You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di era sekarang ini, peningkatan pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan oleh


masyarakat, perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan sangat perlu mengetahui kode
etik yang diberlakukan dalam dunia kesehatan.
Pelayanan kesehatan di indonesia sampai sekarang ini belum berjalan secara
maksimal disebabkan karena banyak perawat yang berperan sebagai pemberi pelayanan
kesehatan belum memahami kode etik keperawatan yang telah disusun oleh Dewan
Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasioanl Indonesia (DPP PPNI) melalui munas PPNI di
Jakarta pada tangal 29 November1989.
Oleh karena itu, penyusun tertarik untuk membahas tentang konsep kode etik
keperawatan menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

B. Rumusan masalah
1. Mengetahui kode etik keperawatan
2. Mengetahui tujuan kode etik keperawatan
3. Mengetahui fungsi kode etik keperawatan
4. Mengetahui prinsip-prinsip kode etik keperawatan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Kode etik
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai
pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang
berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat
adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang
teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan.
Kode etik adalah suatu pernyataan formal mengenai suatu standar
kesempurnaan dan nilai kelompok.
Kode etik adalah prinsip etik yang digunakan oleh semua anggota
kelompok, mencerminkan penilaian moral mereka sepanjang waktu, dan berfungsi sebagai
standar untuk tindakan profesional mereka.
2. Kode etik keperawatan
Kode Etik Keperawatan adalah pernyataan standar professional yang
digunakan untuk bimbingan perilaku & sebagai framework untuk pengambilan keputusan.
Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pinpinan Pusat Persatuan
Perawat Nasioanl Indonesia (DPP PPNI) melalui munas PPNI di Jakarta pada tangal 29
November1989.

B. Tujuan
Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam
menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat
manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman
sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun dengan
profesi lain di luar profesi keperawatan.

2
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan
yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan
secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga keperawatan
akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek keperawatan.

C. Fungsi
Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan bagi status
profesional dengan cara sebagai berikut:
1. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuska
memahami dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada
perawat oleh masyarakat.
2. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan
keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal.
3. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu
hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga
profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai
seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan.
4. Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.

D. Prinsip-prinsip kode etik keperawatan


1. Respek
a. Respek diartikan sebagai perilaku perawat sebagai pemimpin yang menghormati atau
menghargai pendapat orang lain.
b. Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien seperti hak untuk pencegahan bahaya
dan mendapatkan penjelasan secara benar.
c. Penerapan “informed-consent” secara tidak langsung menyatakan suatu trilogi hak
pasien yaitu hak untuk dihargai, hak untuk menerima dan menolak trietmen.

3
d. Penghargaan perawat terhadap pasien diwujudkan dalam pemberian asuhan yang
bermutu secara ramah dan penuh perhatian.
e. Kepekaan perawat dituntut untuk dapat menghargai hak pasien yang berarti
mengetahui kapan menghormati hak pasien/klien untuk menolak trietmen dan kapan
mengesampingkan hak tersebut.
f. Selain menghargai pasien dan keluarganya, perawat juga harus menghargai rekan-
rekan kerjanya seperti dokter, pekerja sosial, ahli gizi dan lain-lain.
2. Otonomi
a. Otonomi berkaitan dengan hak seorang pemimpin untuk mengatur dan membuat
keputusannya sendiri meskipun demikian masih terdapat berbagai keterbatasan,
terutama yang berkaitan dengan situasi dan kondisi, latar belakang individu, campur
tangan hukum dan tenaga kesehatan profesional yang ada.
b. Pada prinsipnya otonomi berkaitan dengan hak seorang pemimpin untuk memilih bagi
diri mereka sendiri, apa yang menurut pemikiran dan pertimbangannya merupakan hal
yang terbaik.
c. Dengan demikian akan melibatkan konsep diri dalam menentukan nasib atau
mempertanggung jawabkan dirinya sendiri.
3. Beneficence (kemurahan hati)
a. Kemurahan hati berkaitan dengan kewajiban untuk melakukan hal yang baik dan tidak
membahayakan orang lain.
b. Kesulitan muncul pada waktu menentukan siapa yang harus memutuskan hal yang
terbaik untuk seseorang.
c. Pada dasarnya diharapkan seseorang dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri
kecuali bagi mereka yang tidak dapat melakukannya seperti bayi, orang yang secara
mental tidak kompeten dan pasien koma.
d. Permasalahan lain yang muncul berpusat pada “apa yang disebut baik” dan “apa yang
disebut tidak baik”.
e. Sebagai contohnya adalah suatu keputusan yang harus diambil, apakah lebih baik,
menopang dan memperpanjang hidup dalam menghadapi semua ketidak mampuan
atau lebih baik memperbolehkan seseorang untuk meninggal dan mengakhiri
penderitaannya. Tentu saja memerlukan pertimbangan yang sangat hati-hati.

