Professional Documents
Culture Documents
1. Kaizen
a. Pengertian
Kaizen adalah suatu filosofi dari Jepang yang memfokuskan diri pada
pengembangan dan penyempurnaan secara terus menerus atau
berkesinambungan dalam perusahaan bisnis. Kaizen berasal dari Bahasa
Jepang yaitu kai artinya perubahan dan zen artinya baik. Di Cina kaizen
bernama gaishan di mana gai berarti perubahan / perbaikan dan shan berarti
baik / benefit. Jadi Kaizen dapat diartikan sebagai perubahan kepada arah
lebih baik.
KAIZEN adalah kegiatan sehari-hari yang sederhana bertujuan untuk
melampaui peningkatan produktifitas, juga merupakan sebuah proses
apabila dilakukan dengan benar akan “memanusiawikan” tempat kerja,
mengurangi beban kerja yang berlebihan, dan mengajarkan orang untuk
melakukan percobaan dalam pekerjaannya dengan menggunakan metode-
metode ilmiah dan bagaimana belajar mengenali serta mengurangi
pemborosan dalam proses kerjanya.
b. Ruang lingkup dan teori kaizen
Kaizen merupakan aktivitas harian yang pada prinsipnya memiliki dasar
sebagai berikut:
1. Berorientasi pada proses dan hasil.
2. Berpikir secara sistematis pada seluruh proses.
3. Tidak menyalahkan, tetapi terus belajar dari kesalahan yang terjadi di
lapangan.
Beberapa point penting dalam proses penerapan KAIZEN yaitu:
1. Menghasilkan produk sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada
permintaan pelanggan
Sistem kaizen bisanya menghasilkan produksi sesuai dengan pesanan
pelanggan dengan sistem produksi tarik (pull system) yang dibantu
dengan menggunakan kartu kanban.
2. Memproduksi dalam jumlah kecil (small lot size)
Ciri khas lain adalah memproduksi dalam jumlah kecil sesuai dengan
permintaan pelanggan akan menghemat biaya dan sumber daya selain
menghilangkan persedian barang dalam proses yang merupakan sejenis
pemborosan yang dapat dihindari dengan menggunakan penjadwalan
proses produksi selain itu juga menggunakan pola produksi campur
merata (Heijunka) yang dimaksud heijunka adalah memproduksi
bermacam-macam dalam satu lini produksi.
3. Menghilangkan pemborosan
Untuk menghindari pemborosan pada persediaan, pembelian dan
penjadwalan dengan menggunakan sistem kartu kanban yang
mendukung sistem produksi tarik, selain menghasilkan produksi dengan
baik sejak awal yaitu pantang menerima, pantang memproses dan
pantang menyerahkan produk cacat dengan bekerjasama dengan
pemasok dengan persediaan yaitu mengurangi jumlah barang yang
dating, menghilangkan persediaan penyangga, mengurangi biaya
pembelian, memperbaiki penanganan bahan baku, tercapainy
persediaan dalam jumlah kecil dan mendapatkan pemasok yang dapat
dipercaya.
4. Penataan produksi dilakukan dengan berpedoman pada lima disiplin di
tempat kerja yaitu 5-S yang antara lain:
a. Seiri atau pemilahan yaitu disiplin ditempat kerja dengan cara
melakukan pemisahan berbgai alat atau komponen ditempat masing-
masing sehingga untuk mencarinya nanti bila diperlukan akan lebih
mudah.
b. Seiton atau penataan yaitu disiplin ditempat kerja dengan melakukan
penyimpanan fungsional dan membuang waktu untuk mencari barang.
c. Seiso atau pembersihan yaitu disiplin ditempt kerja dengan melakukan
pembersihan sebagai pemeriksaan dan tingkat kebersihan.
d. Seiketsu atau pemantapan/perawatan yaitu manajemen visual dan
pemantpn 5-S seperti pemberian tanda, pengumuman, label,
pengaturan kabel, kode, dsb.
