You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak penghasilan dikenal sebagai Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21


adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau
badan hukum lainnya. Bagi perusahaan, pajak merupakan sumber
pengeluaran(cash disbursment) tanpa adanya imbalan langsung untuk
perusahaan tersebut. Sehingga biasanya banyak perusahaan melakukan upaya
untuk membayar pajak terutangnya sekecil mungkin selama hal tersebut
memungkinkan.

Dalam undang-undang tersebut terdapat sistematika Undang-undang


Pajak Penghasilan yang memuat mengenai ketentuan-ketentuan dari pajak
penghasilan tersebut. Subjek pajak merupakan segala sesuatu yang
mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran
untuk dikenakan pajak penghasilan. Pajak Penghasilan berhubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
Subjek Pajak dalam negeri. Saat ini PPh pasal 21 harus menjadi perhatian
bagi wajib pajak yang dikenakan PPh pasal 21. Oleh karena itu dalam
makalah ini akan dibahas mengenai Akuntansi Penghasilan (PPh)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pajak Penghasilan dalam Perusahaan?
2. Apa yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan?
3. Apa yang dimaksud dengan pajak tangguhan?
4. Bagaimana Konpensasi kerugian perusahaan dalam Akuntansi PPh?
5. Apa saja isu-isu dalam pajak penghasilan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pajak Penghasilan dalam Perusahaan


Suatu entitas memiliki kewajiban untuk memenuhi ketentuan perundang-
undangan. Salah satu ketentuan yang harus dipenuhi oleh entitas adalah
peraturan perpajakan. Setiap entitas terikat dengan peraturan pajak yang
berlaku dimana entitas itu beroperasi. Entitas yang didirikan di Indonesia
memiliki kewajiban perpajakn sesuai dengan regulasi perpajakan di Indonesia
antara lain UU ketentuan Umum dan tatacara Perpajakan, UU 36 Tahun 2008
tentang pajak penghasilan, UU 42 Tahun 2009, tentang Pajak Pertambahan
nilai barang jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah, UU Pajak Bumi dan
Bangunan dan lainnya. Pajak tersebut disetorkan ke kas negara, dan bagi
negara pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mendanai
pengeluaran pemerintah.
Gaji dan upah karyawan adalah objek pajak penghasilan (PPh). Peraturan
perpajakan mewajiban perusahan sebagai majikan yang dibayar upah untuk
menghitung, memungut, menyetor, melaporkan pajak atas gaji dan upah
karyawan. Pada dasarnya subyek pajak (yang menanggung pajak) PPh
karyawan adalah karyawan. Namun, Perusahaan sebagai majikan
diperbolehkan ikut menanggung pajak tersebut. Bahwa semua PPh karyawan
ditnggung oleh karyawan.
Penghasilan yang dikenakan PPh bukanlah seluruh penghasilan
karyawan, melainkan sebatas penghasilan kena pajak (PKP), yakni
penghasilan bruto di kurangi semua penggurangan yang diizinkan oleh
peraturan perpajaan. Pengurangan terhadap gaji karyawan tetap, antara lain,
adalah:
1. Biaya jabatan
2. Iuran dana pensiun terikat pada gaji dan upah yang dibayar oleh
karyawan kepada badan dana pensiun yang disetujui oleh menteri
keuangan.

2
3. Iuran hari tua kepada badan penyelenggaran Taspen dan Astek yang
dibayar atau menjadi tanggungan karyawan tersebut.
Tujuan dari peraturan PPh kryawan adalah menjelaskan prosedur
akuntansi untuk pengakuan utang PPh karyawan yang diadministrasikan oleh
perusahaan.
Perhitungan laba menurut akuntansi dan pajak tidak sama, karena laba
menurut pajak dihitung berdasarkan ketentuan dalam regulasi pajak. Laba
menurut akuntansi dihitung berdasarkan konsep pengakuan pendapatan dan
beban menurut standar akuntansi. Perbedaan pengakuan tersebut dapat
bersifat kontemporer dan permanen. Perbedaan yang bersifat temporer akan
terpulihkan dimasa mendatang sehinggga secara total nilainya sama hanya
terdapat perbedaan pada setiap periode pengakuan. Perbedaan permanen
adalah perbedaan yang tidak akan pernah terpulihkan. Perbedaan temporer
tersebut akan diakui sebagai pajak tangguhan dalam laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif maupun laporan posisi keuangan.

B. Pajak Penghasilan
Laba keuangan sebelum pajak adalah istilah pelaporan keuangan
yang sering diacu sebagai laba sebelum pajak, laba untuk tujuan pelaporan
keuanagn, atau laba untuk tujuan pembuakuan.Hal ini di lakukan untuk
memberikan informasi yang berguna kepada investor dan kreditor
Laba kena pajak (taxable income) atau laba untuk tujuan pajak,
adalah istilah akuntansi pajak yang digunakan untuk menunjukkan jumlah
yang menjadi dasar perhitungan hutang pajak penghasilan perusahaan. (E.
Kieso, 2007, hal. 2)

1. Akuntansi Pajak Penghasilan


Topik utama perlakuan akuntansi pajak penghasilan adalah
bagaimana menghitung konsekuensi pajak kini dan masa depan.
Pemulihan atau penyelesaian tercatat aset(liabilitas) mengandung
konsekuensi pajak dimasa depan. Demikian juga transaksi atau peristiwa

3
lain pada periode berjalan yan diakui dalam laopran posisi keuangan
entitas dapat memiliki konsekuensi pembayaran atau pengurangan
pembayaran pajak dimasa depan. Entitas mengakui liabilitas atau aset
pajak tangguhan atas konsekuensi pajak akibat pengakuan aset atau
liabilitas dalam laporan keuangan.
Pengakuan aset atau liabilitas pajak tangguhan akan memeunculkan
pendapatan atau beban pajak tangguhan yang diakui dalam laporan laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain. Pengakuan aset pajak tangguhan
akan diikuti dengan pengakuan pendapatan tangguhan. Sebaliknya
pengakuan liabilitas pajak tangguhan akan diikuti dengan pengakuan
beban pajak tangguhan.
Pengakuan konsekuensi pajak atas peristiwa dan transaksi dalam
laporan laba rugi penghasilan komprehensif mengikuti pengakuannya
dalam laporan keuangan. Jika peristiwa atau transaksi diakui dalam
laporan laba rugi maka konsekuensi pajak pnghasilannya akan diakui
dalam laporan laba rugi. Namun jika peristiwa dan transaksi tersebut
diakui sebagai penghasilan komprehensif lain maka konsekuensi pajaknya
akan diakui dalam penghasilan komprehensif lain. Dalam beberapa hal
pengakuan transaksi dan peristiwa tidak mengandung konsekuensi pajak
dimasa depan, maka tidak akan diakui pajak kini maupun pajak
tangguhannya.
2. Standar Akuntansi Pajak Penghasilan
Laporan keuangan dari entitas sebagai wajib pajak kepada Direktorat
Jendral Pajak adalah merupakan kewajiban. Sesuai dengan UU KUP,
diatur bahwa setiap wajib pajak wajib mengisi surat pemberitahuan dengan
benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan
huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani
serta menyampaikan kepada kantor Direktorat Jendral Pajak tempat wajib
pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang di tetapkan oleh
Direktorat Jendral Pajak. Surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan
wajib pajak yang wajib menyelenggrakan pembukuan harus dilampiri

