You are on page 1of 12

MAKALAH ANALISIS CEMARAN LINGKUNGAN

PENCEMARAN AIR SUNGAI KALIMANTAN X

Dosen Pengampu :

Prof. Drs. Bambang Kuswandi MSc, PhD

Disusun oleh kelompok 10 :

Denayu Febrinayanti (172210101044)


Annuril Aydha A. (172210101086)
Rida Astutik (172210101097)
Ahmad Syah Fajar B. (172210101150)

UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS FARMASI

APRIL 2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang Permasalahan

Air merupakan sarana yang penting bagi kehidupan dan merupakan suatu kebutuhan
sendiri bagi tubuh. Tubuh manusia 60-70 % terdiri dari air, begitu pula makhluk lainnya.
Organisme lain seperti tumbuhan juga memerlukan air dalam setiap aktivitasnya misal pada
proses fotosintesis. Oleh karena itu air merupakan material yang penting bagi kehidupan.
Indonesia merupakan negara yang memiliki persediaan air yang cukup banyak dan oleh
karena itu disebut negara kepulauan. Air yang dibutuhkan merupakan air yang bersih. Air
bersih merupakan air yang layak dikonsumsi oleh tubuh dan tidak menimbulkan penyakit
justru bermanfaat yang digunakan untuk berbagai proses metabolisme dalam tubuh.

Pencemaran air merupakan berubahnya kualitas air baik dari segi fisik maupun dalam
segi kimiawi. Secara fisik air yang tercemar bisa dilihat dari perubahan warna. Air yang
tercemar memiliki warna dan tidak bening lagi misal akibat pembuangan pabrik, sungai
menjadi berwarna kemerah-merahan. Selain itu dilihat dari bau, air yang tercemar memiliki
bau yang tidak sedap. Juga dari rasa, air yang bersih tidak berasa sedangkan air yang tercemar
memiliki sifat berkebalikan dari hal tersebut. Secara kimiawi air yang tercemar terdapat
kandungan bahan kimia seperti cd, hg yang menyebabkan air tersebut tidak bisa digunakan
karena efek yang ditimbulkan membahayakan pada tubuh. Seperti mampu menimbulkan
penyakit tertentu setelah mengkonsumsi air tersebut.

Seiring perkembangan zaman seperti sekarang, untuk mendapatkan air bersih yang
memenuhi persyaratan standar cukup sulit. Hal ini disebabkan karena banyak hal diantaranya
aktivitas manusia yang menyebabkan air menjadi tidak bersih atau tercemar. Persediaan air
bersih setiap tahun mengalami penurunan. Hal ini merupakan permasalahan yang cukup
serius. Pasalnya air merupakan sumber kebutuhan utama yang perlu dijaga kelestariannya.
Apalagi semakin meningkatnya penduduk, maka kebutuhan air juga semakin meningkat.
Begitu banyak permasalahan seperti diatas maka diperlukan adanya upaya untuk
penanggulangan air. Upaya ini merupakan tanggung jawab kita untuk menjaga kelestarian air
bersih seiring perkembangan zaman.

Dari data paling mutakhir Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan, didapati ada 52 sungai di Indonesia berstatus cemar berat. Menyusul kemudian
20 aliran sungai berstatus cemar sedang hingga cemar berat. Selain itu ada 7 sungai yang
mengalami pencemaran ringan hingga cemar berat. Sisanya ada 21 sungai di Indonesia yang
berstatus memenuhi baku mutu hingga tercemar ringan. Sedangkan Pulau Jawa berpotensi
langka air bersih. Ini bukti betapa menyedihkannya cara kita membabat masa depan.

Rumusan Masalah

a) Apa yang dimaksud pencemaran air secara umum?


b) Bagaimana kondisi dari sungai yang diamati?
c) Apa faktor-faktor penyebab terjadinya pencemaran air di sungai tersebut?
d) Bagaimana dampak pencemaran air terhadap lingkungan sekitar?
e)Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi pencemaran air di sungai
tersebut?

