You are on page 1of 5

TUGAS TEKNOLOGI HIJAU

KELOMPOK 1A
1. Ilham Ardiansyah 10411600000102
2. M. Ibrahim A. H 10411700000013
3. Nurul Faizah 10411700000029
4. Dhinar Cindarriyani 10411700000055

Analisa Wood Pellet dan Biobriket

WOOD PELLET
Wood pellet merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang dibuat dari biomassa
kayu, seperti limbah kayu industri perkayuan dan pemanenan kayu atau tumbuhan berkayu yang
dipadatkan (Sylviani et al. 2013, Tampubolon 2008). Wood Pellet merupakan bahan bakar unggul
yang memiliki energi yang lebih besar bila dibandingkan kayu bakar atau serbuk gergajian karena
lebih padat, lebih mudah ditangani, tidak perlu ruang penyimpanan yang besar, dan memiliki sifat
yang ramah lingkungan sehingga banyak digunakan oleh konsumen sebagai bahan bakar untuk
pemanasan di rumah atau bahan bakar industri kecil (Ciolkosz 2009).
Proses produksi wood pellet terdiri dari beberapa tahap, yaitu penghancuran atau
pengecilan ukuran bahan baku (pulverizing), pengeringan dan pembersihan bahan baku (drying
and cleaning), pembentukan wood pellet (pelleting), dan pendinginan dan pengemasan wood pellet
(cooling and packaging).
Mesin yang digunakan untuk mencacah atau memotong bahan baku antara lain: chipper,
shredder, dan wood crusher. Ukuran serpihan kayu yang ingin didapatkan, yaitu 3-5 mm. Bahan
baku yang sudah halus, seperti serbuk gergajian, tidak perlu dipotong atau dicacah. Serpihan kayu
yang tidak lolos penyaringan akan diproses kembali. Waste akan dihasilkan dari setiap mesin
pencacah atau pemotong kayu.
Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air bahan baku menggunakan rotary/drum
dryer. Kadar air yang ideal adalah 10 % untuk mengantisipasi kenaikan kadar air selama
penyimpanan di dalam gudang. Lama waktu pengeringan bergantung pada jumlah bahan baku atau
serpihan kayu yang masuk ke dryer, semakin banyak jumlah serpihan kayu yang masuk ke dalam
dryer maka waktu pengeringan semakin lama. Setelah pengeringan dilakukan, proses selanjutnya
adalah pembersihan bahan baku. Mesin yang digunakan adalah cyclone, yang akan memisahkan
bahan baku dari debu (dust), logam-logam kecil (metal scraps), dan lain sebagainya.
Bahan baku yang telah bersih kemudian dibentuk menjadi wood pellet menggunakan mesin
ring/flat die pellet mill. Serbuk kayu berukuran < 1 mm dengan kadar air yang telah sesuai akan
didensifikasi pada pellet machine. Panjang wood pellet yang dihasilkan dapat ditentukan
menggunakan slicer pada bagian samping die.Suhu wood pellet yang dihasilkan ring/flat die pellet
mill bisa mencapai 90- 100 ̊C. Wood pellet yang sangat panas ini perlu didinginkan terlebih dahulu
dengan menggunakan cooler machine hingga mencapai suhu kamar agar dapat dikemas dengan
menggunakan packing machine.
Produksi wood pellet sebagai bahan bakar pada tahun 2014 meningkat 16 % dari tahun
sebelumnya, yaitu mencapai 26 juta ton, hal ini disebabkan peningkatan konsumsi di Eropa. Eropa
tercatat sebagai konsumen terbesar wood pellet (78 %) dan diikuti oleh Amerika Serikat (12 %).
Korea Selatan termasuk dalam empat besar importir wood pellet di dunia setelah Inggris, Denmark
dan Italia (FAO 2015).

