You are on page 1of 23

PEMBERDAYAAN KELUARGA

OLEH :
KELOMPOK 2
KELAS 2A

1. NI LUH PUTU MANIK JUNI ASTRI DEWI ( P07120216009 )


2. NI LUH PUTU PUTRI WIDIARI ( P07120216010 )
3. DESAK MADE ARI WAHYUNI ( P07120216011 )
4. I PUTU WAWAN NARENDRA ( P07120216012 )
5. KOMANG AGUS WIRANATA ( P07120216013 )
6. MADE AYU RYAS PRIHATINI ( P07120216014 )
7. NI LUH ADE SERIASIH ( P07120216015 )
8. NI MADE RASITA PUSPITASWARI ( P07120216016 )

D-IV KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pemberdayaan Keluarga”. Adapun tujuan disusunnya
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keluarga. Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 11 Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3. Tujuan ................................................................................................................. 5
1.4. Manfaat ............................................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 6
A. Pengertian Pemberdayaan Keluarga ....................................................................... 6
B. Penggolongan Bencana ........................................................................................... 7
C. Sifat Bencana ........................................................................................................ 10
D. Tujuan Penanggulangan Bencana ......................................................................... 11
E. Langkah-Langkah Dalam Penanggulangan Bencana............................................ 11
F. Masalah Kesehatan Akibat Bencana ..................................................................... 15
G. Prinsip Penanggulangan Bencana ......................................................................... 18
BAB III............................................................................................................................. 21
PENUTUP........................................................................................................................ 21
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 21
3.2. Saran ................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna (UU RI No.24 Tahun 2007). Sedangkan
Kesiapsiagaan menurut Carter (1991) adalah tindakan-tindakan yang
memungkinkan pemerintahan, organisasi, masyarakat, komunitas, dan
individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan
tepat guna. Termasuk kedalam tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan
rencana penanggulangan bencana, pemeliharan dan pelatihan personil.
Pengetahuan terkait dengan persiapan menghadapi bencana pada
kelompok rentan bencana menjadi fokus utama. Berbagai pengalaman
menunjukkan bahwa kesiapan menghadapi bencana ini seringkali terabaikan
pada masyarakat yang belum memiliki pengalaman langsung dengan bencana
(Priyanto, 2006).
Keluarga diharapkan memiliki kemampuan untuk mengatasi bencana seperti
banjir, karena peran keluarga dalam kesiapsiagaan sangat penting alasannya
kepala keluarga berperan dalam menyampaikan informasi bagi keluargannya,
mengambil keputusan yang cepat dapat mempengaruhi anggota keluarganya
dan juga kepala keluarga sebagai sumber dukungan sosial bagi keluarganya.
akibat pengaruhnya semua ucapan, tingkah laku dan tindakannya akan
dijadikan panutan oleh keluarganya (Effendi, 2009).
Kemampuan yang harus dimiliki kepala keluarga sebagai wujud dari
kesiapsiagaan adalah mempunyai pengetahuan dan sikap terhadap bencana
seperti ketrampilan pertolongan pertama, menggerakkan anggota keluarga
untuk mengikuti latihan dan keterampilan evakuasi, menyiapkan kebutuhan
makanan yang dapat disimpan dan tahan lama, menyiapkan kotak P3K
dirumah (LIPI, 2006).

4
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah:
1. Apa pengertian dari pemberdayaan keluarga?
2. Bagaimana penggolongan bencana?
3. Bagaimana sifat bencana?
4. Apa tujuan penanggulangan bencana?
5. Apa saja langkah-langkah dalam penanggulangan bencana?
6. Apa masalah kesehatan akibat bencana?
7. Apa prinsip penanggulangan bencana?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari pemberdayaan keluarga
2. Untuk mengetahui penggolongan bencana
3. Untuk mengetahui sifat bencana
4. Untuk mengetahui tujuan penanggulangan bencana
5. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam penanggulangan bencana
6. Untuk mengetahui masalah kesehatan akibat bencana
7. Untuk mengetahui prinsip penanggulangan bencana

1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makala ini yaitu:
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran mata kuliah Keperawatan
Keluarga, mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan Keperawatan
Keluarga dalam Pemberdayaan Keluarga dalam Kesiapsiagaan Bencana.

