You are on page 1of 16

BAB X

LAPORAN MINI SURVEY


5.1. Desain Penelitian
Jenis desain penelitian yang digunakan adalah metode analitik. Metode
pengambilan data yang digunakan adalah cross-sectional.

5.2. Tempat dan Waktu Penelitian

5.2.1 Tempat Mini Survey

Mini Survey ini dilakukan di wilayah kerja UPT Puskesmas Martubung


Kecamatan Medan Labuhan.

5.2.2 Waktu Mini Survey


Mini survey ini dilakukan tanggal 21 Agustus 2018 sampai dengan 13
September 2018.

5.3 Populasi Mini Survey


Populasi dalam mini survey ini adalah masyarakat kelurahan Besar
wilayah kerja UPT Puskesmas Martubung Kecamatan Medan Labuhan.

5.4 Sampel dan Cara Pemilihan Mini Survey

5.4.1 Sampel
Sampel mini survey ini adalah sebagian dari populasi yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.

5.4.2 Cara Pemilihan Sampel


Cara pemilihan sampel pada mini survey ini dilakukan dengan teknik
purposive sampling. Dimana peneliti sewaktu mengambil sampel di
lapangan dibantu oleh kader.
n= Z2.1α / 2P ( 1 – P ) . N
d2 (N-1) + Z2. 1α / 2P (1-P)

1
Keterangan :
N = Jumlah Populasi = 39.095
d = penyimpangan terhadap populasi/ ketepatan yang diinginkan = 0,05
n = jumlah sampel yang diinginkan
Z²1-α/2 = Derivat Baku Alpha = 1,960
p = estimasi proporsi dari faktor risiko terhadap kejadian ISPA, nilai p
yang diambil ialah 0,5, dengan 1-p = 0,5
maka :
n= (1,96)2. 0,9. (1-0,9). 1669
(0,05)2 (1669-1) + (1,96)2 0,9 (1-0,9)
= 3,8416. 0,9. 0,1 .1669
0,0025 . 1668 + 3,841 . 0,9 . 0,1
= 576,957
4,17 + 0,346
= 576, 957
4,516
= 128 sampel

5.5. Kriteria Inklusi dan Ekslusi untuk Responden ISPA Balita

5.5.1. Kriteria Inklusi


Oang tua yang mempunyai balita yang datang ke Posyandu ataupun berada
di wilayah kerja puskesmas Marubung yang bersedia menjadi responden

5.5.2. Kriteria Eksklusi


Riwayat penggunaan kayu bakar untuk memasak di rumah

2
5.6. Alur Mini Survey
Alur Mini Survey adalah sebagai berikut :

Persiapan Mini Survey (1)

Menentukan subyek yang masuk ke dalam Mini (2)


Survey

Responden memenuhi
kriteria inklusi

Tidak bersedia
Bersedia

Penilaian selanjutnya (4)

Tidak memenuhi kriteria Memenuhi kriteria

Keluarkan Responden memenuhi


kriteria Eksklusi

Pembagian kuesioner kepada orang tua Responden

Menghitung skor hasil pengetahuan dan jawaban


responden

Analisis data

Gambar 3.1. Alur Mini Survey

3
5.7. Defenisi Operasional

4
Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Infeksi Saluran Infeksi yang mengenai Rekam Ya:bila balita Skala
pernafasan Akut bagian manapun saluran Medis menderita ISPA Nominal
(ISPA) pernafasan, mulai dari
hidung, telinga tengah, Tidak : bila balita
faring,laring, bronkhus, tidak menderita
bronkhiolus dan paru- ISPA
paru yang berlangsung
sampai dengan 14 hari.

Perokok Pasif Seseorang yang tidak Kuisioner Ya : bila balita Skala


merokok secara langsung adalah perokok Nominal
namun menghirup asap pasif
rokok dari orang-orang
yang merokok di Tidak : bila
sekitarnya seperti di rumah balita tidak
maupun di lingkungan perokok pasif
kerja

Tipe 1.Paternal Kuisioner 1= Paternal Skala


perokok pasif 2.Maternal (Ayah Ordinal
3.Parental merupakan
4.Lain-lain perokok aktif)
5. Tidak merokok
2= Maternal
(Ibu yang
merupakan
perokok aktif)

3= Parental

5
(kedua
orangtua
merupakan
perokok aktif)

4= lain-lain
(adanya
orang lain di
dalam rumah
yang
merupakan
perokok aktif)

5= tidak merokok

Kategori Jumlah rata-rata batang Kuisioner 1-9 =perokok Skala


perokok rokok yang dihisap sehari. Ringan Ordinal
>9 = perokok
Berat

Rumah Sehat Bangunan rumah tinggal Checklist Sehat : nilai 1068- Skala
yang memenuhi syarat 1200 nominal
kesehatan. Tidak sehat : nilai
<1068

