You are on page 1of 17

LAPORAN PENDAHULUAN

POST OP HERNIA SCROTALIS


DI PANTI LANSIA SUDAGARAN BANYUMAS

Disusun Oleh :
Dewi Asmiati
1611020077

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018/2019
A. Pengertian
Hernia adalah suatu kondisi dimana organ dalam tubuh mencuat atau keluar
sebagian dari otot atau jaringan disekitarnya yang mengalami kelemahan,
apabila hernia inguinalis lateralis berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum, ini
disebut dengan hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2015:313)
B. Etiologi
Ada dua hal yang menjadi penyebab utama terjadinya hernia :
1. Lemahnya dinding otot yang berfungsi sebagai penahan organ usus, bisa
disebabkan karena usia tua, bawaan lahir, teruatama pada daerah umbilicus
dan diafragma, eseorang yang mempunyai penyakit tertentu seperti batuk
kronis, diabetes mellitus dan penyakit lainnya.
2. Tekanan terlalu besar, biasanaya tekanan didalam intraabdominal, yaitu
disebabkan oleh factor-faktor seperti mengangkat barang terlalu berat,
konstipasi, kondisi kehamilan, penumpukan cairan didalam rongga perut,
peningkatan berat badan yang drastis, kondisi penyakit tertentu seperti
batuk-batuk dan bersin-bersin jangka panjang.
C. Tanda dan gejala
1. Tonjolan di daerah dikedua sisi tulang kemaluan
2. Sensasi seperti terbakar, gemericik atau sakit pada tonjolan
3. Rasa sakit atau ketidaknyamanan di pangkal paha, terutama ketika
membungkuk, batuk, atau mengangkat beban
4. Sensasi berat dipangkal paha
5. Rasa lemah atau tekanan di pangkal paha
6. Terkadang, ada rasa sakit da nada pembengkakan di sekitar testis ketika usus
yang menonjol turun ke dalam skrotum
D. Patofisiologi
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada
umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya
umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua
kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus
minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan
intraabdominal meningkat seperti batuk – batuk kronik, bersin yang kuat dan
mengangkat barang – barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya
sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.
Hernia inguinalis dan scrotalis sering timbul pada pria dan lebih sering pada
sisi kanan dibandingkan sisi kiri. Peningkatan tekanan intra abdomen akibat
berbagai sebab, yang mencakup pengejanan yang mendadak, gerak badan yang
terlalu aktif, obesitas, batuk menahun, asites, mengejan pada waktu buang air
besar, kehamilan dan adanya massa abdomen yang besar, mempredisposisi
pasien ke perkembangan hernia. Peningkatan tekanan intra abdomen ini akan
mendorong bagian dari usus dan lambung ke dalam kanalis ini, atau bahkan
kedalam scrotum. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya
prosesus vaginalis yang terbuka, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
E. Pathway
Pekerjaan berat, angkat
beban, batuk lama,
bersin, mengejan