4
dengan laporan keuangan masing-masing wajib pajak, berupa neraca dan
laporan laba rugi serta keterangan yang lain di perlukan untuk menghitung
besranya Penghasilan kena pajak.
Pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau system yang
lazim dipaki di Indonesia, misalnya berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK ETAP maupun SAK EAP), kecuali peraturan perundang-
undangan perpajakan menentukan lain. Bagi pajak Badan, besarnya
penghasilan kena pajak harus dihitung menggunakan pembukuan.
Dengan berlakunya SAK ETAP, maka penghitungan penghasilan
kena pajak bagi entitas sebagai wajib pajak yang tidak mempunyai
akuntabilitas signifikan dihitung dengan memperhatikan ketentuan kepada
SAK ETAP, sedangkan yang mempunyai akuntabilitas signifikan di hitung
dengan memperhatikan ketentuan pada SAK non ETAP (SAK EAP).
Namun demekian, baik ketentuan pada SAK ETAP maupun SAK non-
ETAP dimungkinkan tetap terdapat perbedaan pengakuan dengan
ketentuan perpajakan, sehingga laporan keuangan yang di buat
berdasarakan SAK ETAP maupun SAK non ETAP bagi perpajakan tetap
diposisikan sebagai laporan komersial, dimana untuk mendapatkan laporan
keuangan secara fiskal harus di lakuakan koreksi fiskal terlebih dahulu.
(Muljono, 2012, hal. 3-4)
3. Laba sebelum pajak dan Laba Kena Pajak
Dalam laporan keuangan, laba sebelum pajak disajikan sebelum
beban pajak penghasilan. Laba sebelum pajak dikurangi beban pajak akan
menghasilkan lab bersih/laba setelah pajak. Dalam beberapa ilustrasi
laporan keuangan dalam mata kuliah pengantar akuntansi dan manajemen
keuangan, sering dicantumkan beban pajak dihitung dari tarif pajak
dikalikan dengan laba sebelum pajak. Namun dalam akuntansi keuangan,
penyusunan harus menyajikan besarnya beban pajak menurut ketentuan
standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia sesuai ketenta
dalam PSAK 46 (revisi 2013).

5
Laba akuntansi adalah laba tau rugi selama satu periode akuntansi
sebelum dikurangi beban pajak. Laba akuntansi biasanya dihitung dari laba
operasi dikurangi dengan pendapatan dan beban lain-lain. Laba akuntansi
merupakan laba yang dihitung berdasarkan kebijakan dan standar
akuntansi. Laba akuntansi merupakan laba yang dihitung berdasarkan
kebijakan dan standar akuntansi. Laba kauntansi tersebut sesuai dengan
konsep matching principles akan dibebani dengan pajak penghasilan.
Berdasarkan ini setiap laba sebelum pajak yang telah diakui harus
dipadankan dengan kewajiban pajaknya. Untuk itu beban pajak akan di
akru pada periode laba tersebut diakui menurut akuntansi, sehingga
muncul beban pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan. Namun
karena kewajiban pajaknya dihitung sesuai dengan ketentuan perpajakan,
maka pajaknya belum menjadi liabilitas kini pada periode tersebut.
Sebaliknya jika pajak penghasilan telah dibayarkan namun laba menurut
akuntansi dan pajak akan memunculkan pajak tangguhan. Sementara pajak
yang terutang menurut fiskal akan diakui sebagai pajak kini.
Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah
laba rugi selama periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang
ditetapkan oleh otoritas pajak. Laba kena pajak dalam UU Pajak
penghasilan disebut sebagai penghasilan kena Pajak (PKP). Penghasilan
kena pajak merupakan penghasilan dikurangi dengan beban yang boleh
dikurangi menurut peraturan perpajakan. Pajak terutang dalam satu tahun
fiskal merupakan hasil perkalian penghasilan kena pajak dengantarif.
Pajak terutang dalam satu tahun fiskal menurut pengertian dalam standar
akuntansi keuangan merupakan beban pajak kini.
4. Beban Pajak
Beban pajak adalah jumlah agregat beban pajak kini dan beban pajak
tangguhan yang diperhitungkan atas laba akuntansi yang diakui pada satu
periode. Beban pajak akan dipadankan dengan laba akuntansi yang diakui
pada periode tersebut. Pajak kin adalah jumlah pajak penghasilan yang
terutang (dilunasi) atas laba kena pajak (rugi pajak) untuk satu periode.

