Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Dewi Asmiati
1611020077
Peningkatan tekanan
intraabdomen
Hernia
inguinalis/scrotalis
HERNIA
Risiko infeksi
F. Pemeriksaan Penunjang
Dalam menegakkan diagnostik pada penderita hernia dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan fisik, pasien diminta untuk mengejan dengan menutup
mulut dalam keadaan berdiri bila ada hernia maka akan tampak benjolan.
2. Bila sudah ada benjolan dapat diperiksa dengan cara meminta pasien
untuk berbaring bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra
abdominan, lalu scrotum diangkat perlahan-lahan.
3. Tindakan diagnostik yaitu :
Herniotomi, pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
G. Penatalaksanaan
Setelah dilakukan tindakan pembedahan herniotomy yang harus diperhatikan
adalah perawatan untuk post operasi:
1) Hindari penyakit yang mungkin terjadi yaitu: Perdarahan, Syok, Muntah,
Distensi, Kedinginan, Infeksi, Dekubitus, Sulit buang air kecil.
2) Observasi keadaan klien.
3) Cek Tanda-tanda vital pasien.
4) Lakukan perawatan luka dan ganti balutan operasi sesuai dengan jadwal.
5) Perhatikan drainase.
6) Penuhi kebutuhan nutrisi klien.
7) Mobilisasi diri secara dini terutama pada hari pertama dan hari kedua.
-Perawatan tidur dengan sikap Fowler (sudut 45o - 60o).
-Hari kedua boleh duduk (untuk herniotomi hari ke-5).
-Hari ketiga boleh jalan (untuk herniotomi hari ke-7).
8) Diet dan pemenuhan kebutuhan nutrisi:
-Hari 0: Bila pengaruh obat anestesi hilang boleh diberi minum sedikit-
sedikit
-Hari 1: Diet Vloiher atau bubur sumsum dan susu cair (herniotomi diet
sama dengan post laparatomi)
-Hari 2: Diet bubur saring
-Hari 3: Berturut-turut diet ditingkatkan
H. Fokus Pengkajian
Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dan menentukan
hasil dari tahap berikutnya. Pengkajian dilakukan secara sistematis mulai dari
pengumpulan data, identifikasi dan evaulasi status kesehatan klien (Nursalam,
2011).
Pengkajian data fisik berdasarkan pada pengkajian abdomen dapat
menunjukan benjolan pada lipat paha atau area umbilikal. Keluhan tentang
aktivitas yang mempengaruhi ukuran benjolan. Benjolan mungkin ada secara
spontan atau hanya tampak pada aktivitas yang meningkatkan tekanan intra
abdomen, seperti batuk, bersin, mengangkat berat atau defekasi. Keluhan tentang
ketidaknyamanan. Beberapa ketidaknyamanan dialami karena tegangan yang
meningkatkan tekanan intra abdomen, seperti batuk, bersin, mengangkat berat
atau defekasi. Keluhan tentang ketidaknyamanan. Beberapa ketidaknyamanan
dialami karena tegangan. Nyeri menandakan strangulasi dan kebutuhan terhadap
pembedahan segera.
Selain itu manifestasi obstruksi usus dapat dideteksi (bising usus, nada tinggi
sampai tidak ada mual/muntah). Data yang diperoleh atau dikaji tergantung pada
tempat terjadinya, beratnya, apakah akut atau kronik apakah berpengaruh
terhadap struktur disekelilingnya dan banyaknya akar saraf yang terkompresi
atau tertekan. Pengkajian secara teoritis menurut Doengoes (2000) yang dapat
muncul diantaranya:
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama. Membutuhkan matras/papan yanag keras
saat tidur. Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu
bagian tubuh. Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan.
Tanda : Atropi otot pada bagian yang terkena. Gangguan dalam berjalan.
b. Eliminasi
Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontinensia atau retensi urine.
c. Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan,
finansial keluarga. Tanda : Tampak cemas, depresi menghindar dari
keluarga atau orang terdekat.
d. Neuro Sensori
Gejala : Kesemutan, kekauan, kelemahan dari tangan atau kaki.
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia.
Nyeri tekan atau spasme otot pada vertebralis. Penurunan persepsi nyeri
(sensorik).