Tujuan

Penulisan makalah ini diharapkan agar kami mampu mengetahui bahwa air sangat
bermanfaat bagi kehiupan dan merupakan elemen yang penting untuk dijaga kelestariannya.
Dilihat dari sisi yang lain agar kami sadar bahwa memiliki taggung jawab terhadap kebersihan
air. Dimana kami seharusnya mampu untuk menanggulangi pencemaran air yang terjadi di
lingkungan sekitar terutama yang berada di sungai tersebut.
METODE PENELITIAN

Pada penyusunan makalah analisis cemaran lingkungan ini, kami melakukan beberapa metode
a) Penetapan Lokasi Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah mengenai banyaknya sungai di daerah Jember yang
mengalami pencemaran lingkungan, sehingga kami memilih sungai di daerah Jl.
Kalimantan 10 di sekitaran Kampus UNEJ. Pemilihan lokasi ini dikarenakan pada
daerah kampus banyaknya perantau, yang memungkinkan adanya ketidak cocokan
atau alergi jika tingkat pencemaran air sungai di daerah kampus tinggi. Ditambah lagi,
pada daerah pinggiran sungai masih ada beberapa penduduk yang bertempat tinggal
dan menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

b) Penyiapan Alat Penelitian


Alat yang harus kami siapkan cukup sederhana, dikarenakan penelitian yang kami
lakukan hanya secara organoleptis dan pH nya saja. Sehngga alat yang kami bawa
yaitu Botol air mineral 600 mL sebagai pembawa sampel air sungai dan pH meter
sebagai alat ukur pH.

c) Tahap Pengambilan Sampel Air


Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari sektar pukul 9.00 WIB dikarenakan
kemungkinan penggunaan air akan banyak dilakukan pada pagi hari.

d) Tahap Analisis Data


Pada tahap analisis data, yang dapat kami lakukan hanyalah analisis secara
organoleptis (meliputi warna dan bau) serta analisis berdasarkan indikator pH atau
konsentrasi ion hidrogen. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan
yaitu pH yang berkisar 6,5-7,5. Bila pH di bawah normal, maka air tersebut
dikategorikan asam. Sedangkan bila pH di atas normal, maka air tersebut tergolong
basa.
PEMBAHASAN

Pencemaran air yaitu masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke
dalam air, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Menurut Kristanto (2002) pencemaran air adalah
penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal. Air dapat tercemar oleh komponen-
komponen anorganik, diantaranya berbagai logam berat yang berbahaya. Komponen-
komponen logam berat ini berasal dari kegiatan industri. Kegiatan industri yang melibatkan
penggunaan logam berat antara lain industri tekstil, pelapisaan logam, cat/ tinta warna,
percetakan, bahan agrokimia dll. Beberapa logam berat ternyata telah mencemari air, melebihi
batas yang berbahaya bagi kehidupan ( Wisnu, 1995).

Gambar 1 Penampakan sungai yang berada di Jalan Kalimantan X

Menurut Sopiah (2004) deterjen memiliki pH sangat basa (9.5-12), bersifat korosif
dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Daerah hilir cenderung lebih tinggi karena
mendapat masukan limbah domestik dari sekitar sungai maupun limbah yang berasal dari
hulu. Limbah tersebut akan mengalami penguraian oleh mikroorganisme dan menghasilkan
senyawa karbondioksida (CO2) dari proses respirasi. Semakin tinggi konsentrasi CO2 yang
dihasilkan oleh proses respirasi, maka pH di perairan akan semakin rendah. Menurut Kordi
(2000), fluktuasi pH sangat dipengaruhi oleh proses respirasi, karena gas karbondioksida yang
dihasilkannya. Semakin banyak karbondioksida yang dihasilkan dari proses respirasi, maka
pH akan semakin rendah. Namun sebaliknya jika aktivitas fotosintesis semakin tinggi maka
akan menyebabkan pH semakin tinggi.

Kadar pH yang baik adalah kadar pH dimana masih memungkinkan kehidupan


biologis di dalam air berjalan baik. pH yang baik untuk air limbah adalah netral (pH 7)
(Sugiharto, 1987). Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai
nilai pH sekitar 7 – 8,5 (Hefni Effendi, 2003).Berdasarkan waktu pengamatan, pH saat tidak
ada hujan (debit rendah) dan sesaat sesudah hujan (debit tinggi) tidak mengalami perbedaan
yang signifikan yaitu berkisar 6.3-7.0 yang tergolong pH netral. Hal ini berarti perbedaan
waktu pengamatan dalam penelitian ini cenderung tidak mempengaruhi pH. Menurut Siradz
28 (2008), pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu 6-7,5. Oleh karena itu, nilai pH di
lokasi penelitian masih tergolong normal.
Menurut Darmono (1995), apabila suhu tinggi maka logam merkuri akan menguap ke
udara sesuai dengan sifatnya yang mudah menguap, sehingga kadarnya dalam perairan akan
menurun. Menurut Ariawan (1994), faktor utama yang berpengaruh terhadap penurunan suhu
dalam suatu badan air adalah intensitas cahaya yang diterima oleh badan air dan senyawa
logam yang ada di volume air. Kondisi suhu air di Sungai Sepauk tidak terlalu banyak
menyebabkan perubahan kadar merkuri di dalam air, karena intensitas cahaya yang masuk ke
badan air tidak terlalu besar.Adanya oksigen terlarut di dalam air sangat penting untuk
kehidupan ikan dan organisme lainnya. Pada perairan alami, ikan dan organisme akuatik
lainnya membutuhkan oksigen terlarut kurang dari 10 mg.1-1 untuk melakukan proses
metabolismenya. Hal ini terlihat dari masih adanya ikan yang hidup di perairan Sungai
Bedadung walaupun tidak terlalu banyak.