6
Beban atau pendapatan pajak tangguhan merupakan konsekuensi
pajak akibat pengakuan aset atau liabilitas dalam laporan keuangan yang
berbeda secara temporer dengan dasar pengenaan pajaknya. Pengakuan
pajak tangguhan hanya dilakukan atas perbedaan temporer, maksudnya
perbedaan akan terpulihkan di masa mendatang. Secara total pengakuan
menurut akuntansi dan pajak sama, namun terdapat perbedaan pengakuan
pada setiap periode. Pendapatan pajak tangguhan juga dapat terjadi karena
konpensasi kerugian yang meneurut ketentuan pajak dapat di
kompensasikan di masa mendatang.
Pengakuan beban pajak tangguhan akan ditambahkan dengan beban
pajak kini, sehingga total beban pajak akan menjadi lebih besar
dibandingkan dengan beban pajak kini. Namun sebaliknya pendapat pajak
tangguhan akan dikurangkan dari beban pajak kini, sehingga total beban
pajak lebih kecil dibandingkan dengan beban pajak kini.
5. Beban Pajak Kini
Penghasilan kena pajak dihitung dari total penghasilan dikurangi
dengan beban. Pajak mengatur beban yang boleh dikurangkan untuk tujuan
menghitung penghasilan kena pajak beban menuru akuntansi tidak
semuanya menjadi beban menurut pajak atau boleh menjadi beban namun
dengan jumlahnya berbeda. Perbedaan antara laba akuntansi dan pajak
dapat terjadi karena perbedaan temporer dan permanen. Perbedaan
temporer terjadi karena perbedaan waktu pengakuan sedangkan perbedaan
permanen terjadi karena esensi pengaturan yang berbeda.
Pembukuan yang dilakukan oleh entitas adalah satu baik untuk
tujuan perpajakan maupun tujuan akuntansi. Untuk memperoleh
penghasilan kena pajak, entitas akan melakukan rekonsiliasi fiskal atau
koreksi fiskal. Pembukuan yang telah dilakukan menurut standar akuntansi
akan dikoreksi yang menurut pajak tidak boleh diakui atau ditambhakan
jika ada yang menurut pajak harus diakui. Koreksi fiskal ini akan
dilaporkan dalam laporan pajak. Koreksi fiskal juga harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.

7
Selain pajak yang dihitung dari rekonsiliasi fiskal, entitas juga
memilki kewajiban membayar pajak atas penghasilan pajak yang dikenaik
pajak final. Penghasilan yang dikenakan pajak final merupakan
penghasilan yang perhitungan, tarif dan cara pemajakan tidak mengikuti
ketentuan umum perhitungan pajak atas badan. Jadi pajak final merupakan
perkalian total penghasilan dikalikan dengan tarif pajak finalnya.
Penghasilan yang telah dikenakan tarif pajak final, bebannya tidak
boleh dikurangkan karena pemajakannya dilakukan atas penghasilan bruto.
Pajak dikenakan atas badan atau satu bentuk badan hukum, sehingga untuk
entitas konsolidasi kewajiban pajaknya diselesaikan oleh masing-masing
badan atau entitas. Rekonsiliasi fiskal akan dilakukan untuk masing-
masing perusahaan, untuk menghitung pajak masing-masing entitas.
Namun atas laba dari anak perusahaan dan laba dari investasi entitas
asosiasi (lebih dari 25% sampai dengan 50%) bukan merupakan laba induk
atau investasi sehingga tidak terjadi pemajakan ganda.
6. Liabilitas Pajak Kini
Angsuran pajak dan pajak yang telah dibayar entitas dalam satu
tahun merupakan pajak dibayar dimuka atau dalam istilah pajak disebut
kredit pajak. Pajak terutang dalam satu tahun fiskal akan dihitung setiap
tahun, pajak penghasilan ini menurut standar akuntansi keuangan disebut
sebagai beban pajak ini. Jumlah pajak terutang akan dikurangkan dengan
kredit pajak untuk mendapatkan pajak kurang atau lebih bayar pajak. Jika
pajak terutang lebih besar dari kredit pajak akan muncul pajak kurang
bayar (PPh Pasal 29), yang akan disajikan dalam laporan posisi keuangan
sebagai utang pajak badan. Sebaliknya jika muncul lebih bayar(PPh pasal
28) akan disajikan sebagai pajak dibayar dimuka.
pajak sebuah entitas meliputi pajak atas seluruh penghasilan yang
diterima, baik penghasilan dari Indonesia maupundari luar Indonesia.
Namun atas penghasilan yang telah diterima dari luar negeri dan pajaknya
telah dibayarkan, maka pajak yang telah dibayarkan tersebut akan

8
diperhitungkan sebagai kredit pajak sesuai dengan ketentuan PPh Pasal 24
UU Pajak Penghasilan.
Liabilitas pajak kini dalam laporan keuangan disajikan sebagai utang
pajak penghasilan atau utang pph badan. Jka jumlah yang dibayar atau
dipotong pihak lain lebih besar akan disajikan sebagai pajak dibayar
dimuka atau PPh badan dibayar dimuka.
Contoh penghasilan pajak kini
PT Merapi untuk tahun pajak yang berakhir 31 Desember 2015 memperoleh
laba sebelum pajak sebesar Rp. 80.000.000.000; hasil koreksi fiskal diketahui
perbedaan permanen koreksi positif sebesar Rp. 2.000.000.000. koreksi
temporer sebesar Rp. 3.000.000.000 koreksi negatif dan koreksi positif Rp.
5.000.000.000; saldo liabilitas pajak tangguhan sebesar Rp. 1.700.000.000.
pajak penghasilan yang telah dipotong oleh pihak lain sebagai berikut:
- Pph final sebesar Rp. 1.500.000.000 atas penghasilan sewa bruto Rp.
15.000.000.000, pph 23 tidak final sebesar Rp. 1.000.000.000 atas
penghasilan sebesar Rp. 50.000.000.000
- Penghasilan diterima dari luar negeri sebesar Rp. 200.000.000.000. pajak
yang telah dipotong di luar negeri sebesar Rp. 6.000.000.000, pph 24 boleh
dikreditkan terkait penghasilan luar negeri sebesar Rp. 5.000.000.000
- Angsuran pembayaran pph 25 sebesar Rp. 10.000.000.000
- Pajak yang dipungut oleh beacukai, pph 22 sebesar Rp. 2.000.000.000 atas
impor.

Perusahaan mencatat pembayaran pajak dibayar dimuka baik final maupun


yidak final sebagai pajak dibayar dimuka. Buatlah jurnal pencatatan
pembayaran pajak dan penyesuaian yang dibuat untuk mengakui utang pajak
penghasilan kini. Tarif pajak yang berlaku 25%
Atas penerimaan penghasilan pajak yang dikenakan pajak final, akan dicatat
penghasilan dan pajak dibayar di muka. Dalam mencatat harus diberikan
identifikasi final dan tidak final karena dampaknya berbeda terhadap nilai
liabilitas pajak kini (utang pajak). Dapat juga dicatat sebagai beban pajak.