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemberdayaan Keluarga
Pengertian Pemberdayaan
 Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup
kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan
mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang
mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang
memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya (Parsons, et al., 1994:106).
 Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok
rentan dan lemah, untuk (a) memiliki akses terhadap sumber-sumber
produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-baran dan jasa-jasa yang mereka
perlukan; dan (b) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Pengertian Keluarga
 Menurut Departemen Kesehatan dalam Effendy (1998), mendefinisikan
keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat , terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan .
 Menurut Friedman dalam Suprajitno (2004), mendefinisikan bahwa
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran
masing - masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Definisi operasional dari pemberdayaan keluarga merupakaan upaya untuk


menjalankan peran sesuai dengan fungsinya dalam keluarga, dan mengembangkan

6
potensi-potensi yang dimiliki anggota keluarga secara maksimal, sehingga
terbentuk ketahanan keluarga.

B. Penggolongan Bencana

Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang


Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut:
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh
faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana
alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
Penggolongan Bencana:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor.
 Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di
permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar
lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau
runtuhan batuan.
 Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik
yang dikenal dengan istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung
api dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan
abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar.
 Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang
ombak lautan ("tsu" berarti lautan, "nami" berarti gelombang
ombak). Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut

7
raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut
akibat gempa bumi.
 Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah
atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau
keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan
penyusun lereng.
 Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya
suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat.
 Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba
dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya
aliran sungai pada alur sungai.
 Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah
kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan
ekonomi dan lingkungan. Adapun yang dimaksud kekeringan
di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan
pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-
lain) yang sedang dibudidayakan .
 Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara
tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai
spiral dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh
permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5
menit).
 Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang
ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar
wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana
alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi
keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat
terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan
deras.

8
2. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, akibat ulah manusia dan wabah
penyakit.
 Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat
seperti rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-
lain dilanda api yang menimbulkan korban dan/atau kerugian.
 Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana
hutan dan lahan dilanda api, sehingga mengakibatkan
kerusakan hutan dan lahan yang menimbulkan kerugian
ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan
lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat
mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar
 Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga
gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi
biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai
akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan
alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa
disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut
sebagai penyebab utama abrasi.

3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan
teror.
 Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi
yang terjadi di darat, laut dan udara.
 Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh
dua faktor, yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe
human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe conditions).
Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada
macam industrinya, misalnya bahan dan peralatan kerja yang

9
dipergunakan, proses kerja, kondisi tempat kerja, bahkan
pekerja yang terlibat di dalamnya.
 Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara adalah
suatu gerakan massal yang bersifat merusak tatanan dan tata
tertib sosial yang ada, yang dipicu oleh kecemburuan sosial,
budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas sebagai
pertentangan antar suku, agama, ras (SARA).
 Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang
dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan sehingga menimbulkan suasana teror atau rasa
takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban
yang bersifat masal, dengan cara merampas kemerdekaan
sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda,
mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-
obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas
publik internasional.
 Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan
musuh melalui subversi, penghambatan, pengacauan dan/
atau penghancuran. Dalam perang, istilah ini digunakan
untuk mendiskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak
berhubungan dengan militer, tetapi dengan spionase.
Sabotase dapat dilakukan terhadap beberapa sruktur penting,
seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan lain-lain.
C. Sifat Bencana
Bencana dapat terjadi dengan sifat kejadian sebagai berikut:
a. Mendadak (akut), seperti gempa bumi, gelombang tsunami dan
tanah longsor. Bencana yang mendadak sifatnya datang tidak di duga,
tidak dapat diramalkan, banyak memakan korban, menimbulkan
penderitaan orang banyak, ketidak berdayaan, angka kematian dan
kesakitan tinggi, dan kehidupan sehari-hari mendadak terganggu.
b. yang dapat diramalkan seperti kemarau panjang. Bencana ini
sifatnya dapat diramalkan kapan akan terjadinya, mungkin dapat

10
dikendalikan, memiliki tanda-tanda awal, luas daerah bencana,
intensitas peristiwa dan kecepatan terjadinya bencana dapat
diperkirakan

D. Tujuan Penanggulangan Bencana


Penanggulangan Bencana adalah Suatu proses yang dinamis, terpadu dan
berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang
berhubungan dengan penanganan, merupakan rangkaian kegiatan yang
meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi
dan pembangunan kembali.
Penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Tujuan
dari penanggulangan bencana adalah :

1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari


ancaman bencana;
2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang
sudah ada;
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana
secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh;
4. Menghargai budaya lokal;
5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan
kedermawanan; dan
7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

E. Langkah-Langkah Dalam Penanggulangan Bencana


Pilihan tindakan yang dimaksud di sini adalah berbagai upaya
penanggulangan yang akan dilakukan berdasarkan perkiraan ancaman
bahaya yang akan terjadi dan kemungkinan dampak yang ditimbulkan.