Gambar 2 pH yang didapatkan

Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada sungai yang berada di jalan
kalimantan X, seperti yang dijelaskan diatas dilakukan dengan beberapa metode salah satunya
yaitu hasil pengukuran pH air sungai. pH yang di dapatkan berdasarkan metode diatas
didapatkan pH berkisar 6.6-7.0 (ditunjukkan pada gambar 2) sehingga dapat dikatakan dalam
rentang yang normal atau tidak tercemar. Namun hasil dari penentuan pH yang dilakkukan,
pH bukan merupakan faktor utama sebagai penentu bahwa air tersebut tercemar atau tidak.
Indikator yang lain yang bisa dianalisis yaitu berdasarkan bau dan kejernihan ataupun warna.

Gambar 3 kejernihan dari air sungai Kalimantan X

Berdasarkan Kecerahan atau kejernihan perairan, kecerahan berkaitan dengan


kekeruhan perairan. Kecerahan yang rendah disebabkan karena kekeruhan yang tinggi.
Tingkat kecerahan suatu perairan tergantung pada partikel-partikel koloid dan bahan-bahan
tersuspensi yang terkandung pada partikel-partikel koloid dan bahan-bahan tersuspensi yang
terkandung diperairan (Dontes, 2015). Kecerahan air yang baik untuk kehidupan organisme
perairan berkisar antara 30 sampai 60 Cm. Kecerahan perairan berkaitan dengan kekeruhan
perairan, kecerahan yang rendah disebabkan oleh kekeruhan yang tinggi. Tingkat kecerahan
suatu perairan tergantung pada partikel-partrikel koloid dan padatan tersuspensi yang
terkandung dalam perairan. Kecerahan air di sungai tersebut termasuk rendah karena tingkat
kekeruhannya tinggi hal ini dikarenakan di sekitar sungai ataupun di sungainya terdapat
cukup banyak padatan berupa lumpur, bahan organik, plankton, dan zat-zat garam, dimana
tingkat kecerahan suatu perairan tersebut menunjukkan tingkat kedalaman perairan (Dontes,
2015).

Kejernihan dari air yang kami amati yaitu memiliki kejernihan yang relatif rendah.
Pada gambar 2 terlihat bahwa air sungai tersebut keruh dan terdapat bau yang tidak sedap di
sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa air yang berada pada sungai tersebut tercemar.
Pencemaran ini bisa disebabkan oleh banyak faktor diantaranya diakibatkan karena
penumpukan sampah di sekitarnya yang diakibatkan oleh aktivitas manusia membuang
sampah sembarangan. Selain itu sampai yang mencemara merupakan sampah yang umumnya
plastik yang mengandung banyak bahan kimia di dalamnya. Sehingga apabila plastik tersebut
berada di sungai menyebabkan bahan kimia terakumulasi pada air sungai tersebut.

Gambar 4 sampah yang menumpuk pada daerah sungai

Dampak pencemaran air sungai pada lingkungan sekitar

Air tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan sehari-hari oleh penduduk disekitar yang
berada di area lingkungan tersebut. Jika air tersebut tetap di konsumsi menimbulkan beberapa
efek samping misalnya pada resiko kesehatan karena pada umumnya masyarakat daerah
sekitar menggunakan untuk mandi mencuci dll. Selain itu tempat sampah yang menumpuk
seperti gambar diatas merupakan tempat bersarang dan perkembangbiakan dari nyamuk yang
berbahaya terutama pada kesehatan anak.

Penyakit akibat pencemaran air, termasuk Kolera, disebabkan oleh bakteri vibrio
chlorae saat Anda mengonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi oleh feses orang yang
mengidap penyakit ini. Anda juga bisa terjangkit kolera jika Anda mencuci bahan makanan
dengan air yang terkontaminasi. Gejala termasuk: diare, muntah, kram perut, dan sakit kepala.

