Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
a. Pengertian
salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung seperti
adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan akut baik bagian atas
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut mengandung tiga arti yaitu
unsur menurut Dirjen P2M dan PLP (2000) adalah sebagai berikut :
5
6
b. Saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli
(respiratory threat).
b. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus, riketsia. Bakteri
bacterium (Price,2008).
virus yang menyebabkan ISPA dari gambaran klinis umum yang melibatkan
penyakit yang terbatas pada saluran pernafasan bagian atas saja terutama
hidung.
7
media.
bagian bawah.
resiko terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak , serta
faktor perilaku.
1) Faktor lingkungan
lebih tinggi.
b) Ventilasi rumah
bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara
faktor ini.
9
a) Umur anak
penyakit pernapasan oleh virus melonjak pada balita dan usia dini
pernapasan lainnya.
c) Status gizi
buruk dan terjadinya campak dan infeksi virus berat lainnya serta
10
d) Vitamin A
e) Status Imunisasi
11
3) Faktor perilaku
penyakit ISPA pada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktik
satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu
d. Cara Penularan
Penularan bibit penyakit ISPA dapat terjadi dari penderita ISPA dan
carrier yang disebut juga reservoir bibit penyakit yang ditularkan pada
udara yang tercemar dan masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, maka
penyakit ISPA termasuk golongan air borne disease. Bibit penyakit di udara
udara dapat seluruhnya berupa bibit penyakit atau hanya sebahagian dari
ISPA adalah:
b. Limfogen
udara nafas.
e. Manifestasi klinis
a. ISPA ringan
minggu
b. ISPA sedang
c. ISPA berat
14
Tanda dan gejala ISPA sedang ditambah dengan gejala: penarikan dada
f. Patofisiologis
termasuk rongga hidung faring dan laring. Infeksi saluran nafas atas
infeksi saluran nafas atas disebabkan oleh virus. Walaupun bakteri juga
terlibat baik sejak awal atau yang bersifat sekunder terhadap infeksi virus.
2. Konsep Diare
a. Definisi
Diare adalah buang air besar lembek cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (Depkes RI, 2009) atau
kondisi dimana terjadi frekuensi defeksia yang tidak biasa (lebih dari 3
kali sehari). Juga dalam perubahan dan konsistensi (feses colt) (Bruner &
Suddarth, 2009).
Menurut Widjaja (2009), diare adalah buang air encer lebih dari
empat kali sehari baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Sedangkan
Falsafah (2009), diare adalah salah satu perubahan kekentalan tinja dan
b. Klasifikasi
1) Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu tetapi gejala dapat
2) Diare Disentri
Diare disentri adalah adanya darah dalam tinja. Akibat diare disentri
c. Etiologi
1) Infeksi
2) Makanan
3) Imonodefisiensi
Cancida.
4) Terapi obat
antasid.
5) Keadaan tertentu
limbah. Perbaikan ibu terhadap balita seperti pembarian ASI sampai anak
2010).
(Notoadmodjo, 2010).
1) Sumber air
bakteriologis. Syarat fisik yakni, air tidak berwarna, tidak berasa, tidak
terasa nyaman. Syarat kimia yakni, air tidak mengandung zat kimia
atau mineral yang berbahaya bagi kesehatan misalnya CO2, H2S, NH4.
2) Kotoran manusia
dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh seperti
3) Pembuangan sampah
Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai
lagi dari rumah tangga atau hasil proses industri. Jenis-jenis sampah
(Notoadmodjo, 2010).
4) Perumahan
5) Air limbah
Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari
rumah tangga, industri dan pada umumnya mengandung bahan atau zat
19
2010).
tanah, tidak mencemari air mandi, air sungai, tidak dihinggapi serangga,
tikus dan tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit dan
menyebar melalui fekal oral antara lain melalui makanan atau minuman
yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa
1) Tidak memberikan ASI (Air susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan.
2) Tidak cuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar dan sesudah
Perilaku hygiene ibu yang tidak baik seperti ini dapat menyebabkan
anak terkena diare. Kotoran, bakteri yang ada pada tangan ibu akan
pindah pada balita. Perpindahan kotoran dan bakteri yang ada pada
tangan ibu bisa terjadi jika tangan ibu yang kotor menyiapkan
kotoran yang ada pada tangan ibu tersebut akan pindah pada makanan
sehingga pada saat makanan tersebut ibu beriikan pada anaknya bakteri
dan kotoran yang ada didalam makanan akan masuk ketubuh anaknya.
Hal ini lah yang dapat menyebabkan anak diare (Asien Brain, 2008).
f. Patofisiologi
1) Gangguan osmotik
antara isi usus dengan cairan ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan
yang secara osmotik aktif dan sulit diserap. Bahan tersebut berupa
larutan isotonik dan hipertonik. Larutan isotonik, air dan bahan yang
2) Gangguan sekretorik
g. Manifestasi Klinis
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare.
Tinja cair, mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja berubah
dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi asam akibat
banyaknya asam laktat, gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesuudah
baik selama diare akan jatuh pada keadaan sepertii dehidrasi, gangguan
22
sirkulasi.
1) Dehidrasi
Tabel 1
Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan
Dehidrasi berat 10
tabel berikut
Tabel 2
Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis
Penilaian A B C
Keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar
umum
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum seperti Haus, ingin
Malas minum,
biasa minum banyak tidak bisa minum
Periksa:Turgor Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
kulit lambat
Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi berat
pemeriksaan dehidrasi ringan/ sedang Bila ada 1 tanda
Bila ada 1 tanda ditambah 1/lebih
ditambah 1/lebih tanda lain
tanda lain
Terapi Rencana Rencana Rencana
pengobatan A pengobatan B pengobatan C
(Sumber :Direktorat jendral PPM dan PPL(2010) Buku ajar diare)
3) Hipoglikemia
terjadi, lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita
24
4) Gangguan gizi
5) Gangguan sirkulasi
dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita
dapat meninggal.
h. Komplikasi
mukosa kering).