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat,
defekasi, mengangkat kaki atau fleksi pada leher, nyeri yang tiada
hentinya atau adanya episode nyeri yanag lebih berat secara intermiten.
Nyeri yang menjalar pada kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan, kaku
pada leher atau servikal. Terdengar adanya suara ‘krek’ saat nyeri bahu
timbul/saat trauma atau merasa ‘punggung patah’. Keterbatasan untuk
mobilisasi atau membungkuk kedepan.
Tanda : Sikap dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang tekena.
Perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang
terangkat pada bagian tubuh yang terkena. Nyeri pada palpasi.
I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rektal.
2. Ansietas berhubungan dengan psikososial dengan keluarga
3. Resti infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
4. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
J. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
No.
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
Dx
KOLABORASI
1 Nyeri berhubungan NOC: NIC :
dengan iritasi, tekanan, Pain Level Pain Management
dan sensitifitas pada Pain Control 1. Lakukan pengkajian
area rektal. Comfort Level nyeri secara
komprehensip termasuk
Kriteria Hasil: lokasi, karakteristik,
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dsari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
7. Monitor TTV sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
8. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
9. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
2 Ansietas berhubungan NOC: NIC:
dengan psikososial Anxiety Control Anxiety Reduction
dengan keluarga Coping (Penurunan Kecemasan)
Impulse Control 1. Gunakan pendekatan
yang menenangkan
Kriteria hasil : 2. Nyatakan dengan jelas
1. Klien mampu harapan terhadap pelaku
mengidentifikasi dan pasien
mengungkapkan gejala 3. Jelaskan semua prosedur
cemas dan apa yang dirasakan
2. Mengidentifikasikan, selama prosedur
mengungkapkan, dan 4. Pahami prespektif pasien
menunjukkan teknik untuk terhadap situasi stres
mengontrol cemas 5. Temani pasien untuk
3. TTV dalam batas normal memberikan keamanan
4. Postur tubuh, ekspresi dan mengurangi takut
wajah, bahasa tubuh, dan 6. Berikan informasi faktual
tingkat aktivitas mengenai diagnosis,
menunjukan kekurangan tindakan prognosis
kecemasan 7. Dorong keluarga untuk
menemani anak
8. Lakukan back/neck rub
9. Dengarkan dengan penuh
perhatian
10. Identifiksi tingkat
kecemasan
11. Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan kecemasan
12. Dorong pasien untuk
mengungkapan perasaan,
ketakutan, persepsi
13. Intruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
14. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
3 Resti infeksi NOC: NIC:
berhubungan dengan Immune Status Infection Control
insisi pembedahan Knowledge : Infection (Kontrol Infeksi)
Control 1. Bersihkan lingkungan
Risk Control setelah dipakai pasien
lain
Kriteria Hasil : 2. Pertahankan teknik
1. Klien bebas dari tanda dan isolasi
gejala infeksi 3. Batasi pengunjung bila
2. Mendeskripsikan proses perlu
penularan penyakit, faktor 4. Instruksikan pada
yang mempengaruhi pengujung untuk mencuci
penularan serta tangan saat berkunjung
penatalaksanaannya dan setelah berkunjung
3. Meunjukan kemampuan meninggalkan pasien
untuk mencegah timbulnya 5. Gunakan sabun
infeksi antimikroba untuk cuci
4. Jumlah leokosit dalam tangan
batas normal 6. Cuci tangan setiap
5. Menunjukan perilaku sebelum dan sesudah
hidup sehat tindakan keperawatan
7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasanan alat
9. Ganti letak IV perifer san
line cental dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
10. Gunakan
katete intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection Protection
(Proteksi Terhadap
Infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemikdan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Pertahankan teknik
aspirasi pada pasien yang
berisiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan kulit
pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan
membran mukossa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
11. Dorong masukan nutrisi
yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Ajarkan cara menghindari
infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif
Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, EGC.
Jakarta.
Carpenito, Linda Juall (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
(terjemahan).PT EGC, Jakarta.
Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan), PT EGC.
Jakarta.
Price. S. A.(2005) Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. (terjemahan).
Edisi 6. EGC. Jakarta.
Sjamsuhidajat, R. Jong. Wd. (2015) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2
(terjemahan) EGC. Jakarta.