You are on page 1of 36

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Konsep Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

a. Pengertian

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang terutama

mengenal struktur saluran pernafasan di atas laring,tetapi penyakit ini

mengenai saluran atas dan bawah stimulant atau beraturan (Nelson,2002).

ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang merangsang

salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung seperti

sinus,rongga tengah pleura (Depkes RI,2005). ISPA adalah infeksi saluran

pernafasan yang berlangsung sampai 14 hari (Depkes RI,1995). ISPA

adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan akut baik bagian atas

maupun bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman mikroorganisme

(bakteri dan virus) kedalam organ saluran pernafasan yang berlangsung

selama 14 hari (Gede Niluh,2004).

ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut mengandung tiga arti yaitu

infeksi,saluran pernafasan,akut. Pengertian atau batasan masing-masing

unsur menurut Dirjen P2M dan PLP (2000) adalah sebagai berikut :

a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

5
6

b. Saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli

beserta organ lainnya seperti sinus-sinusrongga telinga,pleura. Dengan

demikian ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) secara anatomis

mencakup saluran pernafasan bagian atas,saluran pernafasan bagian

bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ saluran pernafasan

(respiratory threat).

c. Akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14

hari ini diambil untuk menunjukkaqn proses akut meskipun untuk

beberapa penyakit yang dapat di golongkan dalam ISPA proses ini

berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes RI,2000).

b. Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus, riketsia. Bakteri

penyebab infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) antaralain adalah

streptokokus, stapilokokus, pneumokokus, hemofilus, bordetella dan korino

bacterium (Price,2008).

Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan mikrovirus,

adenovirus, koronavirus, pikornovirus, mikoplasma, herpes, virus. Beberapa

virus yang menyebabkan ISPA dari gambaran klinis umum yang melibatkan

sistem organ lain :

1) Virus-virus rino dan virus-virus korona. Biasanya menimbulkan

penyakit yang terbatas pada saluran pernafasan bagian atas saja terutama

hidung.
7

2) Virus-virus kosaki A dan B menimbulkan penyakit primer pada

nasofaring mikoplasma dapat menyebabkan penyakit, baik pada saluran

pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah, yang meliputi

bronkitis,pneumonia bronkitis,faringotonsilitis,melingitis dan otitis

media.

3) Virus-virus adeno kurang 10% penyakit-penyakit saluran pernafasan.

Kebanyakan diantaranya bersifat ringan. Sebahagian besar bahwa

mungkin asimtomatis. Virus-virus adeno dan virus simsisium pernafasan

kadang-kadang menyebabkan infeksi berat pada saluran pernafasan

bagian bawah.

4) Virus-virus parainfluensa sebagian besar dari sindrom batuk rejan tetapi

mungkin pula penyebab broonkitis,bronkiolitis dan penyakit demam

saluran pernafasan akut (Ricard,2008)

c. Faktor-faktor terjadinya ISPA

Menurut Maryunani (2010). Secara umum terdapat 3 (tiga) faktor

resiko terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak , serta

faktor perilaku.

1) Faktor lingkungan

a) Pencemaran udara dalam rumah

Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk

memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme

pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal

ini lebih dimungkinkan karena balita lebih lama berada di rumah


8

bersama-sama ibunya sehingga dosis pencemaran tentunya akan

lebih tinggi.

b) Ventilasi rumah

Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan

udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun secara

mekanis. Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut

Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen

yang optimum bagi pernapasan, membebaskan udara ruangan dari

bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara

pengenceran udara, mensuplai panas agar hilangnya panas badan

seimbang, mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan

bangunan, mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan

oleh radiasi tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal,

mendisfungsikan suhu udara secara merata.

c) Kepadatan hunian rumah

Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan

faktor polusi dalam rumah yang telah ada. Penelitian menunjukkan

ada hubungan bermakna antara kepadatan dan kematian dari

bronkopneumonia pada balita, tetapi disebutkan bahwa polusi udara,

tingkat sosial, dan pendidikan memberi korelasi yang tinggi pada

faktor ini.
9

2) Faktor individu anak

a) Umur anak

Sejumlah studi yang besar menunjukkan bahwa insiden

penyakit pernapasan oleh virus melonjak pada balita dan usia dini

anak-anak dan tetap menurun terhadap usia. Insiden ISPA

tertinggi pada umur 6 –12 bulan .

b) Berat badan lahir

Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan

perkembangan fisik dan mental pada masa balita. Bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai risiko kematian

yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal,

terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan

zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena

penyakit infeksi, terutama pneumonia dan sakit saluran

pernapasan lainnya.

c) Status gizi

Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor risiko yang

penting untuk terjadinya ISPA. Beberapa penelitian telah

membuktikan tentang adanya hubungan antara gizi buruk dan

infeksi paru, sehingga anak-anak yang bergizi buruk sering

mendapat pneumonia. Disamping itu adanya hubungan antara gizi

buruk dan terjadinya campak dan infeksi virus berat lainnya serta
10

menurunnya daya tahan tubuh anak terhadap infeksi. Balita

dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA

dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan

tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan

balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan

kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah

terserang “ISPA berat” bahkan serangannya lebih lama.

d) Vitamin A

Sejak tahun 1985 setiap enam bulan Posyandu memberikan

kapsul 200.000 IU vitamin A pada balita dari umur satu sampai

dengan empat tahun. Balita yang mendapat vitamin A lebih dari 6

bulan sebelum sakit maupun yang tidak pernah mendapatkannya

adalah sebagai risiko terjadinya suatu penyakit sebesar 96,6%

pada kelompok kasus dan 93,5% pada kelompok kontrol.

