Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Ani Roh Nuraini 5.18.006
Arlambang 5.18.012
Brama Fernanda T 5.18.016
Diah Ayu Istikomah 5.18.023
Fkri Sahila U. 5.18.037
Eli Fitiana 5.18.028
M. Yusuf Al Azis 5.18.054
Nadhotul Ma’rifah 5.18.056
Saeful Amri 5.18.076
Sri Wahyuningsih 5.18.083
Wahyu Adhi S. 5.18.092
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arti dari negara secara teori adalah sekumpulan orang yang menempati suatu wilayah
yang memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama setiap anggotanya
dalam koridor kebersamaan. Dalam angan setiap anggota masyarakat, negara yang telah
dibentuk bersama akan melaksanakan salah satu fungsi untuk menyediakan kebutuhan
hidup anggota yang berkaitan dengan konstelasi hidup berdampingan dengan orang lain
di sekelilingnya. Di kehidupan sehari-hari, kebutuhan bersama itu sering kita artikan
sebagai “kebutuhan publik”. Salah satu contoh kebutuhan publik yang mendasar adalah
kesehatan.
Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat kaitannya dengan
kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang bersifat mutlak, negara dan
aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan layanan yang bermutu dan mudah
didapatkan setiap saat. Salah satu wujud nyata penyediaan layanan publik di bidang
kesehatan adalah adanya Puskesmas. Tujuan utama dari adanya Puskesmas adalah
menyediakan layanan kesehatan yang bermutu namun dengan biaya yang relatif
terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke
bawah.
Puskesmas merupakan salah satu bentuk pelayanan masyarakat yang berperan sebagai
pemangku kepentingan pelaksanaan Program Indonesia Sehat (PIS). PIS sendiri hadir
berdasarkan point kelima program NAWACITA yaitu meningkatkan kualitas hidup
masyarakat Indonesia, dimana dalam pencapaian program Indonesia sehat telah dibuat
Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/ Menkes/52/2015.
1
continuum of care dan intervensi berbasis resiko kesehatan. Serta, pelaksanaan jaminan
kesehatan (JKN) dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat serta kendali mutu dan
biaya digunakan untuk pelaksanaan JKN. Berdasarkan tiga pilar tersebut salah satu
program yang dilaksanakan oleh Kemenkes adalah penanggulangan diabetes mellitus,
dimana Menkes menghimbau masyarakat untuk melakukan aksi CERDIK, dengan cara:
Cek kesehatan secara teratur untuk megendalikan berat badan agar tetap ideal dan tidak
berisiko mudah sakit, periksa tensi darah, gula darah, dan kolesterol secara teratur. Kedua
adalah enyahkan asap rokok dan jangan merokok. Ketiga rajin melakukan aktivitas fisik
minimal 30 menit sehari, seperti berolah raga, berjalan kaki, membersihkan rumah.
Upayakan dilakukan dengan baik, benar, teratur dan terukur. Keempar adalah diet yang
seimbang dengan mengkonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang, konsumsi buah sayur
minimal 5 porsi per hari, sedapat mungkin menekan konsumsi gula hingga maksimal 4
sendok makan atau 50 gram per hari, hindari makanan/minuman yang manis atau yang
berkarbonasi. Kelima adalah istirahat yang cukup, serta terakhir adalah kelola stress
dengan baik dan benar.
Terdapat dua jenis penyakit diabetes mellitus, yaitu Diabetes mellitus tipe I (insulin-
dependent diabetes mellitus) dan diabetes mellitus tipe II (noninsulin-dependent diabetes
mellitus). Diabetes mellitus tipe I yaitu dicirikan dengan hilangnya sel penghasil insulin
pada pulau-pulau langhernas pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh.
Diabetes mellitus tipe II, terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk merespon dengan
wajar terhadap aktivitas insulin yang dihasilkan pankreas (resistensi insulin), sehingga
tidak tercapai kadar glukosa yang normal dalam darah. Diabetes mellitus tipe II lebih
banyak ditemukan dan meliputi 90% dari semua kasus diabetes di seluruh dunia
(Maulana, 2009).
Menurut WHO tahun 2011, prevalensi DM pada populasi dewasa diseluruh dunia
diperkirakan akan meningkat sebesar 35 % dalam dua dasawarsa dan menjangkit 300 juta
orang dewasa pada tahun 2025. Bagian terbesar peningkatan angka pravelansi ini akan
2
terjadi di negara-negara berkembang. (Gibney, 2009). Berdasarkan statistik selama 10
tahun terakhir IDF memprediksi bahwa Indonesia akan berada pada peringkat ke enam
dengan jumlah penderita mencapai 12 juta jiwa pada tahun 2030. (IDF, 2011).
Peningkatan jumlah penderita DM ini 90 % hingga 95 % adalah DM tipe II. DM tipe II
ini terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin atau karena gangguan sekresi
insulin (Smaltzer & Bare, 2013).
