You are on page 1of 21

LANDASAN TEORI

1. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama
dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres
European Perinatal Medicine II di London (1970), telah disusun definisi sebagai berikut:
a. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu (259 hari)
b. Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37
minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)
c. Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu
atau lebih (294 hari atau lebih)

World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru
lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low birth weight
infant (bayi berat badan lahir rendah/BBLR), karena morbiditas dan mortalitas neonatus
tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan
(maturitas) bayi tersebut. Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara ringkas bahwa
bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama
dengan 2500 gram.

Klasifikasi BBLR :
a. Berdasarkan BB lahir
1) .BBLR : BB < 2500gr
2) BBLSR : BB 1000-1500gr
3) BBLASR : BB <1000 gr
b. Berdasarkan umur kehamilan
1) Prematur
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai
berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus
Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK).
2) Dismaturitas.
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini
dapat juga Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK),
Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih
Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NLB- KMK )

2. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor ibu yang lain
adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta factor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Faktor Ibu
Penyakit:
1) Toksemia gravidarum
2) Perdarahan antepartum
3) Truma fisik dan psikologis
4) Nefritis akut
5) Diabetes mellitus

Usia Ibu
1) Usia <16 tahun
2) Usia >35 tahun
3) Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat

c. Keadaan social
1) Golongan social ekonomi rendah
2) Perkawinan yang tidak sah
d. Sebab lain
1) Ibu yang perokok
2) Ibu peminum alcohol
3) Ibu pecandu narkotik

b. Faktor janin
1) Hidramnion
2) Kehamilan ganda
3) Kelainan kromosom

c. Faktor lingkungan
1) Tempat tinggal dataran tinggi
2) Radiasi
3) Zat-zat racun.

3. Tanda – tanda klinis


Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
 Berat kurang dari 2500 gram
 Panjang kurang dari 45 cm
 Lingkar dada kurang dari 30 cm
 Lingkar kepala kurang dari 33 cm
 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
 Kepala lebih besar
 Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
 Otot hipotonik lemah
 Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
 Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
 Kepala tidak mampu tegak
 Pernapasan 40 – 50 kali / menit
 Nadi 100 – 140 kali / menit
Gambaran klinis BBLR secara khusus :
Tanda-tanda Bayi Prematur
a. BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari
33 cm, lingkar dada kurang 30 cm.
b. Umur kehamilan kurang dari 37 mg.
c. Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.
d. Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Kepala mengarah ke satu sisi.
f. Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering
tampak peristaltik usus.
g. Tulang rawan dan daun telinga imatur.
h. Puting susu belum terbentuk dengan baik.
i. Pergerakan kurang dan lemah.
j. Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
k. Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.
l. Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua
paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau lurus.
m. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora (pada wanita), dan testis belum turun (pada laki laki).

Tanda-tanda pada Bayi Dismatur


Preterm sama dengan bayi premature
Term dan post term :
a. Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
b. Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.
c. Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.
d. Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
e. Tali pusat kuning kehijauan.
f. Mekonium kering.
g. Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.
4. Komplikasi pada BBLR
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah, terutama
berhubungan dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru lahir diantaranya:
 Sistem Pernafasan: Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres
respirasi, penyakit membran hialin
 Sistem Kardiovaskuler: patent ductus arteriosus
 Termoregulasi: Hipotermia
 Hipoglikemia simtomatik

Pada prematur yaitu :


a. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik disebut juga penyakit membran hialin karena
pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi alveoulus paru.
b. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum sempurna, sering ditemukan
pada bayi prematur.
c. Perdarahan intra ventikuler
Perdarahan spontan diventikel otot lateral biasanya disebabkan oleh karena anoksia
otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan membran hialin pada paru.
Kelainan ini biasanya ditemukan pada atopsi.
d. Hyperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hyperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi
cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor kematangan hepar sehingga konjungtiva
bilirubium indirek menjadi bilirubium direk belum sempurna.
e. Masalah suhu tubuh
Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum sempurna. Luas
badan bayi relatif besar sehingga penguapan bertambah. Otot bayi masih lemah,
lemak kulit kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan. Kemampuan
metabolisme panas rendah, sehingga bayi BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu
banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan sekitar (36,5 – 37,5 0C)
Pada bayi Dismatur
Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa gestasinya dan sedikit
dipengaruhi oleh gangguan-gangguan pertumbuhan di dalam uterus. Dengan kata lain,
alat-alat dalam tubuhnya sudah berkembang lebih baik bila dibandingkan dengan bayi
dismatur dengan berat yang sama. Dengan demikian bayi yang tidak dismatur lebih mudah
hidup di luar kandungan. Walaupun demikian harus waspada akan terjadinya beberapa
komplikasi yang harus ditangani dengan baik.
a. Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotaritas Ini disebabkan stress yang
sering dialami bayi pada persalinan.
b. Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai hemoglobin yang tinggi
yang mungkin disebabkan oleh hipoksia kronik di dalam uterus.
c. Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat agaknya hipoglikemia ini
disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningginya metabolisme
bayi.
d. Keadaan lain yang mungkin terjadi ; asfiksia, perdarahan paru yang pasif, hipotermia,
cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom down's, turner dan lain-lain) cacat
bawaan oleh karena infeksi intrauterine dan sebagainya.

Adapun komplikasi pada BBLR jika bayi dismatur adalah, sebagai berikut :
a. Suhu tubuh yang tidak stabil.
b. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR.
c. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.
d. Ginjal yang immature baik secara otomatis maupun fungsinya.
e. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
f. Gangguan immunologic.

5. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
1) Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
2) Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur
3-10 hari, dan umur 406 minggu)
b. Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
1) Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit
2) Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui sendok atau
pipet
3) Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus dipasang siang
penduga/ sonde fooding
4) Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan
dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau
pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih
untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan
pipet atau selang kecil yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang
menempel pada putting. ASI merupakan pilihan utama:
a) Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b) Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut
1) Berat lahir 1750-2500 gram
Bayi sehat
 Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih
mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering
(contoh; setiap 2 jam) bila perlu
 Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum.

Bayi sakit
 Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV,
berikan minum seperti pada bayi sehat

Apabila bayi memerlukan cairan intravena:


 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
 Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 segera setelah bayi stabil
 Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-
tanda siap untuk menyusu

Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan


nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:
 Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi
telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar
berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila
keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu
dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

2) Berat lahir 1500-1749 gram


Bayi sehat
a) Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak
dapat diberikan menggunakancangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke
dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.
Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/sendok apabila bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setelah 1-2 hari namun
ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
b) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (missal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
c) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan sendok/cangkir, coba
untuk menyusui langsung.

Bayi sakit
a) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b) Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan IV secara perlahan.
c) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila kondisi
bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok,
coba untuk menyusui langsung

3) Berat lahir 1250-1499 gram


Bayi sehat
a) Beri ASI peras melalui pipa lambung
b) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,
beri tambahan ASI setiap kali minum
c) Lanjutkan pemberian minum mengguanakan cangkir/sendok
d) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung

Bayi sakit
a) Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b) Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan intravena secara perlahan
c) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung

4) Berat lahir (tidak tergantung kondisi)


a) Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
b) Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi
pemberian cairan intravena secara perlahan
c) Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB perhari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung

c. Suportif
Hal utama yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:
1) Membersihkan jalan napas
2) Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
3) Membersihkan badan bayi dengan kapas nany oil/minyak
4) Memberikan obat mata
5) Membungkus bayi dengan kain hangat
6) Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
7) Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:
 Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan
terlebih dahulu
 Menidurkan bayi di dalam incubator buatan yaitu dapat dibuat dari
keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas atau
botol yang diisi air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini disimpan
dalam keadaan berdiri tutupnya ada disebelah atas agar tidak tumpah dan
tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-buli panas atau botol
inipun harus dalam keadaan terbungkus, dapat menggunakan handuk atau
kain yang tebal. Bila air panasnya sudah dingin ganti airnya dengan air
panas kembali.
 Suhu lingkungan bayi harus dijaga
 Kamar dapat masuk sinar matahari
 Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi hilangnya
panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan konveksi
 Badan bayi harus dalam keadaan kering
 Gunakan salah satu cara menghangatkandan mempertahankan suhu tubuh
bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas,
incubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan
setempat sesuai petunjuk
 Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
 Ukur suhu tubuh dengan berkala