Pemberian vitamin A yang dilakukan bersamaan dengan

imunisasi akan menyebabkan peningkatan titer antibodi yang

spesifik dan tampaknya tetap berada dalam nilai yang cukup

tinggi. Bila antibodi yang ditujukan terhadap bibit penyakit dan

bukan sekedar antigen asing yang tidak berbahaya, niscaya

dapatlah diharapkan adanya perlindungan terhadap bibit penyakit

yang bersangkutan untuk jangka yang tidak terlalu singkat.

e) Status Imunisasi
11

Bayi dan balita yang pernah terserang campak dan selamat

akan mendapat kekebalan alami terhadap pneumonia sebagai

komplikasi campak. Sebagian besar kematian ISPA berasal dari

jenis ISPA yang berkembang dari penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi seperti difteri, pertusis, campak, maka

peningkatan cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya

pemberantasan ISPA. Untuk mengurangi faktor yang

meningkatkan mortalitas ISPA, diupayakan imunisasi lengkap.

Bayi dan balita yang mempunyai status imunisasi lengkap bila

menderita ISPA dapat diharapkan perkembangan penyakitnya

tidak akan menjadi lebih berat .

3) Faktor perilaku

Faktor perilaku dalam pencegahan dan penanggulangan

penyakit ISPA pada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktik

penanganan ISPA di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun

anggota keluarga lainnya. Keluarga merupakan unit terkecil dari

masyarakat yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga,

satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu

atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka

akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.


12

d. Cara Penularan

Penularan bibit penyakit ISPA dapat terjadi dari penderita ISPA dan

carrier yang disebut juga reservoir bibit penyakit yang ditularkan pada

orang lain melalui kontak langsung,atau melalui benda-benda yang tercemar

bibit penyakit,termasuk udara oleh karena salah satu ;penularan melalui

udara yang tercemar dan masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, maka

penyakit ISPA termasuk golongan air borne disease. Bibit penyakit di udara

pada umumnya berbentuk aerosol yakni suatu suspensi yang melayang di

udara dapat seluruhnya berupa bibit penyakit atau hanya sebahagian dari

padanya (Depkes RI,2005).

Menurut Depkes RI (2005) bentuk aerosol dari penyebab penyakit

ISPA adalah:

a. Dust yaitu campuran antara bibit yang melayang diudara.

b. Droplet nuclei yaitu sisa dari sekresi saluran pernafasan yang

dikeluarkan tubuh secara droplet dan melayang diudara.

Kuman dapat mencapai seluruh saluran nafas dan menimbulkan

infeksi dengan cara :

a. Hematogen (dari infeksi di tempat lain)

b. Limfogen

c. Perkontinunatum (dari tempat infeksi pada jaringan yang berdekatan

dengan paru,misalnya: abses hati)


13

Yang banyak adalah lewat jalan udara/nafas.Kuman yang masuk

lewat nafas berasal dari :

a. Kuman di udara luar (jenisnya berbagai macam) masuk bersama

udara nafas.

b. Kuman dalam jalan yang semula bersifat komensial dalam saluran

nafas,tetapi karena suatu sebab berubah menjadi patogen,kemudian

menginfeksi saluran nafas.

e. Manifestasi klinis

Seorang pasien yang menderita ISPA biasanya menunjukkan

bermacam-macam tanda dan gejala seperti : batuk,bersin,serak,sakit

tenggorokan,sakit telinga,keluar cairan dari telinga,sesak nafas,nafas

cepat,nafas bunyi. Penarikan dada kedalam,bisa juga mual dan muntah,tak

mau makan,badan lemah,dan sebagainya.

Adapun tanda dan gejala ISPA menurut klasifikasinya :

a. ISPA ringan

Batuk,suara serak,termasuk juga telingan terasa sakit lebih dari dua

minggu

b. ISPA sedang

Pernafasan cepat lebih dari 50 kali/menit (tanda utama),wheezing (nafas

menciut-ciut) suhu tubuh 37 drajat celsius atau lebih.

c. ISPA berat
14

Tanda dan gejala ISPA sedang ditambah dengan gejala: penarikan dada

kedalam (chest indrawing) pada saat menarik nafas (tanda utama),stridor

(pernafasan ngorok) tak ada nafsu makan.

f. Patofisiologis

Infeksi saluran nafas atas adalah infeksi-infeksi yang disebabkan oleh

mikro-organisme. Infeksi tersebut terbatas pada struktur saluran nafas

termasuk rongga hidung faring dan laring. Infeksi saluran nafas atas

mencakup common cold (masuk angin), faringitis,atau sorethroat (radang

tenggorokan), laringitis,dan influenza tanpa komplikasi. Sebahagian besar

infeksi saluran nafas atas disebabkan oleh virus. Walaupun bakteri juga

terlibat baik sejak awal atau yang bersifat sekunder terhadap infeksi virus.

Semua jenis infeksi mengaktifkan respon dan peradangan sehingga terjadi

pembengkakan dan edema jaringan yang terinfeksi, reaksi peradangan

menyebabkan peningkatan pembentukan mukus yang berperan

menimbulkan gejala-gejala infeksi saluran nafas atas yaitu hidung

tersumbat,sputum berlebihan,dan pilek,nyeri kepala,demam ringan,dan

malaise juga timbul akibat reaksi peradangan (Gede yasmin, 2004).