BAB II
ANALISA SITUASI PUSKESMAS KROBOKAN
A. Program Puskesmas
1. Gambaran Puskesmas secara Umum
a. Pengertian
Puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama,
dan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya diwilayah kerjanya (Permenkes
No. 75 tahun 2014).
3
mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
b. Tujuan Puskesmas
Tujuan dari puskesmas menurut Depkes (2011) adalah mendukung tercapainya
pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia Sehat 2015.
c. Fungsi Puskesmas
Fungsi Depkes (2014) fungsi puskesmas dalam melaksanakan tugasnya adalah
1) Penyelenggaraan Unit Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah
kerjanya
2) Penyelenggaraan Unit Kesehatan Puskesmas (UKP) tingkat pertama di wilayah
kerjanya.
d. Peran Puskesmas
Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dimana
puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk
keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang
matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan
4
pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam
pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara
komprehensif dan terpadu (Effendi, 2009).
5
a) Meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan pada masyarakat dan
perorangan.
b) Menurunkan angka kematian bayi dan balita serta kematian ibu.
c) Meningkatkan penemuan kasus penyakit menular TB BTA+, pneumonia
dan HIV-AIDS.
d) Meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular.
e) Meningkatkan status gizi masyarakat, balita dan ibu hamil.
f) Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat.
g) Meningkatkan kegiatan promosi kesehatan.
b. Strategi Puskesmas
1) Mengoptimalkan pelayanan kesehatan yang bermutu baik pada perorangan
maupun masyarakat.
2) Memanfaatkan secara optimal kerjasama dengan kader kesehatan dan lintas
sektor.
3) Menggerakan sumber daya kesehatan secara efektif dengan melibatkan peran
serta masyarakat.
4) Mengintensifkan promosi kesehatan dengan sumber daya kesehatan yang ada.
5) Meningkatkan pengelolaan data dan informasi melalui sistem informasi
kesehatan yang telah ada.
6) Meningkatkan pencarian suspek penyakit TB BTA+, pneumonia dan HIV
AIDS.
7) Meningkatkan pendekatan pada masyarakat terutama di lingkungan perumahan
elit.
8) Meningkatkan kerjasama dengan institusi kesehatan dan pelayanan kesehatan
swasta di wilayah kerja puskesmas.
6
7. ASI Eks : 50% 7. ASI Eks : 67%
3 Menurunya angka kesakitan 1. CDR TB :70% 1. CDR TB :24%
2. Angka Sembuhan: 80% 2. Angka Sembuhan:
3. Pneumonia sasaran 105 100%
(100%) target 50% (53) 3. Pneumonia :34
4. DBD : 1 Kasus 4. DBD : 1 Kasus
5. ABJ : 95% 5. ABJ : 96%
6.Leptospirosis:1 6.Leptospirosis:1
7. Kusta :0 7. Kusta :0
8. Diare : 645 8. Diare : 270
9. PD3I : 7 9. PD3I : 7
10. Penyakit Degeneratif 10. Penyakit Degeneratif
menurun menurun
4 Menurunya AKI dan AKB 1. K1 : 100% 1. K1 : 100%
2. K4 :100% 2. K4 :95,7%
3. KN :88% 3. KN :98,8%
4. Persalinan Nakes : 4. Persalinan Nakes :
100% 100%
5. DDTK : 85% 5. DDTK : 85%
6. TT bumil :80% 6. TT bumil :80%
5 Meningkatnya strata PHBS 1.Strata utama dan
paripurna meningkat
7
untuk remaja putri
6. Transport dalam rangka sosialisasi/ 10 sekolah
penyuluhan sekolah (UKS/ dr kecil)
7. UKGS tahap II 5 sekolah
8. UKGS Tahap III 2 sekolah
9. Transport PNS dalam rangka BIAS
DT-TD
10. Transport PNS dalam rangka bias
campak
5. Upaya kesehatan 1. Pembelian makan minum dalam 11 sekolah
remaja dan usia rangka sosialisasi kesehatan reproduksi
produktif remaja
2. Transport PNS dan non asn dalam 18 poksila
rangka Posrem
6. Upaya kesehatan 1. Sosialisasi dan penguatan 5 pilar 4
lingkungan STBM
2. Sampel depot air 9 oh
3. Sampel jajanan anak sekolah 8 oh
4. IS depot air minum 8 oh
5. PJB sekolah 7 sekolah
6. PJB Rumah 1 oh= 20 rumah
7. Pemeriksaan TTU 6 TTU
8. Pemeriksaan TPM 6 TPM
9. IS Rumah 3 kelurahan
7. Upaya kesehatan Pemantauan lansia resti (perkesmas) 36x
USILA
8. Pencegahan dan 1. Sosialisasi dengan pemangku wilayah 3 kelurahan
pengendalian
penyakit menular
2. Pertemuan kader lansia 36 oh
3. Transport peserta 3 kelurahan
4. MMT 3 kelurahan
5. Pemeriksaan kontak serumah BTA (+) 1 oh
6. Monev gasurkes KIA dan DBD
9. Promosi kesehatan 1. Refreshing kader 36 oh
2. Pemantauan penerapan KTR 11 sekolah
(sosialisasi)
3. Kegiatan GERMAS (senam bersama)
4. Rockpot (penilian kesehatan pegawai)
5. Sosialisasi posrem
6. Linsek (lintas sektoral)
7. Pembinaan kader kesehatan
8. Pemetaan PHBS rumah tangga 3 kelurahan
9. Pemetaan PHBS TTU 3 kelurahan
10. Pemetaan PHBS sarkes 3 kelurahan
11. Pembelian makan minum dalam rangka 30 oh
pembinaan jejaring (sarkes, dokter
praktek)
12. BATRA 10 oh
13. Keluarga sehat 1 kelurahan
14. Sosialisasi orientasi kesehatan olahraga
15. Pertemuan UKK 60 oh
16. Posbindu
8
B. Resume Asuhan Keperawatan Keluarga
Berdasarkan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), salah satu
strategi Puskesmas Krobokan yaitu melakukan kunjungan keluarga untuk mendapatkan
data kesehatan masyarakat. Berikut ini adalah lampiran asuhan keperawatan keluarga Tn.