Amoebiasis, atau Diare Pelancong, disebabkan oleh amoeba yang hidup di air tercemar.
Amoeba ini mengakibatkan infeksi pada usus besar dan hati. Gejala termasuk diare berdarah
dan berlendir, bisa ringan atau sangat parah.
Disentri, disebabkan oleh bakteri yang masuk dalam mulut melalui air atau makanan yang
tercemar. Tanda dan gejala disentri termasuk demam, muntah, sakit perut, diare berdarah dan
berlendir parah.

Diare, diare infeksi adalah salah satu penyakit paling umum akibat bakteri dan parasit yang
berdian di air tercemar. Diare mengakibatkan feses encer/cair yang menyebabkan
penderitanya mengalami dehidrasi, bahkan kematian pada anak dan balita.

Hepatitis A,disebabkan oleh virus hepatitis A yang menyerang hati. Biasanya menyebar
melalui konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi feses, atau melalu kontak langsung
dengan feses dari pengidap.

Keracunan timbal, paparan kronis dari keracunan timbal bisa mengakibatkan kondisi medis
serius, termasuk kerusakan organ, gangguan sistem saraf, anemia, dan penyakit ginjal.

Malaria, adalah virus yang disebarkan oleh parasit dari nyamuk Anopheles betina. Nyamuk
berkembang biak di air. Tanda dan gejala malaria termasuk demam, sakit kepala, dan
kedinginan menggigil. Jika dibiarkan, malaria bisa berujung pada komplikasi seperti
pneumonia, anemia parah, koma, dan kematian.

Polio, adalah virus menular akut yang disebabkan oleh poliovirus. Polio menyebar melalui
feses dari pengidap penyakit.

Trachoma (infeksi mata), akibat kontak dengan air tercemar. Setidaknya 6 juta orang pengidap
trachoma mengalami kebutaan.

Alternatif Solusi

Untuk mencegah agar tidak terjadi pencemaran air, dalam aktivitas kita dalam
memenuhi kebutuhan hidup hendaknya tidak menambah terjadinya bahan pencemar antara
lain tidak membuang sampah rumah tangga, sampah rumah sakit, sampah/limbah industri
secara sembarangan, tidak membuang ke dalam air sungai, danau ataupun ke dalam selokan.
Tidak menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebihan, karena sisa pupuk dan pestisida
akan mencemari air di lingkungan tanah pertanian. Tidak menggunakan deterjen fosfat,
karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang
dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air. Pencemaran air yang telah terjadi secara alami
misalnya adanya jumlah logam-logam berat yang masuk dan menumpuk dalam tubuh
manusia, logam berat ini dapat meracuni organ tubuh melalui pencernaan karena tubuh
memakan tumbuh-tumbuhan yang mengandung logam berat meskipun diperlukan dalam
jumlah kecil. Penumpukan logam-logam berat ini terjadi dalam tumbuh-tumbuhan karena
terkontaminasi oleh limbah industri. Untuk menanggulangi agar tidak terjadi penumpukan
logam-logam berat, maka limbah industri hendaknya dilakukan pengolahan sebelum dibuang
ke lingkungan. Proses pencegahan terjadinya pencemaran lebih baik daripada proses
penanggulangan terhadap pencemaran yang telah terjadi.

Penanggulangan pencemaran air dapat dilakukan melalui:


a) Perubahan perilaku masyarakat
Secara alami, ekosistem air dapat melakukan “rehabilitasi” apabila terjadi pencemaran
terhadap badan air. Kemampuan ini ada batasnya. Oleh karena itu perlu diupayakan untuk
mencegah dan menanggulangi pencemaran air. Untuk mengatasi pencemaran air dapat
dilakukan usaha preventif, misalnya dengan tidak membuang sampah dan limbah industri ke
sungai. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan disembarang tempat hendaknya
diberantas dengan memberlakukan peraturan-peraturan yang diterapkan di lingkungan
masing-masing secara konsekuen. Sampah-sampah hendaknya dibuang pada tempat yang
telah ditentukan.Masyarakat di sekitar sungai perlu merubah perilaku tentang pemanfaatan
sungai agar sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah dan tempat
mandi-cuci-kakus (MCK). Peraturan pembuangan limbah industri hendaknya dipantau
pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi hukuman. Limbah industri hendaknya diproses
dahulu dengan teknik pengolahan limbah, dan setelah memenuhi syarat baku mutu air
buangan baru bisa dialirkan ke selokan-selokan atau sungai. Dengan demikian akan tercipta
sungai yang bersih dan memiliki fungsi ekologis.