15

2. Konsep Diare

a. Definisi

Diare adalah buang air besar lembek cair bahkan dapat berupa air

saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (Depkes RI, 2009) atau

kondisi dimana terjadi frekuensi defeksia yang tidak biasa (lebih dari 3

kali sehari). Juga dalam perubahan dan konsistensi (feses colt) (Bruner &

Suddarth, 2009).

Menurut Widjaja (2009), diare adalah buang air encer lebih dari

empat kali sehari baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Sedangkan

Falsafah (2009), diare adalah salah satu perubahan kekentalan tinja dan

perubahan frekuensi buang air besar dibandingkan biasanya.

b. Klasifikasi

Menurut Widjaja (2009) klasifikasi adalah :

1) Diare akut

Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu tetapi gejala dapat

berat. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi

penyebab utama kematian.

2) Diare Disentri

Diare disentri adalah adanya darah dalam tinja. Akibat diare disentri

adalah penurunan berat badan.

3) Diare Dengan Persisten

Berlangsung lebih dari 14 hari secara terus-menerus. Akibat diare ini

adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.


16

c. Etiologi

Diare disebabkan dalam 5 golongan besar : infeksi, makanan,

imonodefisiensi, terapi obat, dan keadaan tertentu (Depkes RI, 2009).

1) Infeksi

Infeksi terdiri dari infeksi enteral dan parenteral. Infeksi enteral

yaitu infeksi saluran pencernaan dan infeksi parenteral yaitu infeksi

dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan (Ngastiyah, 2004).

2) Makanan

Diare dapat disebabkan oleh intoksikasi makanan, makanan

pedas, makanan yang mengandung bakteri atau toksin. Alergi terhadap

makanan tertentu seperti susu sapi, terjadi malabsorbsi karbohidrat,

disakarida, lemak, protein, vitamin, mineral.

3) Imonodefisiensi

Defisiensi imun terutama SigA (Secretori Imonoglobulin A) yang

mengakibatkan berlipat gandanya bakteri, flora usus, jamur, terutama

Cancida.

4) Terapi obat

Obat-obat yang dapat menyebabkan diare diantaranya antibiotika,

antasid.

5) Keadaan tertentu

Keadaan lain yang menyebabkan seseorang diare seperti gangguan

psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf.


17

d. Faktor Resiko Terjadinya Diare

Keadaan lingkungan, seperti sumber air minum penggunaan

jamban, pembuangan sampah, sanitasi pembuangan dan pembuangan

limbah. Perbaikan ibu terhadap balita seperti pembarian ASI sampai anak

berumur 2 tahun, perbaikan cara menyapih, kebiasaan mencuci tangan

sebelum dan sesudah beraktivitas. Masyarakat dapat terhidar dari penyakit

asalkan pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga

prilaku dan keadaan lingkungan sosialnya menjadi sehat (Notoadmodjo,

2010).

Masalah kesehatan lingkungan terutama di negara-negara yang

sedang berkembang adalah penyediaan air minum, tempat pembuangan

kotoran, pembuangan sampah, perumahan dan pembungan air limbah

(Notoadmodjo, 2010).

1) Sumber air

Syarat air minum ditentukan olah syarat fisik, kimia dan

bakteriologis. Syarat fisik yakni, air tidak berwarna, tidak berasa, tidak

berbau. Jernih dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga

terasa nyaman. Syarat kimia yakni, air tidak mengandung zat kimia

atau mineral yang berbahaya bagi kesehatan misalnya CO2, H2S, NH4.

Syarat bakteriologis yakni, air tidak mmengandung bakteri E.coli yang

melampaui batas yang ditentukan, kurang dari 4 setiap 100 cc air.


18

2) Kotoran manusia

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak

dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh seperti

tinja, air seni dan CO2. Masalah pembuangan kotoran manusia

merupakan masalah pokok karena kotoran manusia adalah sumber

penyebaran penyakit yang multikompleks. Beberapa penyakit yang

dapat disebarkan oleh tinja manusia adalah diare.

3) Pembuangan sampah

Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai

lagi dari rumah tangga atau hasil proses industri. Jenis-jenis sampah

antara lain, yakni sampah an-organik adalah sampah yang umumnya

tidak dapat membusuk, misalnya logam arau besi, pecahan gelas,

plastik. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat

membusuk, misalnya sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan

(Notoadmodjo, 2010).

4) Perumahan

Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan

keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan. Adapun syarat-syarat rumah

yang sehat ditinjau dari ventilasi, cahaya, luas bangunan rumah,

fasilitas-fasilitas di dalam rumah (Notoadmodjo, 2010).

5) Air limbah

Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari

rumah tangga, industri dan pada umumnya mengandung bahan atau zat
19

yang membahayakan. Sesuai dengan zat yang terkandung di dalam air

limbah, maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan

menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup

antara lain limbah sebagai media penyebaran berbagai penyakit

terutama diare media berkembang biaknya mikroorganisme patogen,

tempat berkembang biaknya nyamuk, menimbulkan bau yang tidak

enak serta pemandangan yang tidak sedap, sebagai sumber pencemaran

air permukaan tanah dan lingkungan hidup lainnya, mengurangi

produktifitas manusia, karena bekerja tidak nyaman (Notoadmodjo,

2010).