C dengan diabetes mellitus di RT 07 RW 01 Krobokan.
9
kimia, infeksi, karena imunologi yang jarang, sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan DM (Tanto, et al., 2014, hlm.777).
b) Faktor Imunologi
Penderita diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Respon ini merupakan respons abnormal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah – olah sebagai
jaringan asing. Otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan
bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabtes
tipe 1.
c) Faktor Lingkungan
DM tipe 1 di pengaruhi oleh faktor lingkungan seperti virus seperti
(cytomegalovirus, mumps, rubella) dapat memicu terjadinya autoimun
yang merusak sel beta. Sel antibody islet (ICAs) muncul, jumlah
meningkat selama berbulan-bulan sampai betahun – tahun sesuai
kerusakan sel beta (Tarwoto, et.al, 2012, hlm.157). Bahan beracun yang
mampu merusak sel beta secara langsung adalah aloksan, pyrinuron
10
(rodentisida), dan streptozocting (produk dari sejenis jamur). Bahan lain
adalah sianida dari singkong (Tholib, 2016, hlm.6).
Faktor Kegemukan (Obesitas) atau seseorang dengan berat badan lebih dari
90 kg cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit
diabetes mellitus (Hasdianah, 2012, hlm.10). Obesitas, khususnya obesitas
visceral (lemak abdomen) yang dikaitkan dengan peningkatan resistensi
insulin (Lemone, Burke, & Bauldoff, 2017, hlm.656).
Selain itu, pola hidup sangat mempengaruhi DM. Jika seseorang malas
berolahraga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit Diabetes
Mellitus karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan
dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama
penyebab Diabetes Mellitus selain disfungsi pankreas (Hasdianah, 2012,
hlm.10).
3) Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-hormon
plasenta. Semua wanita hamil harus menjalani skrining pada usia kehamilan
24 hingga 27 minggu untuk mendeteksi kemungkinan diabetes.
Penatalaksanaan pendahuluan mencakup modifikasi diet dan pemantauan
11
kadar glukosa. Jika hiperglikemia tetap terjadi, preparat insulin harus
diresepkan. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang
menderita diabetes gestasional akan kembali normal. Walaupun begitu
banyak wanita yang mengalami diabetes gestasional ternyata di kemudian
hari menderita DM Tipe 2.Oleh karena itu, semua wanita yang menderita
diabetes gestasional harus mendapatkan konseling guna mempertahankan
berat badan idealnya dan melakukan latihan secara teratur sebagai upaya
untuk menghindari awitan DM Tipe 2 (Smeltzer & Bare, 2013, hlm.1224)
12
13
d. Pathways
Faktor penyebab DM Kerusakan sel beta Ketidakseimbangan produksi insulin
14
e. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik yang terjadi pada pasien Diabetes Mellitus menurut Wijaya &
Putri (2013, hlm.7); Tarwoto, et al., (2012, hlm, 160-161) antara lain:
1) Banyak Kencing atau (Poliuria)
Sifat kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan bannyak kencing.
Buang air kecil yang sering dan dalam jumlah yang bannyak akan sangat
mengganggu penderita, terutama pada malam hari.
2) Banyak Minum (Polidipsia)
Rasa haus yang terjadi pada penderita diabetes karena bannyak cairan yang
keluar melalui kencing, hal ini merangsang pusat haus yang mengakibatkan
peningkatan rasa haus.
3) Banyak Makan (Polifagia)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita diabetes
mellitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori negative, sehingga
timbul rasa lapar yang sangat besar.
4) Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan di sebabkan karena glukosa dalam darah tidak dapat
masuk ke sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkkan
tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa di ambil dari
cadangan lain yaitu sel dan otot.
5) Gangguan Saraf Tepi/Kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu
malam hari, sehingga mengganggu tidur.
6) Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan pada pasien diabetes disebabkan karena keadaan
hiperglikemia menyebabkan aliran darah menjadi lambat, sirkulasi ke
vaskuler tidak lancar, termasuk pada mata yang dapat merusak retina serta
kekeruhan pada lensa.
7) Gatal/Bisul
Kelainan kulit yang terjadi berupa kulit terasa gatal, biasanya tejadi di
daerah kemaluan dan daerah liupatan kulit seperti ketiak dan di bawah
payudara. Dan sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama
sembuhnya. Hal ini terjadi karena peningkatan glukosa darah
mengakibatkan penumpukan pula pada kulit sehingga menjadi gatal, jamur
dan bakteri mudah menyerang kulit.
8) Ketonuria
Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka digunakan asam
lemak untuk energi, asam lemak akan dipecah menjadi keton yang
kemudian berada pada darah dan dikeluarkan melalui ginjal.
9) Kelemahan dan Keletihan
15
Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan sel, kehilangan potassium
menjadi akibat pasien mudah lelah dan letih.
10) Terkadang Tanpa Gejala
Pada keadaan tertentu, tubuh sudah dapat beradaptasi dengan peningkatan
glukosa darah
f. Pemeriksaan diagnostik
Kriteria diagnostik untuk DM, gangguan tolerasi glukosa (Baredo, Daryrit &
Siswadi, 2009, hlm.98-99); (Tarwoto, et al., 2012, hlm.161-162), Dewasa tidak
hamil. Diagnosa DM pada orang dewasa, tidak hamil, dibatasi pada orang yang
menunjukkan kelainan dari salah satu di antara pemeriksaan ini:
1) Glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl
2) Glukosa plasma dua jam postprandial ≥200 mg/dl waktu uji toleransi
glukosa oral dilakukan sesuai kriteria WHO, yaitu memakai glukosa
anhidrase 75 g, dilarutkan dalam air dan diminumkan pada pasien.
3) Gangguan uji toleransi glukosa. Glukosa plasma dua-jam postprandial ≥
140 mg/dl waktu uji toleransi glukosa oral. Uji toleransi glukosa dilakukan
sesuai kriteria WHO, yaitu memakai glukosa anhidrase 75 g dilarutkan
dalam air.
4) Pemeriksaan Ketone Urine
Badan keton merupakan produk sampingan proses pemecahan lemak, dan
senyawa ini akan menumpuk pada darah dan urine. Jumlah keton yang besar
pada urine akan merubah pereaksi pada strip menjadi keunguan. Adanya
ketonuria menunjukkan adanya ketoasidosis.
5) Pemeriksaan Kolesterol
Pemeriksaan kolesterol dan kadar serum trigliserida, dapat meningkat
karena ketidakadekuatan kontrol glikemik
6) Pemeriksaan Hemoglobin Glikat (HbA1c)
Tes ini untuk memantau rata-rata kadar glukosa darah adalah glykosylated
hemoglobin (HbA1c). Dalam pemeriksaan ini di gunakan untuk mengukur
presentasi glukosa yang melekat pada hemoglobin. Pemeriksaan ini
menunjukkan kadar glukosa darah rata-rata selama 120 hari sebelumnya,
sesuai dengan usia eritrosit. HbA1c digunakan untuk mengkaji kontrol
glukosa jangka panjang, sehingga dapat memprediksi risiko komplikasi.
Hasil HbA1c tidak berubah karena pengaruh kebiasaan makan sehari
sebelum test.
g. Komplikasi
Komplikasi DM menurut Black & Hawks (2015, hlm.637) antara lain:
16
1) Komplikasi akut DM:
a) Hipoglikemia
Adalah kadar gula yang rendah darah bergantung pada berbagai
keadaan. Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemia adalah koma
hipoglikemia.
b) Ketoasidosis Metabolik
Kondisi pada penderita diabetes mellitus dimana terjadi asidosis
metabolik yang berkembang dari pengaruh asam (pH rendah) akibat
keton asetoasetat dan hidroksibutiratbeta
c) Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non ketosis
Disebut juga Hyperglycemic Hiperosmolar Nonketotic Syndrome
(HHNS) adalah varian ketoasidosis diabetikyang ditandai dengan
hiperglikemia ekstrem (600-2000 mg/dl), dehidrasi nyata, ketonuria
ringan atau tidak terdeteksi, dan tidak ada asidosis. HHNS umumnya
banyak terjadi pada pasien lansia dengan DM tipe 2
h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita DM dapat diberikan:
1) Mempertimbangkan nutrisi yang tepat
Penatalaksanaan diet untuk membantu klien dengan DM meningkatkan
pengendalian metabolism dengan mengubah prilaku makan.
