You are on page 1of 23

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA SCROTALIS
DI PANTI LANSIA SUDAGARAN BANYUMAS

DISUSUN OLEH :
DEWI ASMIATI
1611020077

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018/2019

1
A. Pengertian
Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek
pada fasia muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital atau didapat, yang
memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut
(Mansjoer dkk, 2012:313).
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut (Sjamsuhidayat, 2014: 523).
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga
dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup (Nada,
2015).
B. Etiologi
Hernia dapat terjadi karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar,
atau akibat tekanan rongga perut yang meninggi. Adapun beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya hernia antara lain sebagai berikut:
1. Kongenital
Terjadi akibat prosesus vaginalis peritonium disertai dengan annulus inguinalis yang
cukup lebar, terutama ditemukan pada bayi. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat
ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam hidup. Adapun penyebab kongenital atau
bawaan dapat dibagi menjadi dua berdasarkan kelainannya:
a. Hernia congenital sempurna. Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek
pada tempat – tempat tertentu.
b. Hernia congenital tidak sempurna. Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak)
tapi dia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa
bulan (0 – 1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena
dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
2. Prosesus vaginalis yang terbuka, yang disebabkan oleh:
a. Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.
b. Batuk kronik, bronchitis kronik, TBC.

2
c. Hipertropi prostat, konstipasi dan Pekerja keras
3. Kelemahan otot dinding perut, yang disebabkan oleh: Usia tua, sering melahirkan dan
Perubahan defek setelah appendiktomy
4. Aquisial, aquisial adalah hernia yang terbuka disebabkan karena adanya defek bawaan
tetapi disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain:
a. Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang sering
mengejan yang baik saat BAB maupun BAK.
b. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya yang
sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena banyaknya
jaaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat
penyokong pada LMR.
c. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
d. Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.

C. Tanda dan Gejala


Pada kebanyakan kasus hernia, tanda dan gejala yang sering muncul pada pasien yang
dapat ditemui antara lain:
Berupa benjolan keluar masuk/keras
1. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
2. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
3. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi kandung
kencing.
Hernia yang tak memperlihatkan gejala-gejala diketemukan pada waktu pemeriksaan
rutin. Suatu penonjolan atau gumpalan pada skrotum, dan pada waktu batuk dan
defekasi penonjolan semakin menonjol. Juga pada waktu meningkat sesuatu atau
kegiatan fisik lainnya. Pada beberapa kasus tertentu massa menjulur sampai ke dalam
skrotum, daerah pangkal paha terasa tidak enak, terutama kalau hernia membesar
a. Suatu massa di daerah pangkal paha, reponibel atau inkarserata, kadang-kadang
sampai ke daerah skrotum. Pada bayi dan wanita adanya masa itu satu-satunya tanda
yang ada. Hernia kecil yang tak memperlihatkan gejala tak akan terlihat dari luar.