Usaha untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk tersebut

diperlukan kondisi, persyaratan dan upaya sehingga air limbah tersebut

tidak mengkontaminasi sumber air minum, tidak mencemari permukaan

tanah, tidak mencemari air mandi, air sungai, tidak dihinggapi serangga,

tikus dan tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit dan

vektor, tidak terbuka terkena udara luar sehingga baunya tidak

mengganggu (Notoadmodjo, 2010).

e. Penyebaran Kuman Penyebab Diare

Menurut Depkes RI (2009) Kuman penyebab diare biasanya

menyebar melalui fekal oral antara lain melalui makanan atau minuman

yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa

prilaku ibu yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan

meningkatkan resiko terjadinya diare, antara lain :


20

1) Tidak memberikan ASI (Air susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada

pertama kehidupan.

2) Tidak cuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar dan sesudah

membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.

Perilaku hygiene ibu yang tidak baik seperti ini dapat menyebabkan

anak terkena diare. Kotoran, bakteri yang ada pada tangan ibu akan

pindah pada balita. Perpindahan kotoran dan bakteri yang ada pada

tangan ibu bisa terjadi jika tangan ibu yang kotor menyiapkan

makanan untuk anaknya atau membuatkan susu untuk anaknya,

kotoran yang ada pada tangan ibu tersebut akan pindah pada makanan

sehingga pada saat makanan tersebut ibu beriikan pada anaknya bakteri

dan kotoran yang ada didalam makanan akan masuk ketubuh anaknya.

Hal ini lah yang dapat menyebabkan anak diare (Asien Brain, 2008).

3) Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan

pencemaran oleh kuman karena botol susu dibersihkan.

4) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.

5) Menggunakan air minum yang tercemar.

f. Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi berikut,

yakni gangguan osmotik dan gangguan sekretorik

1) Gangguan osmotik

Mukosa usus halus adalah epitel bervori,yang dapat dilewati air

dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanaan osmotik


21

antara isi usus dengan cairan ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan

yang secara osmotik aktif dan sulit diserap. Bahan tersebut berupa

larutan isotonik dan hipertonik. Larutan isotonik, air dan bahan yang

larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare.

Bila subtansi yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air dan

elektronik akan pindah dari cairan ekstaseluler dan darah, sehingga

terjadi pula diare.

2) Gangguan sekretorik

Akibat rangsangan mediator abnormal misalnya enterotoksin,

mengakibatkan vili gagal mengabsorbsi natriun, sedangkan sekresi

klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hal ini

menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga

usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

g. Manifestasi Klinis

Mula-mula anak balita menjadi cengeng, gelisah, suhu badan

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare.

Tinja cair, mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja berubah

kehijau-hijauan karena tercampur empedu, karena seringnya defeksia, anus

dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi asam akibat

banyaknya asam laktat, gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesuudah

diare. (Ngastiah, 2009). Anak yang tidak mendapatkan perawatan yang

baik selama diare akan jatuh pada keadaan sepertii dehidrasi, gangguan
22

keseimbangan asam basah, hipoglikemia, gangguan gizi, gangguan

sirkulasi.

1) Dehidrasi

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak dari pada

pemasukan air. Drajat dehidrasi dapat dibedakan berdasarkan gejala

klinis dan kehilangan berat badan. Derajat dehidrasi menurut

kehilangan berat badan, diklasifikasiikan menjadi empat, dapat dilihat

dari tabel berikut :

Tabel 1
Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan

Derajat dehidrasi Penurunan berat badan (%)

Tidak dehidrasi <2½

Dehidrasi ringan 2½-5

Dehidrasi sedang 5-10

Dehidrasi berat 10

(Sumber :Direktorat jendral PPM dan PPL(2010) Buku ajar diare


23

Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinisnya dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 2
Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis

Penilaian A B C
Keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar
umum
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum seperti Haus, ingin
Malas minum,
biasa minum banyak tidak bisa minum
Periksa:Turgor Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
kulit lambat
Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi berat
pemeriksaan dehidrasi ringan/ sedang Bila ada 1 tanda
Bila ada 1 tanda ditambah 1/lebih
ditambah 1/lebih tanda lain
tanda lain
Terapi Rencana Rencana Rencana
pengobatan A pengobatan B pengobatan C
(Sumber :Direktorat jendral PPM dan PPL(2010) Buku ajar diare)

2) Gangguan keseimbangan asam basa

Gangguan keseimbangan asam basa yang biasa terjadi adalah

metabolik asidosis. Metabolik asidosis ini terjadi karena kehilangan

Na-bikarbonat bersama tinja, terjadi penimbunan asam laktat karena

adanya anoksia jaringan, produk metabolisme yang bersifat asam

meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal, pemindahan ion

Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

3) Hipoglikemia

Pada anak-anak dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang

terjadi, lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita
24

kekurangan kalori perotein (KKP). Gejala hipoglikemia akan muncul

jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg % pada bayi dan 50

mg % pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut dapat berupa :

lemas, apatis, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.

4) Gangguan gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi

dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang

singkat. Hal ini disebabkan karena makanan sering dihentikan oleh

orang tua. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan pengenceran.

Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi

dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5) Gangguan sirkulasi

Gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau shock

hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi

hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan

dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita

dapat meninggal.

h. Komplikasi

Menurt Suardi (2009), komplikasi diare adalah :

1) Dehidrasi ( dengan gejala : turgor kulit jelek, mata cekung, membran

mukosa kering).