e. Shitsuke atau pembiasaan yaitu pembentukan kebiasaan dan tempat
kerja yang berdisiplin
2. Six Sigma
a. Pengertian
Six Sigma adalah suatu alat manajemen baru yang digunakan untuk
mengganti Total Quality Management (TQM), sangat terfokus terhadap
pengendalian kualitas dengan mendalami sistem produksi perusahaan
secara keseluruhan. Memiliki tujuan untuk, menghilangkan cacat produksi,
memangkas waktu pembuatan produk, dan mehilangkan biaya. Six Sigma
disebut strategi karena terfokus pada peningkatan kepuasan pelanggan,
disebut disiplin ilmu karena mengikuti model formal, yaitu DMAIC
(Define, Measure, Analyze, Improve, Control) dan alat karena digunakan
bersamaan dengan yang lainnya, seperti Diagram Pareto (Pareto Chart)
dan Histogram. Kesuksesan peningkatan kualitas dan kinerja bisnis,
tergantung dari kemampuan untuk mengidentifikasi dan memecahkan
masalah. Kemampuan ini adalah hal fundamental dalam filosofi six sigma.
b. Perbedaan Six Sigma dengan metode TQM
Thomas Pyzdek, seorang konsultan implementasi Six Sigma dan penyusun
buku "The Six Sigma Handbook", pada bulan Februari 2001, menjelaskan
adanya perbedaan penting antara Six Sigma dan TQM yaitu, TQM hanya
memberikan petunjuk secara umum (sesuai dengan istilah manajemen yang
digunakan dalam TQM). Petunjuk untuk TQM begitu umumnya sehingga
hanya seorang pemimpin bisnis yang berbakat yang mampu
menterjemahkan TQM dalam operasional sehari-hari. Secara singkat, TQM
hanya memberikan petunjuk filosofis tentang menjaga dan meningkatkan
kualitas, tetapi sukar untuk membuktikan keberhasilan pencapaian
peningkatan kualitas.
Kemudian konsep Total Quality Control, pada tahun 1950, menunjukkan
bahwa kualitas produk bisa ditingkatkan dengan cara memperpanjang
jangkauan standar kualitas ke arah hulu, yaitu di
area engineering dan purchasing. Akan tetapi ada beberapa kelemahan yang
muncul pada pelaksanaan Total Quality Control yaitu:
Terlalu fokus pada kualitas dan tidak memperhatikan isu bisnis kritis
lainnya.
Implementasi Total Quality Control menciptakan pemahaman bahwa
masalah kualitas adalah masalahnya departemen Quality Control, padahal
masalah kualitas biasanya berasal dari ketidakmampuan departemen lain
dalam perusahaan yg sama.
Penekanan umumnya pada standar minimum kualitas produk, bukan pada
bagaimana meningkatkan kinerja produk.
Six Sigma dalam pelaksanaannya menunjukkan hal-hal menjadi solusi
permasalahan di atas:
Menggunakan isu biaya, cycle time dan isu bisnis lainnya sebagai bagian yg
harus diperbaiki.
Six sigma tidak menggunakan ISO 9000 dan Malcolm Baldrige Criteria
tetapi fokus pada penggunaan alat untuk mencapai hasil yg terukur.
Six sigma memadukan semua tujuan organisasi dalam satu kesatuan.
Kualitas hanyalah salah satu tujuan, dan tidak berdiri sendiri atau lepas dari
tujuan bisnis lainnya.
Six sigma menciptakan agen perubahan (change agent) yg bukan bekerja di
Quality Department. Ban hijau (Green Belt) adalah para operator yg bekerja
pada proyek Six Sigma sambil mengerjakan tugasnya.
B. Pengukuran (Measure)
Measure adalah fase mengukur tingkat kinerja saat ini, sebelum mengukur
tingkat kinerja biasanya terlebih dahulu melakukan analisis terhadap sistem
pengukuran yang digunakan.