4
4. Non-Maleficence
a. Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja
menimbulkan kerugian atau cidera.
b. Kerugian atau cidera dapat diartikan adanya kerusakan fisik seperti nyeri, kecacatan,
kematian atau adanya gangguan emosi yang antara lain adalah perasaan tidak berdaya,
merasa terisolasi dan adanya kekesalan.
c. Kerugian juga dapat berkaitan dengan ketidak adilan, pelanggaran atau berbuat
kesalahan.
d. Beberapa kewajiban yang berasal dari prinsip non-maleficence antara lain adalah
suatu larangan seperti: jangan membunuh atau menghilangkan nyawa orang lain,
jangan menyebabkan nyeri atau penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang
lain tidak berdaya , jangan melukai perasaan orang lain, Prinsip ini berkaitan dengan
kewajiban pemimpin untuk selalu berada dalam kebenaran, tidak berbohong dan tidak
menipu orang lain.
5. Veracity (Kejujuran)
a. Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu kebenaran,
tidak berbohong atau menipu orang lain.
b. Kejujuran adalah landasan untuk “informed consent” yang baik.
c. Perawat harus dapat menyingkap semua informasi yang diperlukan oleh pasien maupun
keluarganya sebelum mereka membuat keputusan.
6. Konfidensialitas (Kerahasiaan)
a. Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua informasi tentang
pasien/klien yang dirawatnya.
b. Pasien/klien harus dapat menerima bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga
profesional kesehatan akan dihargai dan tidak disampaikan/diberbagikan kepada pihak
lain secara tidak tepat.
c. Perlu dipahami bahwa berbagi informasi tentang pasien/klien dengan anggota
kesehatan lain yang ikut merawat pasien/klien tersebut bukan merupakan pembeberan
rahasia “selama informasi tersebut relevan dengan kasus yang ditangani”.

5
7. Fidelity (Kesetiaan)
a. Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada kesepakatan dan tanggung
jawab yang telah dibuat.
b. Setiap tenaga keperawatan mempunyai tanggung jawab asuhan keperawatan kepada
individu, pemberi kerja, pemerintah dan masyarakat.
c. Apabila terdapat konflik diantara berbagai tanggung jawab, maka diperlukan penentuan
prioritas sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada .
8. Justice (Keadilan)
a. Keadilan berkenaan dengan kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang.
b. Perkataan adil sendiri berarti tidak memihak atau tidak berat sebelah.
c. Azas ini bertujuan untuk melaksanakan keadilan dalam transaksi dan pelayanan/perlakuan
antar individu pasien/klien, berarti setiap orang harus mendapatkan perlakuan yang sama
sesuai dengan kebutuhannya.
d. Dampak dari prinsip ini antara lain adalah tuntutan masyarakat kepada pemerintah untuk
dapat menyediakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan yang tidak dapat mereka
penuhi sendiri.

E. Kode etik keperawatan PPNI


1. Perawat dan Klien
a. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat
manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta
kedudukan sosial.
b. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup
beragama dari klien.
c. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.
d. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.

6
2. Perawat dan Praktek
a. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui
belajar terus menerus.
b. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan klien.
c. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi,
menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.
d. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu
menunjukan perilaku profesional.
3. Perawat dan Masyarakat
Perawat mengemban tanggungjawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan
kesehatan masyarakat
4. Perawat dan Teman Sejawat
a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan
tenaga kesehatahn lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
b. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.
5. Perawat dan Profesi
a. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
b. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan.
c. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara
kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu
tinggi.

7
F. Contoh studi kasus.
Kasus An. Az. di Rumah Sakit S umur 3 tahun pada tanggal 14 februari 2012,
pasien di rawat di ruangan melati Rs. S padang dengan diagnosa Demam kejang . Sesuai order
dokter infus pasien harus diganti dengan didrip obat penitoin namun perawat yang tidak
mengikuti operan jaga langsung mengganti infuse pasien tanpa melihat bahwa terapi pasien
tersebut infusnya harus didrip obat penitoin. Beberapa menit kemudian pasien mengalami
kejang-kejang, untung keluarga pasien cepat melaporkan kejadian ini sehingga tidak menjadi
tambah parah dan infusnya langsung diganti dan ditambah penitoin.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan di indonesia sangat perlu
memahami konsep kode etik keperawatan yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional
Indonesia karena konsep tersebut merupakan dasar bagi seorang perawat untuk berperilaku
demi tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal.

B. Saran
Konsep kode etik keperawatan harus terus diberlakukan secara maksimal oleh
seorang perawat dan dijaga oleh pihak yang berwenang demi tercapainya tujuan, prinsip dan
fungsi dari konsep kode etik keperawatan, dengan demikian tercapailah derajat kesehatan
yang optimal di indonesia.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Kapuk (2009). Etika dan hukum. (http://www.google.com).


 Kathy Malloch, (2006). Applied Ethics in Nursing. New York : Springer Publishing
Company, Inc.
 Ningsih Nurna, (2008). Kode Etik keperawatan. (http:// www.google.com).
 Potter and Perry, 2005. Buku ajar Pundamental Keperawatan, cetakan pertamaJakarta :
EGC
 Saphitri, M.K, (2009). Penerapan Kode etik Keperawatan di RS. Bhakti Tamtama
Semarang Jakarta
 http://www.inna-ppni.or.id/innappni/mntop-kode-etik.html tanggal 14 oktober 2012, jam
16:00

10

You might also like