2) Hypokalemia (dengan gejala lemas, otot lemah, tremor, pucat, nadi

lambat dan perubahan elektrokardiogram).


25

3) Hipokalsemi

4) Syok hipovolemik

5) Asidosis

i. Penatalaksanaan

Menurut depkes RI (2009), penatalaksanaan penderita diare pada

balita sebagai berikut :

1) Mencegah terjadinya dehidrasi

Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dimulai dari rumah dengan

memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang

dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur, air sup. Bila tidak

memungkinkan memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan

berikan air matang.

2) Mengobati dehidrasi

Dehidrasi (terutama pada anak), bila terjadi harus segera dibawa

kepetugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan

pengobatan yang lebih cepat dan tepat yaitu dengan oralit, bila terjadi

dehidrasi berat, penderita harus diberikan cairan melalui Intra Vena

dengan Ringe Laktat sebelum dilanjutkan dengan terapi oral.

3) Memberi makanan

Berikan makanan selama serangan diare untuk memberikan gizi

pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan serta mencegah

pengurangan berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan

sesuai yang dianjurkan. Setelah diare berhenti, pemberian makanan


26

ekstra dilanjutkan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat

badan anak.

Tiga cara terapi diare di rumah Menurut Dep Kes RI (2009), tiga

terapi diare adalah :

1) Berikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya untuk mencegah

dehidrasi :

a) Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan,seperti cairan oralit,

makanan yang cair (seperti sup, air tajin), kalau tidak ada air

matang, berikan larutan loralit untuk anak seperti dijelaskan dalam

tabel dibawah ini :

Tabel 3
Kebutuhan oralit per kelompok umur

Jumlah oralit yang Jumlah oralit yang disediakan


Umur
diberikan tiap BAB dirumah
< 1 tahun 50-100ml 400ml/hari(2 bks)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800ml/hari (3-4 bks)
>5 tahun 200-300 ml 800-1000ml/hari (4-5 bks)
Dawasa 300-400 ml 1200-2800ml/hari
Sumber : Dep Kes RI (2009), direktorat jendral PPM dan PPL

b) Berikan larutan ini sebanyak anak mau, seperti jumlah diatas.

c) Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.

2) Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3

hari atau penderita seperti berikut :

a) Buang air besar lebih sering

b) Muntah berulang ulang


27

c) Rasa haus yang nyata

d) Makan atau minum sedikit

e) Demam

f) Tinja berdarah

3. Konsep Perubahan Berat Badan


a. Pengertian Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting pada

masa bayi dan balita. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau

penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai

sebagai indikator yang terbaik saat ini untuk mengetahui keadaan gizidan

tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja,

pengukuran objektif dan dapat diulangi (Soetjiningsih, 1995).

b. Pengukuran Berat Badan

Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil

peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,

misalnya tulang, otot, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat

diketahui status gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan juga dapat

digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan

dalam tindakan pengobatan (Hidayat, 2008)

c. Penilaian Berat Badan

Penilaian berat badan berdasarkan usia menurut WHO dengan

standar NCHS (National Center for Health Statistics)yaitu menggunakan

persentil sebagai berikut: persentil kurang atau samadengan tiga termasuk

kategori malnutrisi. Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan


28

menurut WHO yaitu menggunakan persentase dari median sebagai

berikut: antara 89–100% dikatakan malnutrisi sedang dan kurang dari 80%

dikatakan malnutrisi akut (wasting).Penilaian berat badan berdasarkan

tinggi menurut standar baku NCHS yaitu menggunakan persentil sebagai

berikut persentil 75–25% dikatakan normal, pesentil 10% dikatakan

malnutrisi sedang, dan kurang dari persentil dikatakan malnutrisi berat

(Hidayat, 2008).

d. Pertumbuhan Berat Badan

Salah satu untuk mengetahui pertumbuhan balita terutama pada

ukuran berat badan dapat menggunakan ukuran atau standar yang telah

ditetapkan oleh WHO, sebagai berikut:

Tabel 4.
Rata-Rata Pertumbuhan Berat Badan
Menurut Tinggi Badan dan Umur

Usia bayi Tinggi Badan Berat Badan


(Tahun) (Cm) (Kg)
Baru Lahir 50 3
1 76 10
2 85 12
3 95 14
4 102 16
5 110 18
6 116 20
Sumber : Hidayat, 2009

Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, yaitu

0–6 bulan dan usia 6–12 bulan. Dan usia 0–6 bulan pertumbuhan berat

badan akan mengalami penambahan setiap minggu sekitar 140–200 gram

dan berat badannya akan menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir

bulan ke-6. Sedangkan pada usia 6–12 bulan terjadi penambahan setiap
29

minggu sekitar 25–40 gram dan pada akhir bulan ke-12 akan terjadi

penambahan tiga kali lipat berat badan lahir. Padamasa bermain terjadi

penambahan berat badan sekitar empat kali lipatdari berat badan lahir pada

usia kurang lebih 2,5 tahun serta penambahan berat badan setiap tahunnya

adalah 2–3 kg. pada masa pra sekolah dan sekolah akan terjadi

penambahan berat badan setiap tahunnya kurang lebih 2–3 tahun (Hidayat,

2008)

e. Pemantauan Berat Badan

Pada dasarnya semua informasi atau data bersumber dari data

beratbadan hasil penimbangan balita bulanan yang diisikan dalam Kartu

Menuju Sehat (KMS) untuk di nilai naik atau tidaknya berat badan

tersebut. Menurut Siswanto (2010), Ada tiga kegiatan penting dalam

pemantauan berat badan yaitu:

1) Ada kegiatan penimbangan yang dilakukan terus menerus secara

teratur.