9
Jurnal:
Kas 13.500.000.000
Pajak Dibayar Dimuka Final 1.500.000.000
Pendapatan 15.000.000.000

Kas 49.000.000.000
Pajak Dibayar Dimuka tidak final 1.000.000.000
Pendapatan 50.000.000.000

Kas 440.000.000.000
Pajak Dibayar Dimuka (LN) 60.000.000.000
Pendapatan 200.000.000.000
Pajak yang dibayarkan langsung oleh perusahaan ke kas negara, baik
angsuran pajak dan pajak dipungut akan dicatat sebagai pajak dibayar
dimuka. Dalam praktik jurnal ini akan dibuat sesuai dengan waktu
pembayaran.

Pajak dibayar dimuka PPN 22 2.000.000.000


Pajak Dibayar dimuka PPh 25 10.000.000.000
Kas 12.000.000.000
Pada akhir tahun akan diperhitungkan pajak yang telah dibayar dengan
jumlah pajak terutang. Jika jumlah pajak terutang lebih besar dari pajak yang
telah dibayar, akan diakui sebagai liabilitas pajak kini. Dalam laporan
keuangan disajikan dengan nama utang PPh badan. Utang ini menurut
ketentuan pajak harus dibayarkan paling lambat bulan akhir keempat setelanh
tanggal laporan keuangan.
Perhitungan pajak terutang:
Penghasilan kena pajak Rp. 80.000.000.000 + Rp. 2.000.000.000 – Rp.
3.000.000.000 + Rp. 5.000.000.000 = Rp. 84.000.000.000
Pajak terutang = 25% X Rp. 84.000.000.000 = Rp. 21.000.000.000

10
Beban pajak kini 21.000.000.000
Pajak dibayar dimuka pph 22 2.000.000.000
Pajak dibayar dimuka pph 23 1.000.000.000
Pajak dibayar dimuka pph 24 5.000.000.000
Pajak dibayar dimuka pph 25 10.000.000.000
Utang PPh Badan (29) 3.000.000.000
Total beban pajak kini merupakan penjumlahan semua pajak yang
dibayarkan yaitu pajak final dan pajak tidak final, termasuk juga pajak yang
LN yang tidak boleh dikreditkan.
Total beban pajak kini = pajak terutang tahunan Rp. 21.000.000.000 + Rp.
1.500.000.000 + Rp. 1.000.000.000
LN = Rp. 23.500.000.000
Beban Pajak Kini 2.500.000.000
Pajak dibayar dimuka PPH final 1.500.000.000
Pajak LN dibayar dimuka PPh 24 1.000.000.000
Beda temporer net Rp. 5.000.000.000 – Rp. 3.000.000.000 = Rp.
2.000.000.000 positif. Pajak tangguhan 25% X Rp.2.000.000.000 = Rp.
500.000.000. penghasilan kena pajak lebih besar dibandingkan dengan laba
menurut akuntansi, sehingga pengenaan pajak akan mendahului pengakuan
menurut akuntansi. Karena sebelumnya terdapat liabilitas pajak tangguhan,
maka pendapatan pajak tangguhan akan mengurangi liabilitas pajak
tangguhan. Saldo liabilitas pajak tangguhan sebesar Rp. 1.700.000.000 – Rp.
500.000.000 = Rp. 200.000.000
Saldo total beban pajak perusahaan adalah beban pajak kini ditambah pajak
tangguhan = Rp. 13.500.000.000 – Rp. 500.000.000 = Rp. 13.000.000.000

Penyajian dalam laporan keuangan


Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
Laba sebelum pajak 80.000.000.000
Beban pajak:
Beban pajak kini 23.500.000.000
Pendapatan pajak tangguhan (500.000.000)
Total beban pajak 23.000.000

11
Laba bersih 57.000.000
Laporan posisi keuangan

Utang PPh badan( liabilitas pajak kini) 3.000.000.000


Liabilitas pajak tangguhan 1.700.000.000

C. Pajak Tangguhan
1. Identifikasi dan menghitung pajak penghasilan, pajak tangguhan.
Dasar hukum
1) Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008.
2) Peraturan meteri keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang petunjuk
pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa an kegiatan orang pribadi.
3) Peraturan menteri keuangan Nomor 250/PMK.02/2008 tentang
besarnya biaya jabatab atau pensiun yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto pegawai tetap atau pensiunan.
4) Peraturan direktur jenderal pajak Nomor per-57/Pj/2009 tentang
perubahan atas peraturan direktur jenderal pajak Nomor per-31/Pj/2009
tentang pedoman teknis tata cara pemotongan, penyetoran dn pelaporan
pajak penghasilan pasal 21 dan/atau pajak penghasilan pasal 26
sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan orang pribadi.
5) Pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 46 tentang
akuntansi pajak tangguhan.
Akuntansi penghasilan pasal 21 adalah pemotongan pajak atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan dengan
nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau yang diperoleh wajib
pajak orang pribadi dalam negari wajib dilakukan oleh pemberi kerja yang
membayar gaji, upah,honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau
bukan pegawai, Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sehubungan dengan
pekerjaan, jasa atau kegiatan berupa: (Slamet & Sumiyana, 2005, hal. 36)

12
a. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun.
b. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas dan penyelenggara kegiatan yang
melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu
kegiatan.
Akuntansi PPh pasal 21 adalah proses pencatatan transaksi kaitan dengan
PPh pasal 21 misalnya pembayaran gaji, upah dan lain sebagainya. Ketika
ada transaksi kaitannya dengan pemotongan/ pemungutan PPh pasal 21,
pembayaran PPh pasal 21 dan juga pembayaran gaji/ upah karyawan maka
perlu ada pencatatan akuntansi yang sesuai dengan peraturan perpajakan
yang berlaku.( Suprianto.2012.hal37-39)

Perhitungan pajak penghasilan pasal 21.


Secara sederhana penghasilan kena pajak ini dihitung dengan cara:
Gaji pokok sebulan xxx
Tunjangan-tunjangan xxx +
Total gaji sebulan xxx

Pengurangan:
biaya jabatan/pensiun xxx
PTKP xxx +
Total pengurangan xxx -
Penghasilan kena pajak xxx
2. Perbedaan Akuntansi dan Pajak
Penghasilan kena pajak dan laba akuntansi memiliki dasar hukum
yang berbeda. Pajak dikenakan dan dihitung berdasarkan ketentuan pajak,
sedangkan laba akuntansi dihitung sesuai dengan kaidah dalam standar
akuntansi.