2) Meningkatkan aktifitas fisik teratus
Aktifitas fisik menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
metabolism karbohidrat, membantu menjaga dan menurunkan BB,
meningkatkan kerja insulin, meningkatkan kadar high-densisty-lipoprotein
untuk menurunkan kadar trigliserid menurunkan tekanan darah serta
mengurangi keteganggan dan stress.
3) Pengobatan
a) Obat-obat anti diabetes oral
Contoh obat : sulfonluriea, biguanid, meglitinid, tiazolidinedion,
inhibitor alfa- glukosidase, inkreatin mimetic dan amylono
b) Terapi insulin
17
Insulin bekerja untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan
memperbaiki transport glukoa kedalam sel dan menghambat perubahan
glikogen dan asam amino diidalam glukosa.
c) Terapi kombinasi
Pengunaan ≥ 2 obat antidiabetes oral atau obat oral dikombinasi dengan
kerja insulin. (Black & Hawks, 2015, hlm.642).
b Diagnosa keperawatan
1) Resiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah
2) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
18
c Intervensi keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan Evaluasi Rencana tindakan
Umum Khusus Kriteria Standart
1. Risiko Setelah Selama 1 x 60 menit
ketidakseimbangan dilakukan kunjungan rumah keluarga,
kadar glukosa kunjungan mampu mengenal masalah
darah ke rumah DM dengan cara:
selama 2
hari 1. Menyebutkan pengertian Kognitif DM merupakan penyakit kronis 1. Jelaskan dan diskusikan
keluarga DM progresif yang ditandai dengan kepada keluarga tentang
dapat ketidakmampuan tubuh untuk pengertian DM, faktor
mengetahui melakukan metabolisme karbohidrat penyebab DM, tanda gejala
tentang lemak dan protein mengarah ke pada penderita DM,
DM hipoglikemia komplikasi penyakit DM
2. Berikan pujian atas jawaban
2. Menyebutkan faktor Kognitif Penyebab DM: riwayat keluarga dan pertanyaan yang diajukan
penyebab DM dengan DM lingkungan usia lebih dari
45 tahun obesitas kurang olahraga
hipertensi
3. Menyebutkan tanda gejala Kognitif Tanda gejala DM: sering BAK, sering
DM haus, sering lapar, mudah lelah
Selama 1 x 60 menit
kunjungan rumah keluarga
mampu mengambil
keputusan untuk merawat
anggota keluarga yang sakit
DM dengan cara:
1. Menjelaskan akibat yang Kognitif dan Menyebutkan komplikasi dm yang 1. Jelaskan akibat yang mungkin
terjadi jika tidak rutin Afektif terjadi: kaki diabetik, kebutaan, terjadi bila tidak mengatur pola
memeriksakan diri komplikasi ke organ lain makan yang benar
2. Berikan pujian atas jawaban
2. Memutuskan merawat Afektif Keluarga memutuskan untuk merawat dan pertanyaan yang diajukan
19
keluarga dengan penyakit anggota keluarga dengan penyakit DM 3. Berikan pujian positif atas
DM keputusan keluarga untuk
merawat anggota keluarga
yang sakit dengan DM
Setelah 1 x 60 menit Psikomotor Lingkungan yang dapat menunjang 1. Diskusikan lingkungan yang
kunjungan rumah keluarga ruang yang terang lantai yang tidak dapat dimodifikasi dengan
mampu memodifikasi licin tangga yang dilengkapi pegangan keluarga
lingkungan lantai kamar mandi yang tidak licin 2. Motivasi keluarga untuk
ruangan yang rapi nyaman dan tidak melakukan modifikasi
berantakan lingkungan
3. Berikan pujian atas jawaban
yang diberikan
20
BAB III
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. W DENGAN
DOABETES MELLITUS DI RT 07 RW O1 KROBOKAN
A. KASUS
Ny. W berusia 46 tahun memiliki riwayat rawat inap di RS karena penyakit
DM akhir tahun 2018 lalu. Saat ini Ny. W tinggal bersama suami dan kedua
anaknya serta tinggal bersama ayah dan ibunya, dan keluarga adik kandungnya
yaitu Tn. C bersama istri dan kedua anaknya. Proses Asuhan Keperawatan
yang terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi dimulai pada tanggal 28 – 29 Maret 2019.
B. RESUME ASKEP
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian didapatkan data sebanyak 3 KK dimana KK 1 terdiri
Tn. S dan Ny.T, KK 2 terdiri dari Tn.W dan Ny. W serta dua anaknya, KK 3
terdiri dari Tn.C dan Ny.W serta dua anaknya. Pengkajian keluarga
berdasarkan pengkajian Friedman diperoleh data berupa:
a. Fungsi Afektif :
Keluarga mengatakan proses interaksi dan soialisasi antara eluarga baik,
bila ada yang sakit lamgsng dibawa ke petugas kesehatan.
b. Fungsi Sosialisasi
Klien mengatakan setiap hari keluarga selalu berkumpul dirumah,
hubungan dalam keluaga baik dan selalu mentaati norma yang ada.
c. Fungsi Kesehatan
Keluarga mengatakan sehat adalah kondisi dimana tubuh dapat
beraktifitas sehari-hari seperti biasa, sakit adalah kondisi dimana tubuh
merasakan keadaan yang tidak enak. Klien mengatakan dalam anggota
keluarganya terdapat dua orang yaitu bapak.. dan bapak... yang
merokok setiap hari, peran keluarga dalam praktik perawatan kesehatan
yaitu apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit biasanya saling
merawat.