3) Hipokalsemi
4) Syok hipovolemik
5) Asidosis
i. Penatalaksanaan
dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur, air sup. Bila tidak
2) Mengobati dehidrasi
pengobatan yang lebih cepat dan tepat yaitu dengan oralit, bila terjadi
3) Memberi makanan
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan serta mencegah
badan anak.
Tiga cara terapi diare di rumah Menurut Dep Kes RI (2009), tiga
1) Berikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya untuk mencegah
dehidrasi :
makanan yang cair (seperti sup, air tajin), kalau tidak ada air
Tabel 3
Kebutuhan oralit per kelompok umur
2) Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3
e) Demam
f) Tinja berdarah
masa bayi dan balita. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai
sebagai indikator yang terbaik saat ini untuk mengetahui keadaan gizidan
misalnya tulang, otot, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat
diketahui status gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan juga dapat
berikut: antara 89–100% dikatakan malnutrisi sedang dan kurang dari 80%
(Hidayat, 2008).
ukuran berat badan dapat menggunakan ukuran atau standar yang telah
Tabel 4.
Rata-Rata Pertumbuhan Berat Badan
Menurut Tinggi Badan dan Umur
Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, yaitu
0–6 bulan dan usia 6–12 bulan. Dan usia 0–6 bulan pertumbuhan berat
dan berat badannya akan menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir
bulan ke-6. Sedangkan pada usia 6–12 bulan terjadi penambahan setiap
29
minggu sekitar 25–40 gram dan pada akhir bulan ke-12 akan terjadi
penambahan tiga kali lipat berat badan lahir. Padamasa bermain terjadi
penambahan berat badan sekitar empat kali lipatdari berat badan lahir pada
usia kurang lebih 2,5 tahun serta penambahan berat badan setiap tahunnya
adalah 2–3 kg. pada masa pra sekolah dan sekolah akan terjadi
penambahan berat badan setiap tahunnya kurang lebih 2–3 tahun (Hidayat,
2008)
Menuju Sehat (KMS) untuk di nilai naik atau tidaknya berat badan
teratur.
3) Ada penilaian naik atau turunnya berat badan sesuai arah garis
pertumbuhannya.
angka nol). Bayi ditimbang dalam posisi berbaring terlentang atau duduk
30
tanpa baju, sedang anak ditimbang dalam posisi berdiri tanpa sepatu
mungkin. Baju, sepatu dan topi sebaiknya dilepaskan. Apabila hal ini tidak
kain balita yang ikut tertimbang. Bila keadaanini memaksa dimana anak
balita tidak mau ditimbang tanpa ibunya atau orang tua yang
g. Penilaian Naik atau Tidak Naik pada Kartu Menuju Sehat (KMS)
berat badan anak sejajar dengan kurva baku (Soetjiningsih, 1995). Ada
4) Flat Growth (FG) artinya arah garis pertumbuhan datar atau berat
badan tetap.
pita diatasnya, atau dari garis pitanya dibawah ke pita diatasnya. Tidak
mendatar. Apabila berat badan tidak naik atau berat badan di Bawah Garis
1) Faktor Herediter
tulang.
2) Faktor Lingkungan
a) Lingkungan prenatal
gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis, zat kimia atau
janin.
janin.
(3) Hormonal
nutrisi plasenta.
34
b) Lingkungan postnatal
seperti :
(3) Nutrisi
justru sebaliknya.
35
Hal ini dapat terlihat apabila anak berada dalam kondisi sehat
lain.
3) Faktor hormonal
baik pada anak laki-laki maupun merempuan yang sesuai dengan peran
kuantitatif atau mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik. Salah satu indikator
2011).
masa bayi dan balita. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai sebagai
indikator yang terbaik saat ini untuk mengetahui keadaan gizidan tumbuh
karena penyakit infeksi seperti ISPA dan penyakit ganguan metabolic seperti
diare. ISPA adalah suatu keadaan dimana saluran pernapasan (hidung, pharing
nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan
contoh rasa sakit pada waktu menelan makanan (sebagai salah satu gejala
38
ISPA) akan menyebabkan anak tidak mau makan sehingga dapat terjadi
malnutrisi dan dapat menyebabkan status gizi anak tersebut menjadi jelek.
Meskipun tidak semua balita yang pernah menderita ISPA mengalami status
gizi buruk tetapi berat badannya turun akibat tidak mau makan (Nelson, 2002).
cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air
besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. Jadi diare dapat
diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3
kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa
disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada
akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini
disebabkan karena makanan sering dihentikan oleh orang tua. Walaupun susu
tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik
B. Kerangka Konsep
ISPA
Perubahan Berat Badan
Diare
Gambar.1
Kerangka Konsep Penelitian
39
C. Definisi Oprasional
Table 5
Definisi Operasional Variable
D. Hipotesis
40
Ho1 : Tidak hubungan antara ISPA dengan perubahan berat badan balita usia 1-
Ha1 : Ada hubungan antara ISPA dengan perubahan berat badan balita usia 1-
Ho2 : Tidak hubungan antara diare dengan perubahan berat badan balita usia 1-
Ha2 : Ada hubungan antara diare dengan perubahan berat badan balita usia 1-5