3
b. Pada anak laki yang lebih besar dan pria, maka harus dilakukan penanganan sebagai
berikut. Skrotum dimasuki jari telunjuk dan jari ditempatkan pada atau melalui
annulus inguinalis eksterna. Instrusikan pada pasien untuk menekan (mengedan)
seakan-akan hendak buang air besar. Ini akan meningkatkan tekanan intraabdominal.
Kantung hernia merupakan suatu struktur bagaikan balon yang menekan jari secara
langsung atau dari sisi lateral. Annulus eksterna yang membesar bukan hernia,
meskipun kemungkinan hernia yang menyebabkan pembesaran itu dan hernia harus
dicari dengan cermat kalau annulus cukup besar sehingga jari telunjuk dapat masuk.
Hernia inguinalis paling mudah diperagakan kalau pasien berdiri tetapi periksalah
pasien baik dalam posisi berdiri maupun dalam posisi telentang.
c. Indirek versus direk. Hernia indirek merupakan suatu massa elips yang berjalan
turun dan miring ke dalam kanal inguinalis. Mungkin akan masuk ke dalam skrotum.
Massa ini menekan sisi lateral jari yang dipakai untuk memeriksa. Dengan menekan
bagian atas annulus interna dengan satu tangan maka dapat dicegah jangan sampai
hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis.
d. Hernia direk adalah suatu massa sferis, yang jarang turun sampai ke skrotum. Massa
itu menekan jari yang memeriksa langsung dari sebelah depan. Dengan menekan
annulus interna dengan tangan kita tak dapat mengurangi hernia tersebut
(Soeparman, dkk. 2011).
Sebagian besar hernia adalah asimtomatik, dan kebanyakan ditemukan pada
pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada annulus inguinalis superfisialis
atau suatu kantong setinggi annulus inguinalis profundus. Yang terakhir dibuat
terasa lebih menonjol bila pasien batuk. Salah satu tanda pertama adalah adanya
massa dalam daerah inguinalis manapun atau bagian atas skrotum. Dengan
berlalunya waktu, sejumlah hernia turun ke dalam skrotum sehingga skrotum
membesar. Pasien hernia sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah ini,
yang dapat dihilangkan dengan reposisi manual hernia ke dalam kavitas peritonealis.
Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia
muncul lagi (Price. Silvya. A.2005).
Umumnya penderita hernia menyatakan adanya benjolan di kemaluan. Benjolan
itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu

4
defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan
rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi
(Smeltzer S. C. B. G. 2002).
Umumnya klien mengatakan adanya benjolan pada lipatan paha. Pada bayi dan
anak adanya benjolan yang hilang timbul dilipatan paha, dan hal ini biasanya
diketahui oleh orang tuanya. Pada inspeksi, diperhatikan pada keadaan osimetris
pada kedua sisi, lipatan paha, posisi berdiri dan berbaring. Pada saat batuk dan
mengedan biasanya akan timbul benjolan. Pada palpasi, teraba bising usus, suara
omentum (seperti karet) (Smeltzer S. C. B. G. 2002).
D. Patofisiologi
Pada hernia karena kelainan kongenital yang terjadi bawaan lahir, kanalis
inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke – 8 dari kehamilan,
terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan
menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih
dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam
keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan (Soeparman,
dkk. 2011).
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka
terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena
pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur,
organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut
telah menutup (Soeparman, dkk. 2011).
Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk – batuk
kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang – barang berat, mengejan. Kanal yang
sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya

5
menekan dinding rongga yang telah tertekan akibat trauma, hipertropi prostat, asites,
kehamilan, obesitas dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua. Pria lebih
banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria
dan wanita semasa janin.
Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan
terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia
menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila
terjadi obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi
nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah,
konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga
terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Juga dapat terjadi bukan karena
terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi perut terjepit dapat terjadi shock, demam,
asidosis metabolik, abses (Soeparman, dkk. 2011).
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara
lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis. Hernia eksternal merupakan protrusi
abnormal organ intra-abdominal melewati defek faskia pada dinding abdominal. Hernia
yang sering terjadi adalah inguinal, femoral, umbilical, dan paraumbilikal (Soeparman,
dkk. 2011).
Hernia indirek bersifat congenital dan disebabkan oleh kegagalan penutupan
prosesus vaginalis (kantong hernia) sewaktu turun ke dalam skrotum. Kantong yang
dihasilkan bisa meluas sepanjang kanalis inguinalis; jika meluas kedalam skrotum maka
disebut hernia lengkap. Karena processus vaginalis terletak didalam funikulus
spermatikus, maka prosessus ini dikelilingi oleh muskulus kremater dan dibentuk oleh
pleksus venosus pampiniformis, duktus spermatikus dan arteria spermatika. Lubang
interna ke dalam kavitas peritonealis selalu lateral terhadap arteria epigastrica profunda
dngan adanya hernia inguinalis indirek, sedangkan lubang interna medial terhadap
pembuluh darah ini bila hernianya direk (R. Sjamsuhidajat, 2007).
Hernia inguinalis dan scrotalis sering timbul pada pria dan lebih sering pada sisi
kanan dibandingkan sisi kiri. Peningkatan tekanan intra abdomen akibat berbagai sebab,