2) Ada kegiatan pengisian data berat badan ke dalam KMS.

3) Ada penilaian naik atau turunnya berat badan sesuai arah garis

pertumbuhannya.

f. Cara Penimbangan Berat Badan

Berat badan bayi ditimbang dengan timbangan bayi, sedangkan

pada anak dengan timbangan berdiri. Sebelum menimbang, periksa lebih

dahulu apakah alat sudah dalam keadaan seimbang (Jarum menunjukkan

angka nol). Bayi ditimbang dalam posisi berbaring terlentang atau duduk
30

tanpa baju, sedang anak ditimbang dalam posisi berdiri tanpa sepatu

dengan pakaian minimal (Latief, 2003).

Balita yang akan ditimbang sebaiknya memakai pakaian seringan

mungkin. Baju, sepatu dan topi sebaiknya dilepaskan. Apabila hal ini tidak

memungkinkan, maka hasil penimbangan harus dikoreksi dengan berat

kain balita yang ikut tertimbang. Bila keadaanini memaksa dimana anak

balita tidak mau ditimbang tanpa ibunya atau orang tua yang

menyertainya, maka timbangan dapat dilakukandengan menggunakan

timbangan injak dengan cara pertama, timbang balita beserta ibunya.

Kedua, timbang ibunya saja. Ketiga, hasil timbangan dihitung dengan

mengurangi berat badan ibu dan anak (Supriasa, 2002).

g. Penilaian Naik atau Tidak Naik pada Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kartu Menuju Sehat merupakan gambar kurva berat badan anak

berusia 0–5 tahun terhadap umurnya. Dalam aplikasi dengan

menggunakan KMS menjadikan tumbuh normal jika grafik pertumbuhan

berat badan anak sejajar dengan kurva baku (Soetjiningsih, 1995). Ada

lima garis pertumbuhan yaitu:

1) Tumbuh kejar atau catch-up growth atau N1 artinya arah garis

pertumbuhan melebihi arah garis baku.

2) Tumbuh normal atau Normal Growth (NG) artinya arah garis

pertumbuhan sejajar atau berimpit dengan arah garis baku.

3) Growth Faltering (GF) artinya arah garis pertumbuhan kurang dari

arah garis baku atau pertumbuhan kurang dari yang diharapkan.


31

4) Flat Growth (FG) artinya arah garis pertumbuhan datar atau berat

badan tetap.

5) Loss of Growth (LG) artinya arah garis pertumbuhan menurun dari

arah garis baku.

Naik apabila, Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita

warna. Bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut berada

pada jalur pertumbuhan normalnya dikatakan tetap baik. Garis

pertumbuhannya naik ke pita diatasnya. Bila berat badan anak hasil

penimbangan berturut-turut menunjukkan adanya pengejaran (catch up)

terhadap jalur pertumbuhan normalnya, garis partumbuhannya pindah ke

pita diatasnya, atau dari garis pitanya dibawah ke pita diatasnya. Tidak

naik apabila, Garis pertumbuhannya menurun dan Garis pertumbuhannya

mendatar. Apabila berat badan tidak naik atau berat badan di Bawah Garis

Merah (BGM) 3 kali berturut-turut maka di rujuk ke Puskesmas atau

dokter karena ditakutkan adanya gizi buruk. (Siswanto, 2010).

h. Faktor- faktor Yang Memengaruhi Pertumbuhan

Dalam proses pertumbuhan anak, setiap individu akan mengalami

siklus yang berbeda pada kehidupan manusia. Peristiwa tersebut dapat

secara cepat maupun lambattergantung dari individu atau lingkumgan.

Proses percepatan dan perlambatan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor

herediter, faktor lingkungan, dan faktor hormonal.


32

1) Faktor Herediter

Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan

sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak disamping

faktor-faktor lain. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras,

dan suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas,

kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas jaringan

terhadap rangsangan,usia pubertas, dan berhentinya pertumbuhan

tulang.

2) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan

penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya pitensi yang sudah

dimiliki. Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal

(yaitu, lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (yaitu,

lingkungan setelah bayi lahir).

a) Lingkungan prenatal

Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam

kandungan, mulai dari konsepsi sampai waktu lahir yang meliputi

gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis, zat kimia atau

toksin, dan hormonal.

(1) Lingkungan mekanis

Lingkungan mekanis adalah segala hal yang memengaruhi

janin atau posisi janin dalam uterus.


33

 Radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak

janin.

 Infeksi dalam kandungan memengaruhi pertumbuhan janin.

 Kekurangan oksigen pada janin mengakibatkan gangguan

dalam plasenta sehingga kemungkinan bayi lahir dengan

berat badan yang kurang.

 Faktor imunitas dapat memengaruhi pertumbuhan janin

karena menyebabkan terjadinya abortus atau karena ikterus.

 Stres dapat memengaruhi kegagalan tumbuh kembang

janin.

(2) Zat kimia atau toksin

Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obatan,alkohol, atau

kebiasaan merokok oleh ibu hamil.