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:


 Jaga dan pantau patensi jalan nafas
 Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
 Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia,
kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
 Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
 Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui
d. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan saat dirawat
1) Terapi
Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
2) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
3) Tumbuh kembang
4) Pantau berat badan bayi secara periodic
5) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk
bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir
<1500>
6) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir)
dan telah berusia lebih dari 7 hari:
 Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
 Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan penigkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
 Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian
ASI hingga 200 ml/kg/hari
 Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu.

Pemantauan setelah pulang


Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut:
1) Setelah pulang hari ke-2,10,20,30, dilanjutkan setiap bulan
2) Hitung umur koreksi
3) Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
4) Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
5) Awasi adanya kelainan bawaan
6) Mengajarkan ibu/orang tua cara:
 Membersihkan jalan napas
 Mempertahankan suhu tubuh
 Mencegah terjadinya infeksi
Perawatan bayi sehari-hari:
 Memandikan
 Perawatan tali pusat
 Dll
 Menjelaskan pada ibu (orang tua)
 Pemberian ASI
 Makanan bergizi bagi ibu
 Mengikuti program KB segera mungkin
 Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada perubahan
atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk ke rumah sakit.
Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk ke
rumah sakit.

6. DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka
waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan
mencari etiologi dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:
1) Umur ibu
2) Riwayat hari pertama haid terakhir
3) Riwayat persalinan sebelumnya
4) Parietas, jarak kelahiran sebelumnya
5) Kenaikan berat badan selama hamil
6) Aktivitas
7) Penyakit yang diderita selama hamil
8) Obat-obatan yang diminum selama hamil

b. Pemeriksaan fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
1) Berat badan
2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan)

c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
1) Pemeriksaan skor ballard
2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah
4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan
terjadi sindrom gawat napas
5) USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.

7. PENCEGAHAN
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah langkah yang
penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama factor resiko yang yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat
dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih
mampu
b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar
mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin yang dikandung dengan baik.
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun)
d. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
8. PERAWATAN
Perawatan yang dilakukan pada bayi BBLR meliputi :
a. Mempertahankan suhu tubuh optimal
b. Mempertahankan oksigenasi
c. Memenuhi kebutuhan nutrisi
d. Mencegah dan mengatasi infeksi
e. Mengatasi hiperbilirubinemia
f. Memenuhi kebutuhan psikologis
g. Melibatkan program imunisasi
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PATOLOGIS TERHADAP By. Ny. S

DI PUSKESMAS KARANGANYAR

1. Data Subyektif (S)


a. Identitas
1) Bayi
Nama : Bayi Ny. “S”

Tanggal / jam lahir : 18 Maret 2019

Jenis kelamin : Laki-laki

Anak ke- : Pertama

Alamat : Karang Anyar

2) Orang Tua

Nama ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. I

Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

Suku : Jawa Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Karanganyar Alamat : Karanganyar


b. Riwayat Keadaan
1) Keluhan utama
Ibu mengatakan bayi lahir dengan BB 2200 gr, tidak menangis spontan, kulit
pucat pada bagian akral tampak pucat dan dingin, pergerakan bayi lambat.

c. Riwayat persalinan
a. Ibu dengan G1P1A0 dengan usia kehamilan 37 minggu
b. Persalinan ditolong oleh bidan
c. Jenis persalinan spontan pervaginam
d. Tempat persalinan di Puskesmas Karanganyar
e. Lama Persalinan :
Kala I : 8 jam 45 menit