6
yang mencakup pengejanan yang mendadak, gerak badan yang terlalu aktif, obesitas,
batuk menahun, asites, mengejan pada waktu buang air besar, kehamilan dan adanya
massa abdomen yang besar, mempredisposisi pasien ke perkembangan hernia (R.
Sjamsuhidajat, 2007).
Peningkatan tekanan intra abdomen ini akan mendorong bagian dari usus dan
lambung ke dalam kanalis ini, atau bahkan kedalam scrotum. Faktor yang dipandang
berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, dan kelemahan otot
dinding perut karena usia. Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada
neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur
satu tahun sekiar 30% prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada
umur ini hanya beberapa persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis
paten menderita hernia. Pada anak dengan hernia unilateral dapat dijumpai prosesus
vaginalis paten kontralateral lebih dari separo, sedangkan insidens hernia tidak melebihi
20%. Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosesus vaginalis yang paten bukan
merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tetapi diperlukan faktor lain seperti
anulus ingunalis yang cukup besar.
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum disebut hernia
skrotalis. Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut lateral pembuluh
epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu
anulus dan kanalis inguinalis; berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol
melalui segitiga Hesselbach dan disebut sebagai hernia direk.
Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong
sedangkan hernia medial berbentuk tonjolan bulat. Pada bayi dan anak, hernia lateralis
disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis
peritonium sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum. Hernia geser dapat terjadi
disebelah kanan atau kiri. Sebelah kanan isi hernia biasanya terdiri dari sekum dan
sebagian kolon asendens, sedangkan sebelah kirinya terdiri dari sebagian kolon
desendens. Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha
yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan
menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang
hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu

7
dan anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis dan kadang-kadang perut kembung,
harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata (R. Sjamsuhidajat, 1997).
Defek pada dinding abdomen dapat kongenital (misalnya: hernia umbilikalis,
kanalis femoralis) atau didapat (misalnya akibat suatu insisi) dan dibatasi oleh
peritoneum (kantung). Peningkatan tekanan intraabdomen lebih lanjut membuat defek
semakin lemah dan menyebabkan beberapa isi intraabdomen (misalnya: omentum,
lengkung usus halus), keluar melalui celah tersebut. Isi usus yang terjebak di dalam
kantung menyebabkan inkarserasi (ketidakmampuan untuk mengurangi isi) dan
kemungkinan strangulasi (terhambatnya aliran darah ke daerah yang mengalami
inkarserasi) (Kozier & Erb. 2014).
Pasien datang dengan benjolan di tempat lokasi hernia. Hernia femoralis berada
di bawah dan lateral dari tuberkulum pubikum. Biasanya hernia ini mendatarkan garis-
garis kulit di lipatan paha dan 10 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
50% kasus merupakan kasus kegawatdaruratan bedah akibat terobstruksinya isi hernia
dan 50% dari kasus ini membutuhkan reseksi usus halts. Hernia femoralis tidak dapat
dikembalikan ke tempat semula (irreducible). Hernia inguinalis dimulai pada bagian atas
dan medial terhadap tuberkulum pubikum namun dapat turun lebih luas jika membesar,
biasanya mempertegas garis-garis lipatan paha. Sebagian besar ringan dan jarang
mengalami komplikasi (Kozier & Erb. 2014).