13
Perbedaan yang muncul misalnya terkait dengan perhitungan
depresiasi, pengaturan beberapa beban dan penghasilan yang menurut
pajak diakui dengan basis kas, pengaturan atas penghasilan yang menurut
pajak diatur dengan ketentuan khusus dan pengaturan beberapa beban
yang menurut pajak tidak diperkenankan sebagai pengurang penghasilan
pajak. Perbedaan tersebut dapat diklasifikasikan atas perbedaan temporer
dan permanen. Namun jika dilihat dari dampak akhirnya dapat
diklasifikasikan atas perbedaan positif atau negative. Perbedaan positif
terjadi jika laba akuntansi lebih besar dari laba pajak dan sebaliknya.
Perbedaan yang mengandung konsekuensi pengakuan pajak tangguhan
menurut akuntansi adalah penghasilan kena pajak. Contoh:
PT. Kencana menurut akuntansi melaporkan pendapatan yang sama
selama tahun 2015. 2016 dan 2017 sebesar Rp. 300.000.000 pertahun.
Untuk tujuan pajak terdapat perbedaan temporer terkait dengan
pengukuran pendapatan sehingga penghasilan untuk 2015, 2016, 2017
secara berurutan sebesar Rp. 240.000.000, Rp. 320.000.000, dan Rp.
340.000.000. bagaimana dampak dari perbedaan ini di laporan keuangan
entitas?
Tabel 1 Laporan keuangan entitas
Laporan keuangan 2015 2016 2017 total
Pendapatan 300.000.000 300.000.000 300.000.000 900.000.000
Beban 200.000.000 200.000.000 200.000.000 600.000.000
Laba sebelum pajak 100.000.000 100.000.000 100.000.000 300.000.000
Beban pajak penghasilan 25.000.000 25.000.000 25.000.000 75.000.000
25%

Laporan pajak 2015 2016 2017 total


Penghasilan 240.000.000 320.000.000 340.000.000 900.000.000
Beban yang dapat
dikurangkan 200.000.000 200.000.000 200.000.000 600.000.000
Penghasilan kena pajak 40.000.000 120.000.000 140.000.000 300.000.000
Beban pajak kini (pajak
terutang 25%) 10.000.000 30.000.000 35.000.000 75.000.000

Penyajian dalam laporan


keuangan
Beban pajak kini 10.000.000 30.000.000 35.000.000 75.000.000

14
Beban pendapatan pajak
tangguhan 15.000.000 (5.000.000) (10.000.000)
Total beban pajak
penghasilan 25.000.000 25.000.000 25.000.000 75.000.000

Liabilitas pajak tangguhan


15.000.000 10.000.000
Dalam kasus ini perbedaan yang muncul hanya perbedaan
temporer sehingga beban pajak menurut akuntansi dibagi laba sebelum
pajak (tarif pajak efektif) sama dengan tarif pajak yang berlaku yaitu 25%
jika terdapat perbedaan permanen tarif pajak efektif tidak sama dengan
tarif pajak yang berlaku.
3. Perbedaan temporer dapat dikurangkan dan asset pajak tangguhan
Perbedaan temporer dapat dikurangkan adalah perbedaan temporer
yang menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan dalam penentuan laba
kena pajak (rugi pajak) periode massa depan ketika jumlah tercatat asset
atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan yang tercantum dalam PSAK
46(revisi 2013). Perbedaan temporer yang dapat dikurangkan terjadi saatt
laba akuntansi lebih kecil dibandingkan laba menurut pajak atau
penghasilan kena pajak, akibat dari perbedaan temporer.
Perbedaan yang dapat dikurangkan umumnya terjadi saaat
penghasilan kena pajak lebih tinggi dibandingkan dengan laba menurut
akuntansi. Beberapa kejadian berikut ini merupakan bentuk perbedaan
temporer yang dapat dikurangkan.
a. Pengakuan beban provisi garansi secara akrual pada saat terjadi
penjualan sedangkan menurut pajak pembebanan dilakukan pada saat
garansi diberikan.
b. Depresiasi dengan masa manfaat yang lebih pendek menurut akuntansi
dibandingkan dengan masa manfaat depresiasi menurut pajak.
c. Pengakuan beban penyisihan piutang yang diakui saat terdapat bukti
objektif sedangkan menurut pajak diakui sesuai dengan ketentuan dan
biasanya terjadi pada periode setelah pengakuan menurut akuntansi.

15
d. Pengakuan penurunan nilai asset yang menurut pajak akan diakui saat
asset tersebut dijual atau dilepaskan, sedangkan menurut akuntansi
diakui saat terdapat indikasi penurunan nilai
e. Pengakuan beban yang jumlahnya diestimasi atau menurut akuntansi
disebut provisi, sedangkan menurut pajak baru dilakukan pengakuan
pada saat beban tersebut telah direalisasi.
f. Pengakuan beban yang lebih kecil menurut pajak dibandingkan
pengakuan beban menurut akuntansi, akibat perbedaan temporer.
g. Pengakuan penghasilan lebih besar dibandingkan pengakuan beban
menurut akuntansi akibat perbedaan temporer. (Martani, 2015, pp.
251-254)
4. Perbedaan Temporer Kena Pajak dan Libilitas Pajak Tangguhan
Perbedaan temporer kena pajak Menurut PSAK 46 adalh
perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah kena pajak dalam
penentuan laba kena pajak(rugi pajak) periode masa depan ketika jumlah
tercatat asset atau libilitas pajak diselesaikan. Beberapa kejadian berikut
merupakan contoh perbedaan temporer kena pajak:
a. Depresiasi menurut akuntansi dengan masa manfaat lebih panjang
dibandingkan masa manfaat menurut pajak.
b. Pengakuan beban yang lebih kecil menurut akuntansi dibandingkan
pengakuan beban menurut pajak, akibat perbedaan temporer.

Contoh:

PT. Sumbing pada awal januari 2015 membeli kendaraan dengan harga
Rp. 200.000.000. menurut akuntansi asset ini disusutkan 5 tahun tanpa
nilai sisa, sedangkan menurut pajak disusutkan 4 tahun tanpa nilai sisa.