1. Analisis Sistem Pengukuran
Masalah yang muncul dalam pengukuran adalah variabilitas pengukuran
yang dinyatakan dalam varian( variance ). Varian total suatu pengukuran
berasal dari varian yang ditimbulkan oleh produk (part to part) dan varian
akibat kesalahan pengukuran (gage). Sumber variability dalam hasil
pengukuran adalah
Keuntungan OPM3:
a. Membantu organisasi mengidentifikasi dan memberikan proyek yang
tepatuntuk memajukan strategi mereka.
b. Peningkatan kinerja proyek dan laba atas investasi – memperbaiki proses
yangterisolasi sambil memaksa organisasi untuk mempertimbangkan
tekananeksternal meningkatkan efisiensi operasional dan organisasi
c. Membantu organisasi menyelaraskan strategi dengan proyekproyek
yangmempertahankan kesuksesan bisnis
d. Meringankan biaya operasi dengan menjaga proyek sejalan dengan strategi
bisnis.
4. Capability Maturity Model Integration (CMII)
a. Pengertian
Capability Maturity Model Integration (CMMI) merupakan suatu model
pendekatan dalam penilaian skala kematangan dan kemampuan sebuah
organisasi perangkat lunak. CMMI pada awalnya dikenal sebagai
Capability Maturity Model (CMM) yang dikembangkan oleh Software
Enginnering Institutedi Pittsburgh pada tahun 1987. Namun perkembangan
selanjutnya CMM menjadi CMMI. CMMI mendukung proses penilaian
secara bertingkat. Penilaiannya tersebut berdasarkan kuisioner dan
dikembangkan secara khusus untuk perangkat lunak yang juga mendukung
peningkatan proses.
Perbedaan CMMI dan ISO terletak pada ketelitiannya. Bila perusahaan kita
mendapat sertifikasi ISO, perusahaan harus memiliki Standard Operating
Procedure (SOP) yang tertulis. Kemudian harus membuktikan pada badan
sertifikasi bahwa SOP tersebut dijalankan dengan baik. Apa saja yang
ditulis dalam SOP bebas. ISO tidak mengatur sampai ke tingkat seperti
demikian.
Berbeda dengan CMMI, selain perusahaan mempunyai SOP, mempunyai
aturan khusus tentang isi SOP. Misalnya, kalau kita melakukan analisa
kebutuhan (requirement gathering), ada beberapa aturan yang harus diikuti,
misalnya:
Pernyataan kebutuhan user harus dicatat
1. Pernyataan kebutuhan harus dikonfirmasi ke user
2. kebutuhan harus disetujui kedua pihak
3. Kalau ada perubahan, harus dicatat
4. Antara kebutuhan dan software yang dideliver, harus bisa dilacak
bolak-balik
Keuntungan CMMI
Beberapa keuntungan yang diperoleh saat perusahaan menerapkan CMMI:
1. Penilaian studi kualitas (assessing) atas proses kematangan (maturity)
terkini.
2. Meningkatkan kualitas struktur organisasi dan pemrosesan dengan
mengikuti pendekatan best-practice.
3. Digunakan dalam proses uji-kinerja (benchmarking) dengan organisasi
lainnya.
4. Meningkatkan produktivitas dan menekan resiko proyek.
5. Menekan resiko dalam pengembangan perangkat lunak.
6. Meningkatkan kepuasan pelanggan.
7. Mempunyai fitur-fitur yang bersifat institusional, yaitu komitmen,
kemampuan untuk melakukan sesuatu, analisis dan pengukuran serta
verifikasi implementasi.
8. Tersedianya “Road Map” untuk peningkatan lebih lanjut.
5. Malcolm Bridge
a. Pengertian
Malcolm Baldridge merupakan kriteria pengukuran kinerja perusahaan
secara menyeluruh yang mencakup seluruh fungsi manajemen, aspek-aspek
pendekatan, penyebarluaskan dan hasil-hasil usaha serta membandingkan
kinerja intern perusahaan dari waktu ke waktu dengan perusahaan terbaik
di bidangnya (bench marking). Kriteria sasaran MBNQA adalah membantu
perusahaan dalam meningkatkan daya saing dengan menitikberatkan pada
sasaran yang berorientasi hasil dengan mengadakan peningkatan yang terus
menerus demi kepuasan pelanggan agar berhasil di pasar dan meningkatkan
kemampuan dan kinerja perusahaan secara menyeluruh.