8
E. Pathway

9
F. Pemeriksaan Penunjang
Dalam menegakkan diagnostik pada penderita hernia dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan fisik, pasien diminta untuk mengejan dengan menutup mulut dalam
keadaan berdiri bila ada hernia maka akan tampak benjolan.
2. Bila sudah ada benjolan dapat diperiksa dengan cara meminta pasien untuk
berbaring bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominan, lalu
scrotum diangkat perlahan-lahan.
3. Limfadenopati inguinal. Perhatikan apakah ada infeksi pada kaki sesisi.
Tindakan diagnostik yaitu :
a) Foto thoraks: Menunjukan adanya massa tanpa udara jika omentum yang masuk
dan massa yang berisi udara jika lambung adalah usus yang masuk.
b) Laboratorium : Menunjukan adanya peningkatn pada hasil pemeriksaan SGOT.
c) EKG : Biasanya dilakukan untuk persiapan operasi.
G. Penatalaksanaan
Pada hernia inguinalis lateralis responbilitas maka dilakukan tindakan bedah
efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi. Pada yang iresponbilitas, maka diusahakan
agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau
mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan
bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan.
Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan
bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat. Tindakan
bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit
kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan kantong
diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia
langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan
ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois end to end.
1. Konservatif

10
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
3. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
4. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya
dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal
berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan
jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan
pertemuan muskulus tranversus internus abdominis dan muskulus oblikus internus
abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale
poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa musculus
transversus abdominis, musculus oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper
pada metode Mac Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang
diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks
untuk menutup defek. Dalam melaksanakan tindakan penatalaksanaan pada pasien
dengan hernia maka yang hal-hal yang harus diperhatikan antara lain adalah prinsip
pembedahan:
a. Herniotomi: eksisi kantung hernianya saja untuk pasien anak.
b. Herniorafi: memperbaiki defek, perbaikan dengan pemasangan jaring (mesh)
yang biasa dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukkan melalui bedah
terbuka atau laparoskopik.
Setelah dilakukan tindakan pembedahan herniotomy yang harus
diperhatikan adalah perawatan untuk post operasi:

11
1) Hindari penyakit yang mungkin terjadi yaitu: Perdarahan, Syok, Muntah,
Distensi, Kedinginan, Infeksi, Dekubitus, Sulit buang air kecil.
2) Observasi keadaan klien.
3) Cek Tanda-tanda vital pasien.
4) Lakukan perawatan luka dan ganti balutan operasi sesuai dengan jadwal.
5) Perhatikan drainase.
6) Penuhi kebutuhan nutrisi klien.
7) Mobilisasi diri secara dini terutama pada hari pertama dan hari kedua.
- Perawatan tidur dengan sikap Fowler (sudut 45o - 60o).
- Hari kedua boleh duduk (untuk herniotomi hari ke-5).
- Hari ketiga boleh jalan (untuk herniotomi hari ke-7).
8) Diet dan pemenuhan kebutuhan nutrisi:
- Hari 0: Bila pengaruh obat anestesi hilang boleh diberi minum sedikit-
sedikit
- Hari 1: Diet Vloiher atau bubur sumsum dan susu cair (herniotomi diet
sama dengan post laparatomi)
- Hari 2: Diet bubur saring
- Hari 3: Berturut-turut diet ditingkatkan
H. Fokus Pengkajian
Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dan menentukan
hasil dari tahap berikutnya. Pengkajian dilakukan secara sistematis mulai dari
pengumpulan data, identifikasi dan evaulasi status kesehatan klien (Nursalam, 2011).
Pengkajian data fisik berdasarkan pada pengkajian abdomen dapat menunjukan
benjolan pada lipat paha atau area umbilikal. Keluhan tentang aktivitas yang
mempengaruhi ukuran benjolan. Benjolan mungkin ada secara spontan atau hanya
tampak pada aktivitas yang meningkatkan tekanan intra abdomen, seperti batuk, bersin,
mengangkat berat atau defekasi. Keluhan tentang ketidaknyamanan. Beberapa
ketidaknyamanan dialami karena tegangan yang meningkatkan tekanan intra abdomen,
seperti batuk, bersin, mengangkat berat atau defekasi.
Keluhan tentang ketidaknyamanan. Beberapa ketidaknyamanan dialami karena
tegangan. Nyeri menandakan strangulasi dan kebutuhan terhadap pembedahan segera.