5.8 Instrumen Penelitian


Data yang diperoleh pada penelitian ini merupakan data primer dengan
menggunakan kuisioner. Kuhisioner terdiri atas 2 Kuisioner.
1. 5 Pertanyaan tentang ISPA
2. 17 pertanyaan tentang Sanitasi Lingkungan

6
Kuisioner tentang ISPA

1. ISPA (1) Tidak ISPA (0)


2. Pernah ISPA (1) Tidak Pernah ISPA (0)
3. Ya (1) Tidak (0)
4. Tipe Perokok Aktif
5. 1-9 batang per hari (1) >9 batang per hari(0)

7
Kuisioner tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

8
9
10
5.9. Hasil dan Pembahasan

5.9.1 Deskripsi Karakteristik Sampel


Berdasarkan mini survey ini terdapat sebanyak 128 orang yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria ekslusi
sebagai sampel mini survey. Sampel mini survey dipilih dengan cara
purposive sampling.

a. Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin n %
Laki-laki 61 47,7
Perempuan 67 52,3

Dari tabel 5.1. di atas dapat dilihat bahwa balita yang menjadi responden paling
banyak adalah perempuan sebanyak 67 orang (52,3%).

11
b. Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarakan Usia

Usia n %
1 tahun 21 16,4
2 tahun 40 31,3
3 tahun 41 32
4 tahun 18 14,1
5 tahun 8 6,3
Total 128 100

Dari tabel 5.2. di atas dapat dilihat balita yang menjadi reponden paling banyak
yang berusia 3 tahun sebanyak 41 orang (32%), dan yang paling sedikit adalah
usia 5 tahun sebanyak 8 orang (6,3%).

c. Tabel 5.3 Distribusi Responden Perokok Pasif

Perokok Pasif n %
Ya 94 73,4
Tidak 34 26,6
Total 128 100.0
Dari tabel 5.3 di atas dapat dilihat yang bahwa balita yang menjadi perokok
pasif lebih banyak (73,4%) dibandingkan tidak merokok pasif (26,6%).

d. Tabel 5.4 Distribusi berdasarkan Tipe Perokok Pasif

Tipe Perokok Pasif n %


Paternal 91 71,1
Parental 3 2.3
Tidak Merokok 34 26,6
Total 128 100,0

Dari tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa tipe perokok pasif lebih banyak di
dapatkan pada tipe paternal sebanyak 91 orang (71,1%) dan paling sedikit
pada parental sebanyak 3 orang (2,3%).

12
e. Tabel 5.5 Distribusi berdasarkan Kategori Perokok

Kategori Perokok N %
Berat 51 39,8
Ringan 43 33,6
Tidak Merokok 34 26,6
Total 128 100,0

Dari tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa kategori perokok yang paling
banyak adalah kategori perokok yang berat sebanyak 51 orang ( 39,8%) dan
yang paling sedikit adalah kategori yang tidak merokok sebanyak 34 orang (
26,6%).

f. Tabel 5.6 Tipe Perokok Pasif dengan Kategori Perokok

Tipe Kategori Perokok


Perokok Berat Ringan Tidak Merokok
Pasif n % n % N %
Paternal 48 52,74 43 47,25 0 0
Parental 3 100 0 0 0 0
Tidak 0 0 0 0 34 100
merokok

Dari tabel 5.6 di atas dapat dilihat bahwa dari tipe perokok yang paling
banyak yaitu Paternal adalah merupakan kategori perokok berat (52,74%).

e. Tabel 5.7 Distribusi berdasarkan diagnosa

Diagnosa n %
ISPA 92 71,9
Non ISPA 36 28,1
Total 128 100,0

Dari tabel 5.7. di dapatkan banyaknya balita yang menderita ISPA adalah
sebanyak 92 orang (71,9%) dibandingkan yang tidak ISPA sebanyak 36
orang (28,1%).

13
f. Tabel 5.8 Perokok Pasif dengan ISPA

Status ISPA Non ISPA Total Nilai p


Perokok Pasif n % n % n %
Ya 83 88,29 11 11,70 94 100 0,000
Tidak 9 26,47 25 73,52 34 100

Dari tabel 5.8 dapat dilihat bahwa status perokok pasif lebih banyak dijumpai
pada balita penderita ISPA yaitu 83 orang (88,29%) sedangkan yang tidak
merupakan perokok pasif lebih banyak dijumpai pada yang non ISPA.
Berdasarkan uji chi-square, di dapatkan nilai p= 0,000 (p<0,05), maka Ha
diterima dan Ho di tolak yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
perokok pasif dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Martubung.