BIOBRIKET
Biomassa adalah suatu limbah benda padat yang bisa dimanfaatkan lagi sebagai sumber
bahan bakar. Biomassa meliputi limbah kayu, limbah pertanian/perkebunan/hutan, komponen
organik dari industri dan rumah tangga. Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari
limbah organik, limbah pabrik maupun dari limbah perkotaan. Bahan bakar padat ini merupakan
bahan bakar alternatif atau merupakan pengganti bahan bakar minyak yang paling murah dan
dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal dalam waktu yang relatif singkat mengingat
teknologi dan peralatan yang digunakan relatif sederhana (Widarti, Ir. Suwono, & Ridho Hantoro,
2010).
Biobriket adalah bahan bakar padat yang dapat diperbaharui yang dibuat dari campuran
biomassa. Limbah tersebut dibuat dari biomassa yang dimampatkan sehingga dibutuhkan perekat
didalamnya. Karakteristik briket yang baik adalah briket yang permukaannya halus dan tidak
meninggalkan bekas hitam di tangan. Selain itu, sebagai bahan bakar, briket juga harus memenuhi
kriteria sebagai berikut mudah dinyalakan, tidak mengeluarkan asap, emisi gas hasil pembakaran
tidak mengandung racun, kedap air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu
lama, menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran, dan suhu pembakaran) yang
baik (Miskah, 2014). Kelebihan penggunaan biobriket limbah biomassa antara lain: biaya bahan
bakar lebih murah, tungku dapat digunakan untuk berbagai jenis briket, lebih ramah lingkungan
(green energy), merupakan sumber
energi terbarukan (renewable energy),
membantu mengatasi masalah limbah dan
menekan biaya pengelolaan limbah
(Nugrahaeni, 2008).
Wood Pellet atau Biobriket ?
Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan potensi biomasa baik dari kuantitas maupun
keanekaragamannya. Menurut ESDM potensi limbah biomasa Indonesia bila dikonversi menjadi
energi listrik sebesar 49.810 MW dan yang sudah dimanfaatkan sebesar 1.618,40 MW atau baru
3,25%-nya. Padahal biomasa tersebut bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain
untuk energi, memperbaiki kesuburan tanah, menyerap karbon dioksida dari atmosfer hingga
produksi berbagai bahan kimia.
Pellet saat ini diproduksi hingga skala besar dan penggunanya besar sedangkan briket
umumnya diproduksi pada skala lebih kecil dan penggunanya tidak sebanyak pellet. Baik pellet
maupun briket dibuat dari kayu keras dan kayu lunak. Secara sepintas kita bisa membedakan pellet
dan briket berdasarkan dimensinya. Pellet berukuran lebih kecil dengan diameter sekitar 10 mm
sedangkan briket berukuran lebih besar dengan ukuran sekitar 50 hingga 100 mm dengan panjang
biasanya 60 hingga 150 mm dan bahkan lebih besar. Bahan bakar biomasa semakin mendapat
perhatian dan diminati karena ramah lingkungan (kandungan sulfurnya hampir nol) dan termasuk
energi terbarukan. Aplikasi pellet dan briket biomasa ini untuk bahan bakar rumah tangga hingga
industri.
Kandungan energi adalah suatu poin kristis bagi sejumlah pemakai. Sebagai contoh
tingginya nilai kalor bisa membuat suhu pembakaran yang lebih tinggi dan berpotensi merusak
tungku (furnace). Pellet dan briket yang digunakan ekport perlu disampling dan di test untuk
meyakinkan terhadap standard yang berlaku. Briket kayu atau Synthetic Logs atau Uncarbonized
Briquette berbeda dengan briket arang, karena bahan baku briket kayu ini adalah biomasa
(biasanya serbuk gergaji) yang tidak diarangkan/karbonisasi atau secara fisik menyerupai pellet
kayu hanya ukurannya lebih besar.
Sebagai bahan bakar yang karbon netral karena berasal dari biomasa, pellet dan briket
adalah bahan bakar alternative untuk pemanas-pemanas batubara dan boiler yang bisa digunakan
untuk berbagai sistem pembakaran modern. Sebagai bahan bakar baik briket maupun pellet
sebanding dengan batubara dalam hal kandungan energi, dan menawarkan berbagai pengurangan
emisi gas NOx dan Sox dan juga kadar abu yang rendah. Di sejumlah negara di Eropa dan Amerika
bahan bakar pellet dan briket ini semakin popular akhir-akhir ini karena dorongan untuk
menngunakan yang ramah lingkungan dan terbarukan.
Wood pellet lebih luas penggunaannya dibandingkan biomass briquette. Ukuran fisiknya
lebih kecil (6-25 mm / cylindrical) dan tingkat kepadatannya juga lebih kecil (600-800 kg/m3)
dibandingkan biomass briquette (screw type size 40-125 mm dan 1000-1400 kg/m3).
Woodpellet juga diproduksi dari pabrik ukuran kecil hingga ukuran besar atau massif,
sedangkan biomass briquette hingga skala menengah saja. Sehingga hanya perusahaan-perusahaan
besar (modal kuat) umumnya saja yang berinvestasi di industri wood pellet. Pasar wood pellet dari
rumah tangga, industri kecil menengah hingga pembangkit listrik, sedangkan pasar biomass
briquette berkisar dari rumah tangga hingaa industri kecil dan menengah saja.
Ditinjau dari bahan bakunya wood pellet dan biomass briquette menggunakan jenis
biomasa yang sama yakni serbuk gergaji (sawdust) dari kayu atau dalam bentuk woodchip.
Biomasa dari rumput-rumput juga tidak akan menghasilkan wood pellet dan biomass briquette
dengan kualitas sebaik sawdustdari kayu diatas. Hal ini karena rumput-rumput banyak
mengandung silika dan kandungan ligninnya rendah. Satu kelebihan biomass briquette (type
piston/mechanical press) dibanding wood pellet adalah lebih fleksibel dalam hal bahan baku
dimana ukuran partikel lebih besar dan kandungan air lebih tinggi masih bisa diterima untuk
menghasilkan biomass briquette dengan kualitas baik.
Bila kita tinjau lebih detail tidak semua bagian dari pohon memiliki kandungan unsur yang
sama. Lebih khusus untuk aplikasi wood pellet dan biomass briquette karena untuk aplikasi
thermal bahan yang mengandung banyak kalsium (Ca) yakni dibatang pohon menjadi pilihan
utama.
Sebagai negara tropis dengan besarnya luas wilayah, tanah yang subur dan
keanekaragaman hayati yang tinggi maka sangat potensial untuk produksi wood pellet dan biomass
briquette baik untuk konsumsi lokal maupun pasar luar negeri asalkan budidaya dan pengelolaan
tumbuhan “kayu energi” tersebut secara berkesinambungan dengan memperhatikan kelestarian
alam. Salah satu BUMN telah mencanangkan pabrik wood pellet dengan investor dari Korea
dengan investasi 42 milyar rupiah.
Berbeda dengan wood pellet yang hanya memiliki satu macam bentuk yakni cylindrical,
biomass briquette memiliki bentuk yang bermacam-macam seperti cylindrical, hexagonal, dan
balok. Selain itu pada sisi komersial biomass briquette berdasarkan proses pembuatannya
dikelompokkan menjadi dua yakni piston/ram type yang dibuat dengan piston atau mechanical
press dengan tekanan tinggi; sedangkan screw type dibuat screw extruder yang biomasa
mengalami ekstrusi secara kontinyu dengan ujung die-nya dipanasi.

You might also like