21
yang menderita penyakit DM, setiap satu bulan sekali Ny.W
rutin periksa ke rumah sakit, diberikan penkes DM dan
diajarkan senam kaki DM tetapi tidak pernah dilakukan dirumah
Tn.S mengatakan sering batuk saat kecapekan, klien
mengatakan sering merokok setiap hari bisa habis 2 bungkus,
klien mengetahui bahaya dari rokok jika terus menerus tapi klien
tidak dapat berhenti merokok, klien mengatakan jarang periksa
ke petugas kesehatan karena menganggap sakit yang dirasa
adalah sakit biasa dan nantinya akan sembuh
Mengambil keputusan
Biasanya kalau ada masalah kesehatan dalam keluarga
pengambilan keputusan dilakukan dengan membawa anggota
keluarga yang sakit ke puskesmas atau petugas kesehatan
Memodifikasi lingkungan
Ny.C mengatakan untuk memodifikasi agar anaknya mau makan
biasanya memberikan makanan yang disukai oleh anaknya
e. Fungsi Reproduksi
22
Ny. W sudah mempunyai dua orang anak, mengatakan kalau dirinya
menggunakan KB suntik namun sekarang menggunakan KB IUD dan
mengatakan tidak ada masalah pada sistem reproduksinya.
f. Fungsi Ekonomi
Klien mengatakan dapat memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari,
biaya sekolah, biaya berobat dan kebutuhan lainnya.
2. Analisa data
TGL DATA FOKUS Dx. KEPERAWATAN PARAF
JAM
29/3//2019 Data subyektif: Ketidakefektifan
08.30 WIB Klien mengatakan pada akhir pemeliharaan kesehatan
tahun 2018 sampai awal tahun keluarga
2019 dirawat di rumah sakit
dengan diagnosa Diabetes
Mellitus, klien mengalami sakit
DM sejak tahun 2006 dan ada
riwayat keluarga yang menderita
penyakit DM, setiap satu bulan
sekali klien rutin periksa ke
rumah sakit, klien mengatkan
pernah diberikan penkes DM dan
diajarkan senam kaki DM tetapi
tidak pernah dilakukan dirumah
Data obyektif:
TD: 140/90 mmHg
GDS : 113mg/dL
Terdapat bekas luka pada kedua
kaki pasien. Luka kering tidak ada
pus.
29/3//2019 Data subyektif: Ketidakefektifan
08.30 WIB Klien mengatakan sering batuk manajemen kesehatan
saat kecapekan, klien mengatakan dalam keluarga
sering merokok setiap hari bisa
habis 2 bungkus, klien
mengetahui bahaya dari rokok
jika terus menerus tapi klien tidak
dapat berhenti merokok, klien
mengatakan jarang periksa ke
petugas kesehatan karena
menganggap sakit yang dirasa
adalah sakit biasa dan nantinya
akan sembuh
23
24
3. Intervensi keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan Evaluasi Rencana tindakan
25
sakit dengan DM
26
penjelasan tentang
tentang bahaya
bahaya merokok,
merokok, klien bersedia
klien untuk
bersedia berkunjung di
untuk fasilitas
berkunjung kesehatan
di fasilitas untuk rutin
kesehatan cek
untuk rutin kesehatanya
cek
kesehatany
a
27
4. Catatan Perkembangan
No Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
1 Ketidakefektifan Jumat, TUK1 TUK 1
pemeliharaan 29/3/2019 1. Memotivas keluarga untuk menyampaikan
kesehatan pemahaman mengenai DM S : Keluarga Ny.W mengatakan paham setelah diberi penkes,
keluarga 2. Menjelaskan pengertian, penyebab, dan tanda mengetahui pengertian diabetes militus dan penyebab diabetes
gejala militus
3. memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya O : Keluarga Ny.W antusias dan dapat memebrikan penjelasan
4. menanyakan kembali pengertian, penyebab dan dengan benar
tanda gejala DM memberikan reinforcement
positif A : Keluarga Ny.W Mengatakan sudah mengenal penyakit
diabetyes militus
TUK 2
P : Lanjutkan intervensi TUK 2 pengambilan keputusan dalam
1. Mendisikusikan kembali dengan tentang
merawat penyakit diabetes militus
keinginan keluaurga untuk mengambil
keputusan dalam merawat DM TUK 2
2. Memberikan reinfocement positif atas
kepputusan keluarga untuk merawat DM S : Keluarga Ny.W mengatakan setelah dijelaskan dari
3. Memberikan kesempatan untuk betanya pengertian, penyebab, dan tanda gejala serta penatalaksanaan
TUK 3 dari diabetes militus beliau paham dan akan menjaga pola
1. menjelaskan cara perawatan dengan diit DM makan sehari-hari
dan senam kaki DM