Table 3 perhitungan perbedaan temporer kena pajak

tahun 2015 2016 2017 2018 2019 total


Beban
depresiasi 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 200.000.000
akuntansi
Beban 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 - 200.000.000

16
depresiasi pajak
Perbedaan laba
akuntansi dan 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 (40.000.000)
pajak
Laba akuntansi
lebih
tinggi(rendah)

Liabilitas pajak 2.500.000 5.000.000 7.500.000 10.000.000 -


tangguhan
(akhir periode)
Beban 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 -
(pendapatan)
pajak
tangguhan 10.000.000 20.000.000 30.000.000 40.000.000 -
Perbedaan nilai
kendaraan net
(akhir)

Jurnal
Beban pajak tangguhan 2.500.000
Liabilitas pajak tangguhan 2.500.000
Jurnalnya ini dibuat selama empat tahun 2015-2018, sehingga liabilitas
pajak tangguhan akan terakumulasi dan bersaldo Rp. 10.000.000 pada
tahun 2019.
Liabilitas pajak tangguhan 10.000.000
Pendapatan pajak tangguhan 10.000.000
5. Akuntansi pajak tangguhan.
Akuntansi pajak tangguhan adalah pencatatan transaksi perusahaan
yang berkaitan dengan kewajiban pajaknya dapat ditunda sampai periode
atau waktu yang diperolehkn. Hal ini disebabkan karena perbedaan
temporer atau beda waktu pengakuan penghasilan atau biaya antara
akuntansi komersial dengan peraturan perpajakan yang berlaku.(Suprianto,
2012, hal. 166)
Penyebab terjadi pengakuan diakuntansi yang disebut dengan aktiva
pajak tangguhan maupun pasiva pajak tangguhan. Menurut PSAK No. 46
bahwa kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilites) adalah jumlah
pajak penghasilan terutang (payable) untuk periode mendatang sebagai
akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Sedangkan aktiva pajak

17
tangguhan (deferred tax asset) adalah jumlah pajak penghasilan
terpulihkan (recoverable) pada priode mendatang sebagai akibat adanya
perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi
kerugian.
6. Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan
Akiva pajak tangguhan timbul karena beda temporer yang dapat
dikurangi artinya kemungkinan dapat mengurangi besarnya pajak di masa
yang akan datang. Sedangkan kewajiban pajak tangguhan timbul karena
beda temporer kena pajak artinya kemungkinan dapat menambah besarnya
pajak dimasa yang akan datang. Sebagai ilustrasi dapat dijelaskan pada
contoh berikut:
Contoh:
Perusahaan membeli peralatan pada Januari 2010 senilai Rp100.000
menurut komersial peralatan tersebut memiliki masa ke dalam kelompok II
yang memiliki masa manfaat 8 tahun.
Tabel 2 penyusutan
Penyusutan Beban(komersial) Beban (pajak) Beban waktu

The ke-1 (2002) 20.000.000 12.5000.000 7.500.000

Th ke-2 (2003) 20.000.000 12.500.000 7.500.000

Th ke-3 (2004) 20.000.000 12.500.000 7.500.000

Th Ke-4 (2005) 20.000.000 12.500.000 7.500.000

Th ke-5 (2006) 20.000.000 12.500.000 7.500.000

Th ke-6 (2007) - 12.500.000 -12.500.000

Th ke-7 (2008) - 12.500.000 -12.500.000

Th ke-8 (2009) - 12.500.000 -12.500.000

Total 100.000.000 100.000.000 0

Pajak tangguhan yang dimaksud dari ilustrasi di atas adalah dengan


adanya perbedaan masa manfaat menurut pajak dan komersial yang juga

18
mengikuti besarnya beban yang diakui maka mengakibatkan pajak yang
harus dibayarnya menjadi lebih besar di tahun ke-1 s.d tahun ke-5.
Sebenarnya pajak yang dibayar atas peralatan di atas, menurut komersial
ataupun pajak sama saja, hanya dengan adanya aturan pajak maka
dikoreksi sampai waktu yang ditentukan.
Pada tahun ke-1 biaya depresiasi menurut akuntansi komersial
sebesar Rp20.000.000 dan menurut pajak Rp12.500.000. selisih sebesar
Rp7.500.000 tersebut diakui sebagai kewajiban pajak tangguhan, karena
kemungkinan pada tahun yang akan datang menambah besarnya pajak
terutang. Untuk mencatat koreksi ini adalah:
Pajak penghasilan tangguhan Rp7.500.000
Kewajiban pajak tangguhan Rp7.500.000

PSAK No.46 tentang akuntansi pajak penghasilan paragraf 26


menjelaskan bahwa saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasikan diakui
sebagai asat pajak tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal
pada masa depan memadai untuk dikompensasikan
Menurut PSAK 46 paragraf 27 diatur bahwa berikut ini adalah hal-
hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah penghasiln
kena pajak akan tersedia dalam jumlah memadai untuk dikompensasikan:
a. Apabilah perusahaan mempunyai perbedaan temporer kena pajak dalam
jumlah yang memadai, yang memungkinkan sisa kompensasi dapat
digunakan sebelum masa berlakunya kadaluarsa.
b. Apabila perusahaan mungkin memperoleh laba fiskal agar saldo rugi
fiskal yang dapat di kompensasikan kerugian dapat digunakan sebelum
masa berlakunya daluarsa.
Paragraf 28 mengatur mengenai penilaian kembali aset pajak
tangguhan. Pada setiap tanggal neraca, perusahaan menilai kembali aset
pajak tangguhan yang tidak diakui. Perusahaan mengakui aset pajak
tangguhan yang sebelumnya tidak diakui apabila besar kemungkinan
bahwa laba fiskal pada masa depan akan tersedia untuk pemulihannya.

19
Berdasarkan Undang-undang No.7 Tahun 1983 tentang pajak
penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang No.
36 tahun 2008 (UU PPh) pasal 6 ayat (2) diatur bahwa apabila penghasilan
bruto setelah pengurangan sebagaimana maksud dari ayat 1 dapat
dikurangi, maka tahun pajak berikutnya beturut-turut sampai dengan 5
tahun. Contoh pajak tangguhan.
PT. A selam 3 tahun berturut-turut diperoleh gambaran sebagai
berikut:
Tahun 2008 2009 2010

Laba/Rugi komersial (20.000.00) (5.000.00) 15.000.00

Kompensasi kerugian - (20.000.00) (25.000.00)

Laba/Rugi fiskal (20.000.00) (25.000.00) (10.000.00)

Jika diasumsikan tarif pajak untuk ketiga tahun adalah 28% maka
besarnya pajak tangguhan pertahun adalah.