11
Secara lebih rinci pilihan tindakan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Pencegahan dan Mitigasi
Upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan mitigasi
yang dilakukan, bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta
mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Tindakan mitigasi
dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu
mitigasi pasif dan mitigasi aktif. Tindakan pencegahan yang tergolong
dalam mitigasi pasif antara lain adalah:
a. Penyusunan peraturan perundang-undangan
b. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
c. Pembuatan pedoman/standar/prosedur
d. Pembuatan brosur/leaflet/poster
e. Penelitian / pengkajian karakteristik bencana
f. Pengkajian / analisis risiko bencana
g. Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan
h. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
i. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum
j. Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan

Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif


antara lain:
a. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya,
b. larangan memasuki daerah rawan bencana dsb.
c. Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang
d. penataan ruang, ijin mendirikan bangunan (IMB), dan
e. peraturan lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana.
f. Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
g. Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke
h. daerah yang lebih aman.
i. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat.
j. Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur

12
k. evakuasi jika terjadi bencana.
l. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk
m. mencegah, mengamankan dan mengurangi dampak yang
n. ditimbulkan oleh bencana, seperti: tanggul, dam, penahan erosi
o. pantai, bangunan tahan gempa dan sejenisnya.

Adakalanya kegiatan mitigasi ini digolongkan menjadi mitigasi yang


bersifat non-struktural (berupa peraturan, penyuluhan, pendidikan) dan
yang bersifat struktural (berupa bangunan dan prasarana).

1. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta
benda dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan
dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan
terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur
pendukungnya.
b. Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sector
Penanggulangan bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan
pekerjaan umum).
c. Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan
d. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
e. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan
terpadu guna mendukung tugas kebencanaan.
f. Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini
(early warning)
g. Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)
h. Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/saranaperalatan)

2. Tanggap Darurat

13
Tahap Tanggap Darurat merupakan tahap penindakan atau
pengerahan pertolongan untuk membantu masyarakat yang tertimpa
bencana, guna menghindari bertambahnya korban jiwa. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan,
kerugian, dan sumber daya;
b. Penentuan status keadaan darurat bencana;
b. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
c. Pemenuhan kebutuhan dasar;
d. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
e. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

3. Pemulihan
Tahap pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.
Upayayang dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk
mengembalikankondisi daerah yang terkena bencana yang serba tidak
menentu ke kondisi normal yang lebih baik, agar kehidupan dan
penghidupan masyarakat dapat berjalan kembali. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan meliputi:
a. Perbaikan lingkungan daerah bencana;
b. Perbaikan prasarana dan sarana umum;
c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
b. Pemulihan sosial psikologis;
c. Pelayanan kesehatan;
d. Rekonsiliasi dan resolusi konflik;
e. Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;
f. Pemulihan keamanan dan ketertiban;
g. Pemulihan fungsi pemerintahan; dan
h. Pemulihan fungsi pelayanan publik
Sedangkan tahap rekonstruksi merupakan tahap untuk
membangunkembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana
secara lebihbaik dan sempurna. Oleh sebab itu pembangunannya harus

14
dilakukan melalui suatu perencanaan yang didahului oleh pengkajian
dariberbagai ahli dan sektor terkait.
a. Pembangunan kembali prasarana dan sarana;
b. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
c. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat
b. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan
yang lebih baik dan tahan bencana;
c. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan,
dunia usaha dan masyarakat;
Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
d. Peningkatan fungsi pelayanan publik; atau
e. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