14
Pembahasan
Penelitian ini menunjukkan bahwa balita penderita ISPA lebih banyak berjenis
kelamin perempuan (Tabel 5.1). Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 tidak ada
perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Menurut WHO tahun 2007 balita yang
menderita ISPA lebih banyak berjenis kelamin laki-laki.
Pada penelitian ini, jumlah balita yang menderita ISPA paling banyak berusia 3
tahun dan yang paling sedikit pada usia 5 tahun (Tabel 5.2). Usia balita merupakan usia
anak dalam masa pertumbuhan, oleh sebab itu anak dibawah 5 tahun akan lebih rentan
terkena ISPA jika status gizinya buruk. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Khairil Akbar yang meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai. Khairil
menyatakan bahwa penderita ISPA terbanyak pada kelompok usia 36-47 bulan (31,9%) .
Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan bahwa balita yang menderita ISPA lebih
banyak mendapat paparan asap rokok dari ayah (paternal). Para Ayah pada penelitian ini
kebanyakan bekerja sebagai buruh ataupun supir dan beberapa tidak bekerja.
Kemungkinan para ayah balita penderita ISPA memiliki pengetahuan yang kurang
tentang paparan rokok terhadap penyakit ISPA. Penelitian ini sejalan dengan Thapa P
yang meneliti tentang paparan asap rokok dan kejadian ISPA pada 198 balita di Rumah
sakit Kanti. Thapa P juga mendapatkan hasil bahwa Ayah (Paternal) merupakan tipe
perokok pasif yang paling banyak yang memaparkan asap rokok kepada balita.
Tabel 5.4 menyatakan bahwa balita yang menderita ISPA paling banyak terpapar
oleh perokok aktif tipe Paternal (Ayah merupakan perokok aktif) Jumlah batang rokok
yang dihisap menentukan berat ringannya seorang perokok. Dikatakan kategori berat jika
jumlah batang rokok yang dihisap diatas 9 batang rokok per hari Salah satu faktor risiko
balita terkena ISPA adalah adanya paparan dengan asap rokok. Semakin besar paparan
anak terhadap asap rokok di dalam rumah maka semakin besar juga potensi anak
menderita ISPA.
Penelitian Milo tentang hubungan kebiasaan merokok di dalam rumah dengan
kejadian ISPA pada anak umur 1-5 tahun di Puskesmas Sario Kota Manado juga
mendapatkan hasil bahwa responden dengan kebiasaan merokok sebagian besar
merupakan perokok berat (43,1%).33 Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuli

15
Trisnawati dan Juwarni di wilayah kerja Puskesmas Rembang kabupaten Purbalingga
yang menyatakan bahwa perilaku merokok orangtua paling banyak pada kategori berat
(80,4%).
Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara perokok pasif dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Martubung (p = 0,000). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Astrini Kusuma Arum di Dusun Patukan Ambarketawang
Gamping Sleman Yogyakarta. Astrini meneliti tentang hubungan antara paparan rokok
dan terjadinya ISPA pada balita di Yogyakarta pada tahun 2014. Astrini memperoleh
hasil p value 0,000 yang menunjukkan adanya hubungan antara paparan asap rokok
dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita. Balita yang terus-menerus
terpapar dengan asap rokok akan mengakibatkan balita tersebut menderita ISPA.
Merokok merupakan salah satu faktor risiko terbanyak yang dapat menyebabkan
terjadinya infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita. Asap rokok yang dihisap
ke dalam paru oleh perokoknya disebut asap rokok utama, sedang asap yang berasal dari
ujung rokok yang terbakar disebut asap rokok sampingan. Rokok menghasilkan asap
sampingan yang lebih berbahaya daripada asap utama. Kadar aseton pada asap
sampingan adalah 2-5 kali lebih tinggi, kadar gas CO sekitar 2,5- 4,7 kali lebih tinggi dan
kadar nikotin pada asap sampingan adalah 1,8-3,3 kali lebih tinggi daripada kadar asap
utama.20 Asap sampingan sangat berpengaruh pada perokok pasif karena jumlahnya yang
lebih banyak dan kadarnya yang lebih berbahaya. Seorang yang tidak merokok tetapi
berada dalam suatu ruangan penuh asap rokok selama satu jam, maka ia akan menghisap
benzpirin sama banyaknya dengan orang yang menghisap empat batang rokok.
Paparan asap rokok tidak hanya secara langsung diterima oleh seorang perokok
pasif tetapi bisa juga didapatkan dari benda-benda disekitarnya karena asap rokok tidak
hanya yang kelihatan saja tetapi bisa juga melekat pada benda-benda sekitarnya. Balita
yang sering terpapar asap rokok akan menyebabkan balita tersebut menderita ISPA. Hal
ini berhubungan dengan sistem imun tubuh balita yang belum sempurna. Balita akan
menunjukkan adanya keluhan pernafasan, batuk, pilek dan sebagainya. Keluhan tersebut
lebih sering muncul pada balita yang disekitarnya terdapat perokok aktif.

16

You might also like