(3) Hormonal

Hormon-hormon ini mencakup hormon somatotropin, plasenta,

tiroid, dan insulin. Peran hormon somatotropin (growth

hormone), yaitu disekresi kelenjar hipofisis janin sekitar

minggu ke-9 dan produksinya meningkat pada minggu ke-20.

Hormon plasenta (human placental lactogen) berperan dalam

nutrisi plasenta.
34

b) Lingkungan postnatal

Selain faktor lingkungan intrauteri terdapat lingkungan

setelah lahir yang juga dapat memengaruhi pertumbuhan anak,

seperti :

(1) Budaya lingkungan

Budaya lingkungan dapat menentukan bagaimana seseorang

atau masyarakat mempersepsikan pola hidup sehat, hal ini

dapat terlihat apabila kehidupan atau perilaku mengukuti

budaya yang ada sehingga kemungkinan besar dapat

menghambat dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan.

(2) Status sosial ekonomi

Anak yang memiliki sosial ekonomi tinggi umumnya

pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan

dengan anak dengan sosial ekonomi rendah.

(3) Nutrisi

Nutrisi menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang

selama masa pertumbuhan. Dalam nutrisi terdapat kabutuhan

zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air.

(4) Iklim dan cuaca

Misalnya pada saat musim tertentu kebutuhan gizi dapat

dengan mudah diperoleh,namun pada saat musim yang lain

justru sebaliknya.
35

(5) Olahraga atau latihan fisik

Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak

karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai

oksigen keseluruh tubuh dapat teratur serta dapat meningkatkan

stimulasi pertumbuhan tulang, otot, dan pertumbuhan sel

lainnya. Dari aspek sosial, anak menjadi mudah berinteraksi

dengan teman sesuai dengan jenis olahraganya.

(6) Posisi anak dalam keluarga

Secara umum, anak pertama atau tunggal memiliki kemampuan

intelektual lebih menonjol dan cepat berkembang karena sering

berinteraksi dengan orang dewasa, namun dalam

perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat karena

tidak ada stimulasi yang biasanya dilakukan saudara

kandungnya. Sedangkan pada anak kedua atau anak tengah,

kecenderungan orang tua yang sudah biasa dalam merawayt

anak lebih percaya diri sehingga kemampuan anak untuk

beradaptasi lebih cepat dan mudah, meskipun dalam

perkembangan intelektual biasanya kurang apabila

dibandingkan dengan anak pertamanya, kecenderungan

tersebut juga bergantung pada keluarga.

(7) Status kesehatan

Hal ini dapat terlihat apabila anak berada dalam kondisi sehat

dan sejahtera, maka percepatan untuk tumbuh kembang


36

menjadi sangat mudah dan sebaliknya. Beberapa kondisi yang

dapat memengaruhi tumbuh kembangg anak adalah misalnya

adanya kelainan perkembangan fisik atau disebut cacat fisik

(bibir sumbing, strabismus atau juling, kaki bengkok, dan lain-

lain), adanya kelainan dalam perkembangan saraf (seprti

gangguan motorik, gangguan bicara, atau gangguan personal

sosial), adanya kelainan perkembangan mental (seperti

retardasi mental), adanya kelainan perkembangan perilaku

(seperti hiperaktif, gangguan belajar, atau depresi), dan lain-

lain.

3) Faktor hormonal

Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak

antara lain hormon somatotropin,tiroid,dan glukokortiroid. Hormon

somatotropin (growth hormone) berperan dalam memengaruhi

pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulus terjadinya proliferasi

sel kartilago dan sistem skeletal. Hormon tiroid berperan menstimulus

metabolisme tubuh. Hormon glukokortikoid mempunyai fungsi

menstimulus pertumbuhan sel interstisial dari testis (untuk

memproduksi testoteron) dan ovarium (untuk memproduksi estrigen),

selanjutnya hormon tersebut akan menstimulus perkembangan seks,

baik pada anak laki-laki maupun merempuan yang sesuai dengan peran

hormonnya (Wong, 2000).


37

4. Hubungan Riwayat ISPA Dan diare Dengan perubahan berat badan

balita Usia Usia 1-5 Tahun

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat

kuantitatif atau mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur

tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik yang irreversible.

Selain itu, pertumbuhan dipandang pula sebagai perubahan secara fisiologis

sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik. Salah satu indikator

pertumbuhan pada anak dilihat dari pertumbuhan berat badan (Sumarno,

2011).

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting pada

masa bayi dan balita. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau

penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai sebagai

indikator yang terbaik saat ini untuk mengetahui keadaan gizidan tumbuh

kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran objektif

dan dapat diulangi (Soetjiningsih, 1995)

Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik

karena penyakit infeksi seperti ISPA dan penyakit ganguan metabolic seperti

diare. ISPA adalah suatu keadaan dimana saluran pernapasan (hidung, pharing

dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan

nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan

pernapasan. Infeksi sistem pernafasan dapat mengakibatkan berbagai macam

gangguan pertumbuhan dan perkembangan terutama status gizinya, sebagai

contoh rasa sakit pada waktu menelan makanan (sebagai salah satu gejala
38

ISPA) akan menyebabkan anak tidak mau makan sehingga dapat terjadi

malnutrisi dan dapat menyebabkan status gizi anak tersebut menjadi jelek.