F. Masalah Kesehatan Akibat Bencana


Bencana alam yang terjadi selalu menyisakan kepedihan yang mendalam.
Baik berupa gempa bumi, tanah longsor, banjir, gunung meletus, ataupun
tsunami. Banyak korban nyawa, fisik, dan harta akibat bencana yang terjadi.
Bencana menyebabkan korban yang selamat, menyebabkan berbagai masalah
kesehatan. Menurut Ketua Umum PB IDI Fachmi Idris, secara umum,
masalah kesehatan utama setelah bencana adalah trauma fisik seperti luka dan
patah tulang. Kemudian, selama dan sesudah masa itu korban bencana yang
selamat dan tinggal di pengungsian juga terancam penyakit jika upaya
antisipasinya tidak memadai. Berbagai penyakit yang muncul pascabencana
alam antara lain malaria, ISPA, diare, leptospirosis, kolera, dan infeksi kulit.

Pada umumnya masalah kesehatan pasca gempa dapat dibagi dalam 3 fase:

1.Penyakit akut pasca bencana.

Yaitu penyakit yang berhubungan langsung dengan bencana yang


terjadi. Misalnya, kasus gempa bumi di Padang tanggal 30 September
2009, penyakit yang berhubungan langsung dengan gempa adalah cedera
akibat reruntuhan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa cedera
utama akibat gempa adalah cedera kepala dan patah tulang.

15
2. Penyakit ikutan pada beberapa hari-minggu pasca bencana

a. Malaria

Penyakit malaria dapat timbul misalnya saat masyarakat berada di


pengungsian ( tenda-tenda darurat ), nyamuk anopheles bisa
menginfeksi korban-korban bencana.

b. DBD
Misalnya banjir, air yang tergenang dapat menyebabkan bersarangnya
nyamuk aides aigypti. Kemudian menginfeksi korban-korban
bencana.
c. Diare dan penyakit kulit
Penyakit ini bisa menginfeksi korban bencana karena sanitasi yang
jelek. Misalnya kuman-kuman penyebab diare seperti ; Vibrio kolera,
Salmonella dysentriae pada genangan banjir, diare akibat kurangnya
asupan air bersih karena saluran air bersih dan sanitari yang rusak.
Seseorang menderita diare bila frekuensi buang air besar telah
melampaui kebiasaannya dengan kotoran encer dan banyak cairan.
Diare yang terus menerus mungkin merupakan gejala penyakit berat
seperti tipus, kolera dan kanker usus. Diare yang berat bisa
menyebabkan dehidrasi dan bisa membahayakan jiwa.
Gejala-gejalanya seperti frekuensi buang air besar melebihi
normal, kotoran encer/cair, sakit/kejang perut, demam dan muntah.
Penyebabnya bisa dari Anxietas (rasa cemas), keracunan makanan,
infeksi virus dari usus, alergi terhadap makanan tertentu.
Penanggulangannya adalah dengan minum banyak cairan, hindari
makanan padat atau yang tidak berperasa selama 1-2 hari, minum
cairan rehidrasi oral-oralit.
d. ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Atas )

ISPA terjadi karena masuknya kuman atau mirkoorganisme ke


dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan
gejala penyakit.

16
Istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris acute
respiratory infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni
infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan pengertian sebagai
berikut:

1) Infeksi adalah masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam


tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan
gejala penyakit.
2) Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga
alveoli. Secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian
atas, saluran pernpasan bagian bawah (termasuk jaringan saluran
pernapasan).
3) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14
hari, Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut
meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam
ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

Selain ISPA sering juga ditemukan pnemonia yaitu proses


infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan
proses infeksi akut pada bronkus (biasa
disebutbronchopneumonia).

Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena
paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah
frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada
anak usia dua bulan sampai kurang dari satu tahun, dan 40 kali
permenit atau lebih pada anak usia satu tajun sampai kurang dari
lima tahun. Pada anak di bawah usia dua bulan, tidak dikenal
diagnosis pnemonia.

Pencegahannya dengan pengadaan rumah dengan ventilasi yang


memadai, perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan gizi balita.

17
e. Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
leptospira berbentuk spiral dan hidup di air tawar. Penyakit ini timbul
karena terkontaminasinya air oleh air seni hewan yang menderita
leptospirosis. Biasanya penyakit ini terdapat pada korban banjir.

f. Demam Tifoid
Penyakit demam tifoid sebenarnya juga berkaitan erat dengan
faktor daya tahan tubuh seseorang. Oleh sebab itu, untuk mencegah
terkena penyakit tipes, masyarakat harus menjaga kondisi tubuh
dengan makan makanan bergizi dan jangan sampai kelelahan.