Menurut baldridge Pengukuran kinerja dengan model Malcolm
Baldridge secara garis besar terdiri dari 4 kriteria yaitu:
Kriteria product and service dimaksudkan barang dan jasa yang penting
bagi konsumen, seperti reliabilitas produk, pengiriman yang tepat waktu
dan tingkat pengalaman pelanggan.
Kriteria customer-focused dimaksudkan sebagai ukuran dan indikator
relatif mengenai persepsi, tindakan, dan perilaku konsumen, retensi
pelanggan, keluhan dan survey pelanggan.
Kriteria financial and marketplace performance dimaksudkan sebagai
kinerja yang diukur dengan tingkat biaya, penjualan, dan posisi pasar,
termasuk penggunaan aset, pertumbuhan aset, dan pangsa pasar. Hal ini
termasuk pula ROI, nilai tambah per pekerja, ROA, margin operasi, dan
kinerja anggaran.
Kriteria kinerja operasional dimaksudkan sebagai kinerja dalam SDM,
kepemimpinan dorganisasional dan kinerja etika yang dimaksudkan sebagai
efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas. Hal ini termasuk pula perputaran
waktu, produkstivitas, perputaran pekerja, tingkat pelatihan lintas
karyawan, akuntabilitas fiskal dan keterlibatan masyarakat.
MBNQA ditujukan untuk peningkatan kinerja perusahaan, membantu
memberikan arahan, menyiapkan perencanaan secara menyeluruh, menilai
kemajuan yang mengarah ke perusahaan kelas dunia, mengetahui bidang-
bidang yang perlu di perbaiki, menentukan kekuatan yang sudah dimiliki
dan perolehan award. Menurut Hiro Tugiman (1999), hal ini disebabkan
MBQNA menjalankan nilai-nilai yang inti sari nya terdiri dari :
a. Mutu yang dipacu oleh pelanggan (Customer-driven quality)
b. Kepemimpinan keterlibatan secara pribadi (leadership)
c. Perbaikan yang terus menerus (proses pembelajaran) (continuous
improvement and learning)
d. Melibatkan seluruh karyawan (valuing employee)
e. Respon yang cepat (Fast response)
f. Mutu terwujud melalui perancangan dan pencegahan ( design quality
dan prevention)
g. Berwawasan jangka panjang (long-range view of the future)
h. Manajemen berdasarkan fakta (management by fact)
i. Pengembangan kemitraan (partnership development)
j. Tanggung jawab perusahaan, masyarakat dan bangsa
k. Orientasi pada hasil (result focus)
l. Tanggung jawab masyarakat dan kewarganegaraan (Public
responsibility and citizenship)
C. Fokus pada Pelanggan dan Pasar, kategori ini dimaksudkan tentang cara
organisasai menetapkan tujuan, tuntutan, harapan, dan kecenderungan
konsumen dan pasar, mencerminkan hubungan organisasi dengan
konsumen dan menentukan tingkat kepuasan. Hal ini meliputi dua hal
yaitu:
a. Pengetahuan pelanggan dan pasar, hal ini menjelaskan cara
perusahaan menentukan permintaan jangka pendek dan jangka
panjang, harapan, dan kecenderungan konsumen dan pasar untuk
meyakinkan adanya barang dan jasa dan mengembangkan peluang
baru.
b. Hubungan dan kepuasan pelanggan, hal ini menjelaskan cara
organisasi menentukan kepuasan konsumen dan membangun
hubungan untuk mempertahankan bisnis yang ada dan
mengembangkan peluang baru.