Meskipun tidak semua balita yang pernah menderita ISPA mengalami status

gizi buruk tetapi berat badannya turun akibat tidak mau makan (Nelson, 2002).

Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan

cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air

besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. Jadi diare dapat

diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3

kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa

disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada

lambung atau usus (Suradi & Rita, 2001).

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan

akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini

disebabkan karena makanan sering dihentikan oleh orang tua. Walaupun susu

diteruskan, sering diberikan pengenceran. Makanan yang diberikan sering

tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik

(Suradi & Rita, 2001).

B. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

ISPA
Perubahan Berat Badan
Diare

Gambar.1
Kerangka Konsep Penelitian
39

C. Definisi Oprasional

Table 5
Definisi Operasional Variable

Defenisi Alat Skala


No Variabel Cara ukur Hasil ukur
operasional ukur ukur
1 Independent
ISPA suatu keadaan Wawancara Check 0: Ya Nominal
dimana list
saluran 1: Tidak
pernapasan
(hidung,
fharing, laring)
mengalami
implamasi
yang
disebabkan
oleh virus dan
mikroplasma
Diare Diare adalah Wawancara Check 0: Ya
buang air list 1: Tidak Nominal
besar encer
atau cair lebih
dari tiga kali
sehari
3. Dependent
Perubahan perubahan Dokumenta Lembar 0:Berat badan Ordinal
Berat Badan ukuran dan si KMS menurun
fisik yang
berupa 1:Berat badan
perubahan tetap
berat badan
pada balita 1-5 2:Berat badan
tahun bertambah

D. Hipotesis
40

Ho1 : Tidak hubungan antara ISPA dengan perubahan berat badan balita usia 1-

5 tahun dipuskesmas Basuki Rahmat Bengkulu.

Ha1 : Ada hubungan antara ISPA dengan perubahan berat badan balita usia 1-

5 tahun dipuskesmas Basuki Rahmat Bengkulu.

Ho2 : Tidak hubungan antara diare dengan perubahan berat badan balita usia 1-

5 tahun dipuskesmas Basuki Rahmat Bengkulu

Ha2 : Ada hubungan antara diare dengan perubahan berat badan balita usia 1-5

tahun dipuskesmas Basuki Rahmat Bengkulu.

You might also like

  • Proposal Ok
    Proposal Ok
    Document59 pages
    Proposal Ok
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • KUESIONER
    KUESIONER
    Document4 pages
    KUESIONER
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Proposal Ok
    Proposal Ok
    Document40 pages
    Proposal Ok
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • BAB II Imul
    BAB II Imul
    Document40 pages
    BAB II Imul
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Materi Pendidikan Baby Sitter
    Materi Pendidikan Baby Sitter
    Document21 pages
    Materi Pendidikan Baby Sitter
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document8 pages
    Bab I
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Jurnal
    Jurnal
    Document17 pages
    Jurnal
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Jurnal Fix
    Jurnal Fix
    Document9 pages
    Jurnal Fix
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Jurnal Ikhsan
    Jurnal Ikhsan
    Document17 pages
    Jurnal Ikhsan
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Nama: Meli Hariyanti NPM: 1526010038 Prodi/Semester: Keperawatan
    Nama: Meli Hariyanti NPM: 1526010038 Prodi/Semester: Keperawatan
    Document13 pages
    Nama: Meli Hariyanti NPM: 1526010038 Prodi/Semester: Keperawatan
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Jurnal Ikhsan
    Jurnal Ikhsan
    Document17 pages
    Jurnal Ikhsan
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Jurnal Ikhsan
    Jurnal Ikhsan
    Document17 pages
    Jurnal Ikhsan
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Document1 page
    ABSTRAK
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Kuesioner Ok
    Kuesioner Ok
    Document3 pages
    Kuesioner Ok
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • BAB II Dedi Ok 1
    BAB II Dedi Ok 1
    Document65 pages
    BAB II Dedi Ok 1
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Materi Pendidikan Baby Sitter
    Materi Pendidikan Baby Sitter
    Document89 pages
    Materi Pendidikan Baby Sitter
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Bab Iv-V
    Bab Iv-V
    Document18 pages
    Bab Iv-V
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Document37 pages
    Bab Iii
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Document1 page
    ABSTRAK
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Jurnal Eva
    Jurnal Eva
    Document14 pages
    Jurnal Eva
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • BAB 1 Febri
    BAB 1 Febri
    Document6 pages
    BAB 1 Febri
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document4 pages
    Bab I
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Doris
    Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Doris
    Document10 pages
    Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Doris
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Proposal
    Proposal
    Document49 pages
    Proposal
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Nama: Meli Hariyanti NPM: 1526010038 Prodi/Semester: Keperawatan
    Nama: Meli Hariyanti NPM: 1526010038 Prodi/Semester: Keperawatan
    Document13 pages
    Nama: Meli Hariyanti NPM: 1526010038 Prodi/Semester: Keperawatan
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Samsul Kuesoner
    Samsul Kuesoner
    Document1 page
    Samsul Kuesoner
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Samsul Kuesoner
    Samsul Kuesoner
    Document6 pages
    Samsul Kuesoner
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Kuesioner Marwan
    Kuesioner Marwan
    Document7 pages
    Kuesioner Marwan
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet
  • Materi Pendidikan Baby Sitter
    Materi Pendidikan Baby Sitter
    Document21 pages
    Materi Pendidikan Baby Sitter
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    No ratings yet