3. Masalah kesehatan mental

Penyakit psikologis / Trauma berkepanjangan akibat reaksi stres


akut saat bencana bisa menetap menjadi kecemasan yang berlebihan.
Akibat kehilangan rumah, kehilangan anggota keluarga atau bisa juga
trauma karena ketakutan yang mendalam

G. Prinsip Penanggulangan Bencana


Penanggulangan bencana alam bertujuan untuk melindungi masyarakat
dari bencana alam dan tampak yang di timbulkannya. Karena itu, dalam
penanggulangannya harus memerhatikan prinsip-prinsip penanggulangan
bencana alam.Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana, disebutkan sejumlah prinsip penanggulangan
yaitu :
1. Cepat dan Tepat
Yang dimaksud ‘cepat dan tepat’ adalah bahwa dalam
penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai
dengan tuntutan keadaan.

18
2. Prioritas
Yang dimaksud ‘prioritas utama’ adalah bahwa apabila terjadi
bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan
diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.

3. Koordinasi dan keterpaduan


Yang dimaksud dengan ‘prinsip koordinasi’ adalah bahwa
penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling
mendukung. Yang dimaksud dengan ‘prinsip keterpaduan’ adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu
yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.

4. Berdaya guna dan berhasil guna


Yang dimaksud dengan ‘prinsip berdaya guna’ adalah bahwa
dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang
waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan. Yang dimaksud dengan ‘prinsip
berhasil guna’ adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus
berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan
tidak membuang waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan.

5. Transparansi dan akuntabilitas


Yang dimaksud dengan “prinsip transparansi” adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung
jawabkan. Yang dimaksud dengan‘prinsip akuntabilitas adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan secara itek dan hukum.

6. Kemitraan
Penanggulangan bencana tidak bisa hanya mengandalkan
pemerintah. Kemitraan dalam penanggulangan bencana dilakukan antara
pemerintah dan masyarakat secara luas, termasuk LSM dan organisasi-
organisasi kemasyarakatan lainnya.

19
7. Pemberdayaan
Pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk mengetahui, memahami dan melakukan langkah-langkah
antisipasi, penyelamatan, dan pemulihan bencana. Negara memiliki kewajiban
untuk memberdayakan masyarakat agar dapat mengurangi dampak dari
bencana.

8. Nondiskriminatif
Yang dimaksud dengan ‘prinsip nondriskiminatif’ adalah bahwa
negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang
berbeda terhadap jenis kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik apapun.

9. Nonproletisi
Yang dimaksud dengan ‘nonproletisi’ adalah bahwa dilarang
menyabarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana,
terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.

20
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang
mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta
memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna
sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar. Dengan adanya
pemberdayaan pengelolaan bencana dalam keluarga dapat membantu
mengurangi timbulnya korban akibat bencana alam.

3.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan setelah pembahasan makalah ini adalah :
1. Kepada pemerintah agar meningkatkan manajemen bencana agar sedini
mungkin dapat diantisipasi terjadinya bencana alam di Indonesia.
2. Kepada masyarakat agar lebih menjaga lingkungan karena bagaimanapun
bencana yang terjadi tidak terlepas dari kerusakan lingkungan.

21
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. 2015. Definisi dan Jenis Bencana. http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-


bencana/definisi-dan-jenis-bencana. Diakses pada 11 oktober 2017
Drs. Muhajir, M.Ed. 2007.Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan.Jakarta:Ghalia Indonesia Printing
Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2.
Jakarta: EGC
http://documents.tips/download/link/langkah-langkah-penanggulangan-bencana.
Di unduh pada 11 oktober 2017
https://www.bnpb.go.id/home/definisi
https://www.scribd.com/doc/157689946/Penyuluhan-Pencegahan-Penyakit-Pada-
Bencana-Banjir. Diakses pada 11 Oktober 2017
IWAN_SETIAWAN/Penanggulangan_bencana.pdf. Diakses pada 11 oktober
2017
Ma’arif,Syamsul.2008. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana.Jakarta:BNPB

22
23

You might also like