2. Memberikan penyuluhan dan O : Keluarga Ny.W sangat kooperatif saat meniskusikan dalam
mengaplikasikan diit DM mengambil keputusan
3. Memberikan penyuluhan dan
mengaplikasikan senam kaki DM A: Keluarga Ny.W dapat mengambil keputusan dalam merawat
4. Memotivasi pada keluarga untuk melakukan diabetes militus
perawatan pada DM
5. memberikan reinforcement positif P :Lanjutkan intervensi TUK 3 cara perawatan dengan senam
TUK 4 kaki diabates
1. Mendiskusikan dengan keluarga cara
memodifikasi lingkungan dari menu diit TUK 3
2. Memotivasi keluarga untuk melalukan diit
S : Keluarga Ny.W mengatakan paham teknik-teknik senam kaki
seperti yang sudah dijelaskan
diabetes
3. memberikan reinforcement positif
4. Mengobservasi lingkungan rumah pada O: Keluarga Ny.W dapat mendemonstrasikan senam kaki diabetes
kunjungan dengan terancam
28
TUK 5 A: Keluarga Ny.W dapat mencoba setelah diberikan teknik senam
1. menginformasikan mengenai pengobatan dan kaki diabetes
penkes yang dapat diperoleh keluarga di
klinik atau balai pengobatan P: Lanjutkan intervensi TUK 4 cara memodifikasi lingkungan
2. memotivasii keluarga untuk memeriksakan
keluhan kesehatan ke balai pengobatan TUK 4
3. memberikan reiforcement positif
S: Keluarga Ny.W mengatakan memodifikasi menu makanan
dengan sedikit gula
TUK 5
P : Lanjutkan IntervensI
29
tanda gejala bahaya merokok A : Keluarga Tn. C dan Tn.S Mengatakan sudah mengetahui
bahaya merokok dan dampak dari merokok
TUK 2
1. Mendisikusikan kembali dengan tentang P : Lanjutkan intervensi TUK 2 pengambilan keputusan dalam
keinginan keluaurga untuk mengambil keputusan bahaya merokok
dalam merawat keluarga yang merokok
2. Memberikan reinfocement positif atas TUK 2
kepputusan keluarga untuk merawat keluarga
yang merokok S : Keluarga Tn. C dan Tn.S mengatakan setelah dijelaskan dari
3. Memberikan kesempatan untuk betanya pengertian, penyebab, dan tanda gejala serta penatalaksanaan
TUK 3 dari bahaya merokok beliau paham dan akan menjaga kesehatan
1. menjelaskan cara perawatan keluarga yang dalam sehari-hari
merokok
O : Keluarga Tn. C dan Tn.S sangat kooperatif saat meniskusikan
2. Memberikan penyuluhan tentang bahaya
dalam mengambil keputusan
merokok
3. Memotivasi pada keluarga untuk berhenti A: Keluarga Tn. C dan Tn.S dapat mengambil keputusan dalam
merokok bahaya merokok
4. memberikan reinforcement positif
TUK 4 P :Lanjutkan intervensi TUK 3 cara perawatan dengan
1. mendiskusikan dengan keluarga cara memotivasi pada keluarga untuk berhenti merokok
memodifikasi lingkungan
2. Memotivasi keluarga untuk melalukan berhenti TUK 3
merokok
3. memberikan reinforcement positif S : Keluarga Tn. C dan Tn.S mengatakan akan berhenti untuk
4. Mengobservasi lingkungan rumah pada merokok
kunjungan dengan terancam
TUK 5 O: Keluarga Tn. C dan Tn.S dapat kooperatif
1. menginformasikan mengenai pengobatan dan
penkes yang dapat diperoleh keluarga di klinik A: Keluarga Tn. C dan Tn.S dapat mencoba setelah mendapat
atau balai pengobatan motivasi untuk berhenti merokok
2. memotivasii keluarga untuk memeriksakan
P: Lanjutkan intervensi TUK 4 cara memodifikasi lingkungan
keluhan kesehatan ke balai pengobatan
3. memberikan reiforcement positif TUK 4
30
A: Klien dapat memodifikasi lingkungan dengan membuka
jendela setiap pagi
TUK 5
P : Lanjutkan Intervensi
31
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan pengkajian ulang dan melakukan intervensi lanjutan didapatkan
masalah DM dan Merokok. Ada 3 kriteria IKS antara lain Sehat jika nilai >0,8, Pra
sehat jika nilai ≥0,5 sampai ≤0,8, dan Tidak Sehat jika nilai <0,5. pada keluarga Tn. C
di peroleh nilai sebesar 0,333 yang menunjukkan bahwa keluarga Tn. C berada pada
kriteria Tidak Sehat. pada saat pengkajian ditemukan masalah kesehatan yang terjadi
pada keluarga Tn. C yaitu DM (Diabetes Mellitus) dan Merokok, temuan tersebut
merupakan masalah baru dibandingkan temuan tahun 2016 (hipertensi, merokok, tidak