12
Selain itu manifestasi obstruksi usus dapat dideteksi (bising usus, nada tinggi sampai
tidak ada mual/muntah). Data yang diperoleh atau dikaji tergantung pada tempat
terjadinya, beratnya, apakah akut atau kronik apakah berpengaruh terhadap struktur
disekelilingnya dan banyaknya akar saraf yang terkompresi atau tertekan. Pengkajian
secara teoritis menurut Doengoes (2000) yang dapat muncul diantaranya:
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi
dalam waktu lama. Membutuhkan matras/papan yanag keras saat tidur. Penurunan
rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh. Tidak mampu
melakukan aktivitas yang biasa dilakukan. Tanda : Atropi otot pada bagian yang
terkena. Gangguan dalam berjalan.
b. Eliminasi
Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontinensia atau
retensi urine.
c. Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial
keluarga. Tanda : Tampak cemas, depresi menghindar dari keluarga atau orang
terdekat.
d. Neuro Sensori
Gejala : Kesemutan, kekauan, kelemahan dari tangan atau kaki.
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan
atau spasme otot pada vertebralis. Penurunan persepsi nyeri (sensorik).
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya
batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat, defekasi, mengangkat kaki atau
fleksi pada leher, nyeri yang tiada hentinya atau adanya episode nyeri yanag lebih
berat secara intermiten. Nyeri yang menjalar pada kaki, bokong (lumbal) atau
bahu/lengan, kaku pada leher atau servikal. Terdengar adanya suara ‘krek’ saat nyeri
bahu timbul/saat trauma atau merasa ‘punggung patah’. Keterbatasan untuk
mobilisasi atau membungkuk kedepan.

13
Tanda : Sikap dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang tekena. Perubahan cara
berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh
yang terkena. Nyeri pada palpasi.
I. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rektal.
2. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu
3. Resti infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
4. Perubahan eliminasi urinaria berhubungan dengan rasa takut nyeri setelah operasi

J. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
No.
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
Dx
KOLABORASI
1 Nyeri berhubungan NOC: NIC :
dengan iritasi, tekanan,  Pain Level Pain Management
dan sensitifitas pada  Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri
area rektal.  Comfort Level secara komprehensip
termasuk lokasi,
Kriteria Hasil: karakteristik, durasi,

1. Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas, dan

(tahu penyebab nyeri, faktor presipitasi

mampu menggunakan teknik 2. Observasi reaksi


nonfarmakologi untuk nonverbal dari
mengurangi nyeri, mencari ketidaknyaman
bantuan) 3. Gunakan teknik
2. Melaporkan bahwa nyeri komunikasi terapeutik
berkurang dengan untuk mengetahui
menggunakan manajemen pengalaman nyeri pasien
nyeri 4. Kaji kultur yang
3. Mampu mengenali nyeri mempengaruhi respon
(skala, intensitas, frekuensi nyeri

14
dan tanda nyeri) 5. Evaluasi pengalaman
4. Menyatakan rasa nyaman nyeri masa lampau
setelah nyeri berkurang 6. Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektivan
kontrol nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakoligi, non
farmakologi dan
interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri

15
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
managemen nyeri

Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dsari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
7. Monitor TTV sebelum

16
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
8. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
9. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
2 Ansietas berhubungan NOC: NIC:
dengan rencana  Anxiety Control Anxiety Reduction
pembedahan dan rasa  Coping (Penurunan Kecemasan)
malu  Impulse Control 1. Gunakan pendekatan
yang menenangkan
Kriteria hasil : 2. Nyatakan dengan jelas
1. Klien mampu harapan terhadap pelaku
mengidentifikasi dan pasien
mengungkapkan gejala cemas 3. Jelaskan semua prosedur
2. Mengidentifikasikan, dan apa yang dirasakan
mengungkapkan, dan selama prosedur
menunjukkan teknik untuk 4. Pahami prespektif pasien
mengontrol cemas terhadap situasi stres
3. TTV dalam batas normal 5. Temani pasien untuk
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, memberikan keamanan
bahasa tubuh, dan tingkat dan mengurangi takut
aktivitas menunjukan 6. Berikan informasi faktual
kekurangan kecemasan mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
7. Dorong keluarga untuk
menemani anak
8. Lakukan back/neck rub