Kala II : 30 menit

Kala III : 15 menit

Kala IV : 2 jam

f. Masalah yang terjadi selama persalinan, tidak ada masalah selama persalinan
g. Keadaan air ketuban selama persalinan, tidak keruh dan tidak ada mekonium

2. Data Obyektif (O)


a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : bayi tampak lemah
2) Nadi : 100 x/menit
3) Pernafasan : 35x/menit
4) Suhu : 35 oC
b. Antropometri
1) Berat badan : 2200 gram
2) Panjang badan : 45 cm
3) Lingkar kepala : 28 cm
4) Lila : 8 cm
c. Refleks
1. Moro : ada tapi belum baik menggerakkan tangannya ke atas dan
ke bawah lambat
2. Roating : ada tetapi belum baik, bayi dapat mencari sumber
rangsangan dengan lambat
3. Isap : ada, tapi masih lemah
d. Menangis : pada saat pertama kali keluar, bayi menangis tetapi masih
lemah
e. Kepala :
1. Simetris : bentuknya simetris kanan dan kiri
2. UUB : ada, bentuk layang-layang
3. UUK : ada, bentuknya segitiga
f. Mata
1. Posis : simetris kanan dan kiri
2. Kotoran : tidak ada kotoran dimata
3. Perdarahan : tidak ada perdarahan
g. Hidung
1. Lubang : ada lubang hidung
2. Cuping hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung
3. Keluaran : terdapat lendir pada lubang
h. Mulut
1. Simetris : simetris atas dan bawah
2. Palatum : tidak ada labiospallatoskizim
3. Bibir : tidak labioskizis
4. Gusi : ada, atas dan bawah. Berwarna merah muda
i. Telinga
1. Simetris : simetris kanan dan kiri
2. Daun telinga : ada kanan dan kiri
3. Lubang telinga : ada kanan dan kiri
4. Cairan : tidak ada cairan yang keluar dari telinga
j. Leher
1. Kelainan : tidak ada kelainan
2. Pergerakan : dapat digerakkan kanan dan kiri
k. Dada
1. Pergerakan : lemah
2. Bunyi nafas : teratur, tetapi lemah
3. Bunyi jantung : lemah
l. Perut
1. Bentuk : simetris
2. Bising usus : ada
3. Kelainan : tidak ada kelainan
m. Tali pusat
1. Pembuluh darah : terdapat 2 arteri dan 1 vena
2. Pedarahan : tidak ada perdarahan
3. Kelainan tali pusat : baik, tidak ada kelainan
n. Kulit
1. Warna : biru pucat
2. Turgor : pucat, elastis
3. Lanugo : ada, sedikit
4. Verik caseosa : ada
o. Punggung
1. Bentuk : simetris
2. Kelainan : tidak ada kelainan

p. Ekstremitas
1. Bagian atas :
1) Tangan : jari-jari tangan lengkap, agak pucat
2) Akral : pada ujung-ujung akral tampak pucat dan dingin
2. Bagian bawah :
i. Kaki : jari-jari kaki lengkap tapi agak pucat
ii. Kelainan : tidak ada kelainan
iii. Pergerakan : lambat dan sedikit lemah
q. Genetalia
1. Scrotum : ada
2. Testis : ada, sudah turun masuk scrotum
3. Penis : ada, panjang 2,5 cm
4. Kelainan : tidak ada kelainan

3 Analisa Data (A)


Bayi baru lahir spontan cukup bulan dengan BBLR

4. Penatalaksanaan (P)
a. Keringkan tubuh bayi secepatnya terutama bagian kepala
b. Menjaga kehangatan bayi dengan cara mengganti kain yang basah secepatnya
c. Tutup kepala bayi
d. Letakkan bayi dalam inkubator dengan suhu 37oC atau dengan penghangatan lain
e. Memberikan rangsangan taktil pada bayi
f. Pemenuhan kebutuhan nutrisi (ASI) dengan cara mengajarkan ibu untuk menyusui
anaknya
g. Melakukan perawatan pada tali pusat

You might also like