Pajak tangguhan Th 2008 = 20.000 X 28%

=5.600
Jika tahun sebelumnya dianggap tidak ada kerugian maka jurnal
untuk mencatatnya adalah:
Aktiva pajak tangguhan 5.600
Pajak penghasilan tangguhan 5.600
Pajak tangguhan Th 2009 = 25.000 X 28%

=7.000
Karena tahun sebelumnya telah tercatat aktiva pajak tangguhan
sebesar 5.600 maka jurnal untuk mencatat aktiva pajak tabgguhan tahun
ini sebesar 1.400 (7.000 – 5.600) adalah:
Aktiva pajak tangguhan 1.400
Pajak penghasilan tangguhan 1.400
Pajak tangguhan Th 2010 =10.000 X 28%

20
=2.800
Karena tahun sebelumnya telah tercatat aktiva pajak tangguhan
sebesar 5.600, sedangkan tahun iniaktiva pajak tangguhan tahun ini
sebesar 2.800 maka tahun ini dicatat kewajiban pajak tangguhan sebesar
4.200 (5.600 – 2.800), maka jurnal untuk mencatatnya adalah:

Pajak penghasilan tangguhan 5.600


Kewajiban pajak tangguhan 5.600
Pada tahun 2011 nanti ketika saldo aktiva pajak tangguhan sebesar
2.800 akan dikompensasikan dengan laba sekarang maka jurnalnya adalah:

Pajak penghasilan tangguhan 2.800


Kewajiban pajak tangguhan 2.800
Dari ayat-ayat di atas jurnal di atas , dapat diketahui bahwa saldo
aset pajak tangguhan di neraca PT. A per 31/12/2006 sudah menjadi nol
seiring dengan habisnya kompensasi saldo rugi fiskal pada tahun
2006.(Suprianto.2012.hal,173)

D. Kompensasi Kerugian
1. Defenisi dan ketentuan Kompensasi Kerugian
Kompensasi kerugian adalah kompensasi yang diberikan kepada
entitas yang mengalami kerugian untuk tidak membayar pajak pada
periode berikutnya sejumlah kerugian yang telah diakui atau dibatasi oleh
waktu. Ketentuan dalam regulasi pajak di Indonesia menyebutkan bahwa
entitas tahun ini mengalami kerugian maka kerugian tersebut dapat
dikompensasikan sampai dengan lima tahun ke depan.regulasi di Indonesia
hanya membolehkan melakukan kompensasi kerugain ke periode
setelahnya atau disebut dengan istilah loss carry forward. Kompensasi ke
depan akan menyebabkan entitas menerima restitusi pajak pada saat entitas
mengalami kerugian. Salah satu keuntungannya entitas dapat memperoleh
dana saat mengalami kerugian sehingga dapat digunakan untuk
memperbaiki kinerjannya dimasa mendatang.

21
2. Pajak tangguhan akibat kompensasi kerugian
Aset pajak tangguhan diakui untuk akumulasi rugi pajak belum
dikompensasi dan kredit pajak belum dimanfaatkan apabila besar
kemungkinan laba kena pajak masa depan akan memadai untuk
dimanfaatkan dengan rugi pajak belum dikompensasi dan kredit pajak
belum dimanfaatkan. Artinya pada saat entitas mengalami kerugian, maka
manfaat kompensasi yang akan diterima di masa depan tersebut akan
diakui sebagai aset pajak tangguhan. Manfaat kompensasi tersebut akan
diakui sebagai pendapatan pajak tangguhan atau manfaat kompensasi
kerugian dan disajikan sebagai bagian beban pajak.
3. Penyesuaian atas aset pajak tangguhan
Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai kembali aset pajak
tangguhan. Entitas mengakui aset pajak tangguhan yang tidak diakui
sebelumnya apabila kemungkinan besar laba kena pajak masa depan akan
tersedia untuk dipulihkan.
perubahan kondisi perekonomian yang semakin memburuk atau perubahan
struktur bisnis entitas dapat menyebabkan kemampuan entitas
menghasilakn laba menjadi berkurang. Misalnya entitas pada awalnya
memprediksi bahwa atas kerugian yang terjadi ditahun tertentu hanya
terjadi sementara dan tidak berkelanjutan, sehingga pada tahun berikutnya
diprediksi entitas dpat memanfaatkan kompensasi kerugian yang telah
diakui. Namun ternyata dengan berjalannya waktu entitas tidak dapat
memanfaatkan kompensasi kerugian tersebut sehingga pengakuan saldo
aset pajak tangguhan perlu disesuaikan.

E. Isu dalam Pajak Penghasilan


1. Perubahan Tarif Pajak

Aset dan liabilitas pajak tangguhan harus di ukur dengan


menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat asset di pulihkan
atau liabilatas diselesaikan, yaitu dengan tariff pajak (dan peraturan pajak)

22
yang telah berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada periode
pelaporan. Aset dan liabilitas pajak tangguhan akan di pulihkandan di
selesaikan di masa depan, sehingga tariff yang di gunakan untuk
melakukan pengukuran bukan tarif yang berlaku saat perbedaan temporer
tersebut diselesaikan atau di pulihkan.

Entitas juga harus mengakui aset pajak tangguhan untuk semua


perbedaan temporer dapat di kurangkan yang di timbulkan dari entitas
anak, cabang dan entitas asosiasi, serta bagian partisipasi dalam ventura
bersama sepanjang dan hanya sepanjang kemungkinan besar terjadi:

1. Perbedaan temporer akan terpulihkan oada masa depan yang dapat di


perkirakan dan
2. Laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang memadai sehingga
perbedaan temporer dapat di manfaatkan.
2. Laba Operasi Normal dan laba Komprehensif

Pajak kini dan pajak tangguhan di akui sebagai penghasilan atau


beban pada laporan laba rugi, kecuali apabila pajak penghasilan yang
berasal dari :

1. Suatu tranksasi atau kejadian yang di akui, pada periode yang sama
atau berbeda, di luar laporan laba rugi baik dalam penghasilan
komprehensif lain maupun secara langsung dalam ekuitas; atau
2. Kombinasi bisnis

Pajak kini dan pajak tangguhan diakui di luar laporan laba rugi
apabila pajak terkait pada pos-pos tersebut pada periode yang sama atau
berbeda, di akui dinluar laporan laba rugi. Oleh karena itu , pda periode
yang sama atau berbeda, pajak kini dan pajak tangguhan terkait dengan
pos-pos yang di akui dalam penghasilan komprehensif lain, harus di akui
pada penghasilan komprehensif lain.