Tindakan yang Perlu Dilakukan oleh Masyarakat:

 Tidak membuang sampah atau limbah cair ke sungai, danau, laut dll.
 Tidak menggunakan sungai untuk tempat mencuci truk, mobil dan sepeda motor
 Tidak menggunakan sungai untuk wahana memandikan ternak dan sebagai tempat
kakus
 Tidak minum air dari sungai, danau atau sumur tanpa dimasak dahulu

b) Pembuatan Kolam Pengolah Limbah Cair

Saat ini mulai digalakkan pembuatan WC umum yang dilengkapi septic tank di
daerah/lingkungan yang rata-rata penduduknya tidak memiliki WC. Setiap sepuluh rumah
disediakan satu WC umum. Upaya demikian sangat bersahabat dengan lingkungan, murah
dan sehat karena dapat menghindari pencemaran air sumur / airtanah.Selain itu, sudah saatnya
diupayakan pembuatan kolam pengolahan air buangan (air cucian, air kamarmandi, dan lain-
lain) secara kolektif, agar limbah tersebut tidak langsung dialirkan ke selokan atau sungai.

Untuk limbah industri dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam beberapa
kolam kemudian dibersihkan, baik secara mekanis (pengadukan), kimiawi (diberi zat kimia
tertentu) maupun biologis (diberi bakteri, ganggang atau tumbuhan air lainnya). Pada kolam
terakhir dipelihara ikan untuk menguji kebersihan air dari polutan yang berbahaya. Reaksi
ikan terhadap kemungkinan pengaruh polutan diteliti.
Dengan demikian air yang boleh dialirkan keluar (selokan, sungai dll.) hanyalah air yang
tidak tercemar. Salah satu contoh tahap-tahap proses pengolahan air buangan adalah sebagai
berikut:

 Proses penanganan primer, yaitu memisahkan air buangan dari bahan-bahan padatan
yang mengendap atau mengapung.
 Proses penanganan sekunder, yaitu proses dekomposisi bahan-bahan padatan secara
biologis
 Proses penanganan tersier, yaitu menghilangkan komponen-komponen fosfor dan
padatan tersuspensi, terlarut atau berwarna dan bau. Untuk itu bisa menggunakan
beberapa metode bergantung pada komponen yang ingin dihilangkan.
 Pengendapan, yaitu cara kimia penambahan kapur atau metal hidroksida untuk
mengendapkan fosfor.
 Adsorbsi, yaitu menghilangkan bahan-bahan organic terlarut, berwarna atau bau.
 Elektrodialisis, yaitum menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut dengan
menggunakan tenaga listrik
 Osmosis, yaitu mengurangi kandungan garam-garam organic maupun mineral dari air
 Klorinasi, yaitu menghilangkan organism penyebab penyakit

Tahapan proses pengolahan air buangan tidak selalu dilakukan seperti di atas, tetapi
bergantung pada jenis limbah yang dihasilkan. Hasil akhir berupa air tak tercemar yang siap
dialirkan ke badan air dan lumpur yang siap dikelola lebihlanjut.Berdasarkan penelitian,
tanaman air seperti enceng gondok dapat dimanfaatkan untuk menyerap bahan pencemar di
dalam air.
KESIMPULAN

PH yang di dapatkan berkisar 6.6-7.0 sehingga dapat dikatakan dalam rentang yang
normal atau tidak tercemar. Namun hasil dari pengamtan kejernihan dari air yang kami amati
yaitu memiliki kejernihan yang relatif rendah, kekeruhan tinggi, keruh dan terdapat bau yang
tidak sedap di sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa air yang berada pada sungai tersebut
tercemar.

Pencemaran ini bisa disebabkan oleh banyak faktor diantaranya diakibatkan karena
penumpukan sampah di sekitarnya yang diakibatkan oleh aktivitas manusia membuang
sampah sembarangan. Selain itu sampai yang mencemara merupakan sampah yang umumnya
plastik yang mengandung banyak bahan kimia di dalamnya. Sehingga apabila plastik tersebut
berada di sungai menyebabkan bahan kimia terakumulasi pada air sungai tersebut dan
beresiko menimbulkan penyakit. Alternatif solusi yang bisa dilakukan yaitu secara garis besar
pencemaran air dapat dilakukan melalui Perubahan perilaku masyarakat dan pembuatan
Kolam Pengolah Limbah Cair.
DAFTAR PUSTAKA

Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Kumar De. 1987. Environmental Chemistry. Willey Eastern Limited. New Delhi.

Mahida. 1981. Water Pollution and Disspossal of Waste Water on Land. Mc Graw Hill.
Publishing Company Limited. Environmental

You might also like