You are on page 1of 1

INTEGRASI DAN MODULASI SISTEM SARAF

Neuron pada sistem saraf dapat membentuk dua pola jalur yaitu divergent pathway (satu presynaptic neuron
mempengaruhi banyak post synaptic) dan convergent pathway (banyak saraf presynaptic neuron
mempengaruhi satu post synaptic). Mungkin terdengar sederhana tetapi pada kenyataanya, di dalam sistem
saraf (khususnya pusat) hal ini sangat kompleks.

Impuls saraf yang dihantarkan dapat pula mengalami modulasi. Modulasi pertama adalah inhibitory sinaps,
seperti namanya, sinaps ini jika berujung pada suatu neuron akan menghambat potensial gradien yang diterima
oleh neuron tersebut. Sedangkan excacitory sinaps kalau bersinaps dengan suatu neuron, akan menambahkan
kekuatan impuls presinaps yang setipe. Exacitory sinaps ini bisa dari tempat yang berbeda (spatial) ataupun
dikarenakan oleh frekuensi yang tinggi (temporal). Intinya kalo inhibitory menghambat proses perubahan
gradien potensial menjadi potensial aksi tapi kalo excacitory meningkatkan kemampuan gradien potensial
berubah menjadi potensial aksi.

Sinaps pada sistem saraf juga memiliki plastisitas, yaitu kemampuan untuk dapat di remodel secara struktural
maupun kapasitas, sebagai respon kepada permintaan. Modifikasi ini dapat terjadi sebagai hasil dari peningkatan
penggunaan dari neuron presinaptyc untuk meng-excite neuron postsynaptic  koneksi semakin kuat (Long
Term Potentiation “LTP”). Nih berperan dalam proses pembelajaran, jadi kalo sering dipake ntar jadi makin kuat
 konsolidasi.

FISIOLOGI SENSOR
Disini, tentunya sensor biologis tubuh manusia, kita kaan belajar apa sih proses sensing alias pmanfaatan sensor
untuk menciptakan gambaran terhadap lingkungan sekitar, dan gimana pada akhirnya sensor ini bermanfaat
untuk mempertahankan homeostasis tubuh kita! Tentu sangat menarik bukan?

Stimulus alias rangsangan adalah suatu kondisi yang dapat di-“indra” atau ditangkap oleh sensor, untuk
kemudian dibawa melalui sinyal-sinyal listrik melalui jalur aferen, dan diintegrasikan (baca: diolah) oleh sistem
saraf pusat. Contoh stimulus antara lain:
 hmm.. ada bau pizza yang teramat sedap.. Diterima oleh reseptor hidung (olfaktori), lalu dibawa ke
korteks olfaktori untuk diolah.. jadi deh ngiler :D
 Sensor-sensor lain dibawa ke thalamus untuk diolah.. Thalamus sendiri mengubah-ubah informasi dan
merelay ke korteks
 Sensor-sensor keseimbangan tubuh diterima sama cerebellum
Sekarang kita kupas lebih dalam lagi. Intinya, gimana kita bisa men-sense sesuatu itu menggunakan sensor yang
intinya terdiri dari reseptor. Reseptor ada macem-macem,. ada yang sederhana (simple, Cuma sebuah neuron
dengan ujung saraf bebas), ada yang kompleks (saraf yang terbungkus kapsul), ada yang untuk pengindraan
secara khusus (special sense, misalnya ada rambut-rambut penerima yang bisa mendeteksi jika rambut-
rambutnya bergoyang-goyang). Kalau dari stimulusnya ada yang berupa stimulus kimia (chemoreceptor);
mekanik seperti regangan atau pukulan (mechanoreceptor); tempratur (thermoreceptor); dan pencahayaan
(photoreceptor).

Khusus untuk special senses (bukan six sense tentu saja), ini akan bereaksi terhadap rangsangan luar, yakni:
1. Cantiknya wanita itu – berupa rangsangan oleh mata alias penglihatan, naksir deh
2. Wanginya tubuh wanita itu – berupa rangsangan bau badan (atau parfum) – oleh hidung tentu saja
3. Suaranya lagi ngomel-ngomel tapi terdengar indah kayak suara bidadari – oleh kuping
4. Rasa alias taste oleh lidah – untuk yang 1 ini gw no comment
5. Equlibrium – keseimbangan tubuh gara-gara naek kapal laut yang terombang ambinmg (lho kok jadi ga
nyambung)

You might also like