23
Beban (Penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dari aktivitas
normal disajikan tersendiri pada laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif. Jika entitas menyajikan komponen laba rugi pada laporan
laba rugi secara terpisah, maka beban (penghasilan) pajak terkait dengan
laba rugi dari aktivitas normal pada laporan keuangan disajikan terpisah.

F. Penyajian dan Pengungkapan


Apakah perubahan pajak penghasilan yang ditangguhkan harus
ditambahkan kea tau dikurangkan dari hutang pajak penghasilan tergantung
pada situasinya. Sebagai contoh, kenaikan kewajiban pajak yang
ditangguhkan akan ditambahkan ke hutang pajak penghasilan. Sebaliknya,
kenaikan aktiva pajak yang ditangguhkan akan dikurangkan dari hutang pajak
penghasilan. Rumus untuk menghitung beban (manfaat) pajak penghasilan
adalah sebagai berikut:

Hutang pajak perubahan pajak total beban atau


Penghasilan atau pengasilan yang manfaat pajak
+- =
yang dapat di ditangguhkan penghasilan
danai kembali

Dalam laporan laba rugi atau catatan atas laporan keuangan, komponen-
komponen beban pajak penghasilan signifikan yang berkaitan dengan operasi
berlanjut harus di ungkapkan. Dengan memakai informasi yang berhubungan
dengan Chelsea Inc. Laporan laba rugi Chelsea dapat dilaporkan sebagai
berikut:
CHELSEA INC
Laporan Laba Rugi
31 Desember 2007
Pendapatan 130.000
Beban 60.000
Laba sebelum pajak penghasilan 70.000
Beban pajak penghasilan
Tahun berjalan 16.000
Ditangguhkan 12.000 28.000

24
Laba bersih 42.000

Bagi bagian tahun berjalan (jumlah utang pajak penghasilan untuk


periode tersebut) maupun bagian yang ditangguhkan dari beban pajak
penghasilan dilaporkan. Pilihan lainnya cukup melaporkan total beban pajak
penghasilan dalam laporan laba tugi, kemudian dalam catatan atas laporan
keuangan ditunjukan bagian tahun berjalan dan bagian yang ditangguhkan.
Beban pajak penghasilan sering disebut sebagai provisi untuk pajak
penghasilan. (E. Kieso, 2007, hal. 13-14)

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Suatu entitas memiliki kewajiban untuk memenuhi ketentuan perundang-
undangan. Salah satu ketentuan yang harus dipenuhi oleh entitas adalah
peraturan perpajakan. Setiap entitas terikat dengan peraturan pajak yang
berlaku dimana entitas itu beroperasi. Entitas yang didirikan di Indonesia
memiliki kewajiban perpajakn sesuai dengan regulasi perpajakan di
Indonesia antara lain UU ketentuan Umum dan tatacara Perpajakan, UU
36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan, UU 42 Tahun 2009, dan
lainnya. Pajak tersebut disetorkan ke kas negara, dan bagi negara pajak
merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mendanai
pengeluaran pemerintah.
2. Topik utama perlakuan akuntansi pajak penghasilan adalah bagaimana
menghitung konsekuensi pajak kini dan masa depan. Pemulihan atau
penyelesaian tercatat aset(liabilitas) mengandung konsekuensi pajak
dimasa depan. Pengakuan aset atau liabilitas pajak tangguhan akan
memunculkan pendapatan atau beban pajak tangguhan yang diakui dalam
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. Pengakuan aset
pajak tangguhan akan diikuti dengan pengakuan pendapatan tangguhan.
Sebaliknya pengakuan liabilitas pajak tangguhan akan diikuti dengan
pengakuan beban pajak tangguhan. Pengakuan konsekuensi pajak atas
peristiwa dan transaksi dalam laporan laba rugi penghasilan komprehensif
mengikuti pengakuannya dalam laporan keuangan. Jika peristiwa atau
transaksi diakui dalam laporan laba rugi maka konsekuensi pajak
penghasilannya akan diakui dalam laporan laba rugi. Penghasilan kena
pajak dan laba akuntansi memiliki dasar hukum yang berbeda. Pajak
dikenakan dan dihitung berdasarkan ketentuan pajak, sedangkan laba
akuntansi dihitung sesuai dengan kaidah dalam standar akuntansi.
3. Perbedaan yang muncul misalnya terkait dengan perhitungan depresiasi,
pengaturan beberapa beban dan penghasilan yang menurut pajak diakui

26
dengan basis kas, pengaturan atas penghasilan yang menurut pajak diatur
dengan ketentuan khusus dan pengaturan beberapa beban yang menurut
pajak tidak diperkenankan sebagai pengurang penghasilan pajak.
Perbedaan tersebut dapat diklasifikasikan atas perbedaan temporer dan
permanen. Namun jika dilihat dari dampak akhirnya dapat diklasifikasikan
atas perbedaan positif atau negative. Perbedaan positif terjadi jika laba
akuntansi lebih besar dari laba pajak dan sebaliknya. Perbedaan yang
mengandung konsekuensi pengakuan pajak tangguhan menurut akuntansi
adalah penghasilan kena pajak.
4. Kompensasi kerugian adalah kompensasi yang diberikan kepada entitas
yang mengalami kerugian untuk tidak membayar pajak pada periode
berikutnya sejumlah kerugian yang telah diakui atau dibatasi oleh waktu.
Ketentuan dalam regulasi pajak di Indonesia menyebutkan bahwa entitas
tahun ini mengalami kerugian maka kerugian tersebut dapat
dikompensasikan sampai dengan lima tahun ke depan. regulasi di
Indonesia hanya membolehkan melakukan kompensasi kerugian ke
periode setelahnya atau disebut dengan istilah loss carry forward.
5. Perubahan Tarif Pajak, aset dan liabilitas pajak tangguhan harus di ukur
dengan menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat asset di
pulihkan atau liabilatas diselesaikan, yaitu dengan tariff pajak (dan
peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara substantif
berlaku pada periode pelaporan. Laba Operasi Normal dan laba
Komprehensif, Pajak kini dan pajak tangguhan diakui di luar laporan laba
rugi apabila pajak terkait pada pos-pos tersebut pada periode yang sama
atau berbeda, di akui dinluar laporan laba rugi. Oleh karena itu, pada
periode yang sama atau berbeda, pajak kini dan pajak tangguhan terkait
dengan pos-pos yang di akui dalam penghasilan komprehensif lain, harus
di akui pada penghasilan komprehensif lain.

27

You might also like