatan pembelajaran, guru IPS dan PKn dapat
yang dilakukan remaja. Antara lain terjadi pada melakukan upaya pencegahan dan
kasus Mi. Karena salah pergaulan Mi melakukan penanggulangan perilaku menyimpang siswa
tindakan yang menyimpang berupa pergaulan dengan menyampaikan materi pembelajaran
bebas, melakukan pacaran yang melebihi batas yang relevan. Pada silabus mata pelajaran IPS
sehingga mempermalukan keluarga. Pada kasus SMP Kelas VIII Semester 1 terdapat materi

5
Ani Yuniati, Suyahmo & Juhadi / JESS 6 (1) (2017) : 1 - 6

Penyimpangan Sosial, sedangkan pada mata kelas menjadi sahabat siswa yang dapat
pelajaran PKn SMP Kelas VII Semester 1 membantu memecahkan masalahnya.
terdapat materi Norma-norma dalam Kehidupan Dari hasil penelitian disarankan agar
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. pembinaan kepada siswa dilakukan secara
Dengan menyampaikan materi tersebut guru intensif baik dari sekolah, orang tua, Komite
akan dapat mengarahkan peserta didik untuk Sekolah dan pakar ahli dari pemerintah daerah
berperilaku baik agar dapat menjadi warga (Kepolisian, Dinas Pendidikan, Dinas
negara dan warga masyarakat yang baik. Selain Kesehatan, Badan Narkotika Nasional, dan lain-
di dalam kelas, guru IPS dan PKn dapat lain).
melakukan kegiatan di luar kelas dalam upaya
mencegah dan menanggulangi perilaku DAFTAR PUSTAKA
menyimpang siswa. Di luar kelas guru IPS dan
PKn menempatkan diri sebagai sahabat bagi Kartini, Kartono. 2014. Patologi Sosial 2: Kenakalan
siswa. Sebagai sahabat siswa, guru IPS dan PKn Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
dapat menerima curahan hati siswa yang Khuzaiyah, Siti. 2015. The Secret of Teen. Guide Book for
Teen: Mengatasi Masa Pubertas, Seksualitas dan
memiliki masalah sehingga dapat memberi
Pergaulan. Yogyakarta: Andi Offset.
masukan pada siswa dalam mencari solusi
Lestari, Sri. 2008. Pengasuhan Orang Tua dan Harga
terhadap masalahnya. Guru IPS dan PKn juga Diri Remaja: Studi Meta Analisis. Anima,
mengarahkan siswa untuk berperilaku yang Indonesian Psychological Journal. Vol. 24, No.1,
positif sesuai dengan tata tertib sekolah dan 2008.
norma-norma yang berlaku. Apa yang dilakukan Mu’awanah, Elfi. 2012. Bimbingan Konseling Islam:
guru IPS dan PKn itu dapat mencegah dan Memahami Fenomena Kenakalan Remaja dan
mengatasi perilaku menyimpang pada siswa. Memilih Upaya Pendekatannya dalam Konseling
Islam. Yogyakarta: Teras.
Putra, Ngudiana. 2011. Pengaruh Status Sosial, Status
SIMPULAN
Ekonomi, Keutuhan Keluarga dan Pola Asuh
Orang Tua terhadap Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang masih dijumpai Remaja SMA/MA/SMK di Kecamatan
pada siswa di SMP Kota Pekalongan terutama Weleri Kabupaten Kendal. Tesis. Unnes
pada SMPN 4, SMPN 5, SMPN 7, SMPN 8, Pascasarjana.
SMPN 10 dan SMPN 15 Pekalongan. Perilaku Rachman, Maman. 2011. Metode Penelitian Pendidikan
menyimpang yang dijumpai berupa tindak Moral dalam Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
kekerasan siswa, perkelahian, pengeroyokan dan Campuran, Tindakan, dan Pengembangan.
Semarang: Unnes Press.
pacaran melebihi batas. Perilaku menyimpang
Rani, Andriani. 2009. Intensi Agresivitas Ditinjau dari
siswa tersebut disebabkan oleh faktor internal
Konsep Diri Sosial. Jurnal Psikologi. Vol. 1.
berupa gangguan berpikir dan intelegensia pada No. 2. 2009.
diri remaja, gangguan emosional/perasaan, dan Ritzer, George & Goodman J (diterjemahkan oleh
keimanan-religiusitas yang kurang kuat, dan Alimandan). 2004. Teori Sosiologi Modern.
faktor eksternal berupa faktor keluarga yang tidak Jakarta: Kencana.
utuh (broken home), pendidikan yang salah dalam Widianingsih, Retno & Widyarini. 2009. Dukungan
keluarga, faktor lingkungan masyarakat, rasa Orang Tua dan Penyelesaian Diri Remaja
setia kawan kepada teman atau saudara, dan Mantan Pengguna Narkoba. Jurnal Psikologi.
Vol. 3. No. 1. Desember 2009.
adanya kesepakatan yang bersifat negatif. Untuk
Wirawan Sarwono, Sarlito. 2002. Psikologi Remaja.
mencegah dan mengatasi perilaku menyimpang
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
siswa guru IPS dan PKn berperan dengan Wuryanti. 2012. Fenomena Perilaku Menyimpang
melaksanakan pembelajaran yang memuat Remaja di Kecamatan Rowosari Kabupaten
materi penyimpangan sosial dan pelaksanaan Kendal. Tesis. Unnes Pascasarjana.
norma-norma dalam kehidupan, serta di luar

You might also like