17
9. Dengarkan dengan penuh
perhatian
10. Identifiksi tingkat
kecemasan
11. Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
12. Dorong pasien untuk
mengungkapan perasaan,
ketakutan, persepsi
13. Intruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
14. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

3 Resti infeksi NOC: NIC:


berhubungan dengan  Immune Status Infection Control (Kontrol
insisi pembedahan  Knowledge : Infection Control Infeksi)
 Risk Control 1. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain
Kriteria Hasil : 2. Pertahankan teknik isolasi
1. Klien bebas dari tanda dan 3. Batasi pengunjung bila
gejala infeksi perlu
2. Mendeskripsikan proses 4. Instruksikan pada
penularan penyakit, faktor pengujung untuk mencuci

18
yang mempengaruhi tangan saat berkunjung
penularan serta dan setelah berkunjung
penatalaksanaannya meninggalkan pasien
3. Meunjukan kemampuan 5. Gunakan sabun
untuk mencegah timbulnya antimikroba untuk cuci
infeksi tangan
4. Jumlah leokosit dalam batas 6. Cuci tangan setiap
normal sebelum dan sesudah
5. Menunjukan perilaku hidup tindakan keperawatan
sehat 7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasanan
alat
9. Ganti letak IV perifer san
line cental dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
10. Gunakan
katete intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik
bila perlu

Infection Protection
(Proteksi Terhadap
Infeksi)

19
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemikdan lokal
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
6. Pertahankan teknik
aspirasi pada pasien yang
berisiko
7. Pertahankan teknik isolasi
k/p
8. Berikan perawatan kulit
pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan
membran mukossa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
11. Dorong masukan nutrisi
yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
15. Ajarkan pasien dan

20
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Ajarkan cara menghindari
infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif

4 Perubahan eliminasi NOC: NIC:


urinaria berhubungan  Urinary Eleimination Urinary Retention Care
dengan rasa takut nyeri  Urinary Contiunence 1. Monitor intake dan output
setelah operasi 2. Monitor penggunaan obat
Kriteria Hasil : antikolinergik
1. Kandung kemih kosong 3. Monitor derajat distensi
secara penuh bladder
2. Tidak ada residu urine >100- 4. Instruksikan kepada
200 cc pasien dan keluarga untuk
3. Intake cairan dalam rentang mencatat output urine
normal 5. Sediakan privasi untuk
4. Bebas dari ISK eliminasi
5. Tidak ada spasme bladder 6. Stimulasi reflek bladder
6. Balance cairan seimbang dengan kompres dingin
pada abdomen
7. Kateterisasi jika perlu
8. Monitor tanda dan gejala
ISK (panas,hematuria,
perubahan bau dan
konsistensi urien)

21
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, EGC. Jakarta.
Bulechek, G dkk. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC) .Edisi Keenam.
Missouri:Elseiver Mosby.

22
Carpenito, Linda Juall (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan).PT
EGC, Jakarta.
Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified. New York Chicago.
Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan), PT EGC. Jakarta.
Gaffar. L. Oj. (2009) Pengantar Keperawatan Profesional. EGC. Jakarta
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses:
Definitions & Classification, 2015-2017. Oxford: Whiley Blackwell.
Moorhead, S dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC): Pengukuran Outcome
Kesehatan. Edisi Kelima. Missouri: Elsevier Saunder.
Oeswari E. (2010) Bedah dan Perawatannya. FKUI. Jakarta
Pearce. C. Evelyn. (1999), Anatomi dan Fisioloogi untuk Paramedis (terjemahan). Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Price. S. A.(2005) Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. (terjemahan). Edisi 6.
EGC. Jakarta.
San Fransisco Lisbon London, (1999).Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul, Singapore
Sydney Toronto.
Sjamsuhidajat, R. Jong. Wd. (2015) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2
(terjemahan) EGC. Jakarta.
Smeltzer S. C. B. G. (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth
(terjemahan) Vol 2. EGC. Jakarta.

23

You might also like