KB, salah satu keluarga tidak mempunyai JKN). keluarga Tn. C mengatakan jika ada
masalah kesehatan langsung periksa ke RS tidak menggunakan fasilitas pelayanan
32
kesehatan terdekat. Dalam lingkungan keluarga Tn. C terdapat perokok aktif yang
dapat mempengaruhi kesehatan anggota keluarga yang lain, seperti ISPA, Sesak nafas,
Batuk, dan Flek Paru. Selain masalah kesehatan tersebut terdapat masalah kesehatan
lain yaitu DM. Anggota keluarga Tn. C mengatakan jika sakit hanya membeli obat
diwarung, tidak memeriksakan kepuskesmas. Keluarga Tn. C mengatakan sebelumnya
hanya mengerti sedikit tentang masalah kesehatan keluarga Tn. C. Dari masalah itu
kami memberikan penyuluhan tentang DM (Diabetes Mellitus), Diit DM (Diabetes
Melitus), Senam Kaki Dibetes Melitus, dan Bahaya merokok. Menurut penelitian
Hermansyah (2015) tentang Pendidikan Kesehatan Dalam Peningkatan Pengetahuan,
Sikap Dan Keterampilan Keluarga Dengan Hipertensi didapatkan hasil bahwa ada
pengaruh antara pendidikan kesehatan dalam peningkatan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan keluarga dengan Hipertensi. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan
keluarga Tn. C mengatakan akan memperbaiki pola hidup untuk meningkatkan
kesehatan dengan cara rutin mendatangi pelayanan kesehatan terdekat.
BAB V
PENUTUP
Diabetes militus (DM) adalah penyakit kronis progesif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolism karbohidrat, lemak dan protein,
mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi).
Selulitis merupakan infeksi dermis atau lapisan subkutan pada kulit. Keadaan ini bisa
terjadi sesudah terdapat kerusakan pada kulit, seperti gigitan atau luka.
Pasien dengan faktor kesehatan lain yang turut mempengaruhi seperti DM,
Imunidefisiensi, kerusakan sirkulasi dan neuropati, mempunyaki resiko yang lebih
33
besar untuk terkena selulitis yang berkembang atau meluas. Untuk konsep asuhan
keperawatan pada pasien dengan DM dan selulitis adalah memfokuskan pada
pengkajian berupa: identifikasi data pasien, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,
antropometri , data objektif yang harus dikaji: emosional/ mental: orientasi,responsif,
kesadaran dan respon pasien, neuromuskuler: ketajaman penglihatan, motorik, rentang
gerak dan kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah, sensorik: sentuhan, temperatur,
nyeri dan refleks tendo, kardiovaskuler: TD, nadi radial dan tibia, gastrointestinal :
bunyi peristaltik, urinarius: asupan dan haluaran, kulit: utuh, temperatur, lembab, lesi,
dan distribusi rambut utuh dan pemeriksaan diagnostik
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M & Hawks, Jane Hokanson. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8. Buku 1. Alih bahasa: Mulyanto, dkk. Singapura: Elsevier
34
Herdman, T Heather. 2018. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:
definisi dan klasifikasi 2018-2020. Alih bahasa: Keliat, Budi Anna, dkk.
Jakarta: EGC
Kowalak, Welsh & Mayer. (2011). Buku ajar patofisiologi. Jakarta: EGC
Lemone, P., Burke, k.m, & Bauldoff, G. (2017). Buku ajar keperawatan medical
bedah gangguan endokrin . Edisi: 5. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction
Smeltzer, Suzanna C dan Bare, Brenda G. (2013). Buku ajar keperawatan medikal
bedah brunner dan suddart. Alih bahasa: Kuncara, H.Y; Ester, Monica
Hartono, Andy dan Asih, Yasmin. Editor: Pakaryaningsih, Endah dan Ester,
Monica. Edisi 8. Jakarta: EGC
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., & Pradipta, E.A. (2014). Kapita selekta
ketokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Publishing
Tholib, Ali. M., (2016). Buku pintar perawatan luka diabetes mellitus. Jakarta:
Salemba Medika
Wijaya, A.S., & Putri, Y.M., (2013). Keperawatan medical bedah keperawatan
dewasa teori dan contoh askep. Yogyakarta; Nuha Medika
http://kesmas-id.com/3-pilar-program-kemenkes-untuk-wujudkan-indonesia-sehat/ 2017
kesmas.id
35