Peningkatan tekanan
intraabdomen

Fasia abdomen tidak


mampu menahan
tekanan

Hernia
inguinalis/scrotalis
HERNIA

Perubahan status Pembedahan Destruksi pertahanan


kesehatan

Kurang terapapar Terputusnya kontinuitas Masuknya


informasi kesehatan Jaringan lunak mikroorganisme

Defisit pengetahuan Gangguan rasa Respon inflamasi


nyaman/Nyeri

Risiko infeksi
F. Pemeriksaan Penunjang
Dalam menegakkan diagnostik pada penderita hernia dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan fisik, pasien diminta untuk mengejan dengan menutup
mulut dalam keadaan berdiri bila ada hernia maka akan tampak benjolan.
2. Bila sudah ada benjolan dapat diperiksa dengan cara meminta pasien
untuk berbaring bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra
abdominan, lalu scrotum diangkat perlahan-lahan.
3. Tindakan diagnostik yaitu :
Herniotomi, pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
G. Penatalaksanaan
Setelah dilakukan tindakan pembedahan herniotomy yang harus diperhatikan
adalah perawatan untuk post operasi:
1) Hindari penyakit yang mungkin terjadi yaitu: Perdarahan, Syok, Muntah,
Distensi, Kedinginan, Infeksi, Dekubitus, Sulit buang air kecil.
2) Observasi keadaan klien.
3) Cek Tanda-tanda vital pasien.
4) Lakukan perawatan luka dan ganti balutan operasi sesuai dengan jadwal.
5) Perhatikan drainase.
6) Penuhi kebutuhan nutrisi klien.
7) Mobilisasi diri secara dini terutama pada hari pertama dan hari kedua.
-Perawatan tidur dengan sikap Fowler (sudut 45o - 60o).
-Hari kedua boleh duduk (untuk herniotomi hari ke-5).
-Hari ketiga boleh jalan (untuk herniotomi hari ke-7).
8) Diet dan pemenuhan kebutuhan nutrisi:
-Hari 0: Bila pengaruh obat anestesi hilang boleh diberi minum sedikit-
sedikit
-Hari 1: Diet Vloiher atau bubur sumsum dan susu cair (herniotomi diet
sama dengan post laparatomi)
-Hari 2: Diet bubur saring
-Hari 3: Berturut-turut diet ditingkatkan
H. Fokus Pengkajian
Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dan menentukan
hasil dari tahap berikutnya. Pengkajian dilakukan secara sistematis mulai dari
pengumpulan data, identifikasi dan evaulasi status kesehatan klien (Nursalam,
2011).
Pengkajian data fisik berdasarkan pada pengkajian abdomen dapat
menunjukan benjolan pada lipat paha atau area umbilikal. Keluhan tentang
aktivitas yang mempengaruhi ukuran benjolan. Benjolan mungkin ada secara
spontan atau hanya tampak pada aktivitas yang meningkatkan tekanan intra
abdomen, seperti batuk, bersin, mengangkat berat atau defekasi. Keluhan tentang
ketidaknyamanan. Beberapa ketidaknyamanan dialami karena tegangan yang
meningkatkan tekanan intra abdomen, seperti batuk, bersin, mengangkat berat
atau defekasi. Keluhan tentang ketidaknyamanan. Beberapa ketidaknyamanan
dialami karena tegangan. Nyeri menandakan strangulasi dan kebutuhan terhadap
pembedahan segera.
Selain itu manifestasi obstruksi usus dapat dideteksi (bising usus, nada tinggi
sampai tidak ada mual/muntah). Data yang diperoleh atau dikaji tergantung pada
tempat terjadinya, beratnya, apakah akut atau kronik apakah berpengaruh
terhadap struktur disekelilingnya dan banyaknya akar saraf yang terkompresi
atau tertekan. Pengkajian secara teoritis menurut Doengoes (2000) yang dapat
muncul diantaranya:
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama. Membutuhkan matras/papan yanag keras
saat tidur. Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu
bagian tubuh. Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan.
Tanda : Atropi otot pada bagian yang terkena. Gangguan dalam berjalan.
b. Eliminasi
Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontinensia atau retensi urine.
c. Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan,
finansial keluarga. Tanda : Tampak cemas, depresi menghindar dari
keluarga atau orang terdekat.
d. Neuro Sensori
Gejala : Kesemutan, kekauan, kelemahan dari tangan atau kaki.
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia.
Nyeri tekan atau spasme otot pada vertebralis. Penurunan persepsi nyeri
(sensorik).
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat,
defekasi, mengangkat kaki atau fleksi pada leher, nyeri yang tiada
hentinya atau adanya episode nyeri yanag lebih berat secara intermiten.
Nyeri yang menjalar pada kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan, kaku
pada leher atau servikal. Terdengar adanya suara ‘krek’ saat nyeri bahu
timbul/saat trauma atau merasa ‘punggung patah’. Keterbatasan untuk
mobilisasi atau membungkuk kedepan.
Tanda : Sikap dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang tekena.
Perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang
terangkat pada bagian tubuh yang terkena. Nyeri pada palpasi.
I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rektal.
2. Ansietas berhubungan dengan psikososial dengan keluarga
3. Resti infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
4. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
J. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
No.
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
Dx
KOLABORASI
1 Nyeri berhubungan NOC: NIC :
dengan iritasi, tekanan,  Pain Level Pain Management
dan sensitifitas pada  Pain Control 1. Lakukan pengkajian
area rektal.  Comfort Level nyeri secara
komprehensip termasuk
Kriteria Hasil: lokasi, karakteristik,

1. Mampu mengontrol nyeri durasi, frekuensi,

(tahu penyebab nyeri, kualitas, dan faktor

mampu menggunakan presipitasi

teknik nonfarmakologi 2. Observasi reaksi


untuk mengurangi nyeri, nonverbal dari
mencari bantuan) ketidaknyaman

2. Melaporkan bahwa nyeri 3. Gunakan teknik


berkurang dengan komunikasi terapeutik
menggunakan manajemen untuk mengetahui
nyeri pengalaman nyeri pasien

3. Mampu mengenali nyeri 4. Kaji kultur yang


(skala, intensitas, frekuensi mempengaruhi respon
dan tanda nyeri) nyeri

4. Menyatakan rasa nyaman 5. Evaluasi pengalaman


setelah nyeri berkurang nyeri masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektivan
kontrol nyeri masa
lampau
7. Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakoligi, non
farmakologi dan
interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
managemen nyeri

Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dsari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
7. Monitor TTV sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
8. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
9. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
2 Ansietas berhubungan NOC: NIC:
dengan psikososial  Anxiety Control Anxiety Reduction
dengan keluarga  Coping (Penurunan Kecemasan)
 Impulse Control 1. Gunakan pendekatan
yang menenangkan
Kriteria hasil : 2. Nyatakan dengan jelas
1. Klien mampu harapan terhadap pelaku
mengidentifikasi dan pasien
mengungkapkan gejala 3. Jelaskan semua prosedur
cemas dan apa yang dirasakan
2. Mengidentifikasikan, selama prosedur
mengungkapkan, dan 4. Pahami prespektif pasien
menunjukkan teknik untuk terhadap situasi stres
mengontrol cemas 5. Temani pasien untuk
3. TTV dalam batas normal memberikan keamanan
4. Postur tubuh, ekspresi dan mengurangi takut
wajah, bahasa tubuh, dan 6. Berikan informasi faktual
tingkat aktivitas mengenai diagnosis,
menunjukan kekurangan tindakan prognosis
kecemasan 7. Dorong keluarga untuk
menemani anak
8. Lakukan back/neck rub
9. Dengarkan dengan penuh
perhatian
10. Identifiksi tingkat
kecemasan
11. Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan kecemasan
12. Dorong pasien untuk
mengungkapan perasaan,
ketakutan, persepsi
13. Intruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
14. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
3 Resti infeksi NOC: NIC:
berhubungan dengan  Immune Status Infection Control
insisi pembedahan  Knowledge : Infection (Kontrol Infeksi)
Control 1. Bersihkan lingkungan
 Risk Control setelah dipakai pasien
lain
Kriteria Hasil : 2. Pertahankan teknik
1. Klien bebas dari tanda dan isolasi
gejala infeksi 3. Batasi pengunjung bila
2. Mendeskripsikan proses perlu
penularan penyakit, faktor 4. Instruksikan pada
yang mempengaruhi pengujung untuk mencuci
penularan serta tangan saat berkunjung
penatalaksanaannya dan setelah berkunjung
3. Meunjukan kemampuan meninggalkan pasien
untuk mencegah timbulnya 5. Gunakan sabun
infeksi antimikroba untuk cuci
4. Jumlah leokosit dalam tangan
batas normal 6. Cuci tangan setiap
5. Menunjukan perilaku sebelum dan sesudah
hidup sehat tindakan keperawatan
7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasanan alat
9. Ganti letak IV perifer san
line cental dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
10. Gunakan
katete intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik
bila perlu

Infection Protection
(Proteksi Terhadap
Infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemikdan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Pertahankan teknik
aspirasi pada pasien yang
berisiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan kulit
pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan
membran mukossa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
11. Dorong masukan nutrisi
yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Ajarkan cara menghindari
infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif

4 Deficit pengetahuan NOC : NIC :


berhubungan dengan Pengetahuan manajemen Pengetahuan : manajemen
kurang terpaparnya penyakit akut penyakit akut
informasi Indicator : 1. Kaji tingkat pengetahuan
1. Tidak ada pengetahuan pasien terkait proses
2. Pengetahuan terbatas penyakit
3. Pengetahuan sedang 2. Kenali pengetahuan
4. Pengetahuan banyak pasien mengenai
5. Pengetahuan sangat kondisinya
banyak 3. Jelaskan tanda dan gejala
Hasil yang diharapkan 3-4 umum dari penyakit
Dengan kriteria hasil 4. Beri ketenangan terkait
1. Factor penyebab dan dengan kondisi pasien
factor yang berkontribusi 5. Edukasi pasien mengenai
2. Perjalanan penyakit tindakan untuk
3. Tanda dan gejala penyakit mengontrol/meminimalk
an gejala
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, EGC.
Jakarta.
Carpenito, Linda Juall (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
(terjemahan).PT EGC, Jakarta.
Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan), PT EGC.
Jakarta.
Price. S. A.(2005) Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. (terjemahan).
Edisi 6. EGC. Jakarta.
Sjamsuhidajat, R. Jong. Wd. (2015) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2
(terjemahan) EGC